Anda di halaman 1dari 5

BAB VII

PENGHINDARAN PAJAK DAN PENYELUNDUPAN PAJAK

Tujuan Instruksional Umum.


Pembelajaran tentang penghindaran dan penyelundupan
pajak dengan tujuan agar mahasiswa peserta pembelajaran
mengetahui, mengerti dan memahami segala aspek berkaitan
penghindaran pajak dan penyelundupan pajak.

Tujuan Instruksional khusus.

Pembelajaran tentang penghindaran pajak dan


penyelundupan pajak bertujuan agar mahasiswa :

1. Mengerti, memahasi dan mampu menjelaskan segala aspek


tentan penghindaran pajak
2. Mengerti, memahami dan mampu menjelaskan segala
aspek tentang penyelundupan pajak;

Metode Pembelajaran.

Pembelajaran tentang penghindaran pajak dan


penyelundupan pajak menggunakan metode ceramah dan diskusi.

Lingkup Pembelajaran.

Pembelajaran tentang pembagian pajak meliputi penghindaran


pajak dan penyelundupan pajak.

A. Penghindaran Pajak.

Penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah


hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak
sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara.

96
Perlawanan terhadap pajak terdiri dari perlawanan aktif dan
perlawanan pasif.

Dalam buku-buku perpajakan Indonesia, penghindaran pajak (tax


avoidance) selalu diartikan sebagai kegiatan yang legal (misalnya
meminimalkan beban pajak tanpa melawan ketentuan perpajakan)
dan penyelundupan pajak (tax evasion/tax fraud) diartikan
sebagai kegiatan yang ilegal (misalnya meminimalkan beban pajak
dengan memanipulasi pembukuan). 

Permasalahannya adalah apakah penghindaran pajak selalu legal?


Menurut Roy Rohatgi (2002: 342), di banyak negara penghindaran
pajak dibedakan menjadi penghindaran pajak yang diperbolehkan
(acceptable tax avoidance/tax planning/tax mitigation) dan yang
tidak diperbolehkan (unacceptable tax avoidance). 

Artinya, penghindaran pajak dapat saja dikategorikan sebagai


kegiatan legal dan dapat juga dikategorikan sebagai kegiatan
ilegal. Suatu penghindaran pajak dikatakan ilegal apabila
transaksi yang dilakukan semata-mata untuk tujuan
penghindaran pajak atau transaksi tersebut tidak mempunyai
tujuan usaha yang baik (bonafide business purpose). 

Oleh karena itu, untuk mencegah praktik penghindaran pajak


yang dilakukan oleh perusahaan multinasional, sebagian besar
negara telah mempunyai ketentuan anti penghindaran pajak
(Brian J. Arnold dan Michael J. McIntyre, 2002:81).

Pajak adalah beban bagi perusahaan, sehingga wajar jika tidak


satupun perusahaan (wajib pajak) yang dengan senang hati dan
suka rela membayar pajak. Karena pajak adalah iuran yang
sifatnya dipaksakan, maka negara juga tidak membutuhkan

97
‘kerelaan wajib pajak’. Yang dibutuhkan oleh negara adalah
ketaatan. Suka tidak suka, rela tidak rela, yang penting bagi
negara adalah perusahaan tersebut telah membayar pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Lain halnya dengan sumbangan,
infak maupun zakat, kesadaran dan kerelaan pembayar
diperlukan dalam hal ini.

Mengingat pajak adalah beban –yang akan mengurangi laba bersih


perusahaan- maka perusahaan akan berupaya semaksimal
mungkin agar dapat membayar pajak sekecil mungkin dan
berupaya untuk menghindari pajak. Namun demikian
penghindaran pajak harus dilakukan dengan cara-cara yang legal
agar tidak merugikan perusahaan di kemudian hari. 

Penghindaran pajak dengan cara illegal adalah penggelapan pajak.


Hal ini perbuatan kriminal, karena menyalahi aturan yang
berlaku. Contoh kasus penggelapan pajak : 

 Melaporkan penjualan lebih kecil dari yang seharusnya,


omzet 10 milyar hanya dilaporkan dalam laporan keuangan
perusahaan sebesar 5 milyar misalnya. 
 Menggelembungkan biaya perusahaan dengan
membebankan biaya fiktif;
 Transaksi export fiktif,
 Pemalsuan dokumen keuangan perusahaan 

Jika kita analogikan pajak dengan karcis tol, Jika kita lewat jalan
tol namun tidak membayar karcis tol, maka itulah penggelapan
pajak. Sedangkan jika kita menghindari untuk membayar karcis
tol dengan cara memilih lewat jalan biasa, maka itulah

98
penghindaran pajak. Menghindari membayar tol (pajak) dengan
cara tidak lewat jalan tol adalah cara yang legal.

Bagaimana cara menghindari Pajak

Seperti halnya dengan menghindari jalan tol (memilih jalan biasa)


agar terhindar dari kewajiban membayar karcis tol, cara yang
paling mudah dan legal untuk menghindari pajak adalah dengan
cara menghindari transaksi yang merupakan obyek pajak,
misalnya dengan tidak memperoleh penghasilan. Namun tentu
saja pilihan ini tidak mungkin untuk dipilih. Tentu kita tidak mau
khan hanya demi menghindari pembayaran pajak, lantas kita
tidak mau memperoleh penghasilan?

Dalam ketentuan perpajakan, masih terdapat berbagai celah –


loophole- yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah
pajak yang dibayar oleh perusahaan optimal dan minimum (secara
keseluruhan). Optimal disini diartikan sebagai, perusahaan tidak
membayar sesuatu (pajak) yang semestinya tidak harus dibayar,
membayar pajak dengan jumlah yang ‘paling sedikit’ namun tetap
dilakukan dengan cara yang elegan dan tidak menyalahi
ketentuan yang berlaku.

Selain menghindari transaksi yang merupakan obyek pajak,


langkah-langkah penghematan pajak yang dapat dilakukan oleh
perusahaan antara lain :

 Memilih Bentuk usaha yang memiliki tarif Pajak terendah


 Memaksimalkan biaya yang telah dikeluarkan agar dapat
dibebankan sebagai pengurang penghasilan, 
 Memilih berbagai alternatif transaksi yang memberikan efek
beban pajak terendah. 

99
 Memaksimalkan kredit pajak yang telah dibayar 

100

Anda mungkin juga menyukai