Anda di halaman 1dari 7

1 Jelaskan jenis sistem pemungutan pajak?

Sebutkan jenis pajak di Indonesia yang dipungut


dengan sistem tersebut!
2 Jelaskan Pengertian, Fungsi dan manfaat NPWP? Dan Jelaskan mengenai atas pelanggaran
NPWP dan PKP?
3 Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subjek pajak dapat
dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Jelaskan apa yang
membedakan antara keduanya !
4 Pehtingan pajak yang terutang untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
Yang jumlah penghasilan kena pajaknya adalah senilai Rp.1.000.000.000,00

Jawaban
1. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia

Sistem pemungutan perpajakan dapat dikatakan sebagai metode pengelolaan utang pajak yang
dibayarkan oleh yang bersangkutan agar dapat masuk kas negara. Di Indonesia, terdapat 3 jenis
sistem perpajakan. Sistem pemungutan perpajakan di Indonesia sesuai dengan asas pemungutan
pajak menganut self assessment system dan withholding system. Berikut ini adalah penjelasan
lengkapnya untuk Anda

1. Self Assessment System

Self Assessment System merupakan salah satu sistem pemungutan pajak yang berlaku di
Indonesia dimana sistem ini membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh
wajib pajak bersangkutan secara mandiri. Siapa itu wajib pajak? Wajib Pajak merupakan pihak
yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau dapat melalui sistem administrasi online yang telah dibuat oleh
pemerintah.

Lalu bagaimana peran pemerintah dalam dalam self assessment system ini? Peran pemerintah
dalam sistem pemungutan pajak ini adlah sebagai pengawas dari aktivitas perpajakan para wajib
pajak. Penerapan self assessment system ini berlaku untuk jenis pajak pusat. Contoh jenis pajak
pusat di Indonesia adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan
(PPh) yang berlaku setelah masa reformasi pajak pada 1983 hingga saat ini.

Di sisi self assessment system memberikan kemudahan dan keleluasaan wajib pajak, namun


dalam pelaksanaan sistem pemungutan ini juga terdapat konsekuensi. Wajib pajak biasanya akan
mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin. Karena wajib pajak memiliki
wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan.

Ciri-Ciri Self Asssessment System

 Penentuan atas besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri
 Wajib pajak memiliki peran aktif dalam memenuhi dan menuntaskan kewajiban perpajakan
mulai dari menghitung, membayar hingga melapor pajak.
 Pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak. Pengecualiannya yaitu apabila
wajib pajak telat lapor, telat membayar pajak terutang atau terdapat pajak yang seharusnya wajib
pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
2. Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan perpajakan yang memberikan


wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau
aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif dan pajak
terutang baru ada setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.

Dalam sistem ini, petugas pajak sepenuhnya memiliki inisiatif dalam menghitung dan memungut
pajak. Penerapan official assessment system ini pun ditujukan kepada masyarakat selaku wajib
pajak, yang dinilai belum mampu untuk diberikan tanggung jawab dalam menghitung serta
menetapkan pajak. Sistem ini akan berhasil apabila petugas pajak secara kualitas, kuantitas dan
integritas telah memenuhi kebutuhan dan standar yang ditetapkan.

Official Assessment System diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


atau jenis-jenis pajak daerah lainnya. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) merupakan pihak yang
mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak berisi besaran Pajak Bumi dan Bangunan terutang setiap
tahunnya. Wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar
Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak terdaftar.

Meskipun fiskus (pemegang wewenang pajak) cukup dominan dalam menghitung dan
menetapkan hutang pajak, namun setelah reformasi perpajakan pada tahun 1984, sistem
pemungutan perpajakan ini tidak lagi berlaku.

Ciri-Ciri Official Assessment System

 Sifat wajib pajak pasif dalam perhitungan pajak karena besaran pajak terutang dihitung oleh
petugas pajak (fiskus) yang dipilih dalam pengelolaan pajak.
 Pajak terutang timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak.
 Pemerintah mempunyai hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib dibayarkan
oleh wajib pajak.
3. Withholding System

Ciri dari sistem pajak ini adalah pihak ketiga memiliki wewenang dalam menentukan berapa
besar pajak yang harus dibayar. Besarnya pajak pada withholding system dihitung oleh pihak
ketiga bukan wajib pajak dan bukan aparat pajak atau fiskus. Sistem ini disebut juga dengan jenis
pajak potong pungut dan dinilai adil bagi masyarakat.

