Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

>ADMINISTRASI PAJAK<

Di Susun Oleh:
Kelompok 2

 Anna
 Rian
 Jaka Suganda

Materi:

D. Tata Cara Pemungutan Pajak


E. Pemungutan Pajak

SMK NEGERI 1 MUARA TEWEH


BARITO UTARA
KALIMANTAN TENGAH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami semua sehingga dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Perpajakan”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Muara Teweh, Agustus 2022


Penyusun

2|K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

PEMBAHASA MATERI

D. TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1. Dasar Pengenaan Pajak................................................................................................4
2. Sistem Pemungutan Pajak............................................................................................5
3. Syarat Pemungutan Pajak............................................................................................6

E. PEMUNGUTAN PAJAK
1. Asas Pemungutan Pajak...............................................................................................6
2. Teori Pemungutan Pajak..............................................................................................8
3. Tarif Pajak.....................................................................................................................9

PENUTUP...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12

3|K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
PEMBAHASAN
MATERI

D. TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak yang berlaku di Indonesia, antara lain:
a. Stelsel Nyata (Riil Stelsel)
Stelsel nyata adalah pengenaan pajak yang didasarkan pada objek atau penghasilan yang
sungguh-sungguh diperoleh dalam setiap tahun pajak atau periode pajak. Oleh karena itu,
besarnya pajak dapat dihitung pada akhir tahun atau periode pajak karena penghasilan rill
baru dapat diketahui setelah tahun pajak atau periode pajak berakhir.
Kelebihan Stelsel Nyata, Kelebihan stelsel nyata adalah besarnya pajak yang dipungut
sesuai dengan besarnya pajak yang sesungguhnya terutang. Hal itu dikarenakan
pemungutan pajak dilakukan setelah tutup buku, sehingga penghasilan yang sesungguhnya
telah diketahui.
Kelemahan Stelsel Nyata, Kelemahan dari stelsel nyata adalah pemungutan pajak baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak atau akhir periode pajak. Sementara, pemerintah
membutuhkan penerimaan pajak ini untuk membiayai pengeluaran sepanjang tahun dan
tidak hanya pada akhir tahun saja.
b. Stelsel Anggaran (Fictive Stelsel)
Stelsel fiktif adalah stelsel yang mendasarkan pemungutan pajak pada suatu anggapan atau
fiksi. Misalnya dalam kaitannya dengan pajak penghasilan, umumnya anggapan yang
digunakan adalah penghasilan tahun sekarang atau tahun berjalan sama dengan
penghasilan tahun lalu. Sehingga, pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya
pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Dalam stelsel fiktif, besarnya pajak yang
harus ditetapkan didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Penghasilan dalam satu tahun dianggap sama dengan penghasilan pada tahun sebelumnya.
Sehingga, pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang
untuk tahun pajak berjalan.
Kelebihan Stelsel Fiktif, Kelebihan stelsel fiktif adalah pemungutan pajak sudah dapat
dilakukan pada awal tahun pajak atau awal periode pajak karena berdasarkan suatu
anggapan. Sehingga, penerimaan pajak ini oleh pemerintah dapat dipakai untuk membiayai
pengeluaran sepanjang tahun dan tidak hanya pada akhir tahun saja.
Kelemahan Stelsel Fiktif, Kelemahan stelsel fiktif adalah terkadang besarnya pajak yang
dibayar tidak sesuai dengan besarnya pajak yang seharusnya dibayarkan. Dengan kata lain,
besarnya pajak belum tentu sesuai dengan besarnya pajak yang sesungguhnya terutang
karena pemungutan pajak dilakukan berdasarkan suatu anggapan, bukan berdasarkan
penghasilan yang sesungguhnya.
c. Stelsel Campuran (Mix Stelsel)
Stelsel campuran adalah kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel fiktif. Stelsel
campuran pada awal tahun ditentukan jumlah pajak berdasarkan jumlah anggapan tertentu
kemudian setelah tahun pajak berakhir diadakan koreksi sesuai dengan stelsel nyata.
Besarnya pajak dihitung sesuai dengan anggapan seperti stelsel fiktif. Akan tetapi, pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan kenyataan yang harus dibayarkan. Apabila
ternyata pajak yang dibayarkan kurang, maka wajib pajak harus menambahnya. Apabila
pajak yang dibayarkan berlebih, maka wajib pajak berhak mengambil kelebihan tersebut.
Kelebihan Stelsel Campuran, Kelebihan stelsel campuran adalah pajak sudah dapat
dipungut pada awal tahun pajak atau awal periode pajak. Besarnya pajak yang dipungut
sesuai dengan besarnya pajak yang sesungguhnya terutang karena dilakukan penghitungan
kembali pada akhir periode pajak.

