Pidana Di Bidang
Pekerjaan
KEGIATAN BELAJAR 2
Kejahatan oleh Pegawai Pajak, Wajib Pajak, Pejabat Pajak dan kejahatan oleh
Pihak Lain
Kejahatan oleh Pegawai Pajak
Sanksi Pidana Dalam Ruang Lingkup Perpajakan
Kejahatan Oleh Wajib Pajak
Kejahatan Oleh Pejabat Pajak
Sanksi Pidana
Hukuman Pidana
Tindak suatu perbuatan yang
melanggar peraturan
Pidana perundang-undangan
pajak yang menimbulkan
Pajak ? kerugian keuangan
negara dimana pelakunya
diancam dengan
hukuman pidana.
Tentang Hukum Pajak, Arti, Tugas Dan Gunanya
Hukum Pajak, yang juga disebut hukum fiskal, adalah keseluruhan dari
peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat
dengan melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum
publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-
orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak
(selanjutnya disebut wajib pajak)
Hukum pajak memuat pula unsur-unsur hukum tata negara dan hukum
pidana dengan acara pidananya.
Tindak pidana yang berkaitan dengan perekonomian adalaha tindak
pidana perpajakan, karena perpajakan berkaitan dengan pendapatan dan
pengeluaran yang mempunyai dampak pada kondisi perekonomian secara
umum.
TUGAS HUKUM PAJAK
Tugas hukum pajak secara umum yang menjadi kewajiban bagi hukum pajak
adalah sebagai berikut :
1. Memahami kondisi masyarakat yang bisa dihubungkan dengan pengenaan
atas pajak
2. Menyusun rumus kedalam peraturan hukum
3. Menafsirkan peraturan hukum
4. Mengatur semua ketentuan hukum pidana
5. Mengatur semua ketentuan administrasi
6. Mengatur semua ketentuan tentang peradilan administratif dan peradilan
pajak
FUNGSI HUKUM PAJAK
Fungsi atau Kegunaan dari Hukum Pajak berhubungan dengan fungsi dari suatu
negara. Beberapa fungsi dari suatu negara antara lain seperti :
1. Berusaha Memakmurkan dan mensejahterakan rakyat - Negara yang berhasil
adalah negara yang dapat membuat rakyat atau masyaraktnya merasa bahagia
secara umum baik dari sudut pandang ekonomi ataupun sosial kemasyarakatan.
2. Melaksanakan ketertiban - dalam menciptakan suatu kondisi lingkungan yang
bersuasana kondusif serta damai dibutuhkan pemeliharaan atas ketertiban umum
yang mendapat dukungan secara penuh oleh rakyat
3. Pertahanan dan keamanan - Sebuah negara harus dapat memberikan rasa aman
dan menjaga dari berbagai macam gangguan ataupun ancaman yang berasal dari
luar ataupun dari dalam negeri sendiri
4. Menegakkan keadilan - Negara menyusun lembaga peradilan yang digunakan
sebagai wadah bagi warga negara untuk meminta keadilan diseluruh aspek /
bidang
DEFINISI PAJAK
• Tindak pidana pajak itu sendiri adalah suatu peristiwa atau tindakan melanggarhukum pajak atau
undang-undang pajak yang dilakukan oleh seseorang yang tindakannyatersebut dapat dipertanggung
jawabkan oleh undang-undang pajak yang telahdinyatakan sebagai suatu perbuatan pidana yang
dapat dihukum.
• Untuk mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana perpajakan, perlu dilakukan pemeriksaan
pajak, yaitu untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data atau keterangan lainnya untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak dilakukan oleh PNS di
lingkungan Ditjen Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak yang diberi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan di bidang perpajakan.
• Tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam
rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib pajak. Tujuan lainnya
adalah dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
• Dalam pemeriksaan tindak pidana perpajakan terdapat pemeriksaan bukti permulaan yang
dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
perpajakan
Subyek Hukum Tindak Pidana Pajak
13
Lanjutan…
14
JENIS KEJAHATAN DI BIDANG PERPAJAKAN
Bertindak diluar kewenangan;
Melakukan Pemerasan dan Pengancaman;
Penyalahgunaan kekuasaan;
Tidak mendaftarkan diri atau melaporkan usahanya;
Tidak menyampaikan surat pemberitahuan;
Pemalsuan Surat Pemberitahuan;
Menyalahgunakan nomor pokok wajib pajak;
Menolak untuk diperiksa;
Tidak menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan di Indonesia;
Menyalahgunakan pengukuhan pengusaha kena pajak;
Tidak menyetor pajak yang telah dipotong atau dipungut;
Dan lain-lain.
