Anda di halaman 1dari 19

Tindak Pidana Fiskal

serta Hak dan


Kewajiban di KUP
Dosen : Mienati Somya Lasmana
Pengantar Perpajakan DA
Kelompok 2

1. Rena Indah Trilaksono (152110613063) ‘ 2


2. Hanif Budi Pramadianto (152110613069) ‘ 9
3. Niken Feronika Putri (152110613076) ‘ 16
4. Galuh Candrawati (152110613079) ‘ 19
5. Mela Ayu Rachmawati (152110613104) ‘ 44
TABLE OF CONTENTS

01 Lingkup Tindak 02 Sanksi Administrasi


Pidana Fiskal dan Pidana

03 Hak dan Kewajiban 04 Wewenang dan


WP di UU KUP Kewajiban Fiskus di
UU KUP
Lingkup Tindak Pidana Fiskal

Tindak pidana fiskal adalah perbuatan tertentu di bidang fiskal yang diberi
sanksi pidana.

Konsekuensi logis dari kedudukannya sebagai sub-sistem dari keseluruhan sistem pemidanaan,
aturan umum dalam Bab I s/d VIII (Pasal 1 s/d 85) Buku I KUHP dapat diberlakukan terhadap
aturan-aturan pidana dalam peraturan perundang-undangan di bidang fiskal sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 103 KUHP .

Ruang lingkup tindak pidana fiscal Ruang lingkup fiskal meliputi peraturan perundang-
undangan di bidang pajak, kepabeanan, cukai, pajak daerah dan restribusi daerah serta di
bidang penerimaan negara bukan pajak. Dalam tulisan ini kelompok kami lebih mendalam
membahas mengenai tindak pidana perpajakan.
Sanksi Administrasi dan Pidana
Pelanggaran dalam bidang perpajakan berakibat pengenaan sanksi pajak.
Ketentuan dan peraturan tentang sanksi pajak telah ditetapkan dan dibahas dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan. Sanksi pajak dapat diancamkan atau diberikan kepada Wajib Pajak,
pejabat pajak hingga pihak ketiga yang melakukan pelanggaran atau kejahatan.
Secara Umum, Sanksi administratif berupa denda, bunga dan kenaikan dikenakan
sesuai dengan tingkat pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan oleh pihak-pihak
terkait. Sedangkan sanksi pidana berupa denda pidana, pidana kurungan dan pidana
penjara dikenakan sesuai dengan tindak pelanggaran dan tindak kejahatan yang
dilakukan pihak-pihak terkait. Berikut beberapa penjelasan sanksi administratif
maupun sanksi pidana.
1. Sanksi Administratif 2. Sanksi Pidana
Selain sanksi administratif, sanksi
Sanksi administratif dalam pajak pidana juga mengancam pihak yang melakukan
adalah pembayaran kerugian yang pelanggaran atau kesalahan. Hukum pidana
diterapkan karena terindikasi adanya tindak
ditimbulkan Wajib Pajak kepada pelanggaran (ketidaksengajaan) ataupun tindak
negara. Pembayaran kerugian kejahatan (kesengajaan) dalam pembayaran
tersebut dapat berupa denda, bunga pajak. Pelanggaran atau kesalahan berat yang
dilakukan dapat menimbulkan kerugian bagi
dan kenaikan bayar. Sanksi yang negara. Pelanggaran dan kejahatan tersebut
dikenakan sesuai jenis pelanggaran dapat berupa ketidakbenaran data,
penyembunyian data, pemalsuan data hingga
atau kesalahan yang dilakukan oleh tidak menyetorkan pajak. Sanksi pidana adalah
Wajib Pajak. langkah terakhir pemerintah sebagai upaya
penegakan kepatuhan membayar pajak. Sanksi
Pidana biasanya berupa Denda Pidana, Pidana
Kurungan, ataupun Pidana Penjara.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Hak Wajib Pajak Kewajiban Wajib Pajak

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri ( Pasal 2)


