Anda di halaman 1dari 8

BAB II

Pembahasan
A. Hak-hak dan Kewajiban Suami Istri
Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
pegawai pencatat pernikahan.
Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas
hukum, agama, dan kesusilaan.
Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan dan tidak
diubah, kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengadakan
perubahan dan perubahan itu tidak merugikan pihak ketiga (Bab V pasal 29
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Suami istri memikul
kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar
dari susunan masyarakat.
Suami istri mempunyai kedudukan yang seimbang dalam kedudukan hukum
terhadap harta bersama dan dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
Suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga dan masingmasing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Suami istri harus mempunyai tempat tingal bersama yang tetap yang
ditentukan oleh kedua belah pihak. Suami istri wajib saling mencintai, hormatmenghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya sedangkan istri wajib
mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
Andaikan sumi istri melalaikan kewajibannya, masing-masing pihak suami
atau istri mengajukan gugatan kepada pengadilan. Bilamana cara mengajukan
gugatan dan sampai dimana batas-batas tanggung jawab suami dan istri yang
dapat dituntut pelaksanaannya belum diatur dalam PP Nomor 9 tahun 1975.

Demikian ditentukan dalam BAB VI Udang-undang Nomor I Tahun 1974 tentang


perkawinan.1
Adapun Hak dan Kewajiban Suami dan Istri dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Hak dan Kewajiban yang bersifat bukan kebendaan
Yang dimksud bukan kebendaan, misalnya: hak dan kewajiban bergaul
dengan baik sebagai suami istri di dala hidup berumah tangga.
Adapun hak-hak dan kewajiban suami isteri yang diatur dalam al-Quran
dan hadits adalah sebagai berikut:
a. Dalam surat IV ayat 19
......hai suami bergaullah kamu dengan isteri kamu secara pergaulan
yang maruf (baik).......
Jadi, diharapkan di dalam pergaulan suami isteri, yang menyangkut
orang maupun yang lainnya, dilaksanakan dengan baik dan penuh
kejujuran. Isteri yang membuka aib suaminya atau sebaliknya suami
membuka aib istrinya, hukumnya adalah haram. Dan terpujilah
masing-masing apabila saling menjaga aibnya.
b. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:
bahwa sesugguhnya diantara yang paling ddimarahi Tuhan nanti di
khir/kiamat, ialah seorang suami yang di beritahu oleh isterinya
tentang rahasia itu, sedangkan oleh si suami tadi rahasia itu disiarkan;
begitu juga seorang isteri yang diberi tahu oleh suaminya tentang
rahasia suami itu, sedang si isteri menyiarkan rahasia tadi.
Dengan menggabungkan penjelasan diatas, maka pokoknya
pergaulan suami isteri dalam perkawinan hendaknya:
1) Pergaulan yang baik atau saling menjaga rahasia masing-masing
2) Pergaulan yang tenteram
3) Pergaulan yang diliputi saling mencintai
4) Pergaulan yang disertai rakhmah yaitu saling memerlukan dan
membela
2. Hak dan kewajiban suami isteri yang bersifat kebendaan
a. Suami wajib memberikan nafkah pada isterinya2
1 Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004) hlm 186
2 Ny. Soemiyati, Hukum perkawinan islam dan undang-undang
perkawinan, (Yogyakarta: Liberty, 1982) hlm: 87
2

Nafkah merupakan kewajiban suami terhadap istrinya dalam bentuk


materi, karna nafaqah sendiri berkonotasi materi. Pengertian nafaqah
yang disepakati ulama adalah belanja untuk keperluan makan yang
mencakup sembilan bahan pokok pakaian dan perumahan. Atau dalam
bahasa sehari-hari disebut sandang, pangan, papan.3
b. Suami sebagai kepala keluarga
Ketentuan bahwa suami adalah sebagai kepala keluarga ini tercantum
dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 34 yang artinya:
kamu laki-laki(suami) adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan harta mereka.....
c. Isteri wajib mengatur rumah tangga dengan baik
Penegasan mengenai kewajiban isteri seperti tersebut di atas,
dicantumkan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 34, yang artinya:
.......wanita yang baik ialah yang taat kepada Allah dan menjaga
rumahtangganya serta memelihara rahasia dan harta suaminya.....
3. Hak dan kewajiban suami isteri dalam Undang-undang Perkawinan4
a. Hak dan kewajiban suami isteri
Dalam Undang-undang perkawinan, hak dan kewajiban suami dan
isteri dibahas dalam pasal 30, 31, 32, 33, 34.
Pasal 30
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegkkan rumah
tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
b. Kedudukan suami isteri dalam rumah tangga dan masyarakat
Pasal 31
(1) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat.
(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum
(3) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.
c. Tempat kediaman bersama
Pasal 32
3 Prof. DR. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2009) hlm 165
4 Ny. Soemiyati, Op Cit, hlm 91
3

