Anda di halaman 1dari 9

https://klikpajak.

id/blog/bayar-pajak/4-prinsip-pajak-di-indonesia/

1. Prinsip Keadilan (Equity)

Keadilan vertikal maupun keadilan horizontal dalam pemungutan pajak harus dipenuhi. Prinsip
keadilan intinya memperhatikan pengenaan pajak secara umum serta sesuai dengan kemampuan
Wajib Pajak atau sebanding dengan tingkat penghasilannya. Keadilan horizontal yaitu pembayar
pajak dengan kondisi sama atau sejajar akan dikenai beban pajak yang sama. Sementara keadilan
horizontal yaitu ketika pembayar pajak dengan jumlah penghasilan lebih besar akan menanggung
beban pajak lebih besar dibanding pembayar pajak dengan penghasilan kecil.

2. Prinsip Kepastian (Certainty)

Pemungutan pajak harus dilakukan dengan tegas, jelas, dan terdapat kepastian dan jaminan hukum.
Prinsip kepastian memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak mengenai objek pengenaan pajak,
besaran pajak atau dasar pengenaan pajak, serta segala tata cara dalam memenuhi kewajiban
perpajakan. Hal tersebut dimaksudkan agar mudah dimengerti oleh Wajib Pajak dan memudahkan
administrasi.

3. Prinsip Kecocokan/Kelayakan (Convience)

Pajak yang dipungut hendaknya tidak memberatkan Wajib Pajak serta hendaknya sejalan dengan
sistem self assessment. Artinya, pemerintah mengutamakan serta memperhatikan layak atau
tidaknya seseorang dikenakan pajak, sehingga orang yang dikenai pajak akan senang hati dan tulus
memenuhi dan membayar kewajiban pajaknya.

4. Prinsip Ekonomi (Economy)

Pada saat menetapkan dan memungut pajak harus mempertimbangkan biaya pemungutan pajak
dan harus proporsional. Pemerintah akan menerapkan sistem perpajakan yang efektif dan efisien,
seperti biaya pemungutan pajak yang rendah. Jangan sampai biaya pemungutan lebih tinggi dari
beban pajak yang dikenakan.

https://klikpajak.id/blog/berita-pajak/7-asas-pemungutan-pajak-yang-berlaku-di-indonesia/
#:~:text=Asas%20pemungutan%20pajak%20sendiri%20digunakan,yang%20berwenang%20untuk
%20pengumpulan%20pajak.

Asas Wilayah

Asas wilayah, hampir sama dengan asas tempat tinggal. Asas ini berlaku berdasarkan pada lokasi
tempat tinggal wajib pajak. Sederhananya, wajib pajak yang memiliki objek pajak dalam bentuk
apapun di wilayah negara Indonesia, maka wajib mematuhi peraturan perpajakan Indonesia.

Sama halnya jika ada warga negara asing yang misal memiliki aset atau objek pajak di Indonesia,
maka warga negara asing tersebut wajib menaati peraturan perpajakan yang berlaku. Mungkin
terdapat sedikit perbedaan, namun pada dasarnya pemberlakuan pengenaan pajak akan dilakukan
secara merata.
Asas Kebangsaaan

Asas ini mendasarkan pengenaan pajak pada setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia. Hal
yang sama juga berlaku untuk warga negara asing yang telah tinggal atau berada di wilayah negara
Indonesia selama lebih dari jangka waktu 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara.

Untuk WNA yang memenuhi syarat tersebut, maka setiap penghasilan yang didapatkan akan
memiliki tanggung jawab pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, pengenaan
pajak juga akan berlaku secara merata.

Asas Sumber

Asas sumber diartikan sebagai pemungutan pajak berdasarkan tempat perusahaan berdiri atau
tempat tinggal wajib pajak. Pada dasarnya pajak yang berlaku di Indonesia adalah pajak untuk orang
yang tinggal dan bekerja di Indonesia.

