DI SUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Muhammad April,S,H.M,H
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah...................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Beberapa Asas dalam Pemungutan Pajak................ 2
2.2 Sistem Pemungutan Pajak............................................. 6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................. 9
3.2 Saran....................................................................... 9
3.3 Daftar Pustaka........................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Santoso Brotodihardjo:
Menurut Santoso Brotodihardjo, hukum pajak atau yang juga dikenal
sebagai hukum fiskal merupakan aturan-aturan yang meliputi wewenang atau
hak pemerintah dalam mengambil kekayaan seseorang dan memberikannya
kembali ke masyarakat melalui kas negara.
Dalam hal ini, hukum pajak merupakan hukum publik yang mengatur
hubungan orang pribadi atau badan hukum yang memiliki kewajiban untuk
menunaikan pajak (wajib pajak) dengan negara.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Menurut Asas W.J Langen:
a. Asas Daya Pikul
b. Asas Manfaat
Dalam asas ini, pungutan pajak yang dikelola oleh negara, nantinya
harus dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang memberikan manfaat
kepada kepentingan umum. Hal ini bermakna bahwa Wajib Pajak yang
telah membayarkan pajaknya kepada negara dapat merasakan manfaat dari
apa yang telah mereka berikan kepada negara.
c. Asas Kesejahteraan
d. Asas Kesamaan
3
b. Asas Ekonomi
c. Asas Keadilan
d. Asas Administrasi
e. Asas Yuridis
1. Asas Finansial
Mengacu pada asas finansial, pemungutan pajak di Indonesia dilakukan dengan
menyesuaikan dengan kondisi finansial atau keuangan pihak wajib pajak. Asas ini juga
bisa diartikan jika pemungutan pajak Indonesia ditentukan berdasarkan besaran
penghasilan yang didapatkan oleh pihak wajib pajak.
Sebagai contoh, Adi merupakan seorang karyawan kantoran dengan gaji per
tahun sekitar 100 juta. Sementara Ida adalah seorang manajer di sebuah perusahaan
dengan penghasilan sekitar 1 miliar per tahunnya.
Mengacu dari asas finansial, antara Adi dan Ida tentu memiliki kewajiban
membayar pajak dengan tarif yang berbeda. Berdasarkan dari asas ini juga penetapan
pemungutan pajak yang wajib dibayarkan oleh keduanya lebih kecil dibanding
penghasilannya selama satu tahun.
4
2. Asas Ekonomi
Selain itu ada pula asas ekonomi, di mana hasil pungutan pajak Indonesia wajib
digunakan menyesuaikan kebutuhan atau kepentingan umum, dalam hal ini rakyat dan
negara. Pembayaran pajak juga tak boleh menjadi pemicu atau penyebab dari
kemerosotan kondisi ekonomi masyarakat secara umum.
Bahkan, sebaliknya, hasil dari pemanfaatan pajak seharusnya mampu menjadi faktor
untuk membangun negara dengan maksimal dan optimal. Hal tersebut dilakukan tanpa
harus memperoleh pembiayaan via skema lain, misalnya utang dari negara lain atau
semacamnya.
3. Asas Yuridis
Asas ini menjelaskan jika pemungutan pajak disesuaikan dengan ketentuan pada
Undang-Undang. Dalam hal ini, asas yuridis pemungutan pajak Indonesia adalah Pasal 23
Ayat dua UUD 1945. Tidak hanya itu, pungutan pajak Indonesia juga disesuaikan dengan
aturan sejumlah UU, antara lain:
UU No. 28 Thn. 2007 mengenai ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan.
UU No. 36 Thn. 2008 mengenai Pajak Penghasilan atau PPh.
UU No. 42 Thn. 2009 mengenai Pajak Pertambangan Nilai Barang & Jasa, dan Pajak
Penjualan Barang Mewah.
UU No. 19 Thn. 2000 mengenai Aturan & Prosedur Penagihan Pajak via Surat Paksa.
UU No. 20 Thn. 2000 mengenai Bea Perolehan Hak terhadap Tahan & Bangunan atau
BPHTB.
UU No. 14 Thn. 2002 mengenai Pengadilan Pajak Berlaku Indonesia.
UU No. 12 Thn. 1994 mengenai Pajak Bumi & Bangunan atau PBB.
