Anda di halaman 1dari 7

Laporan Tugas Mandiri Pekan 1

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi

Nama : Kautsara Afifah Rabbani


NPM : 2206032721

A. BAB I
Secara konseptual, bangsa sendiri mengacu pada sekelompok orang yang
memiliki darah, adat istiadat, bahasa, sejarah, dan otonomi yang sama, seperti
indonesia, India, dan negara-negara lain. Menurut Kamus Istilah Antropologi, bangsa
berarti sekelompok manusia dalam pengertian umum yang biasanya diikat oleh satu
kesatuan bahasa dan budaya, hal ini biasanya menempati suatu wilayah tertentu di
muka bumi.
Terkait dengan pemahaman konsep suku bangsa, menurut Koentjaraningrat,
setiap kebudayaan yang hidup dalam masyarakat yang ada baik berupa masyarakat
desa, kota, kelompok kekerabatan atau kelompok adat lainnya menampilkan ciri khas
tertentu yang terutama dilihat oleh orang luar tentang anggota masyarakat.
Dua konsep yang terkait dengan kesatuan-kesatuan sosial atau unsur-unsur
masyarakat adalah golongan sosial dan kelompok sosial. Sebagai contoh golongan
sosial, suku bangsa merupakan kelompok manusia yang merasa terhubung melalui
identitas dan kesadaran tentang "kesatuan kebudayaan". Individu maupun kelompok
dapat mewujudkan suku bangsa sebagai keluarga, komunitas, masyarakat, atau
perkumpulan. Sebagai sebuah kelompok, suku bangsa memiliki ciri-ciri seperti
kemampuan biologis untuk berkembang biak dan adat istiadat dalam keluarga,
kebudayaan bersama sebagai pedoman hidup yang berbeda dengan kelompok suku
bangsa lain, dan keanggotaan yang ditentukan secara askriptif.
Sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat, setiap individu memiliki lebih
dari satu identitas diri. Sebagai warga negara Indonesia, identitas individu juga
mencakup identitas sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia
terdiri dari beragam suku bangsa yang bersatu, penting untuk memahami suku-suku
bangsa tersebut. Hal ini diperlukan untuk memperkuat identitas nasional Indonesia.
Agar interaksi antarsuku bangsa dapat dilakukan dengan baik, penting untuk
mempertahankan jati diri keIndonesiaan. Indonesia dikenal sebagai masyarakat
majemuk, yang artinya memiliki keberagaman pola-pola kebudayaan. Setiap suku
bangsa di Indonesia, seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, Aceh, dan lain-lain,
memiliki ciri khas masing-masing. Menurut Suparlan, Indonesia menjadi masyarakat
majemuk karena mengenal tiga sistem acuan atau pedoman dalam kehidupan
warganya, yaitu sistem nasional, sistem suku bangsa, dan sistem tempat umum.
Namun, keberagaman ini juga memiliki potensi untuk menimbulkan konflik atau
disintegrasi dalam masyarakat, terutama saat anggota masyarakat dari berbagai suku
berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengembangkan
integrasi dalam masyarakat guna mengatasi potensi konflik. Bangsa Indonesia
memiliki semangat kebangsaan yang kuat, yang dapat digunakan sebagai perekat atau
pemersatu bangsa. Semangat ini didukung oleh latar belakang sejarah bangsa,
Pancasila dan UUD 1945, simbol-simbol atau lambang persatuan bangsa, serta
kebudayaan nasional.
Sebuah negara dapat disebut negara ketika memiliki keempat syarat yang
merupakan merupakan hasil konvensi negara-negara Pan Americana di Montevideo,
Uruguay, tahun 1933.
1. Penduduk (rakyat, penghuni tetap, dan warga negara). Rakyat merupakan
penduduk atau semua orang yang bertujuan menetap dalam wilayah tertentu
untuk jangka waktu lama. Rakyat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
penghuni tetap maupun berpindah-pindah dalam wilayah tersebut dan warga
negara dan warga negara asing.
2. Wilayah atau lingkungan kekuasaan pemerintah. Wilayah atau lingkungan
kekuasaan pemerintah meliputi darat, laut, udara, dan ekstrateritorial.
Penentuan wilayah udara mengacu pada konvensi Paris yang ditanda tangani
pada 23 Oktober 1919. Konvensi tersebut memutuskan bahwa setiap negara
mempunyai kedaulatan penuh dan eksklusif atas ruang udara yang terdapat di
atas wilayahnya. Tujuannya adalah agar setiap negara memiliki kedaulatan di
atas wilayahnya.
3. Penguasa yang berdaulat (membedakan organisasi pemerintah dengan
organisasi sosial). Adapun lembaga-lembaga negara secara horizontal menurut
fungsinya sebagaimana dinyatakan dalam doktrin Trias Politica. Doktrin itu
membagi kekuasaan negara ke dalam tiga bagian, yaitu legislatif (kekuasaan
membuat undang-undang), eksekutif (kekuasaan melaksanakan
undang-undang), dan yudikatif (kekuasaan mengawasi pelaksanaan
undang-undang atau kekuasaan mengadili pelanggaran undang-undang).
4. Pengakuan kedaulatan dari negara lain. Di samping keempat syarat tersebut
dapat ditambahkan lagi satu aspek, yaitu adanya konstitusi dalam negara
bersangkutan. Pengakuan kedaulatan dibedakan dengan status de facto
berdasarkan fakta yang ada dan de jure berdasarkan hukum.
Selain keempat syarat diatas, Ada beberapa syarat lain yang ditambahkan
seiiring berjalannya waktu, yaitu
1. Konstitusi. Persayaratan lain suatu negara modern menurut Prof. Dr. Sri
Soemantri (Ditjen Dikti, 2001: 36) adalah adanya konstitusi. Konstitusi adalah
pengaturan dasar pembentukan suatu negara.
2. Tujuan. Rumusan tujuan merupakan pedoman untuk mencapai cita-cita
nasional.
3. Geopolitik dan geostrategis. Konsep wawasan kebangsaan tentang wilayah ini
sangat diperlukan dalam pengelolaan negara. Friedrich Ratzel mengatakan
bahwa terbentuknya negara ibarat pertumbuhan makhluk hidup yang
membutuhkan ruang untuk pertumbuhannya. Geopolitik meliputi pula
masalah yang berkaitan peta bumi ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan
negara. Konsep geostrategi merupakan pelaksaan dari geopolitik.
B. BAB II
Wujud Formal Negara Indonesia

