Anda di halaman 1dari 4

HKUM4407

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4407/Hukum Pajak Dan Acara Perpajakan
Tugas :1

No. Soal
1. Sanksi bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
telah ditetapkan berupa denda sebesar 100 ribu rupiah. Namun pada praktiknya, biaya yang harus
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan penagihan sering kali lebih besar apabila
dibandingkan dengan nilai denda sebesar 100 ribu rupiah tersebut.

Pertanyaan:
Menurut pendapat Anda, apakah Direktorat Jenderal Pajak tetap perlu melakukan penagihan atas
denda tersebut? Bandingkan dengan syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan peraturan
perpajakan yang adil menurut Adam Smith yang sering disebut dengan "The Four Cannons of Adam
Smith".
Jawaban :
Menurut saya bahwa Direktorat Jendral Pajak tetap masih perlu melakukan penagihan atas denda
tersebut dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atau Kementerian Keuangan mengenakan sanksi
berupa Denda sebesar Rp100 Ribu sampai Rp1 Juta bagi wajib pajak yang terlambat melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2020 adapun biaya denda telat lapor SPT Tahunan sebesar Rp100 ribu
berlaku bagi wajib pajak pribadi dan denda Rp1 juta untuk wajib pajak badan, biaya denda ini masih bisa
bertambah bila wajib pajak yang seharusnya membayar denda terlambat menyetor uang denda.
Penambahan biaya denda mengikuti tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), untuk terlambat
bayar, sanksi per bulannya adalah sesuai suku bunga acuan yang ditetapkan ditambah uplift 5 persen
dan dibagi 12 bulan. Paling lama untuk 24 bulan, ketentuan ini berubah dari sebelumnya sebesar 2
persen per bulan. Aturan baru ini mengikuti ketentuan di Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, tapi akan
diperjelas dalam PP dan PMK turunan UU Cipta Kerja,

Dan di bandingkan dengan Adam Smih yang sering disebut dengan "The Four Cannons of Adam Smith"
ialah Adam Smith 1723-1790 dalam Siti Kurnia Rahayu 2013:63, memberikan pedoman bagi peraturan
perpajakan, di mana pemungut pajak dalam memungut pajaknya harus membuat peraturan dan mengikuti
peraturan tersebut yang memenuhi rasa keadilan, yaitu dengan memenuhi prinsip Certainty, Equality,
Convenience, dan Economic Efisiensi. Keempat prinsip tersebut disebut sebagai “The four cannons of
Adam Smith” atau sering juga disebut “The four Maxims” dengan uraian sebagai berikut:
1. Pajak yang harus dibayar oleh seseorang harus jelas certain, dan tidak mengenal kompromi not
arbitrary. Dalam prinsip certainty ini, kepastian hukum yang dipentingkan adalah yang mengenai
subjek, objek, besarnya pajak, dan juga ketentuan mengenai waktu pembayarannya.
2. Pembagian tekanan pajak di antara subjek-subjek pajak masing-masing hendaknya dilakukan
seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya masing-
masing, di bawah perlindungan pemerintah. Dalam prinsip ini tidak diperbolehkan suatu negara
mengadakan diskriminasi diantara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama, para wajib pajak
harus dikenakan pajak yang sama pula.
3. Every tax ought to be levied at the time, or in the manner, in which it is most likely to be convenient for
the contributor to pay it. Teknik pemungutan pajak yang dianjurkan ini convenience of payment
menetapkan bahwa pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi para wajib pajak yaitu
saat sedekat-dekatnya dengan detik diterimanya penghasilan yang bersangkutan.
4. Every tax ought to be so contrived as both to take out and to keep out of the pockets of the people as
little as possible over and above what it brings into to public treasury of the state. Prinsip ini menetapkan
bahwa pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya, jangan sekali-kali biaya
pemungutan melebihi pemasukan pajaknya. Dari keempat prinsip yang dikemukakan oleh Adam smith,
menyimpulkan masing-masing prinsip tersebut sebagai berikut:

1 dari 2
HKUM4407
1. Prinsip Keadilan dan Pemerataan Equality. Equality mengandung arti bahwa keadaan yang sama atau
orang yang berada dalam keadaan yang sama harus dikenakan pajak yang sama. Equality atau
kesamaan dalam sistem perpajakan lazimnya disebut nondiscrimination sehingga orang asing dan
Warga Negara Indonesia yang berada dalam keadaan yang sama akan diperlakukan sama dan
dikenakan pajak yang sama besar.
2. Prinsip Kepastian Hukum Certainty Dalam prinsip pemungutan pajak yang dikemukan oleh Adam
Smith, kaidah certainty dimaksudkan supaya pajak yang harus dibayar seseorang harus terang dan
pasti tidak dapat dimulur-mulur atau ditawar-tawar.
3. Prinsip Convenience Prinsip ini dimaksudkan supaya dalam memungut pajak, pemerintah hendaknya
memperhatikan saat-saat yang paling baik bagi si pembayar pajak.
4. Prinsip Efisiensi Economic Adam Smith mengungkapkan kaidah efficiency dimaksudkan supaya
pemungutan pajak hendaknya dilaksanakan dengan sehemat-hematnya, jangan sampai biaya-biaya
memungut justru menjadi lebih tinggi daripada pajak yang dipungut.

