MATERI PERPAJAKAN
Di susun oleh:
XI MIPA 2
Berikut nama-nama nya:
1. Ach Faizin Sujarwadi
2. Adinda Ramadhil Anwar
3. Ainun Kharisma
4. Aliatul Hikmah
5. Ananda Ersha Syawal Rahmatia
6. Anisa Amalia
7. Arya Apriliansyah
8. Az Zahra Putri Bayu Nirmala
9. Aziz Fathur Rizal Suroso
10.Bayu Seto Utomo
11.Chintya Azzahra Damayanti
12.Chusnul Ramadani
13.Deswinta Maharani
14.Daiana Alaya Putri Islami
15.Dinda Ramadhani
16.Faidah Firti Zam Zami Haniadi
17.Fawaz Din Ibrahim
18.Galang Estu Prastya
19.Handariyatul Masruroh
20.Jelita India Bungsu Cantika
21.Laili Fitria
22.Maritza Anindita Elysia Hasna
23.Miftakhul Rendika
24.Mohamad Nur Arifin
25.Muchammad Hilmi Hibatullah
26.Muhammad Farhan Fauzan
27.Nabila Fairuza Alifah
28.Nor Rofiqoh
29.Putri Anggraini
30.Rendy Avrizal Vegantara
31.Robiatul Adawiyah
32.Sofiah Ramadhita
33.Yahya Abidin
34. Zuhrotul maisah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat waktu yang
tersusun secara sederhana dengan kalimat yang sederhana pula. Makalah ini dibuat dengan
tujuan dapat memahami pengertian pajak, pembagian pajak, fungsi pajak, jenis pajak, unsur
unsur dan sanksi kelalaian membayar pajak, khususnya di kalangan Pelajar SMA Tingkat IPS
maupun IPA
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada guru pembimbing kami yang telah memberikan
bimbingan kepada kami, dengan penuh harapan semoga makalah ini dapat dipahami dan
berjalan sukses sampai akhir.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati meminta maaf sebesar-besarnya apabila terdapat salah penulisan.
Guru Pembimbing
DAFTAR ISI
Pajak merupakan sumber pembiayaan terbesar negara dalam menyelenggarakan Pemerintahan. Dari
tahun ke tahun, penerimaan dari sektor pajak terus menunjukkan Peningkatan. Hal ini dapat dilihat
dari kenaikan realisasi penerimaan pajak untuk beberapa Tahun terakhir yang cukup signifikan.
Dalam nota keuangan 2011, pada tahun 2008 Penerimaan pajak mencapai 571,1 triliun rupiah, tahun
2009 menjadi 565,7 triliun rupiah, Tahun 2010 sebesar 649 triliun rupiah, tahun 2011 meningkat
menjadi 872,6 triliun rupiah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
Imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya Kemakmuran
rakyat. Mengingat pajak merupakan pendapatan terbesar negara, tentu saja Pemerintah berupaya
untuk meningkatkan jumlah pendapatan dari sektor yang sangat Potensial ini.
Dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak, pemerintah melakukan perubahan Mendasar
dengan dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
merubah sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia yaitu Digunakannya self assessment
system yang menggantikan official assessment system. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan serta Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, sistem pemotongan dan pemungutan pajak di Indonesia
khususnya pada Pajak Penghasilan (PPh) menganut sistem self assessment. Sistem pemungutan pajak
ini Memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, Memperhitungkan,
menyetor dan melaporkan pajaknya.
Pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Lebih singkatnya pajak itu adalah tanggungan masyarakat kepada negara yang harus
dibayar dengan ketentuan yaitu jika memiliki kendaraan, rumah, lahan, usaha pribadi, CV,
Firman dan sebagainya.
3. Fungsi Pajak
1. Sebagai acuan dalam menciptakan dalam menciptakan sistem pemunggutan pajak
yang berlandaskan keadilan, efisien, serta diatur sejelas-jelas nya dalam undang-
undang tentang hukum pajak tersebut.
2. Sebagai sumber yang menjelaskan tentang siapa subjek dan objek yang perlu atau
tidaknya dijadikan sumber pemunggutan pajak demi meningkatkan potensi pajak
secara keseluruhan.
4. Asas Menurut Adam Smith
Dengan berdasar pada bukunya yang berjudul “WealthofNations” Adam Smith dikenal
dengan 4 asas pemungutan pajak menurut pendapatnya sendiri, yaitu:
A. Asas Equality (Keseimbangan atau Keadilan)
Pada asas ini menyatakan bahwa dalam hal pemungutan pajak, negara harus menyesuaikan
dengan kemampuan dan juga penghasilan yang diperoleh atau diterima dari wajib pajak.
