KEWARGANEGARAAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara yang
memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya. Status
kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dengan negaranya.
Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya, sebaliknya negara
mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. Adanya
hubungan yang erat antara negara dan warga negara, diperlukan suatu aturan, ketentuan
berupa Undang-undang yang mengatur keduanya.
a. Maksud. Modulini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi
pendidikan Mahasiswa program SPARK #1 .
RAHASIA
a. Bab I Pendahuluan.
2
4. Pengertian.
a. Monarki berasal dari bahasa Yunani “Monos” yang berarti tunggal dan “archein” yang
berarti memerintah. Jadi negara monarki adalah bentuk negara yang pemerintahannya hanya
dikuasai dan diperintah oleh satu orang secara turun temurun.
b. Demokrasi liberal yang artinya pemerintahan dijalankan oleh kelompok pemilik modal.
c. Diktator suatu pemerintahan yang dijalankan sesuai kehendak pimpinan dengan cara
kekerasan.
d. Koorporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik badan
hukum maupun bukan badan hukum.
BAB II
5. Umum. Terbentuknya suatu bangsa dapat dilihat dari proses terjadinya sebuah negara atau
terbentuknya suatu bangsa, beberapa ahli berpendapat tentang proses terbentuknya negara dan unsur-
unsur yang harus dimiliki oleh suatu bangsa, sehingga untuk dapat dikatakan/disebut suatu negara, maka
perlu mempelajari tentang proses terbentuknya dan unsur-unsur suatu bangsa dan negara.
a. Bangsa Indonesia. Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan,
adat, bahasa dan sejarah serta berpemerintahan sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang
biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi (Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Ke dua, Depdikbud, halaman 89). Dengan demikian, bangsa Indonesia
adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya
sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah: nusantara/Indonesia.
b. Pemahaman negara.
1) Pemahaman negara.
a) Teori hukum alam. Pemikiran pada masa Plato dan Aristoteles: Kondisi
alam → tumbuhnya manusia→ berkembangnya negara.
4) Unsur negara:
7. Negara dan Warga Negara dalam Sistem Kenegaraan Indonesia. Kedudukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Negara yang pada dasarnya mensyaratkan adanya wilayah, pemerintahan, penduduk
sebagai warga negara dan pengakuan dari negara-negara lain sudah dipenuhi oleh Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). NKRI negara berdaulat yang mendapatkan pengakuan dari dunia internasional
dan menjadi anggota PBB. NKRI mempunyai kedudukan kewajiban yang sama dengan negara-negara
lain di dunia serta memelihara dan menjaga perdamaian dunia karena kehidupan di NKRI tidak dapat
terlepas dari pengaruh kehidupan dunia internasional (global). NKRI didirikan berdasarkan UUD NRI
1945 yang mengatur tentang kewajiban negara terhadap warganya dan hak serta kewajiban warga
negara terhadap negaranya dalam suatu sistem kenegaraan. Kewajiban negara terhadap warganya pada
dasarnya adalah berikan kesejahteraan hidup dan keamanan lahir bathin sesuai dengan sistem
demokrasi yang dianutnya. Negara juga wajib melindungi hak Azasi warganya sebagai manusia secara
individual (HAM) berdasarkan ketentuan internasional, yang dibatasi oleh ketentuan agama, etika moral
dan budaya yang berlaku di negara Indonesia dan oleh sistem kenegaraan yang digunakan.
8. Proses Bangsa yang Menegara. Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran tentang
bagaimana terbentuknya bangsa, di mana sekelompok manusia yang berada di dalamnya merasa sebagai
4
bagian dari bangsa. Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa. Bangsa tersebut merasakan
pentingnya keberadaan negara, sehingga tumbuhlah kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan
utuhnya negara melalui upaya bela negara. Upaya ini dapat terlaksana dengan baik apabila tercipta pola
pikir, sikap dan tindak/perilaku bangsa yang berbudaya yang memotivasi keinginan untuk membela
negara: bangsa yang berbudaya, artinya bangsa yang mau melaksanakan hubungan dengan penciptanya
“Tuhan" disebut agama, bangsa yang mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut
ekonomi, bangsa yang mau berhubungan dengan lingkungan sesama dan alam sekitarnya disebut sosial ,
bangsa yang mau berhubungan dengan kekuasaan disebut politik, bangsa yang mau hidup aman tentram
dan sejahtera dalam negara disebut pertahanan dan keamanan.
Pada zaman modern adanya negara lazimnya dibenarkan oleh anggapan atau pandangan
kemanusiaan. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia. Alinea Pertama Pembukaan UUD NRI
1945 merumuskan bahwa adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah karena kemerdekaan adalah
hak segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan
harus dihapuskan. Apabila "dalil" ini kita analisis secara teoritis, hidup berkelompok baik bermasyarakat,
berbangsa maupun bernegara seharusnya tidak mencerminkan eksploitasi sesama manusia (penjajahan)
melainkan harus berperikemanusiaan dan berperikeadilan. Inilah teori pembenaran paling mendasar dari
bangsa Indonesia tentang bernegara. Hal yang ke dua yang memerlukan suatu analisis ialah bahwa
kemerdekaan merupakan hak segala bangsa. Tetapi dalam penerapannya sering timbul pelbagai ragam
konsep bernegara yang saling bertentangan. Perbedaan konsep tentang negara yang dilandasi oleh
pemikiran ideologis adalah penyebab utamanya. Karena itu kita perlu memahami filosofi
ketatanegaraan tentang makna kebebasan atau kemerdekaan suatu bangsa dalam kaitannya dengan
ideologinya. Namun di zaman modern, teori yang universal ini tidak diikuti orang. Kita mengenal
banyak bangsa yang menuntut wilayah yang sama dan pemerintahan yang menuntut bangsa yang sama.