(1) Suami harus mempunyai tempat kediaman yang tetap


(2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
ditentukan oleh suami istrri bersama.
d. Kewajiban suami istri dalam berumah tangga
Pasal 33
(1) Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati,
setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu pada yang lain.
Pasal 34
(1) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
(3) Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing
dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan.5
HAK-HAK ISTRI
Hak-hak dari istri yang wajib dijaga dan ditunaikan oleh suami di antaranya
adalah :
1.

Menggauli istri dengan cara yang baik

2.

Sabar terhadap gangguan istri

3.

Menjaga istri dari segala hal yang merenggut kehormatannya

4.

Mengajarkan ilmu-ilmu yang wajib kepada istri

5.

Memerintahkan agar istri senantiasa menjaga agama Alloh dan


melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari

6.

Mengizinkan apabila istri minta izin keluar rumah demi memenuhi


kebutuhannya

8.

Mengajaknya musyawarah dalam beberapa perkara

9.

Segera kembali ke rumah sesudah isya

10.

Berbuat adil kepada semua istri apabila istrinya lebih dari satu

5 Prof. DR. Amir Syarifuddin, Op Cit, hlm 164


4

HAK-HAK SUAMI
1.

Hendaklah istri menjaga kehormatan dan kemuliaan suami, menjaga


harta, anak-anak dan mengurus semua urusan rumah tangga

2.

Istri berhias untuk suami, tersenyum, berwajah ceria, serta tidak


menampakkan sesuatu yang suami memebencinya.

3.

Istri hendaklah senantiasa berada di rumah suaminya

4.

Istri tidak diperbolehkan memasukkan seseorang ke rumah suami


tanpa izin suami

5.

Istri hendaklah menjaga harta suami dan tidak berinfaq kecuali seizin
suami.

6.

Istri tidak boleh puasa sunnah jika tanpa izin dari suami.

7.

Istri tidak dibolehkan menyebut-nyebut pemberiannya kepada suami

8.

Istri hendaknya ridho dengan pemberian suami walaupun sedikit.

9.

Istri hendaknya mendidik anak-anak suami dengan sabar.

10. Dipenuhi kebutuhan biologis suami oleh istri ketika menginginkannya.


11.

Menjaga rahasia suami dan rumahnya6

4. Harta Kekayaan dalam Perkawinan


Dilihat dari asalnya harta kekayaan dalam perkawinan itu dapat
digolongkan menjadi tiga golongan:
1. Harta masing-masing suami isteri yang telah dimilikinya sebelum
kawin baik diperolehnya karena mendapat warisan atau usaha-usaha
lainnya, disebut sebagai harta bawaan.

6 http://yunisundari.blogspot.com/2013/04/makalah-hak-dankewajiban-suami-istri.html
5

2. Harta masing-masing suami isteri yang diperolehnya selama berada


dalam hubungan perkawinan, tetapi diperoleh bukan karena usaha
mereka

bersama-sama

maupun

sendiri-sendiri,

tetapi

karena

diperolehnya karena hibah, warisan ataupun wasiat untuk masingmasing.


