Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PEMBUKTIAN KASUS TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG
Analisis disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Hukum Pembuktian”

Dosen Pengampu :

IRAWAN JATI MUSTIKO, SH. MH

Oleh :

ARIF PURNOMO ADI


(210211020)

KELAS SM.B

PROGRAM STUDY MUAMALAH

JURUSAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


( STAIN ) Ponorogo
2015
Contoh Kasus :

Pengusaha hitam eks anggota MPR sikat uang petani


Rp 77 miliar
Reporter : Desi Aditia Ningrum Senin, 12 Januari 2015 13:40

Merdeka.com - Mantan anggota MPR Budiono Tan telah ditangkap Kapolda Kalimantan Barat karena
menggelapkan sekitar 1.535 sertifikat petani sawit di Kabupaten Ketapang.

Kapolda Kalbar Brigjen (Pol) Arief Sulistianto menyatakan pihaknya akan menjerat tersangka Budiono
Tan, pengusaha sawit yang DPO sejak 2010, dengan pasal tindak pencucian uang.

"Dasarnya dari kejahatan asalnya adalah perkara yang sudah P 21, ada harta kekayaan hasil kejahatan
yang ditransaksikan dari rekening Budiono Tan ke rekening pihak lain," kata Arief Sulistianto di
Pontianak, Senin (12/1), seperti dilansir Antara.

Ia menjelaskan tersangka terindikasi melanggar pasal 3 UU No. 8/2010 tentang Pencegahan Tindak
Pidana Pencucian Uang, sementara penerimanya bisa dijerat pasal 4 atau 5 UU yang sama.

"Untuk kasus ini tersangka Budiono Tan tergolong pelaku aktif," katanya.

Adapun pasal 3 UU Tindak Pidana Pencucian Uang menyebutkan tindak pidana pencucian uang aktif,
yaitu setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang
atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana, sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan.

Penyidik menemukan beberapa fakta baru yang penting untuk ditindak lanjuti untuk penyelidikan.
Fakta tersebut adalah, adanya aliran dana dari rekening tersangka yang telah dibuka penyidik. Secara
teknis, kata Arief, penyidik akan membuat laporan polisi baru dari fakta perkara yang disidik
sebelumnya.

"Untuk kepentingan penyidikan, kami belum akan mempublikasikan siapa pemilik rekening-rekening
bank yang menjadi tempat pengalihan dana Budiono Tan," ujarnya.

Sementara ini, Polda Kalbar masih berkonsentrasi pada rekening dalam negeri untuk aliran dana
tersangka Budiono Tan. "Jika ada aliran yang ke luar negeri, maka Polri akan bekerjasama dengan
PPATK," katanya.

Sebelumnya, Polda Kalbar bekerja sama dengan Polres Jakarta Barat menangkap Budiono Tan,
pengusaha sawit (mantan anggota MPR RI) yang DPO sejak 2010 karena menggelapkan sekitar 1.535
sertifikat petani sawit di Kabupaten Ketapang.

Budiono Tan digiring ke Mapolda Kalbar, Sabtu malam (10/1) oleh tim penyidik Polda Kalbar setiba
dari Jakarta.

Budiono Tan menjadi DPO dalam kasus penggelapan dan penipuan terhadap ratusan sertifikat petani
sawit, yang merupakan petani plasma perusahaan PT BIG yang dipimpinnya. Sejak tahun 2009, dengan
tiga kali pergantian kapolda Kalbar, kasus Budiono Tan tidak juga berhasil selesai.

1
"Tersangka tidak kooperatif dalam penyidikan. Dipanggil untuk memberikan keterangan saksi yang
menguntungkan saja tidak datang," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kalbar Kombes (Pol)
Widodo.

Widodo menambahkan, hanya pengacara Budiono Tan yang bolak balik meminta penyidik untuk
membuka blokir terhadap dana Rp 7 miliar lebih di Bank Danamon Kabupaten Ketapang.

Budiono Tan dilaporkan 21 Juli 2009 ke Polda Kalbar, karena menggelapkan uang petani sawit Rp300
miliar, atas penggelapan itu petani sawit mendesak pihak PT BIG segera membayar hasil panen selama
empat bulan (Juni, Juli, Agustus, dan September 2009) senilai Rp119 miliar.

Selain itu meminta segera mengembalikan uang petani yang tidak disetorkan ke Bank Mandiri dengan
jumlah Rp77 miliar, juga mengembalikan uang setoran petani 30 persen sebanyak Rp. 26 miliar. Uang
tersebut disimpan di Bank Danamon Cabang Ketapang.1

Teori Pembuktian
A. Hukum pembuktian menurut pendapat ahli :

1. Subekti (2001:1) menerangkan bahwa “Membuktikan ialah meyakinkan Hakim tentang


kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu sengketa”.