Orang kemudian beranggapan bahwa untuk memperoleh pengakuan dari bangsa Iain, suatu negara
memerlukan mekanisme yang lazim disebut proklamasi kemerdekaan. Perkembangan pemikiran seperti
ini mempengaruhi perdebatan di dalam PPKI, baik pada saat pembahasan wilayah negara maupun
perumusan Pembukaan UUD NRI 1945 yang sebenarnya direncanakan sebagai naskah Proklamasi.
Karena itu, merupakan suatu kenyataan bahwa tidak satu pun warga negara Indonesia yang tidak
menganggap bahwa terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pada waktu Proklamasi 17
Agustus 1945 sekalipun ada pihak-pihak (terutama luar negeri) yang beranggapan berbeda dari teori
yang universal.
Dengan demikian, sekalipun pemerintah belum terbentuk, bahkan hukum dasarnya pun belum
disahkan, bangsa Indonesia beranggapan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah ada sejak
kemerdekaannya diproklamasikan. Bahkan apabila kita kaji rumusan alinea ke dua Pembukaan UUD
NRI 1945, bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya negara merupakan suatu proses atau
rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan. Secara ringkas proses tersebut adalah sebagai berikut:
c. Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Bangsa Indonesia menerjemahkan secara terperinci perkembangan teori kenegaraan tentang terjadinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai berikut:
Pertama. Terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu proses yang tidak
sekadar dimulai dari proklamasi. Perjuangan kemerdekaan pun mempunyai peran khusus dalam
pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan;
5
Ke dua. Proklamasi baru "mengantar bangsa Indonesia" sampai ke pintu gerbang kemerdekaan.
Adanya proklamasi tidak berarti bahwa kita telah "selesai" bernegara;
Ke tiga. Keadaan bernegara yang kita cita-citakan belum tercapai hanya dengan adanya
pemerintahan, wilayah dan bangsa, melainkan harus kita isi untuk menuju keadaan merdeka,
berdaulat, bersatu, adil dan makmur;
Ke empat. Terjadinya negara adalah kehendak seluruh bangsa, bukan sekedar keinginan
golongan yang kaya dan yang pandai atau golongan ekonomi lemah yang menentang golongan
ekonomi kuat seperti dalam teori kelas; dan
Ke lima. Religiositas yang tampak pada terjadinya negara menunjukkan kepercayaan bangsa
Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Unsur ke lima inilah yang kemudian diterjemahkan
menjadi pokok-pokok pikiran ke empat yang terkandung di dalam Pembukaan UUD NRI 1945
yaitu bahwa Indonesia bernegara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang (pelaksanaannya)
didasarkan pada kemanusiaan yang adil dan beradab.
Karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur. Demikianlah terjadinya negara menurut bangsa Indonesia dan dampak yang
diharapkan akan muncul dalam bernegara. Proses bangsa yang menegara di Indonesia diawali dengan
adanya pengakuan yang sama atas kebenaran hakiki dan kesejarahan yang merupakan gambaran
kebenaran secara faktual dan otentik. Kebenaran hakiki dan kesejarahan yang dimaksud adalah:
Pertama Kebenaran yang berasal dari Tuhan pencipta alam semesta, kebenaran tersebut adalah
sebagai berikut: Ke-Esa-an Tuhan, manusia harus beradab; manusia harus bersatu, manusia
harus memiliki hubungan sosial dengan lainnya serta mempunyai nilai keadilan, Kekuasaan di
dunia adalah kekuasaan manusia. Kebenaran-kebenaran ini kemudian dijadikan sebagai falsafah
hidup yang harus direalisasikan sebagai sebuah cita-cita atau ideologi. Di Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), rumusan falsafah dan ideologi tersebut disebut Pancasila. Lima
kebenaran hakiki ini telah digali oleh Bung Karno (Presiden RI pertama) dan dikemukakan oleh
Badan Pekerja Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945 pada saat
sidang lanjutan yang membicarakan dasar negara. Lima hal itu kemudian dituangkan dalam
Pembukaan UUD NRI 1945; dan
Ke dua Kesejarahan. Sejarah adalah salah satu dasar yang tidak dapat ditinggalkan karena
merupakan bukti-otentik. Berdasarkan sejarah pula bangsa kita akan mengetahui dan
memahami proses terbentuknya NKRI sebagai hasil perjuangan bangsa. Dengan demikian kita
akan mengerti dan menyadari kewajiban individual terhadap bangsa dan negara. NKRI dalam
kesejarahan terbentuk karena bangsa Indonesia memerlukan wadah organisasi untuk
mewujudkan cita-cita memproklamasikan kebebasan bangsa dari penjajahan Belanda. Dengan
demikian, adalah logis apabila bangsa Indonesia memperoleh hak-haknya dan mempertahankan
utuhnya bangsa dan tetap tegaknya negara dari generasi ke generasi. Setiap generasi harus
mempunyai pandangan yang sama mengenai kepentingan ini. Kesamaan pandangan ini penting
bagi landasan visional (Wawasan nusantara) dan landasan konsepsional (Ketahanan nasional)
yang disampaikan melalui pendidikan, lingkungan pekerjaan dan lingkungan masyarakat disebut
pendidikan pendahuluan bela negara.