3. Harta yang diperoleh setelah mereka berada dalam hubungan
perkawinan atas usaha mereka berdua atau salah satu pihak dari
mereka disebut harta pencaharian.7
Tetapi dimungkinkan juga antara suami isteri itu untuk
mengadakan perjanjian percampuran harta kekayaan yang diperoleh
suami dan/ atau isteri selama dalam hubungan perkawinan atas usaha
suami atau isteri sendiri-sendiri atau atas usaha bersama.
Adapun terjadinya percampuran harta kekayaan suami isteri itu
dapat dilaksanakan sebagai berikut:
(Sayuti Thalib, 1974-92):
1) Dengan mengadakan perjanjian secara nyata-nyata tertulis atau
diucapkan sebelum atau sesudah berlangsungnya akad nikah
dalam suatu perkawinan, baik untuk harta bawaan masingmasing atau harta yang diperoleh selama dalam perkawinan
tetapi bukan atas usaha mereka sendiri ataupun harta
pencaharian.
2) Dapat pula ditetapkan dengan undang-undang atau peraturan
perundangan, bahwa harta yang diperoleh tas usaha salah
seorang suami atau isteri atau kedua-duanya dalam masa
adanya hubungan perkawinan yaitu harta pencaharian adalah
harta bersama suami isteri tersebut.
3) Di samping dengan dua cara tersebu di atas, percampuran harta
kekayaan suami isteri dapat pula terjadi dengan kenyataan
kehidupan pasangan suami istri itu.8
B. Hak Berserikat suami dan isteri
Islam menjadikan bagi kedua orang yang berserikat tersebut mempunyai hakhak yang wajib ditunaikan,yang pada titik akhirnya, apabila keduanya menjaga
7 Ny. Soemiyati, Op Cit, hlm 99
8 Ibid, hlm 101
6

dan memenuhi hak masing-masing, akan tegaklah yayasan tersebut dan berjalan
dengan langgeng serta lancar. Dan islam sangat menganjurkan agar kedua orang
yang

berserikat tersebut benar-benar berusaha menjaga hak-haknya dan

hendaklah masing-masing dari keduanya dapat memahami dan memberikan


toleransi apabila terjadi kekurangan dalam penunaian dan penjagaannya.
A. Asas Kesatuan
Asas kesatuan hukum berdasarkan pada paradigma bahwa suami-istri
ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan
suasana sejahtera, sehat dan tidak berpecah. Dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, suami-istri ataupun ikatan keluarga yang baik
perlu mencerminkan adanya

suatu kesatuan yang bulat. Untuk

merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga atau suami-istri, maka


semuanya harus tunduk pada hukum yang sama. Dengan adanya kesamaan
pemahaman dan komitment menjalankan adanya kewarganegaraan yang
sama, sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat
mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga. Menurut asas kesatuan
hukum, sang istri akan mengikuti status suami baik pada waktu
perkawinan dilangsungkan maupun kemudian setelah perkawinan
berjalan. Negara-negara yang masih mengikuti asas ini antara lain:
Belanda, Belgia, Perancis, Yunani, Italia, Libanon, dan lainnya. Negara
yang menganut asas ini menjamin kesejahteraan para mempelai. Hal ini
akan

mempengaruhi

kesejahteraan

masyarakat,

melalui

proses

hemogenitas dan asimilasi bangsa. Proses ini akan dicapai apabila


kewarganegaraan istri adalah sama dengan kewarganegaraan suami.
Lebih-lebih istri memiliki tugas memelihara anak yang dilahirkan dari
perkawinan, maka akan diragukan bahwa sang ibu akan dapat mendidik
anak-anaknya

menjadi

warga

negara

yang

kewarganegaraannya berbeda dengan sang ayah anak-anak.


B. Asas Persamaan Derajat

baik

apabila

Dalam asas persamaan derajat, suatu perkawinan tidak menyebabkan


perubahan status kewarganegaraan masing-masing pihak (suami atau istri).
Baik suami ataupun istri tetap berkewarganegaraan asal, atau dengan kata
lain sekalipun sudah menjadi suami-istri, mereka tetap memiliki status
kewarganegaraan sendiri, sama halnya ketika mereka belum diikatkan
menjadi suami. Asas ini dapat menghindari terjadinya penyelundupan
hukum. Misalnya, seseorang yang berkewarganegaraan asing ingin
memperoleh status kewarganegaraan suatu negara dengan cara atau
berpura-pura melakukan pernikahan dengan perempuan di negara tersebut.
Setelah

melalui

perkawinan

dan

orang

tersebut

memperoleh

kewarganegaraan yang diinginkannya, maka selanjutnya ia menceraikan


istrinya. Untuk menghindari penyelundupan hukum semacam ini, banyak
negara yang menggunakan asas persamaan derajat dalam peraturan
kewarganegaraannya.9

9 http://massofa.wordpress.com/2011/04/27/hak-dan-kewajiban-warganegara/
8

Anda mungkin juga menyukai