Anda di halaman 1dari 28

BAB I

HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA

A. Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk Individu

          Pengertian manusia : manusia berasal dari “manu” (dari bahasa Sansekerta), “sens” (dari
bahasa latin). Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia merupakan ciptaan Tuhan.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia memerlukan orang lain untuk bertahan hidup.

 B. Pengertian dan Unsur-Unsur Terbentuknya Bangsa

           Bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki kehendak untuk bersatu yang memiliki
persatuan senasib dan tinggal di wilayah tertentu, beberapa budaya yang sama, mitos leluhur
bersama. Pengertian bangsa menurut para ahli :

1. Ernest Renant, bangsa adalah suatu nyawa, suatu akal yang terjadi dari dua hal yaitu rakyat
yang harus menjalankan satu riwayat, dan rakyat yang kemudian harus memilikim kemauan,
keinginan untuk hidup menjadi satu.

2. Otto Bauer, bangsa adalah kelompok manusia yang memiliki kesamaan karakter  yang
tumbuh karena kesamaan nasib.

3. F. Ratzel (Jerman), menyatakan bahwa bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu.
4. Hans Kohn (Jerman), menyatakan bahwa bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia
dalam sejarah

 Unsur-unsur Terbentuknya Bangsa

              Menurut Hans Kohn, kebanyakan bangsa terbentuk karena unsur atau faktor objektif 
tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain, seperti:

1.     Unsur nasionalisme yaitu kesamaan keturunan.

2.     Wilayah.

3.     Bahasa.

4.     Adat-istiadat

5.     Kesamaan politik.

6.     Perasaan.

7.     Agama.

            

  Menurut Joseph Stalin, unsur terbentuknya bangsa adalah adanya:

1.     Persamaan sejarah.

2.     Persamaan cita-cita.

3.     Kondisi objektif seperti bahasa, ras, agama, dan adat-istiadat.


 

C. Pengertian Negara dan Unsur-Unsur Negara

 Pengertian Negara

1.     Secara etimologi kata Negara berasal dari kata state (Inggris), Staat (Belanda, Jerman),
E`tat (Prancis), Status, Statum (Latin) yang berarti meletakkan dalam keadaan berdiri,
menempatkan, atau membuat berdiri. 

2.     Kata Negara yang dipakai di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yanitu Negara atau
nagari yang artinya wilayah, kota, atau penguasa.

3.     Menurut George Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok  manusia
yang mendiami wilayah tertentu.

4.     Menurut R. Djokosoentono, Negara adalah organisasi manusia atau kumpulan manusia
yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

Pengertian-pengertian kata negara berdasarkan para ahli :

A. George Jellinek menyatakan negara sebagai organisasi kekuasaan dan sekelompok manusia yang
mendiami wilayah tertentu

B. Mr. J.H.A Logeman menyatakan negara sebagai organisasi kemsyarakatan yang dengan
kekuasaanya bertujuan mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.

C. G.W.F Hegel menyatakan negara sebagai organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari
kemerdekaan individual dan kemrdekaan universal.

D. Mac Iver menytakan negara sebagai organisasi politik.

E. Mr. Kranenburg menyatakan bahwa negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan
oleh suatu kelompok manusia yang disebut bangsa

 Proses terbentuknya suatu negara


          Proses terbentuknya suatu negara dapat dibagi menjadi 3 yaitu dengan cara pendekatan primer
dan sekunder, pendekatan teoritis dan pendekatan faktual.

A. Pendekatan primer dan sekunder


          Menurut pendekatan ini, pada awalnya suatu negara merupakan kelompok atau suku
(genooschaft) yang dibentuk oleh manusia. Kelompok tersebbut kemudian mengangakat
pemimpin yang disebut raja. Fase ini disebut kerajaan (rijk). Kemudian setelah raja diangkat
raja menjadi sewenang-wenang (pada tahap fase negara nasional). Setelah itu terjadi rakyat
menjadi memiliki kesadara kebangsaan semakin tinggi, sehingga akhirnya mereka menurunkan
raja dan membentuk suatu pemerintahan barru yangg dapat menyalurkan aspirasi mereka (Fase
Negara Demokrasi).
Kata kunci : genooschaft – rijk – negara nasional – negara demokrasi

B. Pendekatan teoritis.
          Pendekatan teoritis adalah pendekatan berdasarkan pendapat para ahli yang masuk akal.
Menurut pendekatan teoritis, negara terbentuk berdasarkan teori :
1. Teori Ketuhanan
Menurut teori ini negara ada karena kehendak Tuhan.
2. Teori Perjanjian Masyarakat
Masing-masing individu mengadakan perjanjian untuk membentuk suatu negara
3. Teori Kekuasaan
Negara terbentuk atas dasar kekuasaan. Kekuasaan adalah ciptaan mereka yangg paling kuat dan
berkuasa.
4. Teori Kedaulatan
Kedaulatan Negara : Kekuasaan tertinggi berada pada suatu negara. bukan pada sekelompok orang
yang menguasai negara.
Kedaulatan Hukum : Hukum lebih tinggi daripada negara berdaulat !!
5. Teori Hukum Alam
Hukum alam bukan merupakan buatan negara tapi merupakan kekuasaan alam yang berlaku di
setiap tempat dan waktu.

C. Pendekatan Faktual
Adalah pendekatan yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang benar-benar terjadi yang
diungkapkan dalam sejarah.

Unsur-unsur terbentuknya Negara

          Unsur terbentuknya Negara dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu unsur konstitutif dan
unsur deklaratif.  

1.   Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak harus ada di saat Negara tersebut didirikan seperti
rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.

2.   Unsur deklaratif adalah unsur yang tidak harus ada di saat Negara tersebut berdiri tetapi boleh
dipenuhi setelah Negara tersebut berdiri, misalnya pengakuan dari Negara lain.

 UNSUR KONSTITUTIF

1. Unsur Rakyat

              Rakyat adalah semua orang yang secara nyata berada dalam wilayah suatu Negara yang
tunduk dan patuh terhadap peraturan Negara tersebut. 

Rakyat dibedakan menjadi dua macam yaitu penduduk dan bukan penduduk. 