9. Pemahaman Hak dan Kewajiban Warga Negara. Dalam UUD NRI 1945 Bab X, pasal tentang
warga negara telah diamanatkan pada Pasal 26, 27, 28 dan 30, sebagai berikut:
6
a. Pasal 26, Ayat (1) yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai warga negara. Pada
ayat (2) syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-undang;
b. Pasal 27, Ayat (1) Segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat (2) tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan;
c. Pasal 28, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang; dan
d. Pasal 30, ayat (1) Hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan Undang-undang.
BAB III
10. Umum. Setiap negara mengatur warga negaranya dalam setiap kehidupan yang dijamin oleh
Undang-undang, salah satunya Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan dalam
pasal 26 ayat 1 mengatur bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang bertempat tinggal di Indonesia dan mengakui Indonesia
sebagai tanah airnya, bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan disahkan oleh
Undang-undang sebagai warga negara.
11. Warga Negara. Kedudukan warga negara dalam negara. Dalam menentukan kewarganegaraan
seseorang dikenal adanya Azas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan azas kewarganegaraan
berdasarkan perkawinan. Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua
azas yaitu azas ius soli dan azas ius sanguinis. Ius artinya hukum atau dalil, soli berasal dari kata solum
yang artinya negeri atau tanah, sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Azas Ius Soli. Azas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan
dari tempat di mana orang tersebut dilahirkan.
c. Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang mencakup azas kesatuan hukum dan azas persamaan derajat:
1) Azas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami isteri adalah suatu
ikatan yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat dalam menyelenggarakan
kehidupan bersama. Berdasarkan azas ini diusahakan status kewarganegaraan suami
dan isteri adalah sama dan satu; dan
12. Warga Negara Indonesia. Ketentuan mengenai warga negara Indonesia diatur dalam Undang-
undang Dasar NRI 1945 dan dijabarkan ke dalam Undang-undang RI Nomor 12 tahun 2006.
a. Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Ketentuan
tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD NRI 1945 sebagai berikut:
1) yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai warga negara;
2) penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia; dan
b. Dalam Undang-undang Dasar NRI 1945 ketentuan tentang warga negara telah
diamanatkan pada pasal 26, 27, 28, 29, 30, 31 dan 33 memiliki hubungan yang erat dengan
negaranya antara lain:
2) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 27
ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan azas keadilan
sosial dan kerakyatan. Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hal ini
seperti yang terdapat dalam Undang-undang agraria, perkoperasian, penanaman modal,
sistem pendidikan nasional, tenaga kerja, usaha perasuransian, jaminan sosial tenaga
kerja, perbankan dan sebagainya bertujuan menciptakan lapangan kerja agar warga
negara memperoleh penghidupan yang layak.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul ini menyangkut sejarah yang panjang, baik pada
zaman penjajahan maupun pada zaman Indonesia merdeka. Sedangkan hak
mengungkapkan pikiran secara lisan, tertulis dan sebagainya dalam pasal 28 UUD NRI
1945, terutama untuk media pers, telah diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun
1982 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 11 tahun 1966 tentang ketentuan-
ketentuan pokok pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4
Tahun 1967 yang menentukan bahwa pers Indonesia pada dasarnya adalah bebas untuk
mengeluarkan pikirannya, namun harus bertanggung jawab. Pers ini lazimnya disebut
pers yang bebas dan bertanggung jawab. Pasal 28 UUD NRI 1945 memuat frase "dan
sebagainya" untuk menunjukkan terbukanya kemungkinan bahwa seseorang
mengeluarkan pikiran bukan secara lisan atau tertulis, tetapi dengan cara lain.
a) Ayat (1) UUD NRI 1945 menyatakan: "Negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa". Selanjutnya penjelasan UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa
ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha
Esa; dan
a) Ayat (1) UUD NRI 1945 menyatakan hak dan kewajiban setiap warga
negara untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
7) Kesejahteraan sosial. Pasal 33 dan 34 UUD NRI 1945 mengatur kesejahteraan sosial.