4|K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
Kelemahan Stelsel Campuran, Kelemahan stelsel campuran adalah karyawan bagian
pajak menghitung kembali jumlah pajak setelah tahun pajak berakhir, sehingga
mengakibatkan beban pekerjaan karyawan menjadi bertambah drastis. Akibatnya
seringkali tidak terselesaikan. Dengan kata lain, adanya tambahan pekerjaan administrasi
karena penghitungan pajak dilakukan dua kali yaitu pada awal dan akhir tahun pajak.
2. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak ini sendiri merupakan suatu sistem  yang digunakan untuk
menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak ke Negara. Setidaknya
terdapat 3 jenis sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu di antaranya :
a. Self Assessment System
Sistem perpajakan ini yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus
dibayar oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dalam artian lain bahwa Wajib Pajak adalah
pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar dan melaporkan pajak kepada
kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau sistem administrasi online yang dibentuk oleh
pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berperan untuk mengawasi wajib pajak. Untuk
contohnya adalah  dalam  PPN dan PPh.  Self assessment system sudah mulai masuk ke
Indonesia setelah era reformasi perpajakan pada tahun 1983 dan masih berlaku hingga saat
ini, namun sistem perpajakan tersebut memiliki konsekuensi karena wajib pajak berhak
menghitung jumlah pajak yang perlu dibayar, biasanya wajib pajak berusaha membayar
pajak sesedikit mungkin.
b. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini yang memungkinkan pihak berwenang untuk dengan bebas
menentukan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada otoritas pajak atau pemungut
pajak. Dalam sistem pemungutan pajak ini biasanya wajib pajak bersifat pasif  dan hutang
pajak hanya dapat digunakan setelah otoritas pajak mengeluarkan surat ketetapan
pajaknya.
Sistem pemungutan pajak ini biasanya dapat diterapkan pada penyelesaian Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah lainnya. Dalam proses transaksi pembayaran
PBB, KPP biasanya berperan sebagai pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak yang
memuat sejumlah PBB terutang disetiap tahunnya, sehingga tidak perlu lagi untuk
menghitung pajak yang terutangnya, namun cukup dengan membayar PBB berdasarkan
Surat Pernyataan Terutang Pajak (SPPT) yang diterbitkan oleh KPP yang terdaftar sebagai
subjek pajak.
c. Withholding Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini memberikan pengertian bahwa besarnya pajak akan dihitung
oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak atau petugas pajak. Contoh dari sistem ini adalah
pemotongan penghasilan pegawai oleh bendahara instansi, sehingga pegawai tidak perlu
lagi ke kantor pajak untuk membayar pajaknya. Nah untuk itu kita perlu mengetahui jenis-
jenis pajak apa saja yang termasuk dalam sistem pemungutan pajak ini, untuk penggunaan
sistem ini di Indonesia jenis-jenis pajak yang dipakai  adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22,
PPh Pasal 23, dan PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.
Sebagai bukti bahwa pajak telah dibayar lunas dengan menggunakan withholding
assessment system pada umumnya berupa bukti potong atau bukti pungut. Namun dalam
beberapa kasus juga menggunakan sertifikat pajak (SSP) yang kemudian sertifikat
pemotongan tersebut kemudian akan dilampirkan pada PPh / SPT PPN tahunan wajib
pajak yang bersangkutan.

