Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fredrik Hayon

Nim : 18110055
Matkul : Hukum Pajak
Dosen : Sunarya Raharja, SH., M.Hum

UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Perpajakan dari aspek yuridis:


a. Dari sisi hukum, pajak merupakan sebuah perikatan namun berbeda dengan
perikatan perdata pada umumnya. Dalam perikatan perdata, timbulnya perikatan
dapat terjadi karena perjanjian dan undang-undang. Perikatan dalam hukum
perdata merupakan perikatan sempurna karena menimbulkan hak dan kewajiban.
Keberadaan hak selalu disertai dengan kewajiban, begitupun sebaliknya.
Sedangkan perikatan pajak yang diikuti oleh hukum publik terjadi karena undang-
undang, sehingga negara mempunyai kewenangan untuk memaksa memungut
pajak dan wajib pajak. Namun, perikatan ini berbeda karena tidak ada imbal
baliknya seperti perikatan dalam hukum perdata, maka perikatan pajak merupakan
perikatan yang tidak sempurna.
b. Dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 45 menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan
negara harus berdasarkan undang-undang.

2. Teori dan Asas:


a. Menurut teori ini, pemungutan pajak didasarkan pada jasa negara kepada warga
negara yaitu perlindungan jiwa, raga dan harta bendanya. Titik berat pemungutan
pajak berdasarkan prinsip keadilan yaitu kemampuan wajib pajak berdasarkan
penghasilan, kekayaan, belanja, pengeluaran dan jumlah tanggungan.
b. Dengan berdasar pada bukunya yang berjudul “Wealth of Nations”, Adam Smith
dikenal dengan 4 asas pemungutan pajak menurut pendapatnya sendiri, yaitu:
1) Asas Equality (Keseimbangan atau Keadilan)
Pada asas ini menyatakan bahwa dalam hal pemungutan pajak, negara
harus menyesuaikan dengan kemampuan dan juga penghasilan yang
diperoleh atau diterima dari Wajib Pajak. Negara tidak boleh bertindak
diskriminatif atau seenaknya sendiri dalam hal melakukan pemungutan
pajak terhadap Wajib Pajak. Jadi, dalam asas ini menyiratkan bahwa Wajib
Pajak yang memiliki kemampuan lebih dan harta yang dimiliki juga
banyak, maka pemungutan pajak yang dibebankan kepadanya juga dengan
tarif yang tinggi disesuaikan dengan kemampuan ekonomis yang
dimilikinya.
2) Asas Certainty (Kepastian Hukum)
Asas ini menunjukkan bahwa semua pungutan pajak harus didasarkan
pada Undang-Undang (UU) yang berlaku, sehingga bagi pihak-pihak yang
melanggar atas pungutan pajak ini akan dikenakan sanksi hukum yang
sesuai dengan Undang-Undang (UU). Penetapan pajak harus dilakukan
secara transparan sesuai dengan hukum yang berlaku, yaitu Undang-
Undang (UU).
3) Asas Convinience of Payment (Tepat Waktu)
Dalam asas ini, pungutan pajak harus berdasarkan dengan saat yang tepat
bagi Wajib Pajak (saat yang paling baik). Misalnya adalah disaat wajib
pajak baru menerimakan penghasilannya atau menerima hadiah. Hal ini
bertujuan agar Wajib Pajak tidak merasa dibebani atau keberatan atas
pajak yang dipungut.
4) Asas Efficiency (Efisiensi atau Ekonomis)
Asas ini terkait dengan biaya pemungutan pajak yang diusahakan untuk
dapat sehemat mungkin. Asas ini menjadi patokan agar tidak terjadi biaya
pemungutan pajak yang lebih besar dari hasil pemungutan pajak. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pemungutan pajak harus dilakukan secara
tepat dan benar agar tujuan dari pemungutan pajak ini dapat tercapai.

3. Pada sistem pemungutan pajak official assessment membebankan wewenang dalam


menentukan besarnya pajak yang terutang pada petugas perpajakan. Dimana petugas
perpajakan tersebut berperan sebagai pihak pemungut pajak yang dibebankan kepada
seorang wajib pajak. Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh.

4. Dalam hal perpajakan Keberatan adalah upaya hukum yang biasa dalam hukum pajak
yang digunakan oleh wajib pajak untuk memohon keadilan atas kerugian, baik yang
dilakukan oleh pejabat pajak maupun oleh pemotong atau pemungut pajak yang
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak (Yang melatarbelakangi wajib pajak
mengajukan keberatan adalah atas suatu:
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
 Surat Ketetapan Pajak Nihil
 Pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak ketiga.

5. Dalam kebijakan pemungutan pajak di Indonesia, pemerintah melalui cara intensifikasi


dan melalui ekstensifikasi pemungutan pajak harus harus tetap menjunjung tinggi asas-
asas, prinsip-prinsip, ajaran-ajaran, yang dianut dan berlaku di bidang Ilmu Hukum.
Saran:
Pelanggaran-pelanggaran bidang pajak sebaiknya juga diselesaikan menggunakan hukum
pidana agar para pelaku jera. Jika tujuan perpajakan untuk secepatnya memasukan uang
kepada negara, penerapan sanksi administrasi memang tepat, tetapi untuk memberi efek
jera tehadap wajib pajak dan fiskus dapat diberlakukan sanksi pidana.

Anda mungkin juga menyukai