Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM PAJAK

“ASAS DAN SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK”

DI SUSUN OLEH :

DIMAS FEBRIAN SAPUTRA (02270610518)


FADLI WAHYUDIKA TOTI (02270610741)
REVI OKDAYNI ASNA (02270622478)
WINE SALSABILA (02270620817)

DOSEN PENGAMPU :
Dr.Muhammad April,S,H.M,H

PRODI DIII ADMINISTRASI PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2024/2025
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa makalah yang


berjudul “Asas dan System Pemungutan Pajak” dapat penulis selesaikan dengan
baik. Dalam proses penulisan makalah ini. Namun demikian, berkat pertolongan
dari Tuhan Yang Maha Esa dan dorongan untuk menyelesaikan makalah ini
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Hukum Pajak.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Hukum Pajak yaitu bapak Dr. Muhammad
April, S.H.,M.Hum yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa laporan makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang. Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Pekanbaru, 13 Maret 2024

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah...................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Beberapa Asas dalam Pemungutan Pajak................ 2
2.2 Sistem Pemungutan Pajak............................................. 6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................. 9
3.2 Saran....................................................................... 9
3.3 Daftar Pustaka........................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur


hubungan negara dan orang/badan hukum yang wajib untuk membayar pajak.
Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan-
peraturan yang mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui
uang/kas negara.
Pengertian Hukum Pajak, hukum pajak adalah sekumpulan peraturan yang
mengatur hak dan kewajiban serta hubungan antara wajib pajak dan
pemerintah selaku pemungut pajak.
Namun, tafsir mengenai apa itu hukum pajak sebenarnya beragam.
Setidaknya, terdapat enam ahli yang pernah mengungkapkan pendapatnya
mengenai hukum pajak, yakni:

Santoso Brotodihardjo:
Menurut Santoso Brotodihardjo, hukum pajak atau yang juga dikenal
sebagai hukum fiskal merupakan aturan-aturan yang meliputi wewenang atau
hak pemerintah dalam mengambil kekayaan seseorang dan memberikannya
kembali ke masyarakat melalui kas negara.
Dalam hal ini, hukum pajak merupakan hukum publik yang mengatur
hubungan orang pribadi atau badan hukum yang memiliki kewajiban untuk
menunaikan pajak (wajib pajak) dengan negara.

1.2. Rumusan Masalah

1) Beberapa asas dalam pemungutan pajak?


2) Apa saja Sistem dalam Pemungutan pajak?

1.3. Tujuan Masalah

1) Untuk mengetahui beberapa asas dalam pemungutan pajak


2) Untuk mengetahui Sistem apa saja dalam pemungutan perpajakan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Beberapa Asas dalam Pemungutan Pajak

Menurut Para Ahli, Menurut Adam Smith;


a. Asas Equality (Keseimbangan atau Keadilan)

Pada asas ini menyatakan bahwa dalam hal pemungutan pajak,


negara harus menyesuaikan dengan kemampuan dan juga penghasilan
yang diperoleh atau diterima dari Wajib Pajak. Negara tidak boleh
bertindak diskriminatif atau seenaknya sendiri dalam hal melakukan
pemungutan pajak terhadap Wajib Pajak.

Jadi, dalam asas ini menyiratkan bahwa Wajib Pajak yang


memiliki kemampuan lebih dan harta yang dimiliki juga banyak, maka
pemungutan pajak yang dibebankan kepadanya juga dengan tarif yang
tinggi disesuaikan dengan kemampuan ekonomis yang dimilikinya.

b. Asas Certainty (Kepastian Hukum)

Asas ini menunjukkan bahwa semua pungutan pajak harus


didasarkan pada Undang-Undang (UU) yang berlaku, sehingga bagi pihak-
pihak yang melanggar atas pungutan pajak ini akan dikenakan sanksi
hukum yang sesuai dengan Undang-Undang (UU). Penetapan pajak harus
dilakukan secara transparan sesuai dengan hukum yang berlaku, yaitu
Undang-Undang (UU).

c. Asas Convinience of Payment (Tepat Waktu)

Dalam asas ini, pungutan pajak harus berdasarkan dengan saat


yang tepat bagi Wajib Pajak (saat yang paling baik). Misalnya adalah
disaat wajib pajak baru menerimakan penghasilannya atau menerima
hadiah. Hal ini bertujuan agar Wajib Pajak tidak merasa dibebani atau
keberatan atas pajak yang dipungut.

d. Asas Efficiency (Efisiensi atau Ekonomis)

Asas ini terkait dengan biaya pemungutan pajak yang diusahakan


untuk dapat sehemat mungkin. Asas ini menjadi patokan agar tidak terjadi
biaya pemungutan pajak yang lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemungutan pajak harus dilakukan
secara tepat dan benar agar tujuan dari pemungutan pajak ini dapat
tercapai.

