Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PEMUNGUTAN PAJAK

Tujuan Instruksional Umum.


Pembelajaran tentang pemungutan pajakdengan tujuan agar
mahasiswa peserta pembelajaran mengetahui, mengerti dan
memahami segala aspek yang berkaitan dengan pemungutan
pakak, yaitu (a) syarat pemungutan pajak; (b) asas pemungutan
pajak; (c) teori pemungutan pajak; dan (d) stelsel pemungutan
pajak.

Tujuan Instruksional khusus.

Pembelajaran tentang pemungutan pajakbertujuan agar


mahasiswa :

1. Mengerti, memahasi dan mampu menjelaskan syarat


pemungutan pajak.
2. Mengerti, memahami dan mampu menjelaskan asas
pemungutan pajak;
3. Mengerti, memahami dan mampu menjelaskan teori
pemungutan pajak;
4. Mengerti, memahami dan mampu menjelaskan stelsel
pemungutan pajak.

Metode Pembelajaran.

Pembelajaran tentang pengertian pajak dan hukum pajak


menggunakan metode ceramah dan diskusi.

Lingkup Pembelajaran.

Pembelajaran tentang pemungutan pajak dan hukum pajak


meliputi (a) syarat pemungutan pajak, (b) asas pemungutan pajak;
(c) teori pemungutan pajak; dan (d) stelsel pemungutan pajak.

24
A. Syarat Pemunutan Pajak
Sebagaimana kita ketahui bahwa pajak merupakan
pembayaran yang dapat dipaksakan kepada orang atau badan
yang memiliki, mempunyai penghasilan atau memiliki atau
menguasai suatu harta atau benda, demikian pula kita fahami
bahwa pajak harus berdasarkan undang-undang.
Guna memberikan rasa adil dan keadilan kepada para wajib
pajak, maka pemungutan pajak tidak boleh dilakukan sesuka hati,
tidak bias dilakukan seenaknya, oleh karena bila demikian maka
pemungutan pajak dapat menimbulakn hambatan atau
perlawanan.
Syarat dapat diartikan sebagai sesuatu yang wajib dipenuhi
dalam pelaksanaan norma atau kaidah, bila demikian maka
pemungutan pajak harus memenuhi syarat tersebut. Agar
pemungutan pajak menimbulakn hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memahani syarat, secara teoritik
syarat pemungutan pajak sebagai berikut :

1. Syarat Keadilan
Pemungutan Pajak harus adil sesuai dengan tujuan
hukum, yakni mencapai keadilan, sesuai dengan
peraturan perUndang-Undangan.
Adil dalam pengertian hukum atau perundang –
undangan dapat bersifat komutatif, atau bersifat
distributive yaitu mengenakan pajak secara umum dan
merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing.
Memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan
mengajukan banding kepada MPP.

25
2. Syarat Yuridis
syarat yuridis memberi pemahaman bahwa pemungutan
pajak daus berdasarkan dengan undang-undang, pajak
tanpa berdasarkan pada undang-undang adalah
perampokan, demikian hakikat pemungunta pajak secara
yuridis sesuai dengan ketentuan Pasal 23A ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

3. Syarat Ekonomis
Syarat ekonomis mengajarkan bahwa pemungutan tidak
boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat atau dengan kata lain
pemungutan pajak tidak boleh menimbulkan dampak
Negara terhadap perekonomian baik perekonomian
Negara maupun terhadap perekonomi masyarakat.
4. Syarat Financiil
Syarat finsial erat kaitannya dengan biaya pemungutan
pajak, sehingga dapat dimaknai bahwa biaya
pemungutan pajak harus lebih kecil, lebih rendah, lebih
kurang daripa hasil pemungutan pajak.
Maksud dan tujuan syarat finansial adalah untuk
terpenuhinya fungsi pajak sebagai sumber pendapatan
atau penerimaan Negara yakni fungsi budgeter.

