Anda di halaman 1dari 2

MATERI HUKUM PEMBIAYAAN

PERTEMUAN KE- 5: KARTU KREDIT


Kartu kredit (credit card) merupakan salah satu bentuk alat bayar dalam
transaksi jual beli barang/jasa di samping dalam bentuk uang cas dan cek. Pembiayaan
melalui kartu kredit didahului dengan adanya perjanjian, dengan perjanjian dimana
pemegang kartu kredit memperoleh pinjaman dana dari penerbit kartu kredit
(bank/perusahaan pembiayaan). Ada 2 (dua) jenis perjanjian dalam kartu kredit, yaitu
perjanjian penerbitan kartu kredit sebagai perjanjian pokok, dan perjanjian penggunaan
kartu kredit sebagai perjanjian assessoir. Perjanjian penerbitan kartu kredit bersifat
bilateral, yaitu antara pihak penerbit kartu kredit, dan pihak pemegang kartu kredit.
Adapun perjanjian penggunaan kartu kredit bersifat segitiga, yaitu antara pihak penerbit
kartu kredit, pemegang kartu kredit, dan penjual (merchant).

Keberadaan kartu kredit diatur dalam berbagai peraturan perundangan, baik


yang bersifat perdata maupun bersifat publik. Perjanjian merupakan sumber hokum
utama kartu kredit dari segi perdata, sedangkan perundang-undangan merupakan
sumber hokum utama kartu kredit dari segi publik. Sebagai bentuk perjanjian khusus,
maka disamping berdasarkan Pasal 1320 dan Pasal 1338, kartu kredit juga tunduk
pada ketentuan Buku III KUH Perdata, khususnya tentang perjanjian habis pakai, dan
perjanjian jual beli bersyarat.

Penggunaan kartu kredit sebagai alat bayar banyak memberikan keuntungan,


baik bagi pemegang kartu kredit, penerbit maupun bagi penjual. Hal ini tidak terlepas
dari keunggulan kartu kredit itu sendiri,seperti bentuk dan ukuran yang kecil sehingga
menjadikan kartu kredit sebagai alat bayar yang aman,praktis, mudah sekaligus
meningkatkan prestise bagi pemegangnya. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat,
pada saat ini banyak jenis kartu kredit yang bisa dipilih. Secara garis besar kartu kredit
dapat diklasifikasikan kedalam 2 (dua) kelompok, yaitu berdasarkan fungsinya terdiri
dari credit card,charge card, debit card, cash card, dan check guarantee card,
berdasarkan wilayah berlakunya ada kartu kredit nasional, dan kartu kredit
internasional.

Mekanisme penerbitan dan penggunaan kartu kredit melibatkan beberapa pihak.


Pihak-pihak tersebut adalah penerbit kartu kredit, yaitu bank/perusahaan pembiayaan,
pemegang kartu kredit, penjual yaitu perusahaan dagang (merchant), dan perantara
yaitu acquirer. Untuk memperoleh kartu kredit, calon pemegang kartu kredit
sebelumnya harus telah memenuhi persyaratan antara lain berupa fotokopi identitas
diri, dan memenuhi ketentuan minimum penghasilan per tahunnya. Selanjutnya,
didalam penggunaan kartu kredit, pemegang kartu kredit wajib mematuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku, misalnya tentang batas maksimum harga pembelian yang
diperbolehkan. Singkatnya, berdasarkan kesepakatan yang ada, masing-masing pihak
dalam kartu kredit terikat dengan hak dan kewajiban sebagaimana yang telah
disepakati didalam perjanjian.

Sebagai salah satu bentuk alat pembayaran, kartu kredit memiliki karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan jenis alat pembayaran lain. Secara yuridis, karakteristik
kartu kredit dapat di tinjau dari segi KUH Perdata (perjanjian) dan segi KUHD (surat
berharga). Dilihat dari segi KUH perdata pembiayaan kartu kredit meliputi 2 (dua) jenis
perjanjian, yaitu perjanjian penerbitan kartu kredit, dan perjanjian penggunaan kartu
kredit. Dalam KUH Perdata, perjanjian penerbitan kartu kredit digolongkan kedalam
perjanjian pinjam pakai habis, yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata.
Adapun perjanjian penggunaan kartu kredit di golongkan kedalam perjanjian jual beli
bersyarat, yang diatur dalam Pasal 1457-1518 KUH Perdata. Dilihat fari segi KUHD,
meskipun kartu kredit mirip dengan surat berharga, namun karena kartu kredit hanya
memenuhi satu dari tiga fungsi utama surat berharga, yaitu hanya sabagai alat bayar,
maka kartu kredit secara hukum tidak dapat dikatakan sebagai suatu surat berharga.

Anda mungkin juga menyukai