2
Menurut Asas W.J Langen:
a. Asas Daya Pikul

Menyatakan bahwa besar kecilnya dari pungutan pajak yang


dibebankan, harus berdasarkan dengan besar kecilnya penghasilan yang
diterima oleh Wajib Pajak. Jadi, semakin tinggi jumlah penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, maka semakin tinggi juga pajak yang
harus dibayarkannya. Sedangkan bagi Wajib Pajak yang memperoleh atau
menerima penghasilan dengan jumlah standar atau lebih kecil, maka
jumlah pajak yang harus dibayarkan juga akan kecil.

b. Asas Manfaat

Dalam asas ini, pungutan pajak yang dikelola oleh negara, nantinya
harus dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang memberikan manfaat
kepada kepentingan umum. Hal ini bermakna bahwa Wajib Pajak yang
telah membayarkan pajaknya kepada negara dapat merasakan manfaat dari
apa yang telah mereka berikan kepada negara.

c. Asas Kesejahteraan

Asas ini berarti pajak yang dipungut oleh negara dapat


dipergunakan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

d. Asas Kesamaan

Menyatakan bahwa dalam kondisi yang sama, antar Wajib Pajak


yang satu dengan Wajib Pajak yang lainnya harus dibebankan dengan
pajak yang jumlahnya sama (diperlakukan sama).

e. Asas Beban yang Sekecil-Kecilnya

Dalam hal pemungutan pajak harus diusahakan sekecil-kecilnya


atau serendah-rendahnya bila dibandingkan dengan nilai atas objek pajak.
Hal ini bertujuan agar pajak tidak memberatkan para Wajib Pajak.

Menurut Adolf Wagner

a. Asas Politik Finansial

Dalam asas ini, pungutan pajak yang dikelola negara jumlahnya


memadai, sehingga dengan hasil pungutan pajak tersebut dapat
dipergunakan untuk membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.

3
b. Asas Ekonomi

Pada asas ini, dalam menentukan objek pajak harus dilakukan


secara tepat, misalnya adalah: pajak pendapatan, pajak untuk barang
mewah, dll.

c. Asas Keadilan

Memiliki arti bahwa pungutan pajak berlaku tanpa adanya


diskriminasi, dalam kondisi yang sama, maka harus diperlakukan dengan
sama pula.

d. Asas Administrasi

Asas ini lebih terkait dengan masalah dari kepastian kegiatan


perpajakan (kapan, dimana harus membayar pajak, dll), keluwesan dalam
penagihan (tata cara pembayarannya), serta besarnya biaya dari pajak yang
dipungut.

e. Asas Yuridis

Merupakan segala pungutan pajak yang harus didasarkan pada


Undang-Undang yang berlaku.

Asas Pemungutan Pajak Indonesia


Dalam menjalankan aktivitas pemungutan pajaknya, setiap negara pasti
mempunyai asas atau pedoman yang berbeda-beda. Untuk di Indonesia, terdapat 7 asas
pemungutan pajak sebagai pedoman yang sering kali digunakan. Berikut adalah
penjelasan dari ketujuh asas pemungutan pajak di Indonesia tersebut.

1. Asas Finansial
Mengacu pada asas finansial, pemungutan pajak di Indonesia dilakukan dengan
menyesuaikan dengan kondisi finansial atau keuangan pihak wajib pajak. Asas ini juga
bisa diartikan jika pemungutan pajak Indonesia ditentukan berdasarkan besaran
penghasilan yang didapatkan oleh pihak wajib pajak.

Sebagai contoh, Adi merupakan seorang karyawan kantoran dengan gaji per
tahun sekitar 100 juta. Sementara Ida adalah seorang manajer di sebuah perusahaan
dengan penghasilan sekitar 1 miliar per tahunnya.

Mengacu dari asas finansial, antara Adi dan Ida tentu memiliki kewajiban
membayar pajak dengan tarif yang berbeda. Berdasarkan dari asas ini juga penetapan
pemungutan pajak yang wajib dibayarkan oleh keduanya lebih kecil dibanding
penghasilannya selama satu tahun.