Negara tidak boleh bertindak diskriminatif atau seenaknya sendiri dalam hal melakukan
pemungutan pajak terhadap wajib pajak.
Jadi, dalam asas ini menyiratkan bahwa wajib pajak yang memiliki kemampuan lebih dan
harta yang dimiliki juga banyak, maka pemungutan pajak yang dibebankan kepada nya juga
dengan tarif yang tinggi disesuaikan dengan kemampuan ekonomis yang dimilikinya.
B. Asas Certainty (Kepastian Hukum)
Asas ini menunjukkan bahwa semua pungutan pajak harus didasarkan padaUndang-Undang
(UU) yangberlaku, sehingga bagi pihak-pihak yang melanggar atas pungutan pajak ini akan
dikenakan sanksi hukum yang sesuai dengan Undang-Undang (UU).
Penetapan pajak ini harus dilakukan secara transparan sesuai dengan hukum yang berlaku,
yaitu Undang-Undang (UU).
C. Asas Convinience of Payment (TepatWaktu)
Dalam asas ini, pungutan pajak harus berdasarkan dengan waktu yang tepat bagi wajib pajak
(saat yang paling baik). Misalnya adalah disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya
atau menerima hadiah. Hal ini bertujuan agar wajib pajak tidak merasa dibebani atau
keberatan atas pajak yang dipungut.
5. Karakteristik Pajak
Ada beberapa karakterikstik pajak, berikut diantaranya :
1. Pajak merupakan kontribusi wajib pajak kepada negara
Karena wajib maka jika wajib pajak tidak membayar pajak akan dikenakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Bersifat memaksa
Pajak harus disetorkan kepada negara atau daerah, bukan kepada orang pribadi/ golongan/
organisasi.
4. Diatur dalam undang-undang
Dalam pasal 23A UUD 1945 disebutkan, pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
5. Tidak ada imbalan langsung
Saat membayar pajak, Anda tidak akan mendapatkan imbalan secara langsung dari pajak
yang dibayarkan. Namun imbalan yang diterima oleh wajib pajak dapat berupa subsidi,
bantuan sosial, perbaikan infrastruktur, bantuan pemerintah, dan lainnya.
6. Digunakan untuk keperluan negara
Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara. Pajak yang terkumpul akan
digunakan untuk keperluan negara atau belanja negara.
2.2 PRINSIP DAN ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
Pemungutan pajak harus dilakukan dengan tegas, jelas, dan terdapat kepastian dan
jaminan hukum. Prinsip kepastian memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak
mengenai objek pengenaan pajak, besaran pajak atau dasar pengenaan pajak, serta
segala tata cara dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal tersebut dimaksudkan
agar mudah dimengerti oleh Wajib Pajak dan memudahkan administrasi.
Pajak yang dipungut hendaknya tidak memberatkan Wajib Pajak serta hendaknya
sejalan dengan sistem self assessment. Artinya, pemerintah mengutamakan serta
memperhatikan layak atau tidaknya seseorang dikenakan pajak, sehingga orang yang
dikenai pajak akan senang hati dan tulus memenuhi dan membayar kewajiban
pajaknya.
Demikian pembahasan singkat tentang keempat prinsip pajak yang harus diterapkan
di Indonesia. Agar pemungutan pajak terlaksana secara efektif dan efisien, alangkah
baiknya keempat prinsip pemungutan pajak ini tetap dikedepankan. Bangga Bayar
Pajak! Tentunya setelah bayar, proses selanjutnya adalah untuk melaporkan pajak itu
sendiri. Anda kini dapat melaporkan pajak dengan mudah melalui eFiling di
Klikpajak, aplikasi lapor pajak resmi dari Direktorat Jenderal Pajak Indonesia.
Asas pemungutan pajak
a. Asas wilayah
Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu
Laila merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik
rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak oleh
pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia dalam
jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang
berlaku di negeri ini.
b. Asas sumber
Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat perusahaan
berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di Indonesia hanya
diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia.
c. Asas kebangsaan
Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib
membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas
kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari
12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama
penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.
C. BERDASARKAN SIFATNYA
1. Pajak subjektif adalah pengenaan pajak dengan pertama-tama
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak, setelah diketahui
keadaan subjeknya, barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai
gaya pikul apakah dapat dikenakan atau tidak.
2. Pajak objektif adalah pengenaan pajak dengan pertama-tama
memperhatikan/melihat objeknya. Baik berupa keadaan atau
perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar pajak.
2. NJOPTKP
Nilai jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) merupakan batas nilai
jual objek pajak atas bumi dan bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya
NJOPTKP di masing-masing wilayah memang berbeda-beda.