2. Menurut system pemungutannya, pajak dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:


1. Official/government system
2. Self-assessment system
3. With holding tax system
Ketiga sistem ini digunakan pada Indonesia, baik pada pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak maupun pajak daerah yang dikelola oleh masing-masing Pemerintah Daerah.

Pertanyaan:
Menurut Anda, dari kasus berikut, termasuk ke dalam sistem apakah kelompok pajak tersebut? Berikan
penjelasan atas pendapat Anda.
A adalah seorang karyawan pada sebuah perusahaan swasta. Setiap tahunnya, A membayar Pajak
Penghasilan (PPh) melalui perusahaan yang melakukan penghitungan atas pajak yang harus dibayarkan
A, memotong gaji A sesuai dengan nilai pajak yang harus dibayarkan, dan kemudian perusahaan
menyetorkannya sebagai pembayaran PPh dari A.
Jawaban :
Dapat saya jelasakan terkait contoh kasus diatas dalam menerapkan system pajak yang diterapkan pada
wajib pajak A yaitu siistem pemungutan pajak withholding system,yaitu besarnya pajak biasanya dihitung
oleh pihak ketiga, bukan mereka wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. contoh Witholding System
adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi atau perusahaan
terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke kantor pajak untuk membayarkan pajak tersebut.

Jenis pajak yang biasanya menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh
Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Bukti potong atau bukti pungut biasanya
digunakan sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem ini.

Untuk beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti potongan
tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari wajib pajak yang
bersangkutan.

Withholding merupakan jalan pintas bagi pemerintah untuk memungut pajak. Lantaran wajib pajak
ditugaskan untuk melakukan pemungutan dan pemotongan pajak atas pihak lainnya, sehingga pemerintah
tidak memerlukan upaya dan biaya besar untuk mengumpulkan pajak. Demikian.

2 dari 2
HKUM4407
3. Menurut system pemungutannya, pajak dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Official/government system
2. Self-assessment system
3. With holding tax system
Ketiga sistem ini digunakan pada Indonesia, baik pada pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak maupun pajak daerah yang dikelola oleh masing-masing Pemerintah Daerah.

Pertanyaan:
Menurut Anda, dari kasus berikut, termasuk ke dalam sistem apakah kelompok pajak tersebut? Berikan
penjelasan atas pendapat Anda.
B memiliki sebidang tanah dengan bangunan di atasnya. Atas tanah dan bangunan tersebut, B memiliki
kewajiban untuk melakukan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang nilainya telah ditentukan
berdasarkan perhitungan oleh Pemerintah Kabupaten tempat lokasi tanah dan bangunan tersebut.
Jawaban :
Dapat saya jelaskan Sistempajak yang diterapkan pada Contoh kasus diatas ialah sistem pajak Official
Assessment System dan Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan
sebagai pemungut pajak kepada seorang wajib pajak.
Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif dan nilai pajak terutang akan diketahui setelah dikeluarkannya
surat ketetapan pajak oleh aparat perpajakan. Sistem pengmabilan pajak ini biasanya diterapkan dalam
pelunasan pajak daerah seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB).
Dalam pembayaran PBB, kantor pajak merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi
besaran PBB terutang setiap tahunnya, Jadi Wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang
melainkan cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan
oleh KPP tempat objek pajak terdaftar. Demikian.
4. Menurut system pemungutannya, pajak dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Official/government system
2. Self-assessment system
3. With holding tax system
Ketiga sistem ini digunakan pada Indonesia, baik pada pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak maupun pajak daerah yang dikelola oleh masing-masing Pemerintah Daerah.

Pertanyaan:
Menurut Anda, dari kasus berikut, termasuk ke dalam sistem apakah kelompok pajak tersebut? Berikan
penjelasan atas pendapat Anda.
Perusahaan C adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur kendaraan di
Indonesia. Setiap tahunnya, perusahaan C melakukan penghitungan atas penghasilan yang diperoleh
selama satu tahun dan kemudian melakukan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) yang harus
dibayarkan. Perusahaan C kemudian menyetorkan jumlah pajak yang masih harus dibayar dan kemudian
melaporkannya dalam Surat Pemberitahunan (SPT) Tahunan.
Jawaban :
Dapat saya jelaskan bahwa Contoh kasus tersebut diatas termasuk dalam sistem Self Assessment
System dan Self Assessment System adalah merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan
penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.
Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar,
dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi
online yang sudah dibuat oleh pemerintah.
Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib
pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.
Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai
diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini.
Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak memiliki
wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak
biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin. Demikian.

3 dari 2
HKUM4407

4 dari 2

Anda mungkin juga menyukai