5|K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
6|K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
3. Syarat Pemungutan Pajak
Persyaratan perpajakan tersebut merupakan prinsip dasar yang harus ada dalam setiap
kegiatan perpajakan khususnya di Indonesia. Setidaknya terdapat 5 persyaratan dalam
pemberlakuan pemungutan pajak di Indonesia, diantaranya adalah :
a. Dalam hal keadilan (pajak harus adil) 
Sistem pemungutan pajak harus berdasarkan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Landasan keadilan disini  merupakan syarat yang
harus dipenuhi untuk mencapai keadilan sosial yang dimaksud, yaitu wajib Pajak mempunyai
hak dan kewajiban yang telah diatur didalam undang-undang, setiap warga negara yang
menjadi wajib pajak harus membayar pajaknya, serta adanya sanksi untuk pelaku pelanggaran
pajak.
b. Dalam hal yuridis (perpajakan harus berdasarkan hukum)
Sistem perpajakan diharuskan untuk selalu berdasarkan hukum yang berlaku seperti apa yang
telah  tercantum dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 yang mengatur tentang ketentuan
perpajakan umum. Kenapa tercantum dalam Undang-undang? Karena  hanya melalui
peraturan perundang-undangan berupa undang-undang sajalah pemerintah dengan mudah
dapat memberikan perlindungan hukum bagi kegiatan perpajakan.
c. Dalam hal ekonomis (pajak tidak akan mempengaruhi perekonomian nasional)
Sistem perpajakan tidak boleh mengganggu kegiatan ekonomi yang malah dapat
mengakibatkan keterpurukan ataupun penurunan ekonomi nasional, seperti misal dalam kasus
pajak tidak diperbolehkan mengganggu produksi atau kegiatan perdagangan yang sedang
berlangsung.
d. Dalam hal finansial (perpajakan harus efisien) 
Sistem pemungutan pajak yang ada harus dilakukan secara efisien dan efektif sehingga
nantinya  hasil yang diperoleh dari perpajakan pun akan maksimal. Secara efisien disini
berarti mempunyai maksud bahwa pemungutan pajak harus dilakukan dengan mudah, tepat
sasaran, tepat waktu dan biaya minimal. Sedangkan secara efektif disini berarti mempunyai
maksud bahwa pemungutan pajak harus bisa membawa hasil yang sesuai dengan perhitungan
yang telah dilakukan. Dan secara langsung dalam syarat ini juga berkaitan dengan
pengelolaan biaya pemungutan pajak harus lebih kecil daripada pemasukan pajak yang
diterima kas negara.
e. Dalam hal sederhana (sistem pajak harus sederhana)
Sistem penagihan dan pengelolaan pajak harus sederhana dan mudah dipahami oleh wajib
pajak. Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan membantu wajib pajak melaporkan
pajaknya dan mendorong masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Maka dari
itu penerimaan pajak nasional akan terus menerus meningkat.
Dengan sejumlah persyaratan yang ada, maka setiap aktivitas dalam pemungutan pajak ini
akan diwajibkan untuk menerapkan setiap persyaratan tersebut, karena jika tidak ada
ketentuan tersebut maka pemungutan pajak yang terjadi akan sangat mudah mengalami
kendala bahkan sampai melenceng dari target pajaknya. 

E. PEMUNGUTAN PAJAK
1. Asas Pemungutan Pajak
Asas pemungutan pajak adalah dasar serta pedoman yang digunakan oleh pemerintah saat
membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak. Berikut ini asas pemungutan pajak:
a. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations

7|K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
 Asas equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif
terhadap wajib pajak.
 Asas certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang
melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
 Asas convinience of payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib
pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima
penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
 Asas efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
b. Menurut W. J. Langen
 Asas daya pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya
penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
 Asas manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
 Asas kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
 Asas kesamaan, dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang
lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
 Asas beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya
(serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga tidak
memberatkan para wajib pajak.
c. Menurut Adolf Wagner
 Asas politik finansial, pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai sehingga dapat
membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.
 Asas ekonomi, penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan, pajak
untuk barang-barang mewah.
 Asas keadilan, pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi
yang sama diperlakukan sama pula.
 Asas administrasi, menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus
membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya
biaya pajak.
 Asas yuridis, Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD
1945. Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-
undang, yaitu:
a) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).
b) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
c) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
d) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
e) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
f) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di
Indonesia.
g) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
d. Asas Pemungutan Pajak di Indonesia

8|K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
 Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan, artinyapengenaan pajak
penghasilan orang pribadi atau badan adalah penduduk yang berdomisili dinegara itu.

