Anda di halaman 1dari 14

SISTEM

PEMUNGUTAN
PAJAK

Oleh: Rizqi Febriani Putri


Pokok Bahasan
Self Assessment System
Official Assessment System
Witholding System
Self Assessment System
Adalah sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak dipercaya untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan pajaknya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
Di sisi lain Pemerintah dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak melakukan
monitoring, dan sewaktu-waktu dapat melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan para wajib pajak.
Apabila dari hasil monitoring maupun pemeriksaan ternyata tidak ada
temuan yang menyebabkan masih ada terhutang pajak maka kewajiban
pajak untuk tahun yang bersangkutan dianggap selesai, ataupun tidak ada
pemeriksaan dan sudah lima tahun berlalu, berarti berdasarkan undang-
undang yang berlaku hutang pajak sudah selesai. Kecuali bila ternyata ada
tindak pidana pajak, maka masa daluwarsa 5 tahun tidak berlaku, dan
pemeriksaan tetap dapat dilakukan untuk 10 tahun sebelumnya.
Self Assessment System
Self Assessment System diterapkan untuk pajak-pajak untuk kategori pajak
pusat. Seperti misalnya untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai) serta PPh
(Pajak Penghasilan). Wajib Pajak menghitung sendiri besaran pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Ciri-ciri dari Self Assessment System yang dilakukan di Indonesia:


Pengisian pajak dilakukan secara mandiri oleh semua orang yang sudah
diwajibkan pajak.
Wajib pajak berperan yang aktif dalam mengisi dan menyelesaikan
kewajiban pajaknya dari menghitung hingga melaporkan pajaknya.
Pemerintah tidak mengeluarkan surat ketetapan pajak apapun. Surat
ketetapan pajak baru dikirimkan jika wajib pajak bersangkutan memiliki
kendala dalam melaporkan pajak.
PPN
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu jenis pajak yang
dipungut pada saat penyerahan barang kena pajak (BKP) dan/atau jasa
kena pajak (JKP).
Sederhananya, ini adalah pajak yang ditambahkan dan dipungut atas suatu
transaksi.
PPN dikenakan dan disetorkan oleh pengusaha (Orang Pribadi atau Badan)
yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Namun beban
PPN tersebut ditanggung oleh konsumen akhir.
Sejak 1 Juli 2016, PKP se-Indonesia wajib membuat faktur pajak elektronik
atau e-Faktur untuk menghindari penerbitan faktur pajak fiktif untuk
pengenaan PPN kepada lawan transaksinya.
Pelaporan PPN
Dengan menjadi PKP, pengusaha wajib memungut, menyetor dan
melaporkan PPN yang terutang melalui SPT Masa PPN paling lambat akhir
bulan berikutnya.
Dalam perhitungan PPN yang wajib disetor oleh PKP, ada yang disebut
dengan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan.
Pajak keluaran ialah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya.
Sedangkan, pajak masukan ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli,
memperoleh maupun membuat produknya.
PPN yang disetor oleh PKP adalah sebesar selisih antara Pajak Keluaran
dengan Pajak Masukan.

Formulir 1111 SPT Masa PPN


PPh dan Pelaporan SPT Tahunan PPh
PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang
pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
suatu tahun pajak. Penghasilan yang dimaksud dapat berupa keuntungan
usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan yang lainnya.
Pelaporan PPh dilakukan setiap tahun melalui formulir SPT Tahunan PPh
Jenis Formulir SPT Tahunan:
1. SPT Tahunan nomor 1770SS untuk WP dengan penghasilan bruto tidak lebih
dari 60 juta, yang memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja.
2. SPT Tahunan nomor 1770S untuk WP karyawan yang berpenghasilan kotor
lebih dari 60.000.000 atau memperoleh penghasilan dari dua atau lebih
pemberi kerja
3. SPT Tahunan nomor 1770 untuk WP karyawan yang memiliki penghasilan
lain atau nonkaryawan.
4. SPT Tahunan nomor 1771 bagi Wajib Pajak Badan.
Official Assessment System
Adalah sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang dalam
penentuan besarnya pajak terutang kepada Otoritas Pajak.
Penerapan sistem self assessment mengarahkan agar para wajib pajak
menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya sendiri. Namun,
pelaksanaannya tetap diawasi, dimonitor, kemudian dapat dilakukan
pemeriksaan oleh Fiskus yang dilakukan secara sampling ataupun
mendasarkan suatu kriteria tertentu. Bila hasil review terhadap wajib pajak
tertentu ternyata ada pajak yang kurang dibayar, atau ada yang terlambat
membayar dari pihak wajib pajak maka pihak fiskus akan mengeluarkan
tagihan secara official assessment, dimana kantor pajak mengeluarkan
surat Ketetapan pajak, atau tagihan pajak untuk menggenapi kewajiban
pajak yang ternyata masih ada kurang bayar, atau terlambat dibayar.
Official Assessment System
Sistem ini diterapkan pada Pajak Bumi Bangunan (PBB), pemilik usaha serta
pemilik properti. Pembayaran pajak para wajib pajak hanya perlu dibayarkan
sesuai dari Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT).

