– dasar hukum dari perjanjian kredit dan mengapa boleh melakukan perjanjian kredit
Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak mengatur secara
khusus tentang perjanjian kredit. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perjanjiannya, perlu
menengok kembali apa yang dimaksud dengan kredit dalam Pasal 1 angka 11 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pemberian istilah
“perjanjian kredit” memang tidak tegas dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan,
namun berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.03/1093/UPK/KPD tanggal 29
Desember 1970 yang ditujukan kepada segenap Bank Devisa saat itu, Isi dari surat itu
menyebutkan bahwa pemberian kredit diinstruksikan harus dibuat melalui surat perjanjian
kredit.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Marhainis Abdul Hay yang menyatakan bahwa
perjanjian kredit adalah identik dengan perjanjian pinjam-meminjam dan dikuasi oleh
ketentuan Bab XIII dari Buku III KUHPerdata. antara perjanjian pinjam-meminjam dengan
perjanjian kredit terdapat beberapa perbedaan. perbedaan antara perjanjian pinjam-
meminjam dengan perjanjian kredit terletak pada beberapa hal, Dapat disimpulkan bahwa,
perjanjian kredit memiliki perbedaaan dengan perjanjian pinjam-meminjam yang diatur
dalam Bab XIII Buku III KUHPerdata, baik dari pengertian, subyek pemberi kredit,
pengaturan, tujuan dan jaminannya. Akan tetapi dengan perbedaan tersebut tidaklah dapat
dilepaskan dari akarnya, yaitu perjanjian pinjam-meminjam, tetapi mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman.
Oleh karena itu, sebelum kredit diberikan, Bank akan melakukan penilaian terhadap
kemampuan, watak, agunan dan modal serta prospek usaha dari debitur. Sedangkan agunan
adalah jaminan tambahan yang diserahkan debitur kepada bank dalam rangka pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip perbankan.
2. Untuk Pegawai Negeri Sipil Yang dapat dijadikan Borg / jaminan sebagai berikut :
a. Kartu Pegawai,
b. Kartu Taspen,
c. SK Calon Pegawai,
d. SK Pegawai Negeri,
e. Sertifikat tanah atau BPKB Kendaraan.
Pelaksanaan Perjanjian Kredit Modal Kerja antara pihak Bank dengan pihak nasabah
dilakukan setelah nasabah melakukan tahapan-tahapan dan ketentuan yang sudah diatur
oleh pihak bank. Tahapan-tahapan sebelum terjadinya pelaksanaan Perjanjian Kredit Modal
Kerja, sebagai berikut:
1. Permohonan kredit Setiap berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari:
b. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit. Permohonan
dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan
permohonan menurut jenis kreditnya. Selama permohonan kredit sedang dalam proses,
maka berkas-berkas permohonan dipelihara dalam berkas permohonan.