 Asas sumber, merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat perusahaan
berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di Indonesia hanya
diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia. Sebagai contoh, Pak
Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di Australia, meskipun
secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi berdasarkan sumber
pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib membayar PPH yang dipungut oleh pemerintah
Indonesia.
 Asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib membayar pajak
sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas kebangsaan pula, warga
asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa pernah
sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama penghasilan yang mereka
dapatkan bersumber dari Indonesia.

2. Teori Pemungutan Pajak


Meski dijelaskan berbagai teori tentang dasar pemungutan pajak, pembayaran pajak
umumnya telah dianggap sebagai sebuah beban, ketimbang sebagai sebuah kewajiban apalagi
sebuah kesadaran bahwa pemungutan pajak memang perlu didukung. Hal ini antara lain
disebabkan karena tidak adanya kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar
pajak. Teori yang menjadi “dasar” bagi negara untuk pemenuhan pajak, antara lain:
a. Teori Asuransi
Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi tersebut dimaksudkan
sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya misalnya
keselamatan atau keamanan harta bendanya. Masyarakat seakan mempertanggungkan
keselamatan dan keamanan jiwanya kepada negara sehingga masyarakat harus membayar
“premi” kepada negara. Pada kenyataannya menyamakan pajak dengan premi tidaklah
tepat, karena jika masyarakat mengalami kerugian, negara tidak dapat memberikan
penggantian layaknya perusahaan asuransi.
b. Teori Kepentingan
Teori kepentingan diartikan bahwa negara yang melindungi kepentingan harta dan jiwa
warga negara dengan memperhatikan pembagian beban yang harus dipungut dari
masyarakat. Pembebanan ini didasarkan pada kepentingan setiap orang termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran negara untuk melindunginya
dibebankan pada masyarakat. Warga negara yang memiliki harta lebih banyak akan
membayar pajak yang lebih besar, dan sebaliknya yang memiliki harta lebih sedikit
membayar pajak lebih kecil untuk melindungi kepentingannya.
c. Teori Gaya Pikul
Teori ini berpangkal dari azas keadilan yaitu bahwa tiap orang dikenakan pajak dengan
bobot yang sama. Pajak yang dibayar adalah menurut gaya pikul dengan ukuran besarnya
penghasilan dan pengeluaran sesorang. Kekuatan (Gaya Pikul) untuk membayar pajak baru
ada setelah terpenuhinya kebutuhan primer seseorang. Dalam Pajak Penghasilan kita kenal
konsep Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Bila seseorang berpenghasilan di bawah
PTKP berarti gaya pikulnya tidak ada sehingga ia tidak harus membayar pajak. Teori ini
lebih menekankan unsur kemampuan seseorang dan rasa keadilan.
d. Teori Bakti
Teori ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini mendasakan bahwa negara
mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari

9|K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
bahwa membayar pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya
terhadap negara karena negaralah yang bertugas menyelenggarakan kepentingan
masyarakatnya. Dengan demikikan dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat
dengan negara.

e. Teori Gaya Beli


Pembayaran pajak dimaksudkan untuk memelihara masyarakatnya. Pembayaran pajak
yang dilakukan terhadap negara lebih ditekankan pada fungsi mengatur dari pajak agar
masyarakat tetap eksis. Teori ini mendasarkan pada penyelenggaraan kepentingan
masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan
individu atau negara, sehingga pajak lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur. Dalam
teori ini kemaslahatan masyarakat akan tetap terjamin dengan pembayaran pajak.

3. Tarif Pajak
Tarif pajak pada umumnya berupa besaran persentase yang telah ditetapkan oleh pemerintah
sebagai acuan dalam pengenaan pajak. Secara struktural, setidaknya ada 4 jenis tarif pajak
yaitu antara lain adalah tarif progresif, tarif degresif, tarif proporsional, tarif tetap atau
regresif.
a. Tarif tetap atau tarif regresif, yang dimana saat pemungutan tarif pajaknya akan
selalu tetap tanpa melihat jumlah dari keseluruhan dasar pengenaan pajaknya.
Sehingga, tarif yang dikenakan besarannya sama bagi seluruh wajib pajak. 
Contoh tarif tetap
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak
1 Rp. 1.000.000,00 Rp. 6.000,00
2 Rp. 5.000.000,00 Rp. 6.000,00
3 Rp. 25.000.000,00 Rp. 6.000,00
4 Rp. 50.000.000,00 Rp. 6.000,00

