Anda di halaman 1dari 2

Nama : Firanti Islami

NPM : 110620190052
Hukum Pajak

Perbedaan Surat Ketetapan Pajak yang Dikeluarkan dalam Sistem Official Assessment dan
Sistem Self Assessment

Official Assessment System


Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang
untuk menentukan besarnya pajak terutang pada aparat perpajakan sebagai pemungut pajak.
Wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan
pajak oleh fiskus. Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi
Bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah lainnya.
Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi
besaran PBB terutang setiap tahunnya sehingga wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak
terutang melainkan cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang
(SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar. Dalam sistem ini pajak terutang
ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan menerbitkan surat ketetapan
pajak.

Self Assessment System


Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan besaran
pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Wajib pajak merupakan pihak
yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh
pemerintah. Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari
para wajib pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat seperti PPN dan PPh.
Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi
pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini.
Dalam pemungutan pajak dengan sistem Self Assessment penentuan besaran pajak terutang
dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri sehingga pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat
ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat
pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.

Jenis-Jenis Surat Ketetapan Pajak


1. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk menagih pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


Surat yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah pajak
yang masih harus dibayar. Jenis surat ketetapan pajak ini diterbitkan dalam jangka waktu
5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang. Secara sederhana, SKPLB diterbitkan karena wajib pajak lebih membayar pajak
terutang dari yang seharusnya.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN
diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan Surat Pemberitahuan.

5. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)


SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKBT dalam jangka
waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan
jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan SKPKBT.

Anda mungkin juga menyukai