Jika misal seseorang tinggal di Indonesia, namun memiliki penghasilan di luar negeri, selama
penghasilan tersebut akan digunakan di Indonesia, maka juga akan dikenai pajak. Namun demikian,
pajak yang diberlakukan memiliki peraturan sendiri, akan masuk dalam PPh Pasal 22.

Asas Umum

Asas umum diartikan sebagai pemungutan pajak yang dilakukan di Indonesia akan diterapkan pada
setiap objek pajak dan wajib pajak secara umum. Dengan perhitungan yang cermat, setiap wajib
pajak akan memiliki besaran tanggungan pajak yang sesuai dengan porsinya.

Asas umum juga berarti bahwa setiap pemungutan yang dilakukan di Indonesia hasilnya akan
digunakan untuk kepentingan umum. Wujudnya beragam, seperti jalan raya, pembangunan sarana
transportasi, serta fasilitas umum lainnya.

Asas Yuridis

Dasar pemberlakuan asas yuridis di Indonesia adalah Pasal 23 Ayat 2 UUD 145. Regulasi ini kemudian
juga didukung dengan beberapa regulasi lain mengenai pemungutan pajak di Indonesia.

UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

UU Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

UU Nomor 14 Tahun 2002 Pengadilan Pajak yang Berlaku di Indonesia

UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan
atas Barang Mewah

Asas Ekonomis
Diartikan bahwa pemungutan pajak idealnya dapat meningkatkan perekonomian negara dan
masyarakat secara umum. Pemungutan pajak yang dilakukan pemerintah tidak boleh hingga
memberatkan masyarakat dan malah membuat ekonomi secara umum merosot.

Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan sebesar-besarnya pada hasil pendapatan pajak untuk
kepentingan bersama.

Asas Finansial

Artinya setiap wajib pajak akan dikenakan pajak berdasarkan kondisi finansial yang bersangkutan.
Wajib pajak dengan pendapatan Rp5.000.000 tentu akan memiliki beban pajak yang lebih kecil
daripada wajib pajak dengan pendapatan Rp1.000.000.000. Asas pemungutan pajak yang terakhir ini
menjadi pedoman utama perhitungan beban pajak yang dimiliki.

-Terkait dengan asas pemungutan pajak, memang ketujuh asas di atas diberlakukan secara
bersamaan demi menjamin keadilan sosial. Tentu saja, dengan sistem self assessment yang kini
diberlakukan, wajib pajak diberikan kepercayaan penuh oleh negara untuk menghitung, membayar
atau menyetor serta melaporkan pajak yang menjadi tanggung jawabnya

https://www.linovhr.com/manfaat-pajak/#:~:text=Adapun%2C%20manfaat%20pajak%20adalah
%20%3A,biaya%20operasional%20negara%20dan%20lainnya.

Manfaat Pajak

Dana yang terkumpul dari pembayaran pajak merupakan salah satu sumber pendapatan vital bagi
negara. Semua akan digunakan oleh negara dan diperuntukkan bagi sebesar-besar kemakmuran
rakyat.

Adapun, manfaat pajak adalah :

1.Membiayai Semua Pengeluaran Negara seperti pembangunan nasional, pembiayaan penegakan


hukum, keamanan negara, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik, subsidi, biaya operasional
negara dan lainnya.

2.Mengatur laju inflasi

3.Mengatur laju pertumbuhan ekonomi negara

4.Sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor (pajak ekspor barang)

5.Memberikan perlindungan terhadap barang produksi dari dalam negeri

6.Menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian di Indonesia

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


Setiap negara di dunia memiliki sistem dan metode yang berbeda, sedangkan Indonesia memiliki 3
sistem yang berlaku. Untuk lebih lengkapnya, mari ulas satu per satu ketiga metode tersebut.

https://www.rusdionoconsulting.com/sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia/

Self Assessment System

Self assessment system adalah sistem pemungutan yang membebankan penentuan besaran pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak yang bersangkutan secara mandiri. Berarti, wajib pajak berperan
aktif dalam perhitungan, pembayaran, serta pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
dengan sistem administrasi online resmi dari pemerintah.