1.     Penduduk adalah orang yang berdomisili secara tetap dalam wilayah suatu Negara dalam
jangka waktu yang lama. Penduduk terdiri dari WNI dan WNA (pekerja asing yang tinggal
menetap di Indonesia).  Penduduk juga dibedakan menjadi warga Negara dan bukan warga
Negara.  Warga Negara adalah orang yang secara syah menurut hukum menjadi warga Negara,
yaitu penduduk asli dan WNI keturunan asing. Bukan warga Negara adalah orang yang
menurut hukum tidak menjadi warga suatu Negara atau WNA.

2.     Bukan penduduk adalah mereka yang berada di wilayah suatu Negara tidak secara menetap
atau tionggal untuk sementara waktu. Contoh: turis asing yang sedang berlibur.

2. Unsur Wilayah

              Wilayah adalah unsurr mutlak suatu Negara yang terdiri dari daratan, lautan, dan udara dan
terkadang suatu Negara hanya memiliki daratan dan udara saja karena Negara tersebtu terletak di
tengah benua jadi tidak memiliki lautan atau pantai.  Indonesia memiliki ketiga wilayah tersebut.
 Wilayah Daratan

              Batas wilayah daratan  suatu Negara dengan Negara lain dapat berupa:

 Batas alamiah (gunung, sungai, hutan)


 Batas buatan (pagar tembok, kawat berduri, patok, pos penjagaan.
 Batas secara geografis yaitu batas berdasarkan garis lontang dan garis bujur.  Mkisalnya
Indonesia terletak antara 6o LU – 11o LS, 95o BT– 141o BT.

                   Ada dua konsep dasar mengenai batas wilayah lautan, yaitu :

 Res nullius, yaitu laut dapat diambil dan dimiliki oleh setiap Negara.
 Res communis adalah laut adalah milik masyarakat dunia, sehingga tidak dapat diambil atau
dimilliki oleh suatu Negara.

         Pada tanggal 10 Desember 1982, PBB menyeenggarakan konferensi Hukum Laut
Internasional III di Montigo Bay (Jamaika) yang bernama UNCLOS (United Nations Conference on
The Law of The Sea) ditandatangani 119 negara peserta, menetapkan tentang batas lautan suatu
Negara, yang terdiri dari :

 Laut teritorial, adalah lebarnya 12 mil yang diukur dari pulau terluar suatu Negara disaat air
laut surut.
 Zona bersebelahan, adalah wilayah laut yang lebarnya 12 mil dari laut teritorial suatu Negara
berarti lebarnya 24 mil laut dari pantai.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), adalah wilayah laut suatu Negara yang lebarnya 200 mil ke
laut bebas, di zona ini negar tersebut berhak mengelola, dan menggali segala kekayaan alam
untuk kegiatan ekonomi Negara tersebut.  Di wilayah ini Negara tersebut berhak menangkap
nelayan asing yang menangkap ikan.
 Landas kontinen, adalah daratan di bawah permukaan laut di luar laut teritorial dengan
kedalaman 200 m atau lebih.
 Landas benua, adalah wilayah laut suatu Negara yang lebarnya lebih 200 mil.  Di zona ini
Negara boleh mengelola kekayaan dengan syarat membagi keuntungan dengan masyarakat
internasional

Wilayah Udara

             Menurut UU No. 20 tahun 1982, dinyatakan bahwa batas wilayah kedaulatan dirgantara
suatu Negara yang termasuk orbit geostasioner adalah 35.761 km.  Menurut konvensi paris tahun
1919 Negara merdeka dan berdaulat berhak mengadakan eksplorasi di wilayah udaranya untuk
kepentingan radio, satelit, dan penerbangan.

             Ada dua teori tentang konsep wilayah udara :

 Teori udara bebas ada dua yaitu aliran kebebasan ruang udara tanpa batas dan aliran
kebebasan udara terbatas.
 Teori Negara berdaulat di udara, yaitu teori keamanan untuk menjaga keamanan suatu
Negara.

 Wilayah Ekstrateritorial
             Wilayah ekstrateritorial adalah wilayah suatu Negara yang berada di luar wilayah Negara itu
atau wilayah Negara tersebut berada di wilayah Negara lain, seperti daerah perwakilan diplomatik di
suatu Negara dan kapal asing yang berlayar di laut bebas dengan berbendera suatu Negara.

 3. Pemerintahan yang berdaulat

Menurut Jean Bodin sifat kedaulatan ada empat :

1.  Asli artinya kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
2.  Permanen artinya kekuasaan itu tetap ada selama Negara  tetap berdiri.
3. Tunggal atau bulat artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam
Negara yang tidak dibagi-bagi kelembaga Negara lainnya.
4. Tidak terbatas artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain.  Bila ada yang
membatasi maka kekuasaan itu akan lenyap.

             Pemerintah suatu Negara berdaulat keluar dan kedalam :

1.  Berdaulat keluar artinya memiliki kedudukan sederajat dengan Negara-negara lain, sehingga
bebas dari campur tangan Negara-lain. 

2.  Berdaulat ke dalam artinya berwibawa, berwenang menentukan dan menegakkan hokum atas
warga dan wilayah negaranya.

UNSUR DEKLARATIF

Pengakuan dari Negara lain

              Pengakuan dari negara lain ada dua jenis yaitu secara de facto dan de jure.

1.     De facto adalah pengakuan atas fakta adanya suatu Negara telah terbentuk berdasarkan adanya
rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.

 Contoh pertama Belanda tidak mengakui Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, seharusnya
Indonesia diserahkan kepada Belanda karena kemerdekaan Indonesia bertentangan dengan
hokum Internasional menurut Belanda, namun dalam usaha ini Belanda mengadakan
perundingan dengan pihak Indonesia, itu artinya Belanda telah mengakui keberadaan Negara
Indonesia secara de facto.
 Contoh kedua disaat Inggris mau melucuti sisa tentara Jepang yang ada di Indonesia pada
akhir perang Dunia ke II pemerintah Inggris mengadakan perundingan dan kerjasama dengan
Republik Indonesia.

              Pengakuan de facto ada dua macam :

1.     De facto bersifat tetap adalah pengakuan dari Negara lain terhadap suatu Negara yang
hanya menimbulkan hubungan di bidang perdagangan dan ekonomi.

2.     De facto bersifat sementara adalah pengakuan dari Negara lain tanpa melihat
perkembangan Negara tersebut.  Bila Negara tersebut bubar maka Negara lain akan
menarik pengakuannya.

2. De jure adalah pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut hukum internasional, sehingga
suatu Negara mendapatkan hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga nagsa-bangsa di
dunia.
Contoh Belanda mengakui Republik Indonesia secara de jure pada tanggal 27 Desember 1947,
Mesir mengakui Indonesia secara de jure tanggal 10 Juni 1947.