Pasal 31 yang terdiri atas tiga ayat menyatakan:
c) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
c. Dalam Undang-undang RI Nomor 12 tahun 2006 pasal 4 dan 5 dinyatakan bahwa warga
negara Indonesia adalah:
2) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga
negara Indonesia;
3) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing
dan ibu warga negara Indonesia;
4) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia dan ibu warga negara asing;
5) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal
ayahnya tidak memberikan kepada anak tersebut;
6) anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
warga negara Indonesia. Ditentukannya “tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari“ dengan
pertimbangan bahwa tenggang waktu tersebut merupakan tenggang waktu yang
dianggap cukup untuk meyakini bahwa anak tersebut benar-benar anak dari ayah yang
meninggal dunia;
7) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia;
8) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui dari seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan
itu dilakukan sebelum anak itu berusia 18 (delapan belas) tahun ataupun belum kawin;
9) anak yang lahir di wilayah Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10) anak yang baru lahir di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui;
11) anak yang lahir di wilayah Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempuyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
12) anak yang lahir dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari seorang ayah
dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
13) anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau janji setia;
11
14) anak warga negara Indonesia yang dilahirkan di luar perkawinan yang sah, belum
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing tetap diakui warga negara Indonesia; dan
15) anak warga negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara
sah sebagai anak sebagai anak warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan
tetap diakui sebagai warga negara Indonesia.
4) Setiap orang yang bukan warga negara Indonesia diperlakukan sebagai orang
asing.
13. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dalam pasal 8
Undang-undang RI Nomor 12 tahun 2006 dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia dapat
juga diperoleh melalui pewarganegaraan. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.
4) dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
5) tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6) jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
11) paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak Keputusan Presiden dikirim kepada
pemohon, pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia;
13
12) dalam hal setelah dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan
sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan ternyata
pemohon tidak hadir tanpa alasan yang sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi
hukum;
13) dalam hal pemohon tidak dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji
setia pada waktu yang telah ditentukan sebagai akibat kelalaian pejabat, pemohon dapat
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia di hadapan pejabat lain yang ditunjuk
Menteri;
14) pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud pada
10) dilakukan di hadapan pejabat;
15) pejabat sebagaimana dimaksud pada 14) membuat berita acara pelaksanaan
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia;
16) paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak pengucapan sumpah atau
pernyataan janji setia, pejabat sebagaimana dimaksud pada 14) menyampaikan berita
acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri;
17) sumpah atau pernyataan janji setia diatur dalam Undang-undang RI Nomor 12
tahun 2006 pasal 14 sebagai berikut:
Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan seluruh
kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk dan setia kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-
sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada
saya sebagai warga negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.
18) setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, pemohon wajib
menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya kepada kantor
imigrasi dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. Yang dimaksud dengan “dokumen
atau surat-surat keimigrasian” misalnya paspor biasa, visa, izin masuk, izin tinggal dan
perijinan lainnya yang dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi;
14
21) warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dapat
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan pernyataan
menjadi warga negara di hadapan pejabat;
24) ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk
menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada 22) dan 23) diatur
dengan Peraturan Menteri;
25) orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan
alasan kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh
Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang
bersangkutan berkewarganegaraan ganda. Yang dimaksud “orang asing yang telah
berjasa kepada negara Republik Indonesia” adalah orang asing yang karena prestasinya
yang luar biasa di bidang kemanusiaan, ilmu pengetahuan telah memberikan kemajuan
keharuman nama bangsa Indonesia;
26) anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin berada dan
bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya
berkewarganegaraan Republik Indonesia;
27) anak warga negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara
sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan
“pengadilan” adalah pengadilan negeri di tempat tinggal pemohon bagi pemohon yang
bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia. Bagi pemohon yang bertempat
tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia, yang dimaksud dengan “pengadilan”
adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan
28) dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada 26) dan 27) memperoleh
kewarganegaraan ganda, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraannya.
15
14. Kehilangan Kewarganegaraan RI. Ketentuan mengenai bagaimana, siapa saja warga negara yang
kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Undang-undang RI Nomor 12 tahun 2006
pasal 23 sampai dengan pasal 28.
4) masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden.
Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi mereka yang mengikuti program pendidikan di
negara lain yang mengharuskan mengikuti wajib militer;
5) secara sukarela masuk dalam dinas negara asing yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
hanya dapat dijabat oleh warga negara Indonesia. Yang dimaksud dengan ”jabatan
dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh warga negara Indonesia” antara lain pegawai negeri,
pejabat negara dan intelijen. Apabila warga negara Indonesia menjabat dalam dinas
sejenis itu di negara asing, yang bersangkutan kehilangan kewarganegaraan Republik
Indonesia. Dengan demikian tidak semua jabatan dalam dinas negara asing
mengakibatkan kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia;
6) secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara
asing atau bagian dari negara asing tersebut;
7) tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
8) mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara
lain atas namanya;
10) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 huruf d tidak berlaku bagi
mereka yang mengikuti program pendidikan di negara lain yang mengharuskan
mengikuti wajib militer.
b. Ketentuan kehilangan kewarganegaraan bagi ayah, ibu, anak laki-laki, perempuan warga
negara Indonesia yang kawin dengan warga negara asing diatur dalam Undang-undang RI
Nomor 12 tahun 2006 pasal 24, pasal 25 dan pasal 26, yang menyatakan:
5) perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara
asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal
suaminya, kewarganegaraan isteri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat
perkawinan tersebut;
6) laki-laki warga negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara
asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal
isterinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan isteri sebagai akibat
perkawinan tersebut;
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara kehilangan dan pembatalan
kewarganegaraan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
15. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bagaimana
prosedur untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Undang-
undang RI Nomor 12 tahun 2006 pasal 31 dan pasal 32.
2) dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat tinggal di
luar wilayah negara Republik Indonesia, permohonan disampaikan melalui perwakilan
Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon;
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh kembali
kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Peraturan pemerintah.
16. Ketentuan Pidana. Ketentuan pidana bagi pejabat dan pemohon kewarganegaraan diatur dalam
Undang-undang RI Nomor 12 tahun 2006 pasal 36, pasal 37 dan pasal 38.
2) dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan karena
kesengajaan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
1) dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dilakukan korporasi,
pengenaan pidana dijatuhkan kepada korporasi dan atau pengurus yang bertindak untuk
dan atas nama korporasi;
2) korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana denda
paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan dicabut izin usahanya; dan
19
BAB IV
DEMOKRASI
17. Umum. Di dalam perkembangan zaman modern ketika kehidupan memasuki skala luas tidak lagi
berorentasi kepada sistem pemerintahan, setiap negara mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan
kedaulatan demokrasinya maka perlu memahami tentang konsep demokrasi, bentuk demokrasi dan
pemahaman demokrasi Indonesia.
18. Konsep Demokrasi. Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari/oleh/untuk
rakyat (demos). Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan,
sedangkan rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga negara. Kenyataannya, baik
dari segi konsep maupun praktek, demos menyiratkan makna diskriminatif. Demos bukanlah rakyat
keseluruhan, tetapi hanya populus tertentu yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan for -
mal mengontrol akses ke sumber-sumber kekuasaan dan bisa mengklaim kepemilikan atas hak-hak
prerogratif dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau
pemerintahan. Dalam perkembangan zaman modern ketika kehidupan memasuki skala luas, tidak lagi
berformat lokal dan demokrasi tidak mungkin lagi direalisasikan dalam wujud partisipasi langsung
masalah diskriminasi dalam kegiatan politik tetap berlangsung meskipun prakteknya berbeda dari
pengalaman yang terjadi di masa Yunani kuno. Tidak semua warga negara dapat langsung terlibat
dalam perwakilan. Hanya mereka yang karena sebab tertentu seperti kemampuan membangun
pengaruh dan menguasai suara politik yang terpilih sebagai wakil. Sementara sebagian besar rakyat
hanya dapat puas jika kepentingannya terwakili. Mereka tak memiliki kemampuan dan kesempatan
yang sama untuk mengefektifkan hak-hak mereka sebagai warga negara.
a. Bentuk Demokrasi. Setiap negara mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan kedaulatan
rakyat atau demokrasinya. Hal ini ditentukan oleh sejarah negara yang bersangkutan,
kebudayaan, pandangan hidup, serta tujuan yang ingin dicapainya. Ada berbagai bentuk
demokrasi dalam sistem pemerintahan negara, antara lain:
1) Dalam sistem kepartaian dikenal adanya tiga sistem kepartaian yaitu sistem
multi partai (polyparty system), sistem dua partai (biparty system) dan sistem satu partai
(monoparty system).
d. Prinsip dasar pemerintahan Republik Indonesia. Pancasila sebagai landasan idiil bagi
bangsa Indonesia memiliki arti bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup dan jiwa bangsa ,
kepribadian bangsa, tujuan dan cita-cita, cita-cita, hukum bangsa dan negara serta cita-cita
moral bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan yang pasti
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia. Dalam hal ini ada dua hal yang
mendasar yang digariskan secara sistematis yaitu Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum dan tata urut peraturan perundangan Republik Indonesia yang terdiri dari UUD NRI 1945,
Ketetapan MPR, UU dan Perpu, PP; Keppres dan Peraturan Pelaksanaan lainnya. UUD NRI 1945
sebagai sumber pokok sistem pemerintahan Republik Indonesia terdiri atas hukum dasar tertulis
yaitu UUD NRI 1945 dan hukum dasar tidak tertulis yaitu perjanjian dasar yang dihormati,
dijunjung tinggi serta ditaati oleh segenap warga negara, alat dan lembaga negara dan
diperlakukan sama seperti hukum dasar tertulis.
20. Pemahaman tentang Demokrasi Indonesia. Demokrasi dapat kita pandang sebagai suatu
mekanisme dan cita-cita hidup berkelompok yang di dalam UUD NRI 1945 disebut kerakyatan.
Demokrasi dapat dikatakan merupakan pola hidup berkelompok di dalam organisasi negara, sesuai
dengan keinginan orang-orang yang hidup berkelompok tersebut. Keinginan orang-orang (demos) yang
berkelompok tersebut ditentukan oleh pandangan hidup bangsa (Weltanschauung), falsafah hidup
21
bangsa (filosofiche grondslag) dan ideologi bangsa yang bersangkutan. Demokrasi Indonesia adalah
pemerintahan rakyat yang berdasarkan nilai-nilai palsafah Pancasila atau pemerintahan dari, oleh dan
untuk rakyat berdasarkan sila-sila Pancasila. Ini berarti bahwa:
a. Demokrasi atau pemerintahan rakyat yang digunakan oleh pemerintah Indonesia adalah
sistem pemerintahan rakyat yang dijiwai dan dituntun oleh nilai-nilai pandangan hidup bangsa
Indonesia (Pancasila).
