PEMUNGUTAN PAJAK
Metode Pembelajaran.
Lingkup Pembelajaran.
24
A. Syarat Pemunutan Pajak
Sebagaimana kita ketahui bahwa pajak merupakan
pembayaran yang dapat dipaksakan kepada orang atau badan
yang memiliki, mempunyai penghasilan atau memiliki atau
menguasai suatu harta atau benda, demikian pula kita fahami
bahwa pajak harus berdasarkan undang-undang.
Guna memberikan rasa adil dan keadilan kepada para wajib
pajak, maka pemungutan pajak tidak boleh dilakukan sesuka hati,
tidak bias dilakukan seenaknya, oleh karena bila demikian maka
pemungutan pajak dapat menimbulakn hambatan atau
perlawanan.
Syarat dapat diartikan sebagai sesuatu yang wajib dipenuhi
dalam pelaksanaan norma atau kaidah, bila demikian maka
pemungutan pajak harus memenuhi syarat tersebut. Agar
pemungutan pajak menimbulakn hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memahani syarat, secara teoritik
syarat pemungutan pajak sebagai berikut :
1. Syarat Keadilan
Pemungutan Pajak harus adil sesuai dengan tujuan
hukum, yakni mencapai keadilan, sesuai dengan
peraturan perUndang-Undangan.
Adil dalam pengertian hukum atau perundang –
undangan dapat bersifat komutatif, atau bersifat
distributive yaitu mengenakan pajak secara umum dan
merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing.
Memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan
mengajukan banding kepada MPP.
25
2. Syarat Yuridis
syarat yuridis memberi pemahaman bahwa pemungutan
pajak daus berdasarkan dengan undang-undang, pajak
tanpa berdasarkan pada undang-undang adalah
perampokan, demikian hakikat pemungunta pajak secara
yuridis sesuai dengan ketentuan Pasal 23A ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3. Syarat Ekonomis
Syarat ekonomis mengajarkan bahwa pemungutan tidak
boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat atau dengan kata lain
pemungutan pajak tidak boleh menimbulkan dampak
Negara terhadap perekonomian baik perekonomian
Negara maupun terhadap perekonomi masyarakat.
4. Syarat Financiil
Syarat finsial erat kaitannya dengan biaya pemungutan
pajak, sehingga dapat dimaknai bahwa biaya
pemungutan pajak harus lebih kecil, lebih rendah, lebih
kurang daripa hasil pemungutan pajak.
Maksud dan tujuan syarat finansial adalah untuk
terpenuhinya fungsi pajak sebagai sumber pendapatan
atau penerimaan Negara yakni fungsi budgeter.
5. Syarat Administratif
Syarat administratif pemungutan pajak, terkait dengan
prosedur atau proses pemungutan pajak, dengan
demikian pemungutan pajak proses atau prosedurnya
harus sederhana, tidak rumit, tidak berbelik baik secara
administratif maupun dari segi waktu. Administrasi
26
Pemungutan Pajak yang sederhana akan memudahkan
dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
27
Secara teoritik terdapat 3 (tiga) asas pemungutan pajak yaitu:
2. Asas Kewarganegaraan
28
bersangkutan sekalipun orang tersebut tidak bertempat
tinggal didalam wilayah negara yang bersangkutan.
3. Asas Sumber.
29
Penerapan asas pemungutan pajak di Indonesia dapat
ditelusuri pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah dengan (a) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
dan (b) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan (c)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut ketiga asas
yaitu asas tempat tinggal, asas kewarganegaran dan asas
sumber.
30
sebagai pemikiran, ide atau gagasan yang menghubungkan
antara pembayar pajak dengan pemungut pajak yaitu negara.
1. Teori Asuransi
2. Teori Kepentingan
31
sosial mengemban tugas, fungsi dan wewenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan organisasi.
32
· pendekatan objektif, dengan melihat besarnya
penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh subjek
pajak atau wajib pajak.
4. Teori Bakti
33
kesatuan antara wajib pajak, ketentuan perjakan dan
pembayaran pajak dengan fiskus atau negara sebagai
pemungut pajak.
Kaitannya dengan stelsel pada dikenal 3 (tiga) jenis yaitu
(a) stelsel nyata; (b) stesel fiktif dan (c) stelsel camputan.
1. Stelsel Nyata.
Menurut sistem atau stelsel nyata, pengenaan pajak
(penghitungan dan pembayaran pajak), didasarkan pada
objek atau penghasilan yang nyata, sungguh-sungguh ada,
benar benar terjadi atau diperoleh dalam setiap tahun pajak
atau periode pajak.
Berpijak pada stelsel nyata, besarnya hutang pajak baru
dapat dihitung pada akhir tahun pajak atau akhir periode
pajak, karena penghasilan rill (nyata), baru dapat diketahui
setelah tahun pajak atau periode pajak berakhir.
2. Stelsel Fiktif.
Stelsel Fiktif kadang juga disebut stelsel anggapan,
asumsi atau perkiraan. Menurut sistem atau stelsel fiktif,
pengenaan pajak (penghitungan dan pembayaran pajak),
dapat didasarkan pada suatu anggapan atau asumsi walau
tahun pajak atau periode pajak masih berjalan.
Pembayaran pajak berdasarkan stelsel fiktif (anggapan
atau asumsi) dapat dilakukan kapan saja dalam periode
atau masa pajak berjalan, dan pada akhir tahun pajak baru
menggunakan stelsel nyata atau rill.
Apabila perhitungan dan pembayaran pajak berdasarkan
stelsel fikti berbeda dengan hasil perhitungan berdasarkan
stelsel nyata baik itu kurang atau lebih, maka perbedaan
tersebut dapat dilakukan dengan cara (a) membayar
34
kekurangan pajak terhutang, (b) meminta pengembalian
(restitusi) kelebihan pembayaran pajak atau (c) menjadikan
kelebihan pembayaran pajak sebagai kredit pajak.
3. Stelsel Camputan
Stelsel campuram merupakan perpaduan, atau
kembonasi antar stelsel nyata atau rill dengan stelsel fiktif
atau anggapan atau asumsi.
35