2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan surat
1. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pemberitahuan ( Pasal 3 ayat 1)
pengarahan dari fiskus 3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak
2. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian 4. ( Pasal 10 ayat 1)
SPT ( Pasal 3 ayat 4) 5. Kewajiban membuat pembukuan dan/atau
3. Hak untuk membetulkan SPT ( Pasal 8 ayat 1) pencatatan (Pasal 28 ayat 1)
4. Hak untuk menunda atau mengangsur 6. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
pembayaran pajak (Pasal 9 ayat 4) 7. ( Pasal 29)
5. Hak memperoleh kembali kelebihan 8. Kewajiban melakukan pemotongan atau
pembayaran pajak ( Pasal 11 ayat 1) pemungutan pajak
6. Hak untuk mengajukan keberatan dan banding 9. Kewajiban membuat faktur pajak
(Pasal 25)
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

1. Mendapatkan NPWP, Pasal 2 ayat (1)


2. Dikukuhkan sebagai PKP, Pasal 2 ayat (2);
3. Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan, Pasal 3 ayat (4);
4. Menerima pemberitahuan apabila SPT dianggap tidak disampaikan, Pasal 3 ayat (7a);
5. Menerima tanda bukti penerimaan penyampaian SPT Tahunan, Pasal 6 ayat (1);
6. Membetulkan SPT, Pasal 8;
7. Mengajukan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak, Pasal 9 ayat (4);
8. Mendapatkan pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak atau restitusi, Pasal 11;
9. Kepastian hukum mengenai besarnya jumlah pajak terutang yang diberitahukan oleh Wajib
Pajak melalui SPT apabila dalam 5 tahun tidak diterbitkan surat ketetapan pajak, Pasal 13
ayat (4);
10. Pembebasan sanksi pidana yang dilakukan pertama kali, Pasal 13A;
11. Pembebasan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%, Pasal 15 ayat (3);
12. Mengajukan permohonan pembetulan STP, surat ketetapan pajak, SK Keberatan, SK Pengurangan
atau Penghapusan Sanksi Administrasi, SK Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang
tidak benar, SK Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, Pasal 16 ayat (1);
13. Mendapatkan keputusan yang mengabulkan atas permohonan pembetulan, Pasal 16 ayat (2);
14. Mendapatkan keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak
atau mengabulkan sebagian permohonan pembetulan ketetapan pajak, Pasal 16 ayat (3);
15. Mendapatkan daluwarsa (kedaluwarsa) penagihan pajak setelah lampau 5 tahun, Pasal 22;
16. Mengajukan gugatan atas pelaksanaan Surat Paksa, SPMP, Pengumuman Lelang, Keputusan
Pencegahan dalam rangka penagihan, Pasal 23;
17. Mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Pasal 25 ayat (1);
18. Mendapatkan keterangan tertulis tentang hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak dalam
rangka mengajukan keberatan, Pasal 25 ayat (6);
19. Mendapatkan keputusan yang mengabulkan atas keberatan apabila kantor pajak dalam jangka
waktu 12 bulan tidak memberi putusan, Pasal 26 ayat (1) dan ayat (5);
20. Menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat keputusan atas
keberatan diterbitkan, Pasal 26 ayat (2);
21. Hak hadir untuk memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatan pajak, Pasal
26A ayat (2);
22. Mengajukan banding terhadap keputusan keberatan yang dianggap masih tidak sesuai, Pasal 27 ayat (1);
23. Mendapatkan keterangan tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar surat keputusan keberatan untuk
kepentingan pengajuan banding, Pasal 27 ayat (4a);
24. Memperoleh imbalan bunga sebesar 2% per bulan sesuai Pasal 27A ayat (1) dan ayat (2);
25. Menyelenggarakan pencatatan untuk wajib pajak orang pribadi yang dapat menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto, Pasal 28 ayat (2);
26. Menolak pemeriksa pajak yang tidak memiliki tanda pengenal pemeriksa dan tidak dilengkapi Surat
Perintah Pemeriksaan (SP2) dan tidak memperlihatkannya kepada wajib pajak, Pasal 29 ayat (2);
27. Menunjuk surat kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan, Pasal 32 ayat (3);
28. Mendapatkan perlindungan rahasia jabatan, Pasal 34;
29. Mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, mengurangkan atau
membatalksn STP yang tidak benar dan membatalkan hasil pemeriksaan, Pasal 36 ayat (1);
30. Mendapatkan SPHP dan undangan kehadiran pembahasan akhir hasil pemeriksaan (closing conference),
Pasal 36;
31. Mendapatkan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi (sunset policy), Pasal 37A,
32. Mendapatkan daluwarsa (kedaluwarsaan) tuntutan pidana pajak, Pasal 40,
33. Penghentian penyidikan tindak pidana perpajakan, Pasal 44B.
Tugas dan Wewenang Fiskus

1. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak


Fiskus pajak memiliki wewenang untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak terkait dengan penyetoran atau penagihan pajak,
baik Pajak Negara (kecuali Bea Materai, Bea Masuk, dan Cukai) ataupun pajak daerah.

2. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak


Fiskus berwewenang untuk menerbitkan Surat Tagihan pajak, yaitu surat untuk melakukan penagihan pajak atau sanksi
administrasi dan atau denda kepada wajib pajak. Surat Tagihan Pajak ini juga sifatnya memaksa dan wajib pajak tidak dapat
mengajukan keberatan.

3. Menerbitkan Keputusan
Keputusan yang diterbitkan oleh Fiskus yang berwenang dapat berupa pengelolaan Pajak Negara atau Pajak Daerah khususnya
terkait Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

4. Melakukan Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dimaksud disini adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data, dan atau
keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain dengan tujuan
melaksakanan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Melakukan Penyegelan

Penyegelan dilakukan oleh petugas pajak untuk mengamankan atau mencegah hilangnya buku, catatan, dokumen yang
berhubungan dengan ketentuan perpajakan.
Penyegelan hanya dilakukan kepada wajib pajak terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Penyegelan biasanya dilakukan karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan perpajakan yang berlaku.

6. Mengangkat Pejabat Untuk Melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan

Pengangkatan pejabat ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan memantapkan pelaksanaan kegiatan perpajakan.
Pejabat yang diangkat adalah seorang petugas pajak dan jurusita pajak.
Petugas pajak yang diangkat juga boleh berasal dari dalam atau luar lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

Sedangkan Jurusita Pajak adalah pelaksana penagihan pajak kepada wajib pajak termasuk penagihan seketika dan sekaligus,
pemberitahuan surat paksa, penyidaan,dan penyanderaan.
Hak Fiskus
1. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau
melakukan pengukuhan pengusaha kena pajak secara jabatan
2. Menerbitkan surat tagihan pajak
3. Melakukan pemeriksaan dan penyegelan
4. Melakukan penyidikan
5. Menerbitkan surat paksa dan melaksanakan penyitaan
Kewajiban Fiskus
1. Kewajiban Umum Fiskus

Kewajiban umum fiskus yaitu melakukan pembimbingan, penyuluhan dan penerangan kepada wajib pajak agar mereka memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Kewajiban Khusus Fiskus

1) Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sementara dalam waktu 3 hari setelah formulir pendaftaran diterima.
2) Menerbitkan NPWP dalam jangka waktu 3 bulan setelah formulir pendaftaran diterima.
3) Menerbitkan suatu surat keputusan atas pengukuhan pengusaha kena pajak (sebagai wajib pajak pertambahan nilai), dalam jangka waktu tujuh
hari sejak formulir pendaftaran diterima.
4) Menerbitkan surat keputusan kelebihan pajak dalam jangka waktu satu bulan setelah tanggal diajukannya surat keputusan kelebihan pajak oleh
wajib pajak.
5) Menerbitkan sebuah surat perintah untuk membayar kelebihan pajak dalam jangka waktu satu bulan setelah diajukannya surat keputusan
kelebihan pembayaran pajak.
6) Menerbitkan surat keputusan angsuran/penundaan pembayaran pajak dalam jangka waktu dari 3 bulan untuk angsuran/penundaan surat
ketetapan pajak, surat ketetapan pajak tambahan, serta surat pemberitahuan pajak dan dalam waktu 10 hari untuk pengurangan angsuran
pajak penghasilan.
7) Memberikan suatu keputusan atas keberatan yang diajukan oleh wajib pajak dalam waktu 3 bulan sejak diterimanya surat permohonan
keberatan.
8) Memberikan keputusan atas pengurangan/penghapusan bunga, denda, serta kenaikan dan pengurangan/pembatalan terkait ketetap pajak
dalam waktu 3 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan.
9) Merahasiakan data atau informasi mengenai wajib pajak yang telah disampaikan.
THANKS
!

Anda mungkin juga menyukai