Anda di halaman 1dari 15

STELSEL DALAM PEMUNGUTAN PAJAK, KENDALA DALAM

PEMUNGUTAN PAJAK, BENTUK PERLAWANAN PAJAK, PIHAK YANG


TERKAIT DALAM PERPAJAKAN, PENGELOMPOKAN PAJAK

MAKALAH

Oleh:

Aurya Dewitri Angel Siboro

NIM. C1C022037

Dosen Pengampu:

Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya k, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Perpajakan I untuk membuat makalah tentang Stelsel dalam Pemungutan
Pajak, Kendala dalam Pemungutan Pajak,, Bentuk Perlawanan Pajak, Pihak yang
Terkait dalam Perpajakan, Pengelompokan Pajak..

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berperan penting
dalam penyusunan makalah kami, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah
Perpajakan I yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih ada kekurangan
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan untuk menjadi acuan kami agar bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah


wawasan serta pengetahuan mengenai Stelsel dalam Pemungutan Pajak, Kendala
dalam Pemungutan Pajak,, Bentuk Perlawanan Pajak, Pihak yang Terkait dalam
Perpajakan, Pengelompokan Pajak..

Jambi, 12 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I (PENDAHULUAN) ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakamg ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II (KAJIAN TEORI).......................................................................................... 3
2.1 Stelsel dalam Pemungutan Pajak .................................................................... 3
2.2 Kendala dalam Pemungutan Pajak ................................................................. 5
2.3 Bentuk Perlawanan Pajak ............................................................................... 6
2.4 Pihak yang Terkait dalam Perpajakan ............................................................ 7
2.5 Pengelompokan Pajak .................................................................................... 9
BAB III (PENUTUP) ................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakamg


Secara definitif pajak adalah pungutan yang bersifat politis dan
strategis. Dalamarti politis maka dari itu pemungutan pajak merupakan perintah
konstitusi dan bersifatstrategis lantaran pajak adalah tumpuan primer bagi Negara
untuk membiayai aktivitaspemerintahan dan pembangunan. Pajak mempunyai peran
yang sangat penting bagikehidupan bernegara, khususnya untuk pelaksanaan
pembangunan karena pajakmerupakan asal pendapatan Negara untuk membiayai
seluruh pengeluaran termasukpengeluaran pembangunan. Oleh karenanya pemerintah
menerapkan cara pemungutanstelsel pajak yang dipakai untuk menghitung besarnya
pajak yang wajib dibayarkan olehpara wajib pajak.Jumlah wajib pajak semakin
bertambah mulai tahun ke tahun tetapi masih adahambatan yakni kepatuhan wajib
pajak. Tingkat kepatuhan wajib pajak pada membayarpajak adalah hal utama pada
keberhasilan sistem pemungutan pajak buat membayarpajak. Peranan penerimaan
pajak sangat penting bagi negara, oleh sebab itu DirektoratJenderal (Dirjen) Pajak yang
instansi pemerintahannya berada dibawah DepartemenKeuangan yang bertindak
menjadi pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusahamenaikkan penerimaan
pajak supaya sistem perpajakan bisa mengalami penyederhanaanyang meliputi tarif
pajak, penghasilan tidak kena pajak, dan sistem pemungutan.Pemerintah dan wajib
pajak memiliki kepentingan yang tidak seirama dalampemungutan pajak. Pemerintah
ingin menaikkan penerimaan Negara melalui pajak untukmembiayai pembangunan
Negara yang diatur didalam undang-undang, sedangkan bagiwajib pajak khususnya
WP badan tidak tulus buat membayar pajak lantaran akanmengurangi pendapatan atau
keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, pemerintahmenggolongkan perlawanan
terhadap pajak sebagai perlawanan aktif dan pasif.Berdasarkan faktor timbulnya
kewajiban pajak, membedakan pajak menjadi pajaksubjektif dan pajak objektif. Selain
pembagian tersebut, pajak juga dibedakan menurutprosedur pemungutannya menjadi
pajak langsung dan pajak tidak langsung. lalu adapajak pusat dan pajak daerah.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud stelsel dalam pemungutan pajak?


2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak?
3. Apa saja bentuk perlawanan pajak?
4. Pihak mana saja yang terkait dalam perpajakan?
5. Apa saja pengelompokan pajak dan jenis-jenisnya?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui ap aitu stelsel.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pemungutan pajak.
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk perlawanan pajak.
4. Untuk mengetahui pihak mana saja yang terkait dengan perpajakan.
5. Untuk mengtahui apa saja pengelompokan pajak dan jenis-jenisnya.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Stelsel dalam Pemungutan Pajak


Stelsel pajak adalah sistem pemungutan yang digunakan untuk
menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak.

Dalam praktiknya, ada tiga jenis stelsel pajak yang dilakukan dalam menghitung
pemungutan pajak.

1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)


Pengenaan pajak didasrkan pada objek (penghasilan yang nyata)
pemungutan pajaknya dilakukan dengan cara naheffing (pemungutan di
belakang) sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir Tahun
Pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Kelebhan
stelsel nyata yakni pajak yang dikenakan lebih realistis. Sementara itu,
sementara itu kelemahannya adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir
periode (setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui) sehingga:

a) Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi


pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tersedia
jumlah kas yang memadai.

b) Semua Wajib pajak akan membayar pajak pada akhir tahun


sehingga jumlah uang yang beredar akan terpengaruh

2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)


Pengenaan pajak didasrkan pada suatu anggapan yang diataur oleh
undang-undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan
tahun sebelumya sehingga pada awal Tahun Pajak sudah dapat ditetapkan
besarnya pajak yang terutang untukk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel

3
ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu
akhir tahun. Adapun kelemahannya adalah pajak yang dibayarkan tidak
berdasrkan pada keadaan yang sesungguhnya.
Sistem fiktif ini digunakan dalam pengenaan pajak Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dan yang dijadikan dasar untuk pengenaan pajaknya
adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pada saat yang menentukan, yaitu
tanggal 1 Januari tahun yang bersangkutan. Jadi, yang dikenakan Pajak
Bumi dan Bangunan ini adalah semua harta tidak bergerak (Bumi dan atau
Bangunan) yang sudah dimiliki pada tanggal 1 Januari tahun yang
bersangkutan.

3. Stelsel Campuran (Mix Stelsel)

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel


anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggpan kemudian akhir pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan
lebih besar daripada menurut anggapan, maka wajib pajak harus
menambah. Sebaliknya jika lebih kecil kelebihan dapat diminta kembali
(restitusi) ataupun dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya setelah
diperhitungkan dengan hutang pajak yang lain, kelemahan sistem ini adalah
Kantor Pelayanan Pajak untuk pengenaan pajak dalam satu tahun harus
bekerja dua kali dalam mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (Surat
Ketetapan Pajak Rampung fiktif dan Surat Ketetapan Pajak final), yang
berarti menambah biaya, tenaga, dan waktu sehingga membebani
administrasi

4
2.2 Kendala dalam Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak secara umum seringkali terdapat kendala-
kendala yang melemahkan dalam pemungutan pajak. Kendala-kendala tersebut antara
lain:

1) Kurangnya sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat sebagai Wajib


Pajak mengenai pentingnya membayar pajak, manfaat membayar pajak,
dan sanksi yang akan diterima apabila Wajib Pajak melalaikan
kewajibannya. Disamping kesadaran pengetahuan Sumber Daya Manusia
(SDM) masih rendah juga ikut mempengaruhi, dimana Wajib Pajak belum
memahami tentang pentingnya membayar pajak tersebut, belum
mengetahui bagaimana prosedur pendaftaran, menghitung dan melaporkan
sendiri Obyek Pajak yang dikuasai, dimiliki dan dimanfaatkannya.

2) Tingkat ekonomi sebahagian Wajib Pajak yang sangat rendah, HAL INI
sangat mempengaruhi Wjib Pajak, dimana Wajib Pajak masih lebih
memprioritaskan biaya yang sifatnya mendasar, seperti: Biaya sekolah,
biaya kesehatan dan sebagainya, dari pada membayar pajak.

3) Database yang masih jauh dari standar Internasional. Padahal database


sangat menentukan untuk menguji kebenaran pembayaran pajak dengan
sistem self assessment. Kondisi seperti ini menyulitkan riset empiris yang
bertujuan menguji kepatuhan Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat memberikan
informasi dan melaporkan yang tidak sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Database yang lengkap dan akurat berpengaruh terhadap
efektivitas pelaksanaan penegakan hukum dan juga kepatuhan wajib pajak.
Selanjutnya kepatuhan wajib pajak berpengaruh pada penerimaan pajak.

4) Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak


untuk membayar pajak ke negara adalah sebagai bentuk perlawanan.
Persepsi Wajib Pajak bahwa percuma membayar pajak dengan tertib,

5
karena pada akhirnya akan digunakan secara boros dan tidak tepat sasaran
bahkan akan dikorup oleh sebahagian dari pegawai paja. Tingkat kepatuhan
Wajib Pajak yang masih rendah akan menimbulkan selisih antara jumlah
pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang seharusnya
dibayar semakin besar. Wajib Pajak yang memiliki penghasilan besar
cenderung untuk lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena
yang berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam
pelaporan kewajiban perpajakannya. Penerapan tarif pajak yang tinggi
menjadi kendala juga, karena memberatkan Wajib Pajak

5) Peraturan pelaksana undang-undang sering tidak konsisten dengan


undang-undang; bayaknya pungutan resmi dan tidak resmi baik di pusat
maupun di daerah; lemahnya penegakan hukum (law enforcement);
birokrasi yang berbelit-belit dan sebagainya yang seharusnya bila
dilakukan dengan baik tentu membantu dalam mewujudkan good
governance dalam bentuk pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

2.3 Bentuk Perlawanan Pajak


Kurangnya kesadaran atau Tidak adanya kesadaran masyarakat sebagai
wajib pajak membayar pajak kepada negara merupakan semacam perlawanan.
Pentingnya pembayaran pajak, manfaat pembayaran pajak, pengetahuan mengenai
sanksi terkait jika mengabaikan kewajibannya dan kurangnya sosialisasi dari
pemerintah oleh pemerintah menyebabkan terjadinya perlawanan. Perlawanan
dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1) Perlawanan Pasif
Penolakan pajak pasif ini terkait erat dengan status sosial ekonomi
masyarakat negara-negara yang terlibat. Resistensi pasif dapat terjadi
karena alasan berikut:
a. Pertumbuhan intelektual dan moral masyarakat.

6
b. Masyarakat yang sulit memahami tentang sistem perpajakan
c. Sistem kontrol tidak dapat diterapkan atau diimplementasikan
dengan benar
2) Perlawanan Aktif. Perlawanan pajak secara aktif ini merupakan serangkaian
usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau
mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar.

Perlawanan secara aktif dapat dibagi menjadi dua, adalah sebagai


berikut.

a. Penghindaran pajak (Tax Avoidance)


Merupakan suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan
dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang
perpajakan secara optimal seperti, pengecualian dan pemotongan-
pemotongan yang diperkanankan maupun manfaat hal-hal yang
belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan
perpajakan yang berlaku.

b. Penggelapan pajak (Tax Evasion) merupakan pengurangan pajak


yang dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti
memberi data-data palsu atau menyembunyikan data. Dengan
demikian, penggelapan pajak dapat dikenakan sanksi pidana.

2.4 Pihak yang Terkait dalam Perpajakan


Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem perpajakan adalah negara,
badan/lembaga/institusi, warga negara atau perseorangan.

1. Negara
Sebagai organisasi politik yang menyelenggarakan
kehidupanberbangsa serta bernegara. Dalam menjalankan fungsinya negara
membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan organisasi. Negara dapat di

7
samakan seperti kapal, selain membutuhkan keterampilan anak buah kapal
untuk menentukan arah dan tujuan kapal,dibutuhkan juga perlengkapan
lainnya, seperti peralatan, perlengkapan, konsumsi danlain-lain. Untuk
memenuhi kebutuhan yang diperlukan ini diperlukannya bantuan finansial.
Dalam kasus ini, pajak adalah salah satu sumber finansial untuk negara. Oleh
sebab itu negara membunyai hak untuk memaksa warga negaranya untuk
membayarpajak melalui sistem perundang-undangan. Kewenangan ini sangat
dibutuhkan karenatidak semua warga negara memiliki kesadaran untuk
membayarkan kewajibannya. Negara memberlakukan kewajiban ini karena
negara tidak bisa hanya bergantung padasektor sumber daya alam, pariwisata,
perdagangan dan sektor ekonomi lainnya. Pembangunan fasilitas umum seperti
jembatan, jalan dan lainnya membutuhkan biaya yang banyak, serta perlu
melibatkan masyarakat didalamnya, karena yang pada akhirnyaakan menikmati
fasilitas ini adalah masyarakat. Oleh sebab itu, pajak dibutuhkan
untukmendukung pelaksanaan pembangunan, pemerintahan dan kesejahteraan
negara serta masyarakat.