Pengakuan de jure ada dua macam :

1.     De jure bersifat tetap adalah pengakuan dari Negara lain yang berlaku selamanya karena
kenyataan menunjukkan pemerintahan yang stabil.

2.     De jure bersifat penuh adalah taerjadinya hubungan antar Negara yang mengakui dan diakui
dalam hubungan dagang, ekonomi, dan diplomatik. Negara yang mengakui berhak membuka
konsulat, kedutaan di Negara yang diakui.

  Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

 1. Pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia

          Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk berdasarkan semangat
kebangsaan (nasionlisme) oleh bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan
seluruh tampah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

 2. Fungsi Negara


          Secara umum terlepas dari ideologi yang dianutnya, setiap negara menyelenggarakan
beberapa fungsi minimum yang mutlak harus ada. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan penertiban (Law and order) : untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
bentrokan–bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus melaksanakan penertiban. Dalam fungsi
ini negara dapat dikatakan sebagai stabilisator.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
3. Pertahanan : fungsi ini sangat diperlukan untuk menjamin tegaknya kedaulatan negara dan
mengantisipasi kemungkinan adanya serangan yang dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa
(negara). Untuk itu negara dilengkapi dengan alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan : fungsi ini dilaksanakan melalui lembaga peradilan.

3. Teori-teori fungsi negara

1. Individualisme/ Liberalisme : menjaga keamanan dan ketertiban agar hak dan kebebasan individu
terjamin.
2. Negara hukum murni : menjaga dan menciptakan keamanan dan ketertiban.
3. Welfare state : tidak hanya menciptakan ketertiban saja tetapi secara aktif mewujudkan
kesejahteraan rakyatnya.
4. Komunisme : mebagai alat penindas/pemaksa dari kelas ekonomi yang kuat terhadap kelas
lainnya yang lebih lemah.
5. Anarkhisme : mewujudkan masyarakat yang bebas tanpa organisasi paksaan. Kaum anarkhis
tidak memerlukan negara dan pemerintah, sehingga fungsi negara dan pemerintah dilaksanakan oleh
kelompok yang dibentuk secara sukarela tanpa alat paksaan, polisi, hukum serta pengadilan.

Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan negara :


1. Plato : tujuan negara adalah memajukan kesusilaan manusia.
2. Roger H Soltau : tujuan negara adalah mengusahakan agar rakyat berkembang serta
mengembangkan daya cipta sebebas mungkin.
3. John Locke : tujuan negara adalah menjamin suasana hukum individu secara alamiah atau
menjamin hak–hak dasar setiap individu.
4. Harold J Laski : tujuan negara adalah menciptakan keadaan agar rakyat dapat memenuhi
keinginannya secara maximal.
5. Montesquieu : tujuan negara adalah melindungi diri manusia sehingga dapat tercipta kehidupan
yang aman, tentram dan bahagia.
6. Aristoteles : tujuan negara adalah menjamin kebaikan hidup warga negaranya.

BAB 2
FUNGSI DAN PERAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA

2.1   Pengertian Pancasila secara Etimologis, Historis dan Terminologis


Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik
ditinjau dari sudut bahasa maupun sudut sejarah. Berikut ini adalah pengertian Pancasila:

a.       Secara Etimologis


Secara Etimologis istilah 'Pancasila' berasal dari sansekerta dari India(Bahasa Kasta
Brahmana). M e n u r u t M u h a m m a d Y a m i n , d a l a m B a h a s a S a n s e k e r t a
p e r k a t a a n 'Pancasila' memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu: "Panca" artinya
lima" S y i l a " v o k a l i p e n d e k a r t i n y a " b a t u s e n d i " a l a s a t a u " d a s a r " " S y i i l a "
vokal i panjang artinya "peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau
y a n g senonoh"

b.      Pengertian Pancasila secara Historis


-          Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
P i d a t o M r . M u h Y a m i n y a n g b e r i s i l i m a d a s a r N e g a r a I n d o n e s i a Merdeka
yang diidam - idamkan sebagai berikut :
1.      Peri Kebangsaan
2.      Peri Kemanusiaan
3.      Peri Ketuhanan
4.      Peri Kerakyatan
5.      Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis
m e n g e n a i rancangan UUD Republik Indonesia yang berisi lima asas dasar negara
yangrumusannya sebagai berikut.
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Kebangsaan Persatuan Indonesia
3.      Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
-          Ir. Soekarno (Juni 1945)
P a d a t a n g g a l 1 J u n i 1 9 4 5 I r . S o e k a r n o m e n g u c a p k a n p i d a t o n y a d i hadapan
sidang Badan Penyelidik.Dalam pidato tersebut diajukan oleh Soekarno secara lisan usulan limaasas
sebagai dasar negara Indonesia yang rumusannya sebagai berikut.
1.      Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2.      Internasionalisme atau Peri kemanusiaan
3.      Mufakat atau Demokrasi
4.      Kesejahteraan Sosial
5.      Ketuhanan yang berkebudayaan
S e l a n j u t n y a b e l i a u m e n g u s u l k a n b a h w a k e l i m a s i l a t e r s e b u t d a p a t diperas
menjadi 'Tri sila' yang rumusannya sebagai berikut.
1.      Sosio Nasional, yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme
2.      Sosio Demokrasi, yaitu Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat
3.      Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tri Sila ini bisa diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.
-          Piagam Jakarta (22 Juni 1945)
Panitia sembilan setelah mengadakan sidang berhasil menyusunsebuah naskah piagam yang
dikenal 'Piagam Jakarta' yang di dalamnya memuat Pancasila, sebagai tuah hasil pertama kali
disepakati oleh siding. Yangrumusannya adalah sebagai berikut.
1.      Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
c.       Pengertian Pancasila secara Terminologis
-          Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD 1945. UUD 1945
tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi
37 pasal 1. Aturan peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1. Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alenia tersebut tercantum rumusan
Pancasila.
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
-          Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat)
Dalam Konstitusi RIS yang berlaku tanggal 29 Desember 1949 sampai dengan 17 agustus
1950 tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut.
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Peri kemanusiaan
3.      Kebangsaan
4.      Kerakyatan
5.      Keadilan Sosial
-          Dalam Undang - Undang Dasar Semetara 1950
Dalam UUDS 1950 yang berlaku mulai 17 Agustus 1950 sampai tanggal 5 Juli 1959,
terdapat pula rumusan Pancasila seperti rumusan yangtercantum dalam konstitusi RIS.
-          Rumusan Pancasila di Kalangan masyarakat
Rumusannya beraneka ragam antara lain.
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Peri Kemanusiaan
3.      Kebangsaan
4.      Kedaulatan rakyat
5.      Keadilan Sosial

2.2   Fungsi-fungsi Pancasila dalam kehidupan bernegara


Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Selain fungsi pokok tersebut, masih
ada fungsi lainnya yaitu :
a.       Pancasila Sebagai Dasar Negara
Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila.
Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah,
wilayah dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia
bersumber pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi
bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara
formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,
1998).

b.      Pancasila Sebagai Ideologi Negara.