Ciri-ciri Official Assessment System:


Nominal pajak dihitungkan oleh petugas pajak.
Wajib pajak tidak perlu aktif dalam menghitung besaran pajak.
Nominal pajak diketahui setelah petugas pajak melakukan perhitungan pajak
dan mengirimkan surat ketetapan pajaknya.
Pemerintah menentukan besaran pajak dan memiliki hak penuh dalam
perhitungan pajak yang harus dibayarkan.
Official Assessment System
Official assesment dapat berupa Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat
Tagihan Pajak (STP), sebagai Hasil dari pemeriksaan atau review yang
dilakukan oleh pihak fiskus.
STP merupakan surat tagihan pajak atas denda bunga dan SKP merupakan
tagihan atas pokok pajak ditambah dengan denda kenaikan dari sifat yang
ditagihkan, dapat berupa:
Witholding System
Sistem ini merupakan sistem perhitungan pajak yang dapat dihitung melalui
pihak ketiga. Pemerintah memberikan kepercayaan serta merta kepada
wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya yaitu memotong
atau memungut pajaknya atas penghasilan yang telah dibayarkan kepada
penerima penghasilan serta langsung menyerahkannya kepada kas negara.
Pajak yang dipotong atau dipungut disetorkan ke kas negara dan dilaporkan
setiap bulan melalui SPT Masa.
Sistem ini sebenarnya adalah suatu jalan pintas untuk pemerintah untuk
melakukan pemungutan pajak, karena wajib pajak yang ditugaskan untuk
melakukan pemungutan dan pemotongan pajak non pemerintah dapat
meminimalisir pengeluaran biaya yang besar untuk mengumpulkan
sejumlah pajak tersebut.
Witholding System
Pemotongan adalah pajak yang telah dipotong oleh pihak pemberi
penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima
penghasilan, sehingga nantinya dapat menjadikan penyebab atas
berkurangnya jumlah penghasilan yang telah diterima penerima
penghasilan, seperti PPh pasal 21 dan PPh pasal 23.
Pemungutan adalah pajak yang dipungut atas keseluruhan pembayaran
yang berpotensi dapat menimbulkan penghasilan untuk penerima
pembayaran, dalam hal ini contohnya seperti PPh pasal 22.
Beberapa objek yang termasuk ke dalam withholding tax sendiri adalah
pemotongan PPh pasal 21, pemungutan PPh 22, Pemotongan PPh 23,
Pemotongan PPh 26, Pemotongan PPh pasal 4 ayat 2, serta pemotongan
PPh 15.
Witholding System
Pelaporan atas pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan harus
dilaporkan untuk setiap masa pajak, melalui:
SPT Masa PPh Pasal 21/26
SPT Masa PPh Pasal 22
SPT Masa PPh Pasal 23/26
SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
SPT Masa PPh Pasal 15
Per Januari 2022 berlaku pelaporan melalui SPT Unifikasi untuk PPh Pasal 23,
Pasal 26, Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 15.
SPT Masa PPh Unifikasi bertujuan untuk mempermudah dan mengurangi biaya
administrasi bagi Wajib Pajak maupun DJP. Semula, pelaporan dilakukan secara
terpisah untuk setiap jenis PPh dengan format yang berbeda-beda, saat ini
cukup dengan satu SPT dapat melaporkan beberapa jenis PPh dalam satu Masa
Pajak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai