Anda di halaman 1dari 11

BAB VIII

PENGURANGAN DAN PEMBATALAN


SURAT KETETAPAN PAJAK

Tujuan Instruksional Umum.


Pembelajaran tentang pengurangan dan pembatalan surat
ketetapan pajak dengan tujuan agar mahasiswa peserta
pembelajaran mengetahui, mengerti dan memahami segala aspek
berkaitan pengurangan dan pembatalan surat ketetapan pajak.

Tujuan Instruksional khusus.

Pembelajaran tentang utang pajak, penetapan pajak dan


penagihannya bertujuan agar mahasiswa :

1. Mengerti, memahasi dan mampu menjelaskan segala aspek


tentan pengurangan pajak
2. Mengerti, memahami dan mampu menjelaskan segala
aspek tentang pembatalan surat ketetapan pajak.

Metode Pembelajaran.

Pembelajaran tentang pembagian pajak menggunakan metode


ceramah dan diskusi.

Lingkup Pembelajaran.

Pembelajaran tentang pengurangan dan pembatalan surat


ketetapan pajak.

100
A. Pengurangan Pajak.
Pemungutan pajak, harus berdasarkan pada asas-asas
atau prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam sistem
pemungutan pajak tersebut.
Banyak para ahli ekonomi dan perpajakan yang
mengemukakan tentang asas-asas perpajakan apa saja yang
harus ditegakkan dalam membangun suatu sistem perpajakan.
Menurut Adam Smith di dalam bukunya Wealth of Nations
dengan ajaran yang terkenal "The Four Maxims". Salah satu
asas yang dikemukan Adam Smith yaitu  asas equality
(keadilan).
Asas equality  yang dimaksud bahwa pajak itu harus adil
dan merata. Pajak dikenakan kepada orang-orang pribadi
sebanding dengan kemampuannya untuk membayar pajak dan
juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya dari negara.
Guna rangka memberi rasa keadilan dalam pemungutan
pajak, Direktur Jenderal Pajak diberi wewenang untuk :

1. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi


berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena
kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
2. Mengurangkan atau membatalkan Surat Ketetapan Pajak
yang tidak benar;
3. Mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Undang-Undang
KUP yang tidak benar; atau
4. Membatalkan Surat Ketetapan Pajak dari hasil pemeriksaan
atau verifikasi yang dilaksanakan tanpa:

101
o Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan
atau surat pemberitahuan hasil verifikasi;  dan/atau
o Pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau
pembahasan akhir hasil verifikasi dengan Wajib Pajak.

B. Lingkup Pengurangan Pajak.


 
Hutan pajak yang telah ditetapkan berdasarkan surat
ketetapan pajak, surat tagihan pajak, dan hasil pemeriksaan
yang dapat dikurangkan atau dibatalkan oleh Direktur Jenderal
Pajak baik secara jabatan atau berdasarkan permohonan Wajib
Pajak
Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak meliputi :

1. Pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan Pajak


yang tidak benar;
2. Pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak
yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 Undang-Undang KUP yang tidak benar; atau
3. Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari hasil
pemeriksaan atau verifikasi yang dilaksanakan tanpa:
o Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan
atau surat pemberitahuan hasil verifikasi; dan/atau
o Pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau
pembahasan akhir hasil verifikasi dengan Wajib
Pajak.

Permohonan pengurangan atau pembatalan surat


ketetapan pajak yang tidak benar hanya dapat diajukan
dalam hal atas Surat Ketetapan Pajak tersebut:

102
1. Tidak diajukan keberatan;
2. Diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan;
3. Tidak diajukan permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi;
4. Diajukan permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi, tetapi dicabut
oleh Wajib Pajak;
5. Tidak sedang diajukan permohonan pembatalan
Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan atau
verifikasi
6. Diajukan permohonan pembatalan Surat Ketetapan
Pajak hasil pemeriksaan atau verifikasi, tetapi
dicabut oleh Wajib Pajak; atau
7. Diajukan permohonan pembatalan Surat Ketetapan
Pajak hasil pemeriksaan atau verifikasi, tetapi
permohonan tersebut ditolak.