Contoh sistem pemungutan pajak dari self assessment system, yakni jenis pajak PPN serta PPh.
Sistem pemungutan yang telah berlaku sejak masa reformasi yaitu 1983 hingga saat ini yang berlaku
untuk jenis pajak pusat. Sementara itu melalui sistem ini, pemerintah berperan sebagai pengawas
dari kegiatan perpajakan dari wajib pajak.

Akan tetapi, dengan adanya kemudahan dan keleluasaan bagi para wajib pajak, beberapa
konsekuensi dapat terjadi dalam self assessment system. Hal ini karena segala perhitungan hingga
pelaporan dilakukan oleh wajib pajak, maka wajib pajak pun berusaha untuk melakukan penyetoran
sekecil mungkin. Bahkan, ada pula laporan palsu atas kekayaan yang dapat terjadi.

Agar lebih jelas, berikut ciri-ciri self assessment system:

Wajib pajak menentukan besaran pajak terutang.

Wajib pajak memiliki peran aktif untuk menyelesaikan kewajiban pajak, mulai dari perhitungan,
pembayaran, maupun pelaporan.

Pemerintah tidak harus menerbitkan surat ketetapan pajak, kecuali ketika wajib pajak telat melapor,
telat membayar utang, maupun terdapat kewajiban pajak yang tidak dibayar oleh wajib pajak.

Official Assessment System

Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang dalam
penentuan besaran pajak terutang fiskus maupun aparat perpajakan sebagai pemungut pajak.

Dengan sistem official assessment, wajib pajak memiliki sifat pasif dan pajak terutang pun ada ketika
fiskus mengeluarkan surat ketetapan pajak. Contoh sistem pemungutan pajak yang satu ini yakni
dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) maupun jenis pajak daerah lainnya.

Hal tersebut karena ketika membayar PBB, KPP menjadi pihak yang menerbitkan surat ketetapan
pajak yang berisikan besaran PBB terutang di setiap tahun.
Dengan demikian, wajib pajak tak perlu lagi melakukan perhitungan pajak terutang. Wajib pajak
hanya perlu melunasi PBB dengan jumlah yang sesuai dengan Surat Pembayaran Pajak Terutang
(SPPT) yang diterbitkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.

Penerapan sistem ini pun ditujukan kepada wajib pajak yang dinilai belum mampu diberi tanggung
jawab penuh untuk menghitung dan menetapkan besaran pajak. Sistem pun akan berhasil jika
petugas memenuhi ketentuan standar dan kebutuhan secara kualitas, kuantitas, serta integritas.

Berikut ciri-ciri sistem pemungutan pajak official assessment:

Petugas pajak yang menghitung dan memungut besaran pajak terutang.

Wajib pajak memiliki sifat pasif dalam menghitung besaran pajak.

Pajak terutang besarannya sesuai surat ketetapan pajak yang dikeluarkan oleh petugas pajak.

Pemerintah mempunyai hak penuh dalam penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan.

Withholding System

Withholding system adalah sistem pemungutan yang memberikan otoritas kepada pihak ketiga
dalam penentuan besaran pajak terutang wajib pajak. Pihak ketiga yang dimaksud, bukan berasal
dari pemerintah maupun wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh sistem pemungutan pajak dengan sistem yang satu ini, yakni pemotongan penghasilan
karyawan oleh bendahara instansi terkait. Dengan begitu, karyawan tak perlu ke KPP untuk
melakukan pembayaran atas potongan pajak tersebut.

Sementara itu, jenis pajak yang menggunakan sistem ini yakni PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal
23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Lalu untuk bukti pada setiap pelunasan pajak yang dilakukan,
biasanya berupa bukti potong maupun bukti pungut. Selain bukti potong, dapat juga memakai Surat
Setoran Pajak (SSP) dalam beberapa kasus tertentu.

Secara garis besar, berikut ciri-ciri withholding system:

Wajib pajak dan pemerintah sama-sama tidak berperan aktif dalam menghitung besaran pajak.

Instansi atau perusahaan terkait sebagai pihak ketiga yang menghitung besaran pajak.