4. Asas Umum
Yang keempat, asas umum ini mengindikasikan jika proses pemungutan pajak
Indonesia dilakukan dengan dasar keadilan yang umum. Maksudnya, baik pada proses
pemungutan ataupun penggunaannya, pajak dirancang dengan sistem berasal dari dan
digunakan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Jadi, pajak Indonesia didapatkan
dari masyarakat dan dibayarkan kepada pemerintah agar nantinya bisa dikelola untuk
memenuhi kebutuhan khalayak umum, sekaligus menjamin kesejahteraannya.
5. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan ini mempunyai arti jika setiap orang atau wajib pajak yang lahir
serta tinggal di dalam negeri memiliki kewajiban untuk membayar tanggungan pajaknya
sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.
Mengacu dari asas kebangsaan ini juga setiap warga asing di Indonesia yang berstatus
tinggal atau menetap selama 1 tahun atau 12 bulan lebih dan tak pernah sekali saja
meninggalkan kawasan Indonesia diwajibkan untuk membayar pajak. Dalam catatan, hal
tersebut berlaku jika penghasilan yang didapatkannya berasal atau bersumber dari
kawasan Indonesia. Jadi, meskipun berstatus sebagai warga negara lain, mereka tetap
5
diharuskan untuk membayar pajak ke pemerintah Indonesia selama termasuk dalam
ketentuan tersebut.
6. Asas Sumber
Selanjutnya ada asas sumber, yaitu dasar atau pedoman pemungutan pajak
menyesuaikan dengan tempat tinggal dari pihak wajib pajak, maupun lokasi sebuah
perusahaan berdiri. Berdasarkan asas ini, pemungutan pajak di Indonesia berlaku hanya
bagi pihak atau individu yang tinggal serta bekerja di kawasan Indonesia.
Misalnya, kamu adalah seorang warga negara Indonesia dan saat ini tengah
tinggal serta bekerja di Singapura. Karena secara legal masih termasuk sebagai warga
berkebangsaan Indonesia, tapi kamu tidak diwajibkan untuk membayar pajak PPH
kepada pemerintah Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sumber penghasilanmu tak
berasal dari kawasan Indonesia.
7. Asas Wilayah
Asas pemungutan pajak terakhir yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia
adalah asas wilayah, di mana pemungutan pajak berlaku sesuai lokasi tempat tinggal
pihak wajib pajak. Misalnya, kamu adalah seorang WNI dan tinggal di Hong Kong.
Mengacu dari asas wilayah, entah rumah ataupun barang yang kamu pakai tidak termasuk
sebagai objek pajak pemerintah Indonesia.
Di sisi lain, apabila ada warga negara asing yang tinggal dan berada di kawasan
Indonesia selama kurun waktu tertentu, mereka akan dikenai dengan beban pajak oleh
pemerintah Indonesia. Tarifnya pun sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6
Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib
pajak terlambat lapor, terlambat bayar pajak, atau terdapat pajak yang seharusnya
wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
b. Official Assessment System
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus
atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak kepada wajib pajak. Dalam sistem
ini, wajib pajak bersifat pasif dan nilai pajak terutang akan diketahui setelah
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh aparat perpajakan. Sistem pengmabilan
pajak ini biasanya diterapkan dalam pelunasan pajak daerah seperti Pajak Bumi
Bangunan (PBB). Dalam pembayaran PBB, kantor pajak merupakan pihak yang
mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya.
Wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup
membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:
Besarnya pajak yang dikenakan dihitung oleh petugas pajak.
Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
Besaran pajak terutang akan diketahui setelah petugas pajak menghitung pajak
yang terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.
c. Withholding System
Pada withholding system, besarnya pajak biasanya dihitung oleh pihak
ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.
Contoh witholding system adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi atau perusahaan terkait. Jadi, karyawan tidak
perlu lagi pergi ke kantor pajak untuk membayarkan pajak tersebut. Jenis pajak
yang biasanya menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal
21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Bukti potong
atau bukti pungut biasanya digunakan sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan
menggunakan sistem ini. Untuk beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti potongan tersebut nantinya akan dilampirkan
bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
7
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Pasca Sarjana UMSU, 18 September 2023, Sistem Pemungutan Pajak Di
Indonesia
https://pascasarjana.umsu.ac.id/sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia/
8
https://www.pajakku.com/read/60ffa78d8f25dc113f232817/Belajar-Memahami-
Asas-Pemungutan-Pajak-Menurut-Para-Ahli
https://enforcea.com/insight/sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia
https://www.cermati.com/artikel/asas-pemungutan-pajak