b. Tarif degresif, persentase pajak dengan tarif degresif yang dipungut akan lebih kecil saat
dasar pengenaan pajaknya meningkat. Dengan kata lain, persentase atas tarif pajak akan
semakin rendah atau menurun ketika dasar pengenaan pajaknya semakin besar. Dalam
praktik perundang-undangan Indonesia, tarif degresif tidak pernah diimplementasikan.
Contoh tarif degresif
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak
1 Rp. 50.000.000,00 30%
2 Rp. 500.000.000,00 20%
3 Rp. 5.000.000.000,00 10%

c. Tarif Proporsional, tarif proporsional saat pemungutan pajaknya atas persentasenya akan
tetap dan tidak terjadi perubahan terhadap keseluruhan dasar pengenaan pajaknya. jadi bisa
dibilang bahwa sebesar apapun jumlah objek pajak yang dikenakan dalam pajak
penghasilannya, persentasenya pun akan tetap sama. Dalam hal ini contohnya adalah
adanya PPN sebesar 10% dan PPB sebesar 0.5% dari apapun objek pajaknya. 
Contoh tarif Proporsional
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Utang Pajak
1 Rp. 1.000.000,00 10% Rp. 100.000,00
2 Rp. 10.000.000,00 10% Rp. 1.000.000,00
3 Rp. 100.000.000,00 10% Rp. 10.000.000,00
4 Rp. 1.000.000.000,00 10% Rp. 100.000.000,00
10 | K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
d. Tarif Progresif, saat pemungutan pajaknya, atas persentasenya akan naik sebanding
dengan jumlah dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia sendiri, jenis tarif pajak inilah
yang diterapkan sebagai metode pengenaan pajak penghasilan orang pribadi. Tarif
selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Contoh tarif progresif progresif


No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan % Tarif
1 Rp. 50.000.000,00 10% -
2 Rp. 100.000.000,00 15% 5%
3 Rp. 200.000.000,00 20% 10%

Contoh tarif progresif proporsional


No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan % Tarif
1 Sampai dengan Rp. 10.000.000,00 15% -
2 Diatas Rp. 10.000.000,00 s/d Rp.
25% 10%
25.000.000,00
3 Diatas Rp. 25.000.000,00 30% 10%

Contoh tarif progresif degresif


No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan % Tarif
1 Sampai dengan Rp. 10.000.000,00 15% -
2 Diatas Rp. 10.000.000,00 s/d Rp.
25% 10%
25.000.000,00
3 Diatas Rp. 25.000.000,00 30% 5%

11 | K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
PENUTUP

Kesimpulan
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang – Undang sehingga dapat
dipaksakan, dengan tidak membalas jasa secara langsung. Pajak dipungut dengan berdasarkan
berbagai norma hukum untuk dapat menutup biaya produksi barang serta jasa kolektif guna
mencapai kesejahteraan umum. Pajak merupakan konstribusi wajib pajak kepada negara yang
sifatnya memaksa berdasarkan Undang-Undang yang digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2009, pajak
adalah konstribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pajak merupakan peranan yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya
didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
A.

12 | K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/463/3/BAB%20II.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2022/05/27/01000051/stelsel-pemungutan-pajak?
page=all#:~:text=Stelsel%20nyata%20adalah%20pengenaan%20pajak,tahun%20pajak
%20atau%20periode%20pajak.
https://www.pajakku.com/read/608291caeb01ba1922ccaa24/Kenali-3-Jenis-Sistem-
Pemungutan-Pajak-di-Indonesia
https://www.pajakku.com/read/606a82fceb01ba1922cca6cb/Syarat-syarat-Pemberlakuan-
Pemungutan-Pajak-di-Indonesia
https://money.kompas.com/read/2021/06/12/175505326/asas-pemungutan-pajak-yang-
berlaku-di-indonesia?page=all
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/asas-pemungutan-pajak-dan-
penerapannya-di-indonesia
https://pajakmania.com/2022/03/17/dasar-teori-pemungutan-pajak/
https://www.pajakku.com/read/606e7862eb01ba1922cca754/Jenis-Jenis-Tarif-Pajak-yang-
Perlu-Diketahui

13 | K O N S E P D A S A R P E R P A J A K A N

Anda mungkin juga menyukai