Salah satu tugas pegawai pajak yang terkait dengan
kementriannya, khususnya Direktorat Jenderal Pajak adalah
melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam pelaksanaan tugas itu, pegawai pajak tidak boleh
melakukan kejahatan yang mengarah kepada perbuatan
melanggar hukum pajak
Pasal 36 A ayat (1) UUKUP dapat dipahami bahwa
terjadinya kejahatan menghitung atau menetapkan pajak tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
keempat jenis kejahatan dibidang perpajakan
sebagaimana ditentukan pada Pasal 36A UUKUP memiliki
sanksi pidana yang berbeda-beda. Perbedaan itu didasarkan
pada subtansi kejahatan terhadap kerugian yang dialami oleh
negara dan bahkan kerugian wajib pajak yang memerlukan
perlindungan hukum dalam melaksanakan kewajibannya.
Kejahatan Dilakukan oleh Pegawai Pajak
Kejahatan di bidang perpajakan yang dilakukan oleh pegawai pajak diatur pada
Pasal 36A UUKUP. Dalam Pasal 36A UUKUP tersebut terdiri dari 4 (empat) jenis
kejahatan sebagai berikut :
1. Menghitung atau menetapkan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Bertindak diluar kewenangannya.
3. Melakukan pemerasan dan pengancaman.
4. Penyalahgunaan kekuasaan.
“Sanksi terhadap kejahatan menghitung atau menetapkan pajak tidak sesuai dengan
ketentuan UU perpajakan berdasarkan Pasal 36A ayat (1) UUKUP adalah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sanksi terhadap kejahatan ini, pelakunya dapat dikenakan
sanksi pidana maupun sanksi disiplin PNS tetapi penjatuhannya tidak boleh bersamaan.
Kemudian mengenai kejahatan bertindak diluar kewenangan, pegawai pajak dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya yang terdapat dalam Pasal
36A ayat (2) UUKUP. Dalam hal pegawai pajak melakukan tindak pidana, maka wajib pajak
dapat mengadukan tindak pidana tersebut kepada unit internal kementrian negara.
Sementara itu, sanksi pidana terhadap kejahatan melakukan pemerasan dan pengancaman
menurut Pasal 36A ayat (3) UUKUP diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 368 KUHP yang sanksinya berupa pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun.
Kemudian kejahatan menyalahgunakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 36A
ayat (4) UUKUP dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 12 UUPTPK yang
sanksi pidananya berupa pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Landasan hukum mengenai kejahatan di bidang perpajakan yang dilakukan
oleh wajib pajak adalah mengacu pada Pasal 38, Pasal 39, Pasal 39A, Pasal
41A, Pasal 41B, dan Pasal 41C UUKUP.
1. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
2. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak;
3. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
4. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;
5. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
6. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau
tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
7. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan
buku, catatan, atau dokumen lain;
8. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara
program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau
9. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
KETENTUAN PIDAN DALAM UU No 6 Tahun 1983 TENTANG
KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN
22
Wajib Pajak /
Penanggung Pajak
a. Orang Pribadi sebagai Individu Ps. 1 Huruf a UU
KUP & Ps1 ay (2) UU PDRD
b. Seseorang sebagai pengurus dari suatu badan hukum
perdata atau badan lainnya Ps. 1 huruf a dan Ps 37
ay (2) UU PDRD
c. Badan hukum perdata atau badan hukum lainnya
Ps. 108 ay (4) UU No.10/1995
23
Kejahatan Dilakukan oleh Wajib Pajak
1. Tidak Mendaftarkan Diri atau Melaporkan Usahanya;
2. Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan;
3. Pemalsuan Surat Pemberitahuan;
4. Menyalahgunakan Nomor Pokok Wajib Pajak;
5. Menggunakan Tanpa Hak Nomor Pokok Wajib Pajak;
6. Menyalahgunakan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
7. Menggunakan Tanpa Hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
8. Menolak untuk Diperiksa;
9. Pemalsuan Pembukuan, Pencatatan, atau Dokumen Lain;
10. Tidak Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan di Indonesia, Tidak Memperlihatkan
atau Tidak Meminjamkan Buku, Catatan, atau Dokumen Lain;
11. Tidak Menyimpan Buku, Catatan, atau Dokumen yang Menjadi Dasar Pembukuan atau
Pencatatan;
12. Tidak Menyetor Pajak yang telah Dipotong atau Dipungut;
13. Menerbitkan dan/atau Menggunakan Faktur Pajak, Bukti Pemungutan Pajak, Bukti
Pemotongan Pajak dan/atau Bukti Setoran Pajak;
14. Menerbitkan Faktur Pajak tetapi Belum Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
15. Tidak Memberi Keterangan atau Bukti;
16. Menghalangi atau Mempersulit Penyidikan;
17. Tidak Memenuhi Kewajiban Memberikan Data atau Infomasi;
18. Tidak Terpenuhi Kewajiban Pejabat dan Pihak Lain;
19. Tidak Memberikan Data dan Informasi Perpajakan
Jenis Hukuman Pidana Pajak
Pidana pokok berupa:
a. Pidana penjara;
b. Pidana kurungan;
c. Pidana denda;
d. Pidana tambahan, berupa:
Pencabutan hak-hak tertentu;
Perampasan barang-barang tertentu;
Pengumuman putusan hakim
25