Kita dapat membedakan demokrasi Indonesia dengan jenis demokrasi lainnya, terutama
mengenai sikap dan perilaku pemerintah pada semua jenjang pemerintahan. Berdasarkan
pengertian tentang demokrasi Indonesia, kita dapat menyimpulkan bahwa demokrasi Indonesia
adalah penting dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah populer. Sementara itu, belum
ada kesatuan pendapat para ahli mengenai rumusan pengertian atau definisi demokrasi
Indonesia yang definitif. Demokrasi Indonesia atau pemerintahan rakyat yang berdasarkan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
memberi kesan bahwa demokrasi tersebut hanya berfokus pada satu prinsip dasar yaitu sila ke-4
dari Pancasila. Padahal perlu diingat dan disadari bahwa ke lima sila Pancasila berkedudukan
setara dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Selain pengertian di atas, ada pula
rumiisan lainnya, yaitu demokrasi Indonesia adalah sekaligus demokrasi politik, ekonomi, dan
sosial budaya. Maksudnya adalah bahwa demokrasi Indonesia merupakan satu sistem
pemerintahan rakyat yang mengandung nilai-
nilai politik, ekonomi, sosial dan budaya. Palsafah Pancasila sesungguhnya tidak hanya
mengandung nilai politik, ekonomi, sosial dan budaya namun juga mengandung nilai religius.
Jadi rumusan pengertian di atas belum mencakup seluruh nilai Pancasila. Dengan kata lain,
rumusan tersebut hanya mencakup nilai-nilai sila ke dua hingga sila ke lima. Rumusan tersebut
hanya mencakup aspek tanggung jawab duniawi sedangkan menurut filsafat Pancasila tanggung
jawab itu meliputi tanggung jawab kemanusiaan sekaligus terhadap Tuhan pencipta alam
semesta atau tanggung jawab Tuhan. Ke dua rumusan di atas memang masih mengandung
banyak kelemahan namun keduanya dapat mendorong ditemukannya dan dirumuskannya suatu
pengertian demokrasi Indonesia yang lebih lengkap, lebih sempurna, lebih ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan secara menyeluruh.
Menurut Prof. Dr. Hazairin, SH: "Demokrasi Pancasila, istilah yang digunakan oleh MPRS
1968, pada dasarnya adalah demokrasi sebagaimana telah dipraktekkan oleh bangsa Indonesia
sejak dahulu kala dan masih dijumpai sekarang ini dalam kehidupan masyarakat hukum adat,
seperti Desa, Kerja, Marga, Nagari dan Wanua yang telah ditingkatkan ke taraf urusan negara di
mana kini disebut Demokrasi Pancasila" (Hazairin, 1981: 35). Rumusan di atas mengingatkan
kita bahwa demokrasi kita adalah demokrasi asli Indonesia atau sistem pemerintahan rakyat asli
Indonesia yang tumbuh dari kesatuan masyarakat adat Indonesia. Dalam kehidupan
22
Rumusan Sri Soemantri adalah sebagai berikut: "Demokrasi Indonesia adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
mengandung semangat Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan keadilan sosial" (Soemantri, 1969: 7). Rumusan ini dapat dipandang
sebagai rumusan pengertian demokrasi Indonesia yang sangat lengkap meskipun sepintas lalu
tampak sebagai rangkaian ke lima sila Pancasila. Kunci pemahaman rumusan tersebut terletak
pada kata "Kerakyatan" yang sama artinya dengan pengertian kata "Kedaulatan" atau
"Kekuasaan tertinggi di tangan rakyat. "Dengan demikian rumusan Demokrasi Indonesia dari Sri
Soemantri, SH bertalian secara fungsional dan material dengan pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945.
Pamudji menyatakan sebagai berikut: "Jadi dengan demikian Demokrasi Indonesia dapat
dirumuskan secara agak lengkap dan menyeluruh sebagai berikut: Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang Berketuhanan yang Maha
Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia dan yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." (Pamudji, 1979: 11) Tampak jelas bahwa
rumusan Drs. Pamudji, M.P.A. identik dengan rumusan Sri Soemantri, S.H. sehingga dapat
diduga bahwa ke dua sarjana tersebut menyimak pengertian itu dari sumber yang sama yaitu
karya Prof. Drs. Notonegoro, S.H. yang berjudul beberapa hal mengenai palsafah Pancasila.
Sistem demokrasi ini sebenarnya telah memberi gambaran tentang adanya tujuan yang ingin
dicapai oleh negara melalui hak-hak individual sesuai dengan azasinya dalam koridor manajemen
nasional. Dalam sistem otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia, penyelenggaraan
pemerintahan didasarkan atas luasnya wilayah dan azas kewilayahan yaitu daerah merupakan daerahnya
pusat dan pusat merupakan pusatnya daerah. Daerah terbagi dalam daerah besar dan daerah kecil.