4
2. Asas Ekonomi
Selain itu ada pula asas ekonomi, di mana hasil pungutan pajak Indonesia wajib
digunakan menyesuaikan kebutuhan atau kepentingan umum, dalam hal ini rakyat dan
negara. Pembayaran pajak juga tak boleh menjadi pemicu atau penyebab dari
kemerosotan kondisi ekonomi masyarakat secara umum.

Bahkan, sebaliknya, hasil dari pemanfaatan pajak seharusnya mampu menjadi faktor
untuk membangun negara dengan maksimal dan optimal. Hal tersebut dilakukan tanpa
harus memperoleh pembiayaan via skema lain, misalnya utang dari negara lain atau
semacamnya.

3. Asas Yuridis
Asas ini menjelaskan jika pemungutan pajak disesuaikan dengan ketentuan pada
Undang-Undang. Dalam hal ini, asas yuridis pemungutan pajak Indonesia adalah Pasal 23
Ayat dua UUD 1945. Tidak hanya itu, pungutan pajak Indonesia juga disesuaikan dengan
aturan sejumlah UU, antara lain:

 UU No. 28 Thn. 2007 mengenai ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan.
 UU No. 36 Thn. 2008 mengenai Pajak Penghasilan atau PPh.
 UU No. 42 Thn. 2009 mengenai Pajak Pertambangan Nilai Barang & Jasa, dan Pajak
Penjualan Barang Mewah.
 UU No. 19 Thn. 2000 mengenai Aturan & Prosedur Penagihan Pajak via Surat Paksa.
 UU No. 20 Thn. 2000 mengenai Bea Perolehan Hak terhadap Tahan & Bangunan atau
BPHTB.
 UU No. 14 Thn. 2002 mengenai Pengadilan Pajak Berlaku Indonesia.
 UU No. 12 Thn. 1994 mengenai Pajak Bumi & Bangunan atau PBB.

4. Asas Umum
Yang keempat, asas umum ini mengindikasikan jika proses pemungutan pajak
Indonesia dilakukan dengan dasar keadilan yang umum. Maksudnya, baik pada proses
pemungutan ataupun penggunaannya, pajak dirancang dengan sistem berasal dari dan
digunakan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Jadi, pajak Indonesia didapatkan
dari masyarakat dan dibayarkan kepada pemerintah agar nantinya bisa dikelola untuk
memenuhi kebutuhan khalayak umum, sekaligus menjamin kesejahteraannya.

5. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan ini mempunyai arti jika setiap orang atau wajib pajak yang lahir
serta tinggal di dalam negeri memiliki kewajiban untuk membayar tanggungan pajaknya
sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.

Mengacu dari asas kebangsaan ini juga setiap warga asing di Indonesia yang berstatus
tinggal atau menetap selama 1 tahun atau 12 bulan lebih dan tak pernah sekali saja
meninggalkan kawasan Indonesia diwajibkan untuk membayar pajak. Dalam catatan, hal
tersebut berlaku jika penghasilan yang didapatkannya berasal atau bersumber dari
kawasan Indonesia. Jadi, meskipun berstatus sebagai warga negara lain, mereka tetap

5
diharuskan untuk membayar pajak ke pemerintah Indonesia selama termasuk dalam
ketentuan tersebut.

6. Asas Sumber
Selanjutnya ada asas sumber, yaitu dasar atau pedoman pemungutan pajak
menyesuaikan dengan tempat tinggal dari pihak wajib pajak, maupun lokasi sebuah
perusahaan berdiri. Berdasarkan asas ini, pemungutan pajak di Indonesia berlaku hanya
bagi pihak atau individu yang tinggal serta bekerja di kawasan Indonesia.

Misalnya, kamu adalah seorang warga negara Indonesia dan saat ini tengah
tinggal serta bekerja di Singapura. Karena secara legal masih termasuk sebagai warga
berkebangsaan Indonesia, tapi kamu tidak diwajibkan untuk membayar pajak PPH
kepada pemerintah Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sumber penghasilanmu tak
berasal dari kawasan Indonesia.

7. Asas Wilayah
Asas pemungutan pajak terakhir yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia
adalah asas wilayah, di mana pemungutan pajak berlaku sesuai lokasi tempat tinggal
pihak wajib pajak. Misalnya, kamu adalah seorang WNI dan tinggal di Hong Kong.
Mengacu dari asas wilayah, entah rumah ataupun barang yang kamu pakai tidak termasuk
sebagai objek pajak pemerintah Indonesia.