Ideologi dapat diartikan sebagai Ilmu tentang ide atau gagasan yang bersifat mendasar.
Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa dan digunakan untuk
menata masyarakatnya. Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan kumpulan nilai yang
diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia dan digunakan untuk menata masyarakat. Ideologi
Negara adalah ideologi dalam pengertian sempit atau terbatas. Ideologi Negara merupakan ideologi
mayoritas waga negara tentang nilai -nilai dasar Negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan
Negara itu. Ideologi Negara sering disebut sebagai ideologi politik karena terkait dengan
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tidak lain adalah kehidupan politik.
Pancasila adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup bernegara
milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi milik negara atau rezim tertentu.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya( cultural bond) yang
berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indo nesia bukan secara paksaan atau
Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara, yaitu :
-          Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
-          Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing bangsa
Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
-          Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam pembentukan
karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
-          Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.

c.       Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara dinamis dan
menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah kristalisasi nilai-
nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa sehingga darinya mampu
menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup sehari-hari.
Bagi bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya masyarakat
bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai budaya Indonesia
maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Cita-cita moral inilah yang
kemudian memberikan pedoman, pegangan atau kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d.      Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia.


Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut
Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia lahir
bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia sendiri yaitu sejak jaman dahulu kala.
Menurut Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo bahwa Pancasila itu sendiri telah ada sejak adanya
Bangsa Indonesia. karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak
dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari
yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi
kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas
bangsa Indonesia.

e.       Pancasila Sebagai Kepribdian Bangsa


Artinya  Pancasila  lahir bersama dengan lahirnya Bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas
Bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakannya
dengan bangsa lain.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat dijadikan dasar dalam motivasi dalam
sikap, tingkah laku dan perbuatan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai
tujuan nasional, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, serta
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Pancasila sebagai pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa dan Negara agar dapat
berdiri dengan kokoh. Selain itu, pancasila sabagai identitas diri bangsa akan terus melekat pada di
jiwa bangsa Indonesia. Pancasila bukan hanya di gali dari masa lampau atau di jadikan kepribadian
bangsa waktu itu, tetatapi juga diidealkan sebagai kepribadian bangsa sepanjang masa.
f.       Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa
Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah diterima secara
luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998
tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)
dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam Ketetapan MPR No.
I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Selain itu Pancasila sebagai dasar negara
merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai
sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.

g.      Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum


Artinya segala peraturan perundang-undangan  yang  berlaku  di  Indonesia  harus
bersumberkan Pancasila atau tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam
ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut
dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya
dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum positif lainnya.

h.      Pancasila Sebagai Cita-cita dan Tujuan yang Ingin Dicapai Bangsa Indonesia
Tujuan bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Dalam hal ini hendak diwujudkan oleh bangsa Indonesia adalah masyarakat yang adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah NKRI yang
merdeka, bersatu,berdaulatan rakyat dalam suasana peri-kehidupan bangsa yang aman,
tenteram,tertib dan dinamis,serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,bersahabat dan
tentram. “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa …” pada kutipan alenia dapat disimpulkan
bahwa tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia adalah.
1.      Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi segenap bangsa artinya adalah
pemerintah berupaya untuk melindungi seluruh bangsanya, dari segi internal maupun eksternal.
2.      Tujuan nasional bangsa yang kedua adalah memajukan kesejateraan umum/bersama. Negara
Indonesia menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, dan sentosa.
3.      Tujuan Indonesia menurut UUD 1945 yang ketiga adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebuah bangsa akan maju bila didukung oleh rakyatnya yang memiliki pengetahuan luas, pintar, dan
intelek.
4.      Tujuan nasional Indonesia yang terakhir adalah ikut berperan aktif dan ikut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan
sosial.

2.3   Sikap manusia yang Pancasilais


Pembentukan Manusia Seutuhnya atau Manusia Pancasila
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
a.       Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap TuhanYang Maha Esa.
b.      Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang MahaEsa.
c.       Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaanterhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
d.      Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yangmenyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
e.       Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.

2.      Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


a.       Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnyasebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
c.       Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d.      Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e.       Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f.       Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g.      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

3.      Persatuan Indonesia


a.       Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dangolongan.
b.      Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabiladiperlukan.
c.       Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d.      Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
e.       Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
f.       Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
g.      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4.      Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan


a.       Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama.
b.      Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c.       Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
d.      Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e.       Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
f.       Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasilkeputusan
musyawarah.
g.      Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
h.      Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
i.        Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepadaTuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilaikebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

5.      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


a.       Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
b.      Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c.       Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d.      Menghormati hak orang lain.
e.       Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
f.       Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gayahidup mewah.
g.      Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
h.      Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
i.        Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.

BAB 3
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KERANGKA PRAKTIK
PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA

1. Macam-Macam Kekuasaan Negara


Menurut John Locke kekuasaan negara dapat dibagi menjadi tiga kekuasaan yaitu:
(a). Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang
(b). Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang- undang
(c). Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri. Sedangkan
menurut Montesquie kekuasaan negara dibagi :
(a). Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang
(b). Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undangundang
(c). Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.

2. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia


Menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penerapan pembagian kekuasaan di
Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian
kekuasaan secara vertikal.
(a). Pembagian kekuasaan secara horizontal
(1). Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan Undang-
Undang Dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
(2). Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan
penyelenggraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
(3). Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Kekuasaan ini
dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat
(1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .
(4). Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini
dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(5). Kekuasaan eksaminatif atau inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .
(b). Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal
Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan.
Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya
asas desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan asas tersebut,
pemerintah pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah
otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan
pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan fiskal. Hal tersebut ditegaskan
dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

1. Tugas Kementerian Negara Republik Indonesia


Keberadaan Kementerian Negara Republik Indonesia diatur secara tegas dalam Pasal 17 UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan sebagai berikut.
(a). Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(b). Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
(c). Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
(d). Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-
undang.