5. Syarat Administratif
Syarat administratif pemungutan pajak, terkait dengan
prosedur atau proses pemungutan pajak, dengan
demikian pemungutan pajak proses atau prosedurnya
harus sederhana, tidak rumit, tidak berbelik baik secara
administratif maupun dari segi waktu. Administrasi

26
Pemungutan Pajak yang sederhana akan memudahkan
dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.

B. Asas- Asas Pemungutan Pajak.


Kata “asas” merupakan terjemahan dari bahasa Inggeris
yaitu principle yang bermakna basic truth or general law of
cause and effect. Principle is fundamental truth or doctrine, as a
law; a comprehensive rula or doctrine which funishes a basic or
origin for others.
Asas pemungutan pajak atau principle of tax collection
sesungguhnya merupakan asas hukum yang berlaku pada
pemungutan pajak, oleh sebab itu dapat dikemukakan bahwa
asas hukum pajak adalah merupakan pedoman atau pengarah
bagi pemerintah dalam rangka memungut pajak, agar
pemungutan pajak tidak bertindak sewenang-wenang dalam
pelaksanaan pemungutan pajak.
Pada bab ini akan diurai jenis asas pemungutan pajak
dan penerapan asas pemungutan pajak di Indonesia, yaitu :

1. Jenis Asas Permungutan Pajak

Pengumutan pajak bermakna pengambilan sebagian


harta atau kekayaan sesorang atau badan oleh negara, dalam
rangka pengambilan sebagian harta atau kekayaan sesorang
atau badan harus berpijak pada suatu prinsip sebagai acuan
pemikiran.

Asas pemungutan diartikan sebagai dasar atau dasar


hukum yang fundamental yang dijadikan sebagai acuan
berpikiran dalam pemungutan pajak.

27
Secara teoritik terdapat 3 (tiga) asas pemungutan pajak yaitu:

1. Asas Tempat Tinggal atau asas domisili.

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan asas


domisili atau tempat tinggal wajib pajak, yaitu pajak
dipumungut bardasarkan tempat tinggal atau domisili
wajiab pajak (orang atau badan)

Suatu negara atau daerah berdasarkan asas tempat


tinggal atau domisili hanya dapat memungut pajak terhadap
orang atau badan yang bertempat tinggal atau berdomisili di
negara atau daerah yang bersangkutan atas seluruh
penghasilan di manapun diperoleh, tanpa memperhatikan
apakah orang atau badan yang bertempat tinggal tersebut
warga negara atau bukan warga negara(orang atau badan
asing).

2. Asas Kewarganegaraan

Kewarganegaraan berasal dari kata warganegara,


sedangkan warga negara diartikan sebagai suatu hubungan
hukum publik atau seseorang dengan negaranya dimanapun
yang bersangkutan berada (baik didalam negeri, maupun
diluar negari).

Asas Kewarganegaraanberpijak pada prinsip


kebangsaan wajib pajak, sehingga berdasarkan asas
Kewarganegaraan pajak dapat dipungut oleh negara sesuai
dengan kewarganegaraan wajib pajak.

Suatu negara memungut pajak padawajib pajak (orang)


yang mempunyai kewarganegaraan atas negara yang

28
bersangkutan sekalipun orang tersebut tidak bertempat
tinggal didalam wilayah negara yang bersangkutan.

Misalnya : Negara A  akan memungut pajak terhadap


semua orang yang berkewarganegaraan negara A sekalipun
orang tersebut tidak bertempat tinggal di Negara A.

3. Asas Sumber.

Asas sumber adalah merupakan suatu asas pemungutan


pajak yang didasarkan pada sumber atau tempat penghasilan
berada atau diperoleh.

Apabila suatu sumber penghasilan berada di suatu


negara maka negara tersebut berwenang atau dapat
memungut pajak kepada setiap orang yang memperoleh
penghasilan dari tempat atau sumber penghasilan tersebut
berada.

