Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN TUGAS KE-1

HUKUM PAJAK
UNIVERSITAS TERBUKA

1. Mengapa kita sebagai warga negara diharuskan membayar pajak adalah karena pajak
menjadi penerimaan negara terbesar yang dikumpulkan negara melalui anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN). Jadi ketika wajib pajak taat bayar pajak, ada
berbagai manfaat yang dapat dirasakan kembali oleh kita. Mulai dari fasilitas
pendidikan yang menjadi lebih baik, fasilitas kesehatan yang lebih memadai, fasilitas
transportasi publik yang lebih nyaman, fasilitas umum dan infrastruktur yang lebih
maju, dan sebagainya.
Ada beberapa alasan mengapa pajak wajib dibayarkan seperti :
 Bukti bakti pada negara
 Memperlancar proses bisnis
 Pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Sumber : https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/mengapa-harus-bayar-pajak

2. Yang seharusnya dilakukan oleh CV. KMM agar tidak ada tindakan sita dan lelang dari
kantor pajak atas hutang pajak yang dimilikinya adalah membayar/melunasi hutang
pajak tersebut sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku dan untuk pembayaran
selanjutnya harus dibayar tepat waktu agar tidak terjadi tindakan sita dan lelang dari
kantor pajak.

3. Asas pemungutan pajak yang dikenakan untuk :


 Mr. Elmores adalah asas kebangsaan, karena setiap orang yang lahir dan tinggal
di Indonesia, wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini.
Berdasarkan asas kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di
Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan
negara ini wajib dikenai pajak selama penghasilan yang mereka dapatkan
bersumber dari Indonesia.
 Bu Yani adalah setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib membayar
pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas kebangsaan
pula, warga asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari 12
bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama
penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.
Sumber : https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/asas-pemungutan-pajak-
dan-penerapannya-di-indonesia
4. Sistem dan ketentuan perundang-undangan yang menentukan bahwa :
 Wajib pajak mempunyai kewajiban pajak
Mengacu pada Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Wajib
Pajak adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, serta mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Orang
pribadi atau badan yang memenuhi kriteria wajib pajak harus melaporkan
pajaknya atas penghasilan, kekayaan, dan properti yang dimiliki.

Agar Wajib Pajak orang pribadi dan badan dapat melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya dengan lancar, maka akan diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007, NPWP adalah identitas atau tanda pengenal bagi Wajib Pajak yang
diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Sumber : https://www.pajakku.com/read/60caf50558d6727b1651aae5/Apa-itu-
Wajib-Pajak-dan-Apa-Saja-Kewajibannya

 Wajib menyelesaikan kewajiban pajak yang terutang pada negara


Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang KUP:
“Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.”
Inilah dasar hukum self assessment dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan di Indonesia.

Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat
dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya
pajak tersebut adalah:
 pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak ketiga;
 pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pemberi kerja,
atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha
Kena Pajak atas pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah; atau
 pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan.
Sumber : https://aguspajak.com/2018/01/23/prinsip-self-assessment-menurut-
ketentuan-umum-perpajakan-di-indonesia
 Wajib pajak wajib mendaftarkan diri dan pengusaha kena pajak wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib
mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP atau KP2KP) yang wilayah
kerjanya meliputi:
 tempat tinggal Wajib Pajak;
 tempat kedudukan Wajib Pajak; atau
 kegiatan usaha Wajib Pajak.
Persyaratan subjektif merupakan persyaratan yang sesuai dengan ketentuan
mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan. Sedangkan,
persyaratan objektif merupakan persyaratan bagi subjek pajak yang menerima
atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak
Penghasilan.

1) Orang Pribadi Non Usahawan


Wajib Pajak orang pribadi Non Usahawan (yang tidak menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas), apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu
bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada
akhir bulan berikutnya.

2) Orang Pribadi sebagai Usahawan dan Badan


Wajib Pajak orang pribadi sebagai Usahawan (yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu)
dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
paling lama 1 (satu) bulan setelah usaha mulai dijalankan.

Yang dimaksud dengan Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu adalah
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang
pengecer yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
mengatur mengenai Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.

Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang


dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga
dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
Sumber : https://www.pajakku.com/read/5ddfa630387af773a9e011de/NPWP-dan-
Pengukuhan-PKP

Anda mungkin juga menyukai