Keberadaan Kementerian Negara diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39


Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Kementerian Negara Republik Indonesia mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
(a). Penyelenggara perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan
atas pelaksanaan tugas di bidangnya dan pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke
daerah.
(b). Perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian di daerah dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
(c). Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya dan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.
Pasal 17 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap
menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
2. Klasifikasi Kementerian Negara Republik Indonesia
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, Kementerian Negara Republik
Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan urusan pemerintahan yang ditanganinya.
(a). Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang nomenklatur/nama
kementeriannya secara tegas disebutkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
(b). Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(c). Kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi,
dan sinkronisasi program pemerintah. Selain kementerian yang menangani urusan
pemerintahan di atas, ada juga kementerian koordinator yang bertugas melakukan
sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian-kementerian yang berada di dalam lingkup
tugasnya.

Kementerian koordinator, terdiri atas:


(a). Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
(b). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
(c). Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

3. Lembaga Pemerintah Non-Kementerian


Selain memiliki Kementerian Negara, Republik Indonesia juga memiliki Lembaga Pemerintah
Non-Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk
membantu presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui
menteri atau pejabat setingkat menteri yang terkait. Keberadaan LPNK diatur oleh Peraturan
Presiden Republik Indonesia, yaitu Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun
2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Diantaranya adalah; Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI), Badan Informasi Geospasial (BIG); Badan Intelijen Negara (BIN); Badan Kepegawaian
Negara (BKN), di bawah koordinasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi; dan lain-lain.

4. Nilai Pancasila

Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 merupakan landasan bangsa
Indonesia yang mengandung tiga tata nilai utama, yaitu dimensi spiritual, dimensi kultural, dan
dimensi institusional. Dimensi spiritual mengandung makna bahwa Pancasila mengandung
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan
keseluruhan nilai dalam falsafah negara.
Dimensi kultural mengandung makna bahwa Pancasila merupakan landasan falsafah negara,
pandangan hidup bernegara, dan sebagai dasar negara. Dimensi institusional mengandung
makna bahwa Pancasila harus sebagai landasan utama untuk mencapai cita-cita dan tujuan
bernegara, dan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aktualisasi nilai spiritual dalam Pancasila
tergambar dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa dalam praktik
penyelenggaraan pemerintahan tidak boleh meninggalkan prinsip keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini menunjukkan adanya pengakuan bahwa manusia,
terutama penyelenggara negara memiliki keterpautan hubungan dengan Sang Penciptanya.
Artinya, di dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara negara tidak hanya dituntut patuh
terhadap peraturan yang berkaitan dengan tugasnya, tetapi juga harus dilandasi oleh satu
pertanggungjawaban kelak kepada Tuhannya di dalam pelaksanaan tugasnya. Hubungan antara
manusia dan Tuhan yang tercermin dalam sila pertama sesungguhnya dapat memberikan
rambu-rambu agar tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran, terutama ketika seseorang harus
melakukan korupsi atau penyelewengan harta negara lainnya dan perilaku negatif lainnya. Nilai
spiritual inilah yang tidak ada dalam doktrin good governance yang selama ini menjadi panduan
dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Nilai spiritual dalam Pancasila ini
sekaligus menjadi nilai yang seharusnya dapat teraktualisasi dalam tata kelola pemerintahan.
Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, nilai falsafah termanifestasikan di setiap proses
perumusan kebijakan dan implementasinya. Nilai Pancasila harus dipandang sebagai satu
kesatuan utuh di setiap praktik penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam memberikan
pelayanan lepada masyarakat agar tidak terjadi perlakuan yang sewenang dan diskriminatif.
Selain itu, nilai spiritualitas menjadi pemandu bagi penyelenggaraan pemerintahan agar tidak
melakukan aktivitas-aktivitas di luar kewenangan dan ketentuan yang sudah digariskan.
BAB 4
KETENTUAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIC
INDONESIA TAHUN 1945 YANG MENGATUR TENTANG WILAYAH,
NEGARA, WARGA NEGARA DAN PENDUDUK, ADAMA DAN
KEPERCAYAAN, SERTA PERTAHANAN DAN KEAMANAN

 Pengertian Wilayah Negara

Daerah atau lingkup yang menunjukan batas-batas suatu negara yang bersangkutan dapat
melaksanakan kekuasaannya, sehingga menjadi tempat berlindung bagi rakyat sekaligus sebagai
tempat bagi pemerintah untuk mengorganisir dan menyelenggarakan pemerintahannya.

Yang termasuk dalam wilayah negara meliputi: Daratan , Lautan , Udara & Ekstrateritorial

A . Pengertian Batasan Wilayah Daratan


Wilayah Daratan adalah wilayah atau daerah yang berupa daratan. Untuk menentukan batas daratan
dengan Negara lain pada umumnya ditentukan dengan suatu perjanjian. Batas-batas itu dapat berupa
seperti berikut:
a. Batas alamiah, yaitu batas suatu Negara dengan Negara lain yang secara alamiah, misalnya dalam
bentuk pegunungan, sungai, dan hutan.
b. Batas buatan, yaitu batas suatu Negara dengan Negara lain yang sengaja dibuat oleh manusia
dalam bentuk pagar tembok, kawat berduri, dan pos penjagaan.
c. Batas secara geografis, yaitu batas wilayah suatu Negara dengan Negara lain yang dapat
ditentukan berdasarkan letak geografis yang melalui garis lintang dan garis bujur. Misalnya, letak
Negara Indonesia secara geografis berada pada 6o LU – 11OLS, 95OBT – 141OBT.