Pemerintahan di daerah besar disebut pemerintah daerah tingkat I yang sekaligus berperan sebagai per-
wakilan pemerintah pusat yang berada di daerah besar atau propinsi. Pemerintah di daerah kecil disebut
pemerintah daerah tingkat II sekaligus sebagai perwakilan pusat di daerah kecil yang disebut kabupaten
atau kota. Titik berat otonomi berada di daerah tingkat II, kecuali urusan luar negeri moneter,
pertahanan dari keamanan .
BAB V
21. Umum. Hak azasi manuisa adalah hak dasar manusia yang dijamin Deklarasi Universal
tentang hak Azasi manusia yang telah disetujui dan diumumkan oleh Resolusi Majelis Umum
Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948 dan dijamin oleh Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia yang diuraikan secara rinci dalam Undang-undang Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak azasi manusia.
22. Deklarasi Universal tentang HAM. Di dalam Mukadimah Deklarasi Universal tentang Hak Azasi
Manusia terdapat pertimbangan-pertimbangan berikut:
c. Menimbang bahwa hak-hak, manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum supaya
orang tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha yang terakhir guna menentang
kezaliman dan penjajahan.
25
Atas pertimbangan di atas, Majelis Umum PBB menyatakan: Deklarasi universal tentang Hak-hak
Azasi Manusia ini merupakan suatu pelaksanaan umum yang baku bagi semua bangsa dan negara.
Setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat perlu senantiasa mengingat pernyataan ini dan
berusaha, dengan cara mengajar dan mendidik, untuk mempertinggi penghargaan terhadap hak-hak dan
kebebasan-kebebasan ini dan melalui tindakan-tindakan progresif secara nasional maupun internasional,
menjamin pengakuan dan pelaksanan hak-hak dan kebebasan-kebebasan itu secara umum dan efektif
oleh bangsa-bangsa dari negara-negara anggota maupun dari daerah-daerah yang berada di bawah
kekuasaan hukum mereka.
a. Pasal 1. Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya, bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.
b. Pasal 2. Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam
pernyataan ini tanpa pengecualian apa pun, misalnya bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
agama, politik atau pendapat lain, asal usul kebangsaan atau sosial, milik, kelahiran atau status
lainnya. Selanjutnya, tidak ada perbedaan status politik, status hukum dan status internasional
negara atau wilayah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang tidak merdeka, yang
berbentuk trust, yang tidak berpemerintahan sendiri maupun yang berada di bawah pembatasan
kedaulatan lainnya.
e. Pasal 5. Tidak seorang pun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam tanpa
mengingat kemanusiaan atau dengan perlakuan atau hukuman yang menghinakan.
f. Pasal 6. Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi di hadapan
Undang-undang di mana saja ia berada.
26
g. Pasal 7. Semua orang adalah sama di hadapan Undang-undang dan berhak atas
perlindungan yang sama dari setiap perbedaan yang memperkosa pernyataan ini dan dari segala
hasutan yang ditujukan kepada perbedaan semacam ini.
h. Pasal 8. Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh Hakim-hakim nasional
yang berkuasa mengadili perkosaan hak-hak dasar yang diberikan kepadanya oleh Undang-
undang dasar negara atau Undang-undang.
i. Pasal 9. Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara sewenang-
wenang.
j. Pasal 10. Setiap orang berhak memperoleh perlakuan yang sama dan suaranya
didengarkan sepenuhnya di muka umum secara adil oleh pengadilan yang merdeka dan tidak
memihak dalam menetapkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dan dalam setiap tuntutan
pidana yang ditujukan kepadanya.
k. Pasal 11.
(1) Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran
pidana dianggap tak bersalah sampai dibuktikan kesalahannya menurut Undang-undang
dalam suatu sidang pengadilan yang terbuka di mana segala jaminan yang perlu untuk
pembelaanya diberikan.
(2) Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran pidana karena
perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran pidana menurut
Undang-undang nasional atau internasional ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga
tidak diperkenankan menjatuhkan hukuman yang lebih berat dari pada hukuman yang
seharusnya dikenakan ketika pelanggaran pidana itu dilakukan.
l. Pasal 12. Tidak seorangpun dapat diganggu secara sewenang-wenang dalam urusan
perseorangannya, keluarganya, rumah tangganya, hubungan surat-menyuratnya dan nama
baiknya. Setiap orang berhak mendapat perlindungan undang-undang terhadap gangguan-
gangguan atau pelanggaran-pelanggaran demikian.
m. Pasal 13.
(1) Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam batas-batas
lingkungan tiap negara.
n. Pasal 14.
(1) Setiap orang berhak mencari dan mendapat suaka di negeri-negeri lain untuk
menjauhi pengejaran.
(2) Hak ini tidak dapat dipergunakan dalam pengejaran yang benar-benar timbul
dari kejahatan-kejahatan yang tak berhubungan dengan politik atau dari perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan dasar-dasar PBB.
o. Pasal 15.