Wajib pajak perlu melampirkan bukti potong atau SSP bersamaan dengan SPT Tahunan PPh atau SPT
Masa PPN.

https://www.pajak.go.id/id/fungsi-pajak#:~:text=Sebagai%20sumber%20pendapatan%20negara%2C
%20pajak,melaksanakan%20pembangunan%2C%20negara%20membutuhkan%20biaya.

Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam
pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai
semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Fungsi pajak pada uraian di bawah ini.
Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran


negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan
untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan
dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.

Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi
mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka
menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan
bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan
dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan
jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif
dan efisien.

Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja,
yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya

Ciri-Ciri Pajak

Berdasarkan UU  KUP Nomor 28 Tahun 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


1. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara

Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal tersebut hanya berlaku
untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Yaitu warga negara
yang memiliki penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

PTKP yang berlaku saat ini adalah Rp54 juta setahun atau Rp4,5 juta per bulan. Itu artinya, jika Anda
memiliki pendapatan lebih dari Rp4,5 juta sebulan akan kena pajak. Sementara bila Anda adalah
seorang pengusaha atau wirausaha dengan omzet, tarif PPh Final 0,5% berlaku dari total peredaran
bruto (omzet) sampai dengan Rp4,8 miliar dalam satu tahun pajak (berdasarkan PP 23 Tahun 2018).

2. Pajak Bersifat Memaksa untuk Setiap Warga Negara

Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif, maka wajib untuk membayar pajak.
Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika seseorang dengan sengaja tidak membayar pajak
yang seharusnya dibayarkan, maka ada ancaman sanksi administratif maupun hukuman secara
pidana.

3. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung

Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir, maka harus
membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak seperti itu. Pajak merupakan
salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara.

Jadi ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung menerima manfaat pajak
yang dibayar. Yang akan Anda dapatkan, misalnya berupa perbaikan jalan raya di daerah Anda,
fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga, beasiswa pendidikan bagi anak Anda, dan lainnya.

4. Berdasarkan Undang-undang

Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang yang mengatur
tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.

Perspektif Pajak dari Sisi Ekonomi dan Hukum

Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam perspektif ekonomi
maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri di atas, pajak dapat dilihat dari 2 perspektif, yaitu:

1. Pajak dari perspektif ekonomi

Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara) kepada sektor
publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa pajak menyebabkan 2 situasi menjadi
berubah, yaitu:
Berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan
barang dan jasa

Bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang
merupakan kebutuhan masyarakat.

2. Pajak dari perspektif hukum

Perspektif ini terjadi akibat adanya suatu ikatan yang timbul karena undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah dana tertentu
kepada negara. Di mana negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan pajak tersebut
dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.

Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang, sehingga
menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi petugas pajak sebagai pengumpul pajak maupun bagi
wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah ke masyarakat atau wajib pajak, yang dapat
digolongkan berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak serta subjek pajak.

1. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak langsung dan pajak
langsung.

Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan kepada wajib pajak bila melakukan
peristiwa atau perbuatan tertentu. Sehingga pajak tidak langsung tidak dapat dipungut secara
berkala, tetapi hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau perbuatan tertentu yang
menyebabkan kewajiban membayar pajak. Contohnya: pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM), di mana pajak ini hanya diberikan bila wajib pajak menjual barang mewah.

Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala kepada wajib pajak berlandaskan
surat ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Di dalam surat ketetapan pajak terdapat jumlah
pajak yang harus dibayar wajib pajak.

Pajak langsung harus ditanggung seseorang yang terkena wajib pajak dan tidak dapat dialihkan
kepada pihak yang lain. Contohnya: Pajak Bumi dan Penghasilan (PBB) dan pajak penghasilan.
2. Jenis Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut

Berdasarkan instansi pemungutnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak daerah dan pajak
negara.

Pajak Daerah (Lokal)

Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah dan terbatas hanya pada rakyat
daerah itu sendiri, baik yang dipungut Pemda Tingkat II maupun Pemda

Anda mungkin juga menyukai