B . Pengertian Batasan Wilayah Lautan


Lautan atau perairan territorial merupakan bagian wilayah dari suatu negara. Sehubungan dengan itu
terdapat dua konsepsi pokok tentang wilayah laut yaitu :
a. Res Nullius, menyatakan bahwa laut yang tidak ada pemiliknya dapat diambil dan dimiliki oleh
tiap-tiap negara.
b. Res Communis, menyatakan bahwa laut adalah milik bersama masyarakat dunia sehingga dapat
diambil atau dimiliki oleh tiap-tiap negara.
Menurut konsep umum, demi menunjang keselamatan negara, setiap negara berhak atas bagian
tertentu laut yang berbatasan dengan wilayah daratan negaranya sebagai bagian wilayah
teritorialnya. dalam hal ini, yang diberlakukan adalah semua ketentuan atau peraturan negaranya.
Batas laut territorial sesuai dengan Territoriale Zee en Maritim Kringen Ordonantie 1939. yaitu
lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis pantai terendah pada tiap-tiap pulau
Indonesia. Teori ini diajarkan oleh ahli hukum Belanda, yaitu Bynkershoek.
Pada zaman pemerintahan Hindi Belanda terdapat suatu konsepsi peraturan tentang wilayah laut
Indonesia, yaitu setiap pulau atau sekelompok pulau di Indonesia memilki wilayah laut tersendiri.
Peraturan ini mengakibatkan terpisahnya antar pulau dan sekelompok pulau yang satu dengan yang
lain. Secara geografis, hal tersebut tidak mendukung asas “Negara keastuan” seperti yang dimaksud
dalam pasal 1 UUD 1945, stelah merdeka dan berdaulat penuh, Indonesia mempunyai hak mengatur
segala sesuatu yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan negara. Langkah selanjutnya, pada
tanggal 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia megumumkan Deklarasi Djuanda yang
menetapkan lebar laut wilayah Indonesia 12 mil diukur dari garis pantai. Konsep ini kemudian
menjadi pangkal tolak terwujudnya konsep Wawasan Nusantara.
Pada saat ini, penentuan batas wilayah laut telah memilki dasar hokum, yaitu menurut Konfrensi
Hukum Laut Internasional III tahun 1982 yang diprakarsai oleh PBB atau United Nation Conference
On The Law Of The Sea (UNCLOS) di Jamaica.

Penentuan batas-batas laut dapat kita ketahui dalam bentuk traktat multilateral sebagai berikut.
a. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
ZEE merupakan wilayah laut dari suatu negara yang batsnya 200 mil laut dari garis pantai. Dalam
wilayah itu, Negara mempunyai hak untuk meggali kekayaan alam dan melakukan kegiatan
ekonomi. negara lain bebas berlayar dan melakukan penerbangan di atas wilayah itu serta bebas
memasang kabel dan pipa di bawah lautan tersebut. negara pantai yang bersangkutan berhak
menagkap nelayan asing yang ketahuan menangkap ikan dalam ZEE-nya.
b. Batas Laut Teritorial
Tiap-tiap negara mempunyai kekuasaan terhadap laut territorial hingga 12 mil dari garis pantai.
c. Batas Zona Bersebelahan
Penentuan batas zona bersebelahan adalah sejauh 12 mil laut di luar batas laut territorial atau 24 mil
lautdari garis pantai. Dalam wilayah ini, negara dapat menindak pihak-pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang imigrasi, fiscal, dan bea cukai.
d. Batas Landasan Benua
Batas landas benua yaitu sejauh lebih dari 200 mil laut. Dalam wilayah ini, negara dapat melakukan
eksplotasi dari ekplorasi dengan kewajiban membagi keuntungan dengan masyarakat Internasional.

C . Pengertian Batasan Wilayah Udara


Wilayah udara meliputi daerah yang berada di atas wilayah negara atau di atas wilayah darat dan
wilayah laut teritorial suatu negara. Di forum internasional belum ada kesepakatan tentang
kedaulatan suatu negara atas wilayah udara. Dalam pasal 1 Konvensi Paris 1919 yang telah diganti
dengan Konvensi Chicago 1944 dinyatakan, bahwa setiap negara mempunyai kedaulatan utuh dan
eksklusif di wilayah udaranya.
Ada beberapa teori tentang batas wilayah udara sebagai berikut.
a. Teori Negara Berdaulat di Udara
1) Teori Pengawasan
Kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan negara dalam mengawasi ruang udara di atas
wilayahnya. Teori ini dikemukakan oleh Cooper (1951).
2) Teori Udara
Wilayah udara meliputi suatu ketinggian dari kemampuan udara untuk mengangkat
(mengapungkan) balon pesawat udara.
3) Teori Keamanan
Negara mempunyai kedaulatan terhadap udaranya, termasuk untuk menjaga keamanannya. Teori ini
dikemukakan oleh Fauchilli (1901) yang menentukan ketinggian wilayah udara 1.500 m. akan
tetapi, pada tahun 1910 ketinggian tersebut diturunkan menjadi 500 m.
b. Teori Udara Bebas
1) Kebebasan Udara Terbatas
a) Untuk memelihara keamanan dan keselamatan, setiap negara berhak mengambil suatu tindakan
tertentu.
b) Negara hanya mempunyai hak sebatas wilayah teritorialnya.
2) Kebebasan Ruang Udara Tanpa Batas
Tidak ada Negara yang mempunyai hak dan kedaulatan di ruang udara sehingga ruang udara itu
bebas dan dapat dipergunakan oleh siapapun

D . Pengertian Batasan Extratoritorial


Daerah ektrateritorial adalah daerah yang menurut kebiasaan internasional diakui sebagai daerah
kekuasaan suatu negara, meskipun daerah itu berada di wilayah kekuasaan negara lain. Daerah
ekstrateritorial meliputi :
a. Kapal yang Berlayar di bawah Bendera suatu Negara
Kapal yang berlayar dengan menggunakan bendera suatu negara dianggap sebagai wilayah negara
yang benderanya dikibarkan, baik ketika kapal itu sedang berlayar di laut lepas atau berada di
wilayah negara lain.
b. Kedutaan atau Perwakilan Tetap di wilayah Negara Lain
Di wilayah ini diberlakukan larangan terhadap alat negara, misalnya polisi atau pejabat kehakiman
yang memasuki suatu negara tanpa izin dari kedutaan. Setiap ada perwakilan diplomatic disuatu
negara, pasti terdapat daerah eksteritorial. Hal ini didasarkan pada hukum internasional hasil
Kongres Wina tahun 1815 dan Kongres Aachen tahun 1818.
5. Batas Wilayah Negara
Batas wilayah negara meliputi wilayah darat, laut, dan udara. Pada umumnya batas wilayah negara
dibuat dalam bentuk perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral. Batas antara satu negara dengan
negara yang lain biasanya berupa :
a. Batas alam : sungai, danau, pegunungan, atau lembah;
b. Batas buatan : pagar kawat berduri, pagar tembok, dan tiang-tiang tembok; serta
c. Batas menurut geofisika : garis lintang dan garis bujur.
Maksud adanya penentuan batas wilayah negara yaitu agar setiap negara mengetahui kejelasan batas
wilayah kedaulatannya. Penentuan batas wilayah negara sangat penting bagi keamanan dan
kedaulatan suatu negara. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan kekayaan alam dan penyelenggaraan
pemerintahan, serta kejelasan status orang – orang yang berada dalam negara tersebut
Warga Negara