Lazim dalam praktik dapat ditemukan sanksi


administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak tidak
tepat karena ketidaktelitian petugas pajak yang dapat
membebani Wajib Pajak yang tidak bersalah atau tidak
memahami peraturan perpajakan. Dalam hal demikian,
sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
yang telah ditetapkan dapat dihapuskan atau dikurangkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas


permohonan Wajib Pajak dan berlandaskan unsur keadilan
dapat mengurangkan atau membatalkan Surat Ketetapan

103
Pajak yang tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolak
pengajuan keberatannya karena tidak memenuhi
persyaratan formal (memasukkan surat keberatan tidak
pada waktunya) meskipun persyaratan material terpenuhi.
Demikian juga, atas Surat Tagihan Pajak yang tidak benar
dapat dilakukan pengurangan atau pembatalan oleh
Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas
permohonan Wajib Pajak.

C. Syarat Pengurangan dan Pembatalan Pajak.


Pengurangan atau pembatalan pajak dapat dilakukan
melaui permohonan yang diajukan oleh wajib pajak. untuk
memperoleh pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan
Pajak/Surat Tagihan Pajak yang tidak benar dan Pembatalan
Hasil Pemeriksaan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

a. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Surat Tagihan Pajak


atau Surat Ketetapan Pajak, termasuk Surat Ketetapan
Pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
1. Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan;
atau
2. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan
Pembahasan akhir hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud di atas dianggap telah dilaksanakan apabila
pemeriksa pajak telah memberikan kesempatan untuk
hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka pembahasan
akhir dan Wajib Pajak tidak menggunakan hak
tersebut sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;

104
c. Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang
menurut perhitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan
yang mendukung permohonannya;
d. Disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar; dan
e. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan
Wajib Pajak, surat permohonan harus dilampiri dengan
surat kuasa khusus.

Contoh Surat Permohonan pengurangan atau pembatalan


pajak dapat dilihat pada format berikut :

105
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud diatas tidak dapat dipertimbangkan.
Permohonan untuk memperoleh pengurangan atau pembatalan
Surat Ketetapan Pajak /Surat Tagihan Pajak yang tidak benar
hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.

106
Apabila Wajib Pajak mengajukan permohonan kedua,
permohonan tersebut harus diajukan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan Direktur Jenderal
Pajak atas permohonan yang pertama dikirim.
Permohonan untuk membatalkan hasil pemeriksaan yang
dilaksanakan tanpa Penyampaian surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan atau Pembahasan akhir hasil pemeriksaan hanya
dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 1 (satu) kali.

D. Jangka Waktu Pengurangan atau Pembatalan


Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak tanggal surat permohonan diterima, harus
menerbitkan Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atau
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak. Surat keputusan
berisi keputusan berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian,
atau menolak permohonan Wajib Pajak.
Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan telah lewat tetapi
Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan surat keputusan atau
tidak mengembalikan permohonan pengurangan atau pembatalan
Surat Tagihan Pajak, permohonan tersebut dianggap dikabulkan
dan Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan surat keputusan
sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
 
 

107
108
 
E. Hak Wajib Pajak terkait dengan Pengurangan atau
Pembatalan
Wajib pajak diberi hak untuk mencabut permohonan
pengurangan pajak atau pembatalan surat Ketetapan pajak,
dengan syarat dan prosedur Wajib Pajak dapat melakukan
pencabutan terhadap surat permohonan yang telah
disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum
diterbitkan surat keputusan terkait permohonan Wajib Pajak.
Pencabutan terhadap surat permohonan tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Pencabutan harus diajukan secara tertulis dalam


bahasa Indonesia dan dapat mencantumkan alasan
pencabutan;
 Pencabutan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar; dan
 Surat pencabutan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan
dalam hal surat pencabutan ditandatangani bukan oleh
Wajib Pajak, surat pencabutan tersebut harus dilampiri
dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP.

Apabila Wajib Pajak melakukan pencabutan terhadap


surat permohonan, Wajib Pajak tidak berhak untuk
mengajukan kembali permohonan yang sama dengan jenis
permohonan yang dicabut.
Wajib Pajak dapat meminta secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak mengenai alasan yang menjadi dasar
untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib
Pajak. Untuk itu Direktur Jenderal Pajak harus memberikan

109
keterangan secara tertulis atas permintaan Wajib Pajak.

110

Anda mungkin juga menyukai