B. Stelsel Pajak
Stelsel pajak ialah sistem pemungutan pajak yang digunakan
untuk menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh para
wajib pajak. Ada tiga jenis stelsel yang dapat digunakan untuk
pemungutan pajak, yaitu:
1. Stelsel Nyata (Riil)
Menurut stelsel ini bahwa objek yang sesungguhnya terjadi
(nyata) sebagai dasar pengenaan pajak (Penghasilan sebagai
objek). Oleh karena itu, pemungutan jumlah pajak terutang
baru dapat dilakukan diakhir tahun pajak tersebut, yaitu
setelah diketahui semua penghasilan sesungguhnya. Pasal 21—
Pajak Penghasilan, Pasal 22—Pajak Penghasilan, Pasal 23—
Pajak Penghasilan, Pasal 4 ayat (2), dan Pasal 26—Pajak
Penghasilan adalah contoh stelsel nyata. Stelsel nyata memiliki
kelebihan yaitu penghasilan yang sebenarnya sebagai dasar
penghitungan jumlah pajak sehingga realistis dan lebih akurat.
Stelsel nyata juga memiliki kekurangan ialah jumlah pajak
terutang baru dapat diketahui diakhir tahun, yang berarti: (a)
Pada akhir tahun para wajib pajak terbebani jumlah tagihan
pajak yang tinggi, kemungkinan pada saat itu dana tidak
mencukupi; dan (b) Pada akhir tahun para wajib pajak akan
membayar dan melunasi pajak terutang sehingga
mempengaruhi jumlah peredaran uang secara makro.
2. Stelsel Anggapan (Fiktif)
Menurut Stelsel tersebut, pengenaan pajak berdasarkan suatu
anggapan yang telah tertuang diundang-undang perpajakan.
Sebagai ilustrasi, jumlah pajak terutang pada suatu tahun
dianggap jumlahnya sama dengan jumlah pajak terutang
ditahun sebelumnya, dengan demikian pajak terutang pada
tahun tersebut juga dianggap sama. Pada stelsel fiktif tersebut,
besarnya pajak terutang ditahun berjalan dapat ditetapkan
atau diketahui diawal tahun berjalan. Ilustrasi untuk angsuran
bulanan PPh Pasal 25 sebagai berikut: Pada Tahun 2018 PT XYZ
memiliki pendapatan sejumlah Rp50.000.000. Diasumsikan
bahwa jumlah pendapatan tahun 2019 sama dengan jumlah
pendapatan tahun 2018, Pajak penghasilan tahun 2019 mulai
dihitung diawal tahun 2019 dengan tarif pajak yang berlaku
adalah 5%, sehingga PPh terutang tahun 2019 sebesar
Rp2.500.000 yang pembayarannya diangsur pada setiap bulan
selama tahun 2019.
Stelsel fiktif memiliki kelebihan yaitu pembayaran pajak di
tahun berjalan tanpa harus menunggu sampai akhir tahun.
Untuk ilustrasi yaitu pajak dapat dibayar pada saat wajib pajak
menerima penghasilan tinggi atau pajak dibayar secara angsur
ditahun berjalan. Stelsel fiktif memiliki kekurangan yaitu
penentuan pajak menjadi tidak akurat karena pajak yang
dibayar tidak berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
3. Stelsel Campuran
Menurut stelsel campuran bahwa gabungan stelsel nyata dan
stelsel anggapan sebagai dasar pengenaan pajak. Besar pajak
dihitung awal tahun berdasar stelsel anggapan dan pada akhir
tahun berdasar keadaan yang sebenarnya (stelsel nyata). Wajib
Pajak harus membayar selisih jika besarnya pajak berdasarkan
keadaan sesungguhnya lebih besar dari pada besarnya pajak
menurut anggapan (Pajak Penghasilan Psl 29). Begitupun
sebaliknya, jika berdasarkan keadaan sesungguhnya jumlah
pajak lebih kecil daripada jumlah pajak menurut anggapan,
maka selisih tersebut dapat mengajukan pengembalian dana
(restitusi) atau dengan cara lain dikembalikan pada tahun
berikutnya, apabila telah memperhitungkan utang pajak
lainnya (PPh Pasal 28 (a)).
Bibliography
Solikhah, B., & Suryarini, T. (2021). PERPAJAKAN. Semarang: UNNES
Press.
Resmi, S. (2019). Perpajakan Teori & Kasus. Jakarta: Salemba
Empat.
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994. (2023, 11 04). Retrieved
from Kemenkeu.go.id:
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1994/9tahun~1994uu.
htm