 Pengertian Warga Negara

Menurut UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia: Warga negara
adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Warga
negara Indonesia adalah setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan peraturan pemerintah RI dengan negara lain sebelum undang-undang ini berlaku (UU
Nomor 12 /2006) sudah menjadi warga negara Indonesia.
 Pengertian Penduduk

Mereka-mereka yang memang berdomisili atau bertempat tinggal (punya alamat di Indonesia).
 Ketentaun Hukum/Pasal yang Mengatur Warga Negara
 UUD 1945 perubahan keempat pada Pasal 26.
 Pasal 4 UU No.12 tahun 2006, tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
 Penentuan Status Kewargaraan
 Ius Soli. Contoh: Negara Amerika
 Ius Sanguinis. Contoh: Negara Eropa dan Asia
 Stelsel Aktif = hak opsi
 Stelsel pasif = hak repudiasi
 Pewarganegaraan

Tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
permohonan.
 Berdasarkan ketentuan UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia.
 Kedudukan Warga Negara

Pasal 26 (1) UU NRI Tahun 1945:


“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tiada ada kecualinya.”
Menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama dalam bidang
hukum maupun pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Agama dan Kepercayaan


 Pengertian Agama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
 Ketentuan/Pasal tentang Agama dan Kepercayaan
 Ketentuan tentang agama dan kepercayaan diatur dalam UUD NRI 1945 yang bunyinya
sebagai berikut:
 Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 29 (1) )
 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. (Pasal 29(2))
 Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pengajaran,
pekerjaan, kewarganegaraan tempat tinggal wilayah negara dan meninggalkannya, serta
berhak kembali. (Pasal 28E (1))
 Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, sikap,
sesuai hati nuraninya . (Pasal 28E (2))

Pertahanan dan Keamanan


 Pengertian Pertahanan dan Keamanan

UU Nomor 3 Tahun 2002, pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan
kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara Kesataun Republik Indonesia, dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Buku putih tannas , pertahanan negara pada hakikatnya merupakan segala upaya pertahanan bersifat
semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh
warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bangsa dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Kesempatan mengandung makna
pelibatan seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasioal, sarana dan prasarana nasional, serta
seluruh wilayah Negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh.
 Ciri pertahanan negara yang bersifat negara:
 Kerakyatan mengandung makna bahwa orientasi pertahanan diabdikan oleh dan untuk
kepentingan seluruh rakyat.
 Kesemestaan mengandung makna bahwa seluruh sumber daya nasional didayaguanakan bagi
upaya pertahanan.
 Kewilayahan merupakan gelar kekuatan pertahanan yang tersebar di seluruh wilayah NKRI
sesuai dengan kondisi geografi sebagai satu kesatuan pertahanan.

 Ketentuan/Pasal tentang Pertahanan dan Keamanan Negara

Diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 30 ayat 1-5.


 Ayat (1) menyebutkan tentang hak dan kewajiban tiap warga negara ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
 Ayat (2) menyebutkan usaha pertahanan dan keamanan rakyat.
 Ayat (3) menyebutkan tugas TNI sebagai “mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara.”
 Ayat (4) menyebutkan tugas Polri sebagai “melindungi, mengayomi, melayani masyarakat
dan menegakkan hukum.”
 Ayat (5) menggariskan, susunan dan kedudukan, hubungan kewarganegaraan TNI dan Polri
dalam menjalankan tugas, serta hal-hal lain yang terkait dengan pertahanan dan keamanan,
diatur dengan undang-undang (UU).
 Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2002 dikemukakan bahwa sistem pertahanan Negara
adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga Negara, wilayah,
dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara total, terpadu, terarah, serta
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman.

Dikemukakan juga bahwa penyelenggaraan pertahanan negara adalah segala kegiatan untuk
melaksanakan kebijakan pertahanan negara dengan komponen utamanya Tentara Nasional
Indonesia, dibantu komponen cadangan dan komponen pendukung dengan cara memanfaatkan
sumber daya nasional yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
buatan.
BAB 5
SISTEM POLITIK DI INDONESIA

A. Pengertian sistem Politik


1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Pada
awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam Negara/kehidupan
Negara
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar
dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada dasarnya
menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut
kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat
dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan
bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
3. Pengertian Sistem Politik
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang
membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan
serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau
kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan
menunjukkan suatu proses yang langggeng

4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia


Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai
kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses
penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan
penyusunan skala prioritasnya. Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut
di dalam konstitusi negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam
Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang
dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga
memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini
yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga
tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil
Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini
yang akan membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi
Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan
infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya.
Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan keputusan. Dengan adanya
partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah sesuai dengan aspirasi
dan kehendak rakyat.

A. Sejarah Sistem Politik di Indonesia


Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya.
Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi
diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat
interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik
merupakan sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki
tantangan dan tekanan.
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja
seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan
melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus
dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan
pengambilan keputusan.
Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah
kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai
keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik
zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19
melihat prestasi politik diukur dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli
politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh
lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional.
Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik
bisa dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proses mengkonversi input
menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara
maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika
datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah
berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian
rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang diharuskan
dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai
pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku
individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering
memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka kemudian
regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.
4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif
membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang dibuat
pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output, output
berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi
masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif. kapabilitas dalam
negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang
mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas ekstraktif
berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara kaya
atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada negara-
negara berkembang.