Adapun ketentuannya:
Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali
Jika wajib pajak memiliki lebih dari satu objek pajak , maka yang bisa
atau mendapat pengurangan NJOPTKP hanya satu objek pajak yang
nilainya paling besar dan satu tahun pajak tidak bisa digabungkan dengan
objek pajak lainnya yang wajib pajak miliki
3. Nilai jual kena pajak (NJKP) sebagai dasar perhitungan pajak bumi dan
bangunan (PBB), sebagai berikut:
a. Objek pajak perkebunan dan kehutanan sebessr 40% serta penambahan
sebesar 20% dari nilai jual objek pajak (NJOP)
b. Objek pajak lainnya
(1) sebesar 40% dari NJOP jika NJOP nya 1 miliar atau lebih
(2) sebesar 20% dari NJOP nya kurang dari 1 miliar rupiah
4. Pajak PBB terutang. Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tariff pajak dengan NJKP.
Contoh perhitungan PBB:
Pak farhan mempunyai tanah yang lausnya 800m2 dengan harga jual
Rp.300.000,00/m2. Diatas tanah terdiri bangunan yang luasnya sebesar 400m2
dan mempunyai nilai jual Rp. 350.000,00/m2. Selain bangunan pak farhan
mempunyai taman mewah seluas 200m2 dengan nilai jual Rp. 50.000,00/m2.
Apabila ditetapkan nilai jual kena pajak sebesar 20% maka berapakah tarif
pajak PBB yang ditanggung pak farhan?
Jawab:
- nilai jual tanah 800m2 x Rp. 300.000,00/m2 =Rp.240.000.000,00
- nilai jual bangunan 400m2 x Rp. 350.000,00/m2 = Rp. 140.000.000,00
- nilai jual taman mewah 200m2 x Rp. 50.000,00 = Rp. 10.000.000,00
_________________+
-nilai jual sebagai dasar pengenaan pajak = Rp. 390.000.000,00
-NJOPTKP = Rp. 12.000.000,00
__________________-
-NJOPKP = Rp. 378.000.000,00
-NJKP= 20% x Rp. 378.000.000,00 = Rp. 75.600.000,00
Pajak PBB yang terutang = 0,5% x Rp. 75.600.000,00 = Rp. 378.000,00
Jadi, besarnya pajak PBB yang harus dibayar pak farhan sebesar Rp. 378.000,00
PERTIAN SANKSI.
Sanksi pajak diterapkan atau dikenakan kepada para Wajib Pajak yang
melakukan pelanggaran atau tidak mengikuti ketentuan Undang-Undang
Perpajakan. Sanksi pajak terbagi menjadi 2 macam sanksi Administratif
dan sanksi Pidana. Sanksi Administrasi adalah sanksi berupa denda yang
dikenakan terhadap pelanggaran ketentuan Undang-undang yang bersifat
administratif. Sanksi Pidana adalah ancaman hukuman yang bersifat
penderitaan dan siksaan.
Kemudian sebagaimana telah diubah dalam pasal 17 ayat (1) UU PPh bahwa besarnya tarif
pajak yang berlaku bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (PPh 21) adalah sebagai
berikut:
5% untuk penghasilan tahunan sampai dengan Rp. 60.000.000
15% untuk penghasilan diatas Rp 60.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000.
25% untuk penghasilan di alas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 30% untuk
penghasilan di atas Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 5.000.0000.0000 35% untuk
penghasilan di atas Rp 5.000.000.000
PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak Penghasilan yang
dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, qaji, honorarium, hadiah, dan yang lainnya.
· PPN
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli
barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKN)ladi, yang berkewajiban memungut.
Menyetor dan melaporkan PPN adalah para Pedagang/Penjual. Namun, pihak yang
berkewajiban membayar PPN adalah Konsumen Akhir.
· OBJEK PPN
1 BKP dan JKP yang dilakukan pengusahan
2 impor barang kana pajak
3 Pemanfaatan barang kana Pajak tidak berwujud
4 Pemanfaatan jasa kana pajak
5. Ekspor barang kana pajak
· TARIF PPN
Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah 11%. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) paling
lambat 1 januari 2025
Perubahan tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) diatur dalam PP (bersama DPR dalam
RAPBN)
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak adalah
pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk pembangunan. Selain
itu pajak berbeda dengan retribusi dan sumbangan. Pajak sendiri memiliki banyak jenis dan
asas yang digunakan pun beraneka ragam. Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang
digunakan. Selain itu pemerintah telah memberikan batasan segala hal yang berkaitan dengan
pajak di dalam UU perpajakan nasional.
3.2 SARAN
Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk membayar
pajak, agar pembangunan dapat terus berjalan.