27
p. Pasal 16.
(1) Orang-orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, berhak untuk mencari
jodoh dan untuk membentuk keluarga tanpa dibatasi oleh kebangsaan,
kewarganegaraan atau agama. Mereka mempunyai hak yang sama dalam soal
perkawinan, di dalam perkawinan dan di kala perceraian.
(2) Perkawinan harus dilakukan hanya dengan cara suka sama suka dari ke dua
mempelai.
(3) Keluarga adalah kesatuan yang sewajarnya serta bersifat pokok dari masyarakat
dan berhak mendapat perlindungan dari masyarakat dan negara.
q. Pasal 17.
(1) Setiap orang berhak mempunyai milik baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain.
r. Pasal 18. Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani, dan agama,
termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan dan kebebasan untuk menyatakan
agama atau kepercayaannya dengan cara sendiri maupun bersama-sama orang lain di tempat
umum maupun di tempat tersendiri.
s. Pasal 19. Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat,
termasuk kebebasan mempunyai pendapat tanpa mendapat gangguan dan untuk mencari,
menerima serta menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat dengan cara
apa pun tanpa memandang batas-batas.
t. Pasal 20.
(1) Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berapat.
(2) Tidak seorang pun dapat dipaksa memasuki salah satu perkumpulan.
u. Pasal 21.
(1) Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya sendiri baik
secara langsung maupun dengan perantaraan wakil-wakil yang dipilih secara bebas.
(2) Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan
pemerintah negerinya.
(3) Kemauan rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah kemauan ini harus
dinyatakan dalam pemilihan-pemilihan berkala yang jujur yang dilakukan menurut hak
28
pilih yang bersifat umum dan berkesamaan serta melalui pemungutan suara yang
rahasia atau cara-cara lain yang juga menjamin kebebasan mengeluarkan suara.
v. Pasal 22. Setiap orang sebagai anggota masyarakat berhak atas jaminan sosial dan
berhak melaksanakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya yang perlu untuk martabatnya dan
untuk perkembangan bebas pribadinya dengan perantaran usaha-usaha nasional dan kerjasama
internasional yang sesuai dengan sumber-sumber kekayaan setiap negara.
(a) Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak memilih pekerjaan dengan
bebas, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil dan baik serta atas
perlindungan terhadap pengangguran.
(b) Setiap orang tanpa ada perbedaan berhak atas pengupahan yang sama
untuk pekerjaan yang sama.
(c) Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan yang
adil dan baik yang menjamin penghidupannya bersama dengan keluarganya
sepadan dengan martabat manusia dan apabila perlu ditambah dengan bantuan-
bantuan sosial lainnya.
(d) Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat pekerja untuk
melindungi kepentingan-kepentingannya.
(2) Pasal 24. Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan-
pembatasan jam kerja yang layak dan hari-hari liburan berkala dengan menerima upah.
(a) Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang menjamin kesehatan,
keadaan yang baik untuk dirinya dan keluarganya, termasuk soal makanan,
pakaian, perumahan, perawatan kesehatannya serta usaha-usaha sosial yang
diperlukan dan berhak atas jaminan di waktu mengalami pengangguran,
kematian suami, lanjut usia atau mengalami kekurangan nafkah atau ketiadaan
mata pencaharian yang lain di luar penguasaannya.
(b) Ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan khusus.
Semua anak baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan harus
mendapat perlindungan sosial yang sama.
(c) Ibu-bapak mempunyai hak utama untuk memilih jenis pengajaran yang
akan diberikan kepada anak-anak mereka.
(a) Setiap orang berhak untuk turut serta secara bebas dalam kehidupan
budaya masyarakat, untuk mengecap kenikmatan kesenian dan untuk turut serta
dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan dalam mendapat manfaatnya.
(2) Pasal 30. Tidak sesuatu pun dalam pernyataan ini boleh diartikan sebagai
pemberian hak kepada salah satu negara, golongan atau seseorang untuk melakukan
kegiatan atau perbuatan yang bertujuan merusak salah satu hak dan kebebasan yang
termaktub dalam pernyataan ini.
30
Masing-masing individu dan semua orang yang beragama akan sependapat dengan ke tiga puluh
pasal Deklarasi Universal tentang Hak Azasi Manusia (HAM) tersebut. Namun manakala manusia telah
memproklamasikan diri menjadi suatu kaum atau bangsa dalam suatu negara, status manusia individual
akan menjadi status warga negara. Pemberian hak sebagai warga negara ini diatur dalam mekanisme
kenegaraan. Sebagai warga negara, masing-masing individu tidak hanya memperoleh hak tetapi juga
kewajiban.
BAB VI
e. Jelaskan yang dimaksud azas ius soli dan azas ius sanguinis!
h. Jelaskan ketentuan pidana bagi pejabat yang lalai dalam melaksanakan tugasnya
sehingga seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan!
BAB VII
31
PENUTUP
25. Penutup. Demikian Modul ini disusun sebagai bahan ajaran untuk pedoman bagi Dosen
dan Mahasiswa dalam proses belajar mengajar Kewarganegaraan pada pendidikan Mahasiswa program
SPARK #1 .
RAHASIA