B. Peran Serta Masyarakat Dalam Sistem Politik


Dilihat dari perkembangan sejarah, demokrasi Indonesia dibedakan dalam beberapa
masa, yaitu Masa Republik Indonesia I, Masa Republik Indonesia II, Masa Republik Indonesia
III.
1. Masa Republik Indonesia I
Pada masa RI I masa demokrasi konstitusional menonjolkan peranan parlemen dan
partai-partai politik sehingga disebut demokrasi parlementer.
2. Masa Republik Indonesia II
Pada masa RI II lebih dikenal dengan masa demokrasi terpimpin. Pada masa ini pula
beberapa aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional secara moral sebagai
landasannya. Selain itu telah menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat dalam
pelakasanaannya.
3. Masa Republik Indonesia III
Pada masa RI III demokrasi Pancasila mucnul sebagai demokrasi konstitusional dengan
menonjolkan sistem presidensil. Dengan demikian peranan eksekutif terutama pada masa
orde baru sangat dominan dalam menjalankan dan mengendalikan jalannya pemerintahan.
Demokrasi Pancasila pada masa reformasi secara formal menunjukkan sistem
presidensiil. Namun, peranan legislatif cukup menonjol dalam menjalankan dan
mengendalikan jalannya roda pemerintahan. Untuk itu kita harus dapat memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa sehingga pembangunan nasional yang telah berlanjut tetap
dapat dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan nasional.
Perlu disadari abhwa di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat aneka ragam
kepentingan dan pendapat yang berbeda. Segala sesuatunya harus dapat diselesaikan sesuai
dengan tatanan masyarakat, termasuk wadah berupa kelembagaan-kelembagaan negara.
Dalam hal ini, antara lain lembaga perwakilan rakyat merupakan lembaga yang dapat
menyalurkan kepentingan dan pendapat rakyat yang beraneka ragam.
Karena itu bangsa Indonesia hendaknya dpaat bersikap positif dalam pengembangan
demokrasi Pancasila antar alain sebagai berikut :
a. Menggunakan hak pilihnya (hak memilih dan dipilih)
b. Ikut melaksanakan pemilu secara langsung.
c. Musyawarah mufakat.
d. Mengakui dan menghormati hak asasi manusia termasuk kebebasan beragama.
e. Menjunjung tinggi hukum yang sedang berlaku.

Bentuk perwujudan hak dan wewenang warga Indonesia dalam demokrasi Pancasila, antara lain
sebagai berikut :
a. Menadi anggota / pengurus ormas atau orpol sesuai dengan pasal 28 UUD 1945.
b. Memperoleh pendidikand an ikut menangani serta mengembangkan pendidikan sesuai
dengan pasal 31 UUD 1945.
c. Ikut aktif dalam kegiatan koperasi dan kegiatan ekonomi sesuai dengan pasal 33 UUD
1945.
B. Dengan demikian setiap warga negara Indonesia harus ikut bertanggung jawab dalam
pelaksanaan dan pengembangan demokrasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
C. Proses Politik Di Indonesia
Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari masa-masa
berikut ini:
- Masa prakolonial
- Masa kolonial (penjajahan)
- Masa Demokrasi Liberal
- Masa Demokrasi terpimpin
- Masa Demokrasi Pancasila
- Masa Reformasi
Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :
- Penyaluran tuntutan
- Pemeliharaan nilai
- Kapabilitas
- Integrasi vertical
- Integrasi horizontal
- Gaya politik
- Kepemimpinan
- Partisipasi massa
- Keterlibatan militer
- Aparat Negara
- Stabilitas
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :

1. Masa prakolonial (Kerajaan)


- Penyaluran tuntutan : rendah dan terpenuhi
- Pemeliharaan nilai : disesuikan dengan penguasa
- Kapabilitas : SDA melimpah
- Integrasi vertikal : atas bawah
- Integrasi horizontal : nampak hanya sesama penguasa kerajaan
- Gaya politik : kerajaan
- Kepemimpinan : raja, pangeran dan keluarga kerajaan
- Partisipasi massa : sangat rendah
- Keterlibatan militer : sangat kuat karena berkaitan dengan perang
- Aparat negara : loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
- Stabilitas : stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa kolonial (penjajahan)
- Penyaluran tuntutan : rendah dan tidak terpenuhi
- Pemeliharaan nilai : sering terjadi pelanggaran ham
- Kapabilitas : melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
- Integrasi vertikal : atas bawah tidak harmonis
- Integrasi horizontal : harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi
- Gaya politik : penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)
- Kepemimpinan : dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat
- Partisipasi massa : sangat rendah bahkan tidak ada
- Keterlibatan militer : sangat besar
- Aparat negara : loyal kepada penjajah
- Stabilitas : stabil tapi dalam kondisi mudah pecah
3. Masa Demokrasi Liberal
- Penyaluran tuntutan : tinggi tapi sistem belum memadani
- Pemeliharaan nilai : penghargaan HAM tinggi
- Kapabilitas : baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial
- Integrasi vertikal : dua arah, atas bawah dan bawah atas
- Integrasi horizontal : disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator
- Gaya politik : ideologis
- Kepemimpinan : angkatan sumpah pemuda tahun 1928
- Partisipasi massa : sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
- Keterlibatan militer : militer dikuasai oleh sipil
- Aparat negara : loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
- Stabilitas : instabilitas
4. Masa Demokrasi terpimpin
- Penyaluran tuntutan : tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
- Pemeliharaan nilai : Penghormatan HAM rendah
- Kapabilitas : abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
- Integrasi vertikal : atas bawah
- Integrasi horizontal : berperan solidarity makers,
- Gaya politik : ideolog, nasakom
- Kepemimpinan : tokoh kharismatik dan paternalistik
- Partisipasi massa : dibatasi
- Keterlibatan militer : militer masuk ke pemerintahan
- Aparat negara : loyal kepada negara
- Stabilitas : stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
- Penyaluran tuntutan : awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi
- Pemeliharaan nilai : terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
- Kapabilitas : sistem terbuka
- Integrasi vertikal : atas bawah
- Integrasi horizontal : nampak
- Gaya politik : intelek, pragmatik, konsep pembangunan
- Kepemimpinan : teknokrat dan ABRI
- Partisipasi massa : awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
- Keterlibatan militer : merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
- Aparat negara : loyal kepada pemerintah (Golkar)
- Stabilitas : stabil

6. Masa Reformasi
- Penyaluran tuntutan : tinggi dan terpenuhi
- Pemeliharaan nilai : Penghormatan HAM tinggi
- Kapabilitas : disesuaikan dengan Otonomi daerah
- Integrasi vertikal : dua arah, atas bawah dan bawah atas
- Integrasi horizontal : nampak, muncul kebebasan (euforia)
- Gaya politik : pragmatik
- Kepemimpinan : sipil, purnawiranan, politisi
- Partisipasi massa : tinggi
- Keterlibatan militer : dibatasi
- Aparat negara : harus loyal kepada negara bukan pemerintah
- Stabilitas : instabil
MODUL
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KELAS X
SEMESTER GANJIL
SMK NEGERI 1 TEJAKULA

Anda mungkin juga menyukai