Di sisi lain, apabila ada warga negara asing yang tinggal dan berada di kawasan
Indonesia selama kurun waktu tertentu, mereka akan dikenai dengan beban pajak oleh
pemerintah Indonesia. Tarifnya pun sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.2 Sistem Pemungutan Pajak

a. Self Assessment System


Self Assessment System adalah sistem penentuan pajak yang
membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak
yang bersangkutan secara mandiri. Bisa dikatakan, wajib pajak adalah pihak yang
berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang
sudah dibuat oleh pemerintah. Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak
ini adalah sebagai pengawas dari para wajib pajak. Self assessment
system biasanya diterapkan pada jenis pajak pusat. Misalnya adalah jenis pajak
PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai diberlakukan di
Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat
ini. Sistem pemungutan pajak ini memiliki kekurangan, yaitu karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu
dibayarkan, maka wajib pajak biasanya akan berusaha untuk menyetorkan pajak
sekecil mungkin dengan membuat laporan palsu atas pelaporan kekayaan.
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:
 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak secara mandiri.

6
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib
pajak terlambat lapor, terlambat bayar pajak, atau terdapat pajak yang seharusnya
wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
b. Official Assessment System
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus
atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak kepada wajib pajak. Dalam sistem
ini, wajib pajak bersifat pasif dan nilai pajak terutang akan diketahui setelah
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh aparat perpajakan. Sistem pengmabilan
pajak ini biasanya diterapkan dalam pelunasan pajak daerah seperti Pajak Bumi
Bangunan (PBB). Dalam pembayaran PBB, kantor pajak merupakan pihak yang
mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya.
Wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup
membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:
 Besarnya pajak yang dikenakan dihitung oleh petugas pajak.
 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Besaran pajak terutang akan diketahui setelah petugas pajak menghitung pajak
yang terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

c. Withholding System
Pada withholding system, besarnya pajak biasanya dihitung oleh pihak
ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.
Contoh witholding system adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi atau perusahaan terkait. Jadi, karyawan tidak
perlu lagi pergi ke kantor pajak untuk membayarkan pajak tersebut. Jenis pajak
yang biasanya menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal
21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Bukti potong
atau bukti pungut biasanya digunakan sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan
menggunakan sistem ini. Untuk beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti potongan tersebut nantinya akan dilampirkan
bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.

BAB III
PENUTUP

7
3.1 KESIMPULAN

Asas dalam pemungutan pajak mengacu pada prinsip-prinsip yang digunakan


untuk menetapkan, mengumpulkan, dan menetapkan pajak. Beberapa asas utama
dalam sistem pemungutan pajak Indonesia meliputi : Asas Finansial, Asas
Ekonomi, Asas yuridis, Asas umum, Asas Kebangsaan, Asas Sumber, dan Asas
Wilayah. Sistem pemungutan pajak yang baik didasarkan pada asas-asas ini untuk
menciptakan sistem yang adil, efisien, dan berkelanjutan bagi pemerintah dan
masyarakat. dan Sistem pemungutan pajak merupakan suatu mekanisme yang
digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan beberapa program dan layanan
publik. contoh sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 yaitu : Self Assesment
system, Offycial Assesment System, dan Withholding system. Dengan demikian,
sistem pemungutan pajak adalah bagian integral dari struktur keuangan sebuah
negara, yang memainkan peran penting dalam mendukung kegiatan pemerintah
dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan

3.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan adalah agar tetap berusaha untuk


meningkatkan keadilan dalam hal pemungutan pajak agar masyarakat
merasa tidak ada perbedaan antara wajib pajak satu dengan lainnya,
tidak tertekan, tidak terpaksa dan merasa puas, sehingga mendorong
masyarakat untuk melaksanakan kewajiban dalam pembayaran pajak.
juga diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja, mutu,
kualitas,disiplin, dan integritas yang tinggi agar wajib pajak lebih taat
membayar pajak dan merasakan keadilan dalam pembayaran pajak.

DAFTAR PUSTAKA
Pasca Sarjana UMSU, 18 September 2023, Sistem Pemungutan Pajak Di
Indonesia

https://pascasarjana.umsu.ac.id/sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia/

8
https://www.pajakku.com/read/60ffa78d8f25dc113f232817/Belajar-Memahami-
Asas-Pemungutan-Pajak-Menurut-Para-Ahli

Rezya I. Kurniawan,Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia

https://enforcea.com/insight/sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia

Yordian Novianus, 22 Maret 2023, Asas Pemungutan Pajak

https://www.cermati.com/artikel/asas-pemungutan-pajak

Anda mungkin juga menyukai