PEMBAHASAN
23
24
(6) keterbukaan;
(7) kepentingan umum; dan
(8) pelayanan yang baik.
5) Pasal 24 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan
Surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2) diterbitkan dalam waktu 5
(lima) tahun setelah saat terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, kecuali kewajiban
Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat mengakibatkan
kerugian pada pendapatan negara berdasarkan Putusan Pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
6) Bahwa untuk memberikan dan menjamin kepastian hukum kepada
masyarakat terhadap asas hukum Litis Finiri Oportet yang pada
intinya menyatakan bahwa setiap perkara harus ada akhirnya.
7) Bahwa dalam hukum dikenal secara umum asas yang menyatakan
bahwa apabila perkara gugur, maka gugur pula assessor-nya
(perkara yang menumpanginya). Dalam hukum pajak, apabila
pokok pajak telah dihapus, seharusnya atas sanksi administrasi yang
mengikuti juga hapus pula.
b. Penegasan Terkait Permasalahan
Berdasarkan permasalahan, dasar hukum dan pertimbangan hukum
yang diuraikan di atas, kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1) Daluwarsa penetapan pajak dimaknai sebagai daluwarsa penerbitan
surat ketetapan pajak dan Surat Tagihan Pajak yang berlaku:
a) dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, untuk
Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya; atau
28
1. identitas pembeli
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) huruf b UU
PPN 1984 dan
perubahannya; atau
2. identitas pembeli serta
nama dan tandatangan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) huruf b dan
huruf g UU PPN 1984
dan perubahannya,
dalam hFal
penyerahan dilakukan
oleh PKP pedagang
eceran;
34
F. Contoh Kasus
1. Pasal 19 ayat (1)
“Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali,
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau
tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan”
39
Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar sebesar Rp 10.000.000,00 yang diterbitkan tanggal 7
Oktober 2008, dengan batas akhir pelunasan tanggal 6 November 2008.
Jumlah pembayaran sampai dengan tanggal 6 November 2008 Rp
6.000.000,00. Pada tanggal 1 Desember 2008 diterbitkan Surat Tagihan
Pajak dengan perhitungan sebagai berikut:
Pajak yang masih harus dibayar = Rp 10.000.000,00
Dibayar sampai dengan jatuh tempo pelunasan = Rp 6.000.000.00
Kurang dibayar = Rp 4.000.000,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp4.000.000,00) = Rp 80.000,00
Dalam hal terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
tersebut pada huruf a, Wajib Pajak membayar Rp10.000.000,00 pada
tanggal 3 Desember 2008 dan pada tanggal 5 Desember 2008 diterbitkan
Surat Tagihan Pajak, sanksi administrasi berupa bunga dihitung sebagai
berikut:
Pajak yang masih harus dibayar = Rp 10.000.000.00
Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan = Rp 10.000.000.00
Kurang dibayar = Rp 0,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp10.000.000,00) = Rp 200.000,00