2. Martiman Prodjohamidjojo (1984: 11) mengemukakan membuktikan mengandung maksud dan


usaha untuk menyatakan kebenaran atas sesuatu peristiwa, sehingga dapat diterima akal terhadap
kebenaran peristiwa tersebut.

3. Darwan Prinst, (1998: 133).Yang dimaksud dengan pembuktian, adalah pembuktian bahwa benar
suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya, sehingga harus
mempertanggungjawabkannya

4. (M. Yahya Harahap, (2003: 273). Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi
penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang
mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang dan boleh dipergunakan hakim
membuktikan kesalahan yang didakwakan.

5. Hari Sasangka dan Lily Rosita, (2003: 10).Pengertian Hukum pembuktian adalah merupakan
sebagian dari hukum acara pidana yang mengatur macam-macam alat bukti yang sah menurut
hukum, sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti
tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak dan menilai suatu pembuktian.

B. Bukti, Barang Bukti dan Alat Bukti

1. Bukti
KUHAP tidak menjelaskan apa itu bukti. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, bukti ialah
suatu hal atau peristiwa yang cukup untuk memperlihatkan kebenaran suatu hal atau peristiwa.
Tindakan penyidik membuat BAP Saksi, BAP Tersangka, BAP Ahli atau memperoleh Laporan
Ahli, menyita surat dan barang bukti adalah dalam rangka mengumpulkan bukti.

2. Barang Bukti
Barang bukti ialah benda baik yang bergerak atau tidak bergerak, yang berwujud maupun yang
tidak berwujud yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang terjadi. Agar dapat
dijadikan sebagai bukti maka benda-benda ini harus dikenakan penyitaan terlebih dahulu oleh

1
http://www.merdeka.com/Pengusaha-hitam-eks-anggota-MPR-sikat-uang-petani-Rp-77-miliar.html diakses tanggal 15
Januari 2015 pukul 15:00 wib.

2
penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri yang di dalam daerah hukumnya benda yang
dikenakan penyitaan berada. Kecuali penyitaan yang dilakukan oleh penyidik pada Komisi
Pemberantasan Korupsi tidak perlu ada izin ketua pengadilan negeri setempat.

3. Alat Bukti
KUHAP juga tidak memberikan pengertian mengenai apa itu alat bukti. Akan tetapi pada Pasal
183 KUHAP disebutkan ”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.

4. Keterangan Saksi
Keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri, alami
sendiri dengan menyebutkan alasan pengetahuannya itu.

Analisa Kasus

Menurut analisa penulis setelah membaca dan memahami contoh kasus yang berjudul
“Pengusaha Hitam Eks Anggota MPR Sikat Uang Petani Rp 77 Miliar”, kasus tersebut merupakan
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Sesuai dengan teori pembuktian dalam peradilan pidana. Pasal 1 ayat 14 KUHAP tentang
“tersangka” yang menjadi tersangka pada kasus TPPU bernama Budiono Tan yang pernah dulunya
pernah menjabat sebagai anggota MPR dan kini menjadi pimpinan perusahaan di PT. BIG. Perusahaan
yang bergerak di sektor industri minyak sawit di Kalimantan Barat. Dia dilaporkan ke Polda Kalbar
pada 21 Juli 2009 karena menggelapkan uang petani sawit Rp.300 miliar dalam bentuk surat berharga
sejumlah 1.535 sertifikat milik petani sawit di Kabupaten Ketapang.

Berdasarkan laporan dari pelapor, berdasakan Pasal 5 ayat 1 KUHAP selanjutnya Kapolda
Kalbar memerintahkan kepada anggotanya untuk melakukan penyidikan untuk mencari keterangan dan
barang bukti. Selanjutnya Kapolda memanggil Budiono Tan untuk diperiksa sebagai saksi. Namun
kenyataannya dia tidak bersikap kooperatif dengan tidak memperdulikan surat panggilan dari penyidik.

Alat bukti lain yang dijadikan dasar penetapan tersangka kepada Budi Tan adalah adanya aliran
dana pada rekeningnya yang tidak wajar, dana tersebut ditransfer ke beberapa rekening bank berbeda
milik orang lain yang mengindikasikan adanya upaya untuk pencucian uang. Sesuai Pasal 1 ayat 6
KUHAP penyidik melakukan penyitaan rekeningnya. Dengan bukti permulaan tersebut sesuai Pasal 1
ayat 20 KUHAP penyidik melakukan penangkapan kepada Budi Tan. Kenyataannya tersangka justru
kabur dan semakin memperkuat bukti adanya tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Pada akhirnya
tersangka berhasil ditangkap dan sesuai Pasal 21 ayat 1 KUHAP dilakukan penahanan dengan tujuan
agar tersangka tidak kabur lagi, merusak atau menghilangkan barang bukti dan mengulangi tindak
pidana.