Contoh penerapan sistem perpajakan ini adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Oleh karena itu, karyawan tidak perlu lagi mendatangi
Kantor Pelayanan Pajak untuk membayarkan pajak terutang tersebut.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat
2 dan Pajak Pertambahan Nilai adalah jenis-jenis pengenaan pajak yang diterapkan
menggunakan withholding system. Bukti potong atau bukti pungut sebagai bukti yang diterbitkan
atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem pemungutan perpajakan ini. Dalam beberapa
keadaan tertentu, dapat juga menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti pemotongan
tersebut akan dilampirkan bersama Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh atau SPT Masa
PPN wajib pajak bersangkutan.

2. Berdasarkan pasal 1 Nomor 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Nomor Pokok


Wajib Pajak (NPWP) adalah identitas atau tanda pengenal yang diberikan Ditjen Pajak
kepada wajib pajak.
Seperti disebutkan di atas, NPWP menjadi identitas wajib pajak yang diperlukan untuk
dalam pengurusan administrasi perpajakan. Layaknya sebuah KTP, setiap wajib pajak
hanya diberikan satu NPWP.
NPWP tersebut terdiri dari 15 digit angka sebagai kode unik. Kode unik inilah yang
nantinya menjamin data perpajakan Anda tidak tertukar. Lalu apa arti dari kode seri
NPWP? Berikut penjelasannya sesuai struktur penomoran NPWP yang diterapkan oleh
Ditjen Pajak.
Contoh NPWP : 12.345.
678.9-123.123
9 digit pertama pada NPWP merupakan kode unik dari identitas Wajib Pajak.
3 digit selanjutnya adalah kode unik dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Jika terdaftar
sebagai Wajib Pajak baru, kode tersebut merupakan kode tempat Wajib Pajak melakukan
pendaftaran. Sedangkan bila statusnya sebagai Wajib Pajak lama, maka itu adalah kode
tempat wajib pajak saat ini.
3 digit terakhir menandakan status Wajib Pajak. 000 berarti pusat atau tunggal. 00x
(001,002) berarti cabang dengan nomor terakhir menunjukkan urutan cabang.
Menurut jenisnya, NPWP dibedakan menjadi dua, yaitu:
NPWP Pribadi, diberikan kepada setiap orang yang mempunyai penghasilan di Indonesia.
NPWP Badan, diberikan kepada perusahaan atau badan usaha yang mempunyai
penghasilan di Indonesia.
Manfaat Memiliki NPWP
Setelah mengetahui apa itu NPWP, sekarang kita akan membahas apa sih manfaat
memiliki NPWP. Rupanya masih banyak orang yang tidak tahu keuntungan memiliki
NPWP. Identitas wajib pajak ini memberikan banyak manfaat baik untuk keperluan
administrasi perpajakan atau untuk urusan administrasi di luar perpajakan. Berikut ini
penjelasannya untuk Anda.
Fungsi NPWP untuk Urusan Perpajakan
 Sebagai kode unik yang selalu digunakan dalam setiap urusan perpajakan yang membuat
data perpajakan Anda tidak akan tertukar dengan wajib pajak lainnya.
 Apa jadinya bila biaya pajak yang Anda bayar ternyata lebih bayar? Sudah pasti Anda
berharap uang tersebut bisa kembali bukan? Secara sederhana, inilah yang disebut dengan
restitusi pajak. Untuk mengurus proses restitusi tersebut, syarat utamanya adalah
menunjukkan NPWP.
 Ada perbedaan besaran tarif pajak bagi mereka yang memiliki NPWP dan tidak memiliki
NPWP. Contohnya pada jenis pajak PPh pasal 21. Jika Anda tidak punya NPWP, maka
tarif pajak yang dikenakan 20% lebih besar daripada wajib pajak yang memiliki NPWP.
o Fungsi NPWP di Luar Urusan Perpajakan
o Bagi Anda yang berniat mengajukan kredit ke bank, NPWP menjadi dokumen
penting yang menjadi syarat pembuatan kredit. Kalau Anda punya usaha, sudah
seharusnya memiliki NPWP. Sebab, NPWP diperlukan untuk pengurusan Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, sehingga dapat merugikan pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar. Pidana tersebut di atas ditambah 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana, apabila
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan. Setiap orang yang
melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan
tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/ atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan

3. Subjek pajak dalam negeri adalah:

a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah; dan
4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan
c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Subjek pajak luar negeri adalah:

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia; dan
b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

4. WP Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap BUT) sebesar 28%.
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk WP badan dalam negeri dan BUT:
Jumlah PKP Rp1.000.000.000
PPh yang terutang:
28% x Rp1.000.000.000 = Rp 280.000.000

Anda mungkin juga menyukai