2. Badan/lembaga/Institusi
Pihak kedua adalah badan/lrmbaga /institusi yang menjalankan
kegiatan usaha sebagai pendukung bagi perekonomian suatu negara, baik milik
negara ataupun milik swasta. Ada banyak badan/lembaga/institusi yang
menjalankan peran penting dalam perekonomiansuatu negara. Contohnya,
badan/lembaga/institusi yang melaksanakan roda perekonomian dengan
melakukan ekspolorasi sumber daya alam. Sesuai dengan Undang-Undang
dasar 1945 pasal 33 ayat 3 menegaskan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Maka dari itu, setiap
badan/lembaga/institusi yang melakukan eksplorasi alam di Indonesia memiliki
kewajiban untuk mengembalikan bagian penghasilan dan keuntungannya

8
sebagian yang diperoleh ke negara dalam wujud pajak. Kemudian, negara akan
menggunakan dana tersebut untuk kepentingan rakyat.

3. Warga negara atau Perseorangan


Pihak yang ketiga adalah warga negara atau perseorangan yang bekerja
atau memiliki usaha yang menghasilkan penghasilan. Meraka memiliki
kewajiban untuk mengembalikan sebagian penghasilannya untuk negara dalam
bentuk pajak, penghasilan. Setiap warga negara yang hidup dan bertempat
tinggal di negara itu pasti menikmati fasilitas dan pelayanan dari pihak
pemerintah yang semuanya harus dibayar menggunakan pajak. Menurut Pasal
1ayat (2) Undang-Undang No 16 tahun 2009, Wajib Pajak adalah orang pribadi
atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.5 Pengelompokan Pajak


Pengelompokan pajak ada tiga yang terdapat dalam buku Mardiasmo
(2019:8), yaitu :

1. Menurut Golongannya
a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Dengan kata lain, proses pembayaran pajak harus dilakukan sendiri oleh
wajib pajak bersangkutan. Misalnya seorang anak tidak
boleh mengalihkan pajak kepadaorangtuanya. Begitupun seorang suami
tidak boleh mengalihkan kewajiban pajaknya pada istrinya.
Contoh: Pajak Penghasilan

9
b) Pajak tidak langsung, yatu pajak yang pada akhirnya dapat berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut Sifatnya
a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya


a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara Contoh: Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Bea Materai., Pajak Bumi dan Bngunan
b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri
atas:
• Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan., dan
lain-lain.
• Pajak Kabupaten/ Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Air Tanah, Pajak Reklame, Pajak Parkir,
dan lain-lain.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadiatau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Pemungutan pajak dapat
dilakukandengan 3 jenis stelsel yang terdiri dari, Stelsel Nyata, Stelsel Fiktif, dan
Stelsel Campuran. Kendala dalam pemungutan pajak dikarenakan pelaksanaan
peraturan yangrelatif rendah, kurangnya pegawasan, kurang terampil, kurangnya
pembinaan, dankurangnya pengetahuan petugas pemungut pajak.

3.2 Saran
Dalam melaksanakan kegiatan membayar dan menerima pajak ada
baiknya bagikedua sisi untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar serta sistem
dalammelaksanakan perpajakan. Karena jika satu sisi saja yang mengerti dan sisi
lainnya tidakmengerti akan terjadi kesalahan dalam komunikasi yang menyebabkan
kurangpercayanya antara sisi satu dengan sisi yang lainnya. Bagi pemerintah ada
baiknya untuklebih ditingkatkan dari sisi sumber daya manusianya maupun sisi
pendukung sepertisistem yang akan digunakan dalam kegiatan pembayaran dan
penerimaan pajak

11
DAFTAR PUSTAKA

David Trawocadji, F., & HSitabuana, T. (n.d.). HUKUM PAJAK DAN


PEMASALAHAN DALAM PEMUNGUTAN PAJAK.

Niru, D. R., & Sinaga, A. (2016). Pemungutan Pajak Dan Permasalahannya Di


Indonesia (Vol. 7, Issue 1).

Mardiasmo. (2019). PERPAJAKAN (D. Arum (ed.); 2019th ed.). Penerbit ANDY.

(BAB-IV-Kapita-Selekta-Perpajakan, n.d.)BAB-IV-kapita-selekta-perpajakan. (n.d.).

12

Anda mungkin juga menyukai