MAKALAH
Oleh:
NIM. C1C022037
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya k, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Perpajakan I untuk membuat makalah tentang Stelsel dalam Pemungutan
Pajak, Kendala dalam Pemungutan Pajak,, Bentuk Perlawanan Pajak, Pihak yang
Terkait dalam Perpajakan, Pengelompokan Pajak..
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berperan penting
dalam penyusunan makalah kami, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah
Perpajakan I yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih ada kekurangan
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan untuk menjadi acuan kami agar bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam praktiknya, ada tiga jenis stelsel pajak yang dilakukan dalam menghitung
pemungutan pajak.
3
ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu
akhir tahun. Adapun kelemahannya adalah pajak yang dibayarkan tidak
berdasrkan pada keadaan yang sesungguhnya.
Sistem fiktif ini digunakan dalam pengenaan pajak Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dan yang dijadikan dasar untuk pengenaan pajaknya
adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pada saat yang menentukan, yaitu
tanggal 1 Januari tahun yang bersangkutan. Jadi, yang dikenakan Pajak
Bumi dan Bangunan ini adalah semua harta tidak bergerak (Bumi dan atau
Bangunan) yang sudah dimiliki pada tanggal 1 Januari tahun yang
bersangkutan.
4
2.2 Kendala dalam Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak secara umum seringkali terdapat kendala-
kendala yang melemahkan dalam pemungutan pajak. Kendala-kendala tersebut antara
lain:
2) Tingkat ekonomi sebahagian Wajib Pajak yang sangat rendah, HAL INI
sangat mempengaruhi Wjib Pajak, dimana Wajib Pajak masih lebih
memprioritaskan biaya yang sifatnya mendasar, seperti: Biaya sekolah,
biaya kesehatan dan sebagainya, dari pada membayar pajak.
5
karena pada akhirnya akan digunakan secara boros dan tidak tepat sasaran
bahkan akan dikorup oleh sebahagian dari pegawai paja. Tingkat kepatuhan
Wajib Pajak yang masih rendah akan menimbulkan selisih antara jumlah
pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang seharusnya
dibayar semakin besar. Wajib Pajak yang memiliki penghasilan besar
cenderung untuk lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena
yang berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam
pelaporan kewajiban perpajakannya. Penerapan tarif pajak yang tinggi
menjadi kendala juga, karena memberatkan Wajib Pajak
1) Perlawanan Pasif
Penolakan pajak pasif ini terkait erat dengan status sosial ekonomi
masyarakat negara-negara yang terlibat. Resistensi pasif dapat terjadi
karena alasan berikut:
a. Pertumbuhan intelektual dan moral masyarakat.
6
b. Masyarakat yang sulit memahami tentang sistem perpajakan
c. Sistem kontrol tidak dapat diterapkan atau diimplementasikan
dengan benar
2) Perlawanan Aktif. Perlawanan pajak secara aktif ini merupakan serangkaian
usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau
mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar.
1. Negara
Sebagai organisasi politik yang menyelenggarakan
kehidupanberbangsa serta bernegara. Dalam menjalankan fungsinya negara
membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan organisasi. Negara dapat di
7
samakan seperti kapal, selain membutuhkan keterampilan anak buah kapal
untuk menentukan arah dan tujuan kapal,dibutuhkan juga perlengkapan
lainnya, seperti peralatan, perlengkapan, konsumsi danlain-lain. Untuk
memenuhi kebutuhan yang diperlukan ini diperlukannya bantuan finansial.
Dalam kasus ini, pajak adalah salah satu sumber finansial untuk negara. Oleh
sebab itu negara membunyai hak untuk memaksa warga negaranya untuk
membayarpajak melalui sistem perundang-undangan. Kewenangan ini sangat
dibutuhkan karenatidak semua warga negara memiliki kesadaran untuk
membayarkan kewajibannya. Negara memberlakukan kewajiban ini karena
negara tidak bisa hanya bergantung padasektor sumber daya alam, pariwisata,
perdagangan dan sektor ekonomi lainnya. Pembangunan fasilitas umum seperti
jembatan, jalan dan lainnya membutuhkan biaya yang banyak, serta perlu
melibatkan masyarakat didalamnya, karena yang pada akhirnyaakan menikmati
fasilitas ini adalah masyarakat. Oleh sebab itu, pajak dibutuhkan
untukmendukung pelaksanaan pembangunan, pemerintahan dan kesejahteraan
negara serta masyarakat.
2. Badan/lembaga/Institusi
Pihak kedua adalah badan/lrmbaga /institusi yang menjalankan
kegiatan usaha sebagai pendukung bagi perekonomian suatu negara, baik milik
negara ataupun milik swasta. Ada banyak badan/lembaga/institusi yang
menjalankan peran penting dalam perekonomiansuatu negara. Contohnya,
badan/lembaga/institusi yang melaksanakan roda perekonomian dengan
melakukan ekspolorasi sumber daya alam. Sesuai dengan Undang-Undang
dasar 1945 pasal 33 ayat 3 menegaskan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Maka dari itu, setiap
badan/lembaga/institusi yang melakukan eksplorasi alam di Indonesia memiliki
kewajiban untuk mengembalikan bagian penghasilan dan keuntungannya
8
sebagian yang diperoleh ke negara dalam wujud pajak. Kemudian, negara akan
menggunakan dana tersebut untuk kepentingan rakyat.
1. Menurut Golongannya
a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Dengan kata lain, proses pembayaran pajak harus dilakukan sendiri oleh
wajib pajak bersangkutan. Misalnya seorang anak tidak
boleh mengalihkan pajak kepadaorangtuanya. Begitupun seorang suami
tidak boleh mengalihkan kewajiban pajaknya pada istrinya.
Contoh: Pajak Penghasilan
9
b) Pajak tidak langsung, yatu pajak yang pada akhirnya dapat berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
2. Menurut Sifatnya
a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadiatau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Pemungutan pajak dapat
dilakukandengan 3 jenis stelsel yang terdiri dari, Stelsel Nyata, Stelsel Fiktif, dan
Stelsel Campuran. Kendala dalam pemungutan pajak dikarenakan pelaksanaan
peraturan yangrelatif rendah, kurangnya pegawasan, kurang terampil, kurangnya
pembinaan, dankurangnya pengetahuan petugas pemungut pajak.
3.2 Saran
Dalam melaksanakan kegiatan membayar dan menerima pajak ada
baiknya bagikedua sisi untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar serta sistem
dalammelaksanakan perpajakan. Karena jika satu sisi saja yang mengerti dan sisi
lainnya tidakmengerti akan terjadi kesalahan dalam komunikasi yang menyebabkan
kurangpercayanya antara sisi satu dengan sisi yang lainnya. Bagi pemerintah ada
baiknya untuklebih ditingkatkan dari sisi sumber daya manusianya maupun sisi
pendukung sepertisistem yang akan digunakan dalam kegiatan pembayaran dan
penerimaan pajak
11
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. (2019). PERPAJAKAN (D. Arum (ed.); 2019th ed.). Penerbit ANDY.
12