Pasal 184 KUHAP tentang alat bukti yang sah, pada kasus ini yang dijadikan sebagai alat bukti
adalah :

1. Keterangan Saksi, yaitu dari pihak Petani kelapa sawit Kabupaten Ketapang.
2. Surat, yaitu dari transaksi keuangan ke rekening nasabah bank lain yang tercantum pada buku
tabungan tersangka.
3. Petunjuk, yaitu dari adanya kesesuaian antara keterangan saksi, bukti surat dan keterangan
terdakwa Budi Tan
4. Keterangan Terdakwa, yaitu keterangan Budi Tan

Berdasarkan alat bukti yang didapatkan penyidik secara mendalam sesuai Pasal 140 KUHAP
Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang menegaskan bahwa Budi Tan telah melakukan
Tindak Pidana Pencucian Uang.

3
Dalam Acara Pemeriksaan Biasa Pasal 181 KUHAP, perkara tersebut sudah P21. Artinya
Hakim sudah melakukan siap melakukan pemeriksaan kepada terdakwa dengan menunjukkan segala
barang bukti melalui dan mendapat pengakuan dari terdakwa bahwa telah melakukan TPPU.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, di mana pencucian uang dibedakan dalam tiga
tindak pidana:

Pertama
Tindak pidana pencucian uang aktif, yaitu Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang uang atau surat berharga atau perbuatan
lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).
Kedua
Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap Orang yang menerima atau
menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran,
atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal tersebut dianggap juga sama
dengan melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan bagi Pihak Pelapor yang
melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 5 UU
RI No. 8 Tahun 2010).
Ketiga
Dalam Pasal 4 UU RI No. 8/2010, dikenakan pula bagi mereka yang menikmati hasil tindak
pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap Orang yang menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang
sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan
melakukan pencucian uang.

Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencucian uang adalah cukup berat, yakni dimulai dari
hukuman penjara paling lama maksimum 20 tahun, dengan denda paling banyak 10 miliar rupiah.
Hasil Tindak Pidana Pencucian Uang (Pasal 2 UU RI No. 8 Tahun 2010)
1. Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana: a. korupsi; b.
penyuapan; c. narkotika; d. psikotropika; e. penyelundupan tenaga kerja; f. penyelundupan
migran; g. di bidang perbankan; h. di bidang pasar modal; i. di bidang perasuransian; j.
kepabeanan; k. cukai; l. perdagangan orang; m. perdagangan senjata gelap; n. terorisme; o.
penculikan; p. pencurian; q. penggelapan; r. penipuan; s. pemalsuan uang; t. perjudian; u.
prostitusi; v. di bidang perpajakan; w. di bidang kehutanan; x. di bidang lingkungan hidup; y. di
bidang kelautan dan perikanan; atau z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4
(empat) tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan
tindak pidana menurut hukum Indonesia.
2. Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara
langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi terorisme, atau teroris
perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
n.2

Pada kasus TPPU ini, terdakwa Budiono Tan melanggar pasal 3 UU No. 8/2010 tentang
Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang, sementara penerimanya bisa dijerat pasal 4 atau 5 UU yang
sama. Untuk kasus ini tersangka Budiono Tan tergolong pelaku aktif. Ia dituntut untuk mengembalikan
uang petani yang tidak disetorkan ke Bank Mandiri dengan jumlah Rp77 miliar, juga mengembalikan
uang setoran petani 30 persen sebanyak Rp 26 miliar.

2
http://wikipedia.com/pencucian-uang.html diakses tanggal 15 Januari 2015 pukul 15:00 wib.

4
Menurut penulis, Laporan pihak Petani sawit kepada polisi tentang TPPU oleh Budi Tan
menunjukkan bahwa masyarakat mulai sadar dan melek hukum. Langkah penyidikan yang dilakukan
penyidik sudah sesuai aturan dalam menemukan alat bukti hingga kasus tersebut bergulir di pengadilan.
Jaksa penuntut umum juga sudah tepat dalam membuat dakwaan. Sedangkan TPPU oleh terdakwa
Budiono Tan merupakan suatu pelanggaran hukum yang tidak dapat dibenarkan karena telah
merugikan banyak pihak terutama Petani Sawit.

Anda mungkin juga menyukai