2 Penerapan asas Pemungutan Pajak di Indonesia.

Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana telah


diuraikan adalah bersifat umum, artinya atas tersebut dapat
dianut oleh semua negara, walaupun demikian negara dapat
menentukan asas apa yang dianut dalam hal pemungutan
pajak.

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan


ketentuan Pasal 23A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah menetapkan berbagai
objek pajak sebagai sumber penerimaan negara, dan oleh sebab
itu negara berwenang untuk memungut pajak kepada orang
atau badan sesuai dengan objek pajak tersebut.

29
Penerapan asas pemungutan pajak di Indonesia dapat
ditelusuri pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah dengan (a) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
dan (b) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan (c)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut  ketiga asas
yaitu asas tempat tinggal, asas kewarganegaran dan asas
sumber.

a. asas tempat tinggal.


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 menegaskan
adanya batasan waktu untuk bertempat tinggal atau
berada di Indonesia yaitu lebih daari 183 hari dalam
jangka waktu 12 Bulan.
b. asaskewarganegaraan dan asas sumber.
dapat dipahami yaitu bahwa terhadap setiap warga
negara Indonesia dimanapun berada akan dikenakan
pajak penghasilan.

C. Teori Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak pada dasarnya merupakan beban yang


bersifat ekonomi kepada orang atau badan, oleh sebab itu
pemungutannya harus didasarkan pada suatu pemikiran yang
bersifat rasional, sebagai pembenaran bagi negara untuk
memungut pajak.

Teori dapat didefenisikan sebagai ide, pemikiran atau


gagasan yang disusun secara teoritis untuk menentukan
hubungan antara fakta yang satu dengan fakta lainnya.Dalam
kaitannya dengan teori pemungutan pajak dapat difenisikan

30
sebagai pemikiran, ide atau gagasan yang menghubungkan
antara pembayar pajak dengan pemungut pajak yaitu negara.

Secara umum terdapat beberapa teori yang menjelaskan


atau memberikan justifikasi kewenangan kepada negara untuk
memungut pajak, baik terhadap orang maupun terhadap
badan, teori-teori tersebut antara adalah :

1. Teori Asuransi

Teori Asuransi berasumsi bahwa negara merupakan


perusahaan asuransi yang memberikan perlindungan kepada
setiap orang atau badan termasuk perlindungan terhadap harta
benda dan hak hak orang atau badan.

Negara diasumsikan sebagai perusahaan asuransi berhak


memungut premi dari peserta asuransi. Dalam konsep dan
konteks perusahaan asuransi itulah negara memungut pajak
dari orang atau badan sebagai insrumen untuk memberikan
perlingunan baik atas keselamatan jiwa, harta benda, dan
hak-hak rakyatnya.

Atas dasar pemikiran terori asuransi Negara berwenang


memungut pajak dari orang atau badan dan orang atau badan
tersebut wajib membayar pajak kepada negara.

2. Teori Kepentingan

Negara dipandang sebagai organisasi yang memiliki


anggota dan pengurus, anggota organisasi negara adalah rakyat
dan pengurusnya adalah pemerintah. Sebagai organisasi baik
sebagai organisasi kekuasaan maupun sebagai organisasi

31
sosial mengemban tugas, fungsi dan wewenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan organisasi.

Guna menyelenggarakan tugas, fungsi dan wewenang


negara (pemerintah) dalam rangka memeuhi kepentingan
anggotanya (rakyat) negara diberi kekuasaan untuk memungut
pajak dari warga negaranya atau orang/badan yang berada
dalam negara tersebut.

Pemungutan pajak dimaksudk sebagai upaya menghimpun


uang untuk membiayai kepentingan negara atau kepentingan
warga negara.Teori kepentingan juga dapat dijadiukan dasar
untuk menentukan beban pajak sesorang atau badan, semakin
besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi
pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Daya pikul diartikan sebagai kemanpuan sesorang untuk


menanggung beban, kaitannya dengan pajak dapat diartikan
sebagai kemapuan seseorang untuk menanggung beban pajak.
Atas dasar daya pikul seseorang ditetapkanlah besar beban
pajaknya, dan oleh sebab itu bebab pajak seseorang dapat
berbedakan seuai dengan daya pikulnya artinya pajak harus
dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.

Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2


pendekatan yaitu (1) pendekatan objektif dan (b) pendekatan
subjektif.

32
· pendekatan objektif, dengan melihat besarnya
penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh subjek
pajak atau wajib pajak.

· pendekatan subjektif, dengan memperhatikan besarnya


kebutuhan materiil yang harus dipenuhi subjek pajak
atau wajib pajak.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan


rakyat dapat negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti,
rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak
adalah sebagai suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.


Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari
rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga
negara.Selanjutnya negara akam menyalurkannya kembali ke
masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh
masyarakat lebih diutamakan

D. Stelsel Pemungutan Pajak.


Kata stelsel berasal dari bahasa Inggeris yang berarti
sistem, yakni suatu sistem yang mengatur hubungan hukum
antar warna negara dengan negara yang demikian lazim disebut
stelsel bernegara.
Pemungutan pajak juga berlaku stelsel pajak yang suatu
sistem berkait dengan sikap tindak yang merupakan satu

33
kesatuan antara wajib pajak, ketentuan perjakan dan
pembayaran pajak dengan fiskus atau negara sebagai
pemungut pajak.
Kaitannya dengan stelsel pada dikenal 3 (tiga) jenis yaitu
(a) stelsel nyata; (b) stesel fiktif dan (c) stelsel camputan.
1. Stelsel Nyata.
Menurut sistem atau stelsel nyata, pengenaan pajak
(penghitungan dan pembayaran pajak), didasarkan pada
objek atau penghasilan yang nyata, sungguh-sungguh ada,
benar benar terjadi atau diperoleh dalam setiap tahun pajak
atau periode pajak.
Berpijak pada stelsel nyata, besarnya hutang pajak baru
dapat dihitung pada akhir tahun pajak atau akhir periode
pajak, karena penghasilan rill (nyata), baru dapat diketahui
setelah tahun pajak atau periode pajak berakhir.

2. Stelsel Fiktif.
Stelsel Fiktif kadang juga disebut stelsel anggapan,
asumsi atau perkiraan. Menurut sistem atau stelsel fiktif,
pengenaan pajak (penghitungan dan pembayaran pajak),
dapat didasarkan pada suatu anggapan atau asumsi walau
tahun pajak atau periode pajak masih berjalan.
Pembayaran pajak berdasarkan stelsel fiktif (anggapan
atau asumsi) dapat dilakukan kapan saja dalam periode
atau masa pajak berjalan, dan pada akhir tahun pajak baru
menggunakan stelsel nyata atau rill.
Apabila perhitungan dan pembayaran pajak berdasarkan
stelsel fikti berbeda dengan hasil perhitungan berdasarkan
stelsel nyata baik itu kurang atau lebih, maka perbedaan
tersebut dapat dilakukan dengan cara (a) membayar

34
kekurangan pajak terhutang, (b) meminta pengembalian
(restitusi) kelebihan pembayaran pajak atau (c) menjadikan
kelebihan pembayaran pajak sebagai kredit pajak.

3. Stelsel Camputan
Stelsel campuram merupakan perpaduan, atau
kembonasi antar stelsel nyata atau rill dengan stelsel fiktif
atau anggapan atau asumsi.

Apabila kita memerhatikan ketentuan Pasal 25 dan Pasal


29 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan maka dapat kita fahami bahwa Pemungutan Pajak
Penghasilan di Indonesia mengamut kedua stelsel tersebut
yaitu menganut stelsel nyata atau riil dan stelsel fiktif dengan
demikian Indonesia menerapkan stelsel campuran.

35

Anda mungkin juga menyukai