Sebagai salah satu bentuk alat pembayaran, kartu kredit memiliki karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan jenis alat pembayaran lain. Secara yuridis, karakteristik
kartu kredit dapat di tinjau dari segi KUH Perdata (perjanjian) dan segi KUHD (surat
berharga). Dilihat dari segi KUH perdata pembiayaan kartu kredit meliputi 2 (dua) jenis
perjanjian, yaitu perjanjian penerbitan kartu kredit, dan perjanjian penggunaan kartu
kredit. Dalam KUH Perdata, perjanjian penerbitan kartu kredit digolongkan kedalam
perjanjian pinjam pakai habis, yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata.
Adapun perjanjian penggunaan kartu kredit di golongkan kedalam perjanjian jual beli
bersyarat, yang diatur dalam Pasal 1457-1518 KUH Perdata. Dilihat fari segi KUHD,
meskipun kartu kredit mirip dengan surat berharga, namun karena kartu kredit hanya
memenuhi satu dari tiga fungsi utama surat berharga, yaitu hanya sabagai alat bayar,
maka kartu kredit secara hukum tidak dapat dikatakan sebagai suatu surat berharga.