Penduduk Setelah proklamasi kemerdekaan berbagai penduduk yang berada di


Indonesia sebelum tanggal 17 Agustus 1945 diakomodasi sebagai
warga negara Indonesia.

Wilayah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditentukan oleh


BPUPKI adalah wilayah eks Hindia Belanda. Negara Indonesia
merupakan negara yang terdiri atas pulau-pulau sebagai satu keastuan;
wilayah itu sepertiganya merupakan daratan dan dua pertiganya
lautan.
Pemerintah Badan eksekutif atau Pemerintah adalah organisasi yang berwenang
merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat
bagi seluruh penduduk dalam suatu wilayah. Badan Yudikatif
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakan hukum dan keadilan. Badan Legislatif
adalah badan yang membuat undang-undang.

Pengakuan dari Mesir merupakan negara asing pertama yang mengakui kemerdekaan
negara lain dan kedaulatan Republik Indonesia. Pengakuan de facto itu dilakukan
pada tanggal 22 Maret 1946

Konstitusi Konstitusi NKRI yakni Undang-Undang Dasar (asli) terdiri atas tiga
bagian, yaitu (1) Pembukaan, (2) Batang Tubuh, dan (3) Penjelasan.

Tujuan 1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah


darah Indonesia;
2. Untuk memajukan kesejahteraan umun;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Geopolitik dan Geopolitik Indonesia disebut Wawasan Nusantara. Wawasan


Geostrategis Nusantara didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia tentang dirinya yang bhineka, dan lingkungan geografisnya
yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Konsep geostrategi yang disebut Ketahanan Nasional.

C. BAB III
Kelahiran Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia juga memiliki proses yang
panjang. Pancasila berasal dari nilai-nilai luhur bangsa yang majemuk. Oleh karena itu, nilai
Pancasila menjadi dasar nilai yang mempersatukan kemajemukan tersebut. Pembentukan
Pancasila diawali dari proses pergerakan perjuangan bangsa Indonesia. Persatuan nasional
adalah pengikatan bersama ragam ideologi dan identitas untuk melawan penjajah. Solidaritas
merupakan sikap menghapuskan perbedaan-perbedaan dalam bangsa Indonesia dan
mengedepankan persoalan yang terjadi akibat penjajahan. Banyak tokoh perjuangan yang
memberikan pandangan pandangannya berkaitan dengan pembentukan ideologi bangsa,
seperti. Oleh sebab itu, lahirlah Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 berdasarkan hasil
Kongres Pemuda Indonesia. Pandangan tokoh-tokoh bangsa tersebut mewarnai dan
memberikan masukan berharga dalam proses atau tahap perumusan ideologi bangsa yang
berkaitan dengan upaya untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, perumusan
dasar negara Indonesia tersebut mulai dibicarakan dalam persidangan pertama Badan
Penyelidik Usaha Kemerdekaan (BPUPK) dari tanggal 29 Mei s.d. 1 Juni 1945.
Pandangan-pandangan tersebut memberikan masukan bagi pidato Soekarno pada tanggal 1
Juni 1945. Inti Pancasila pada pidato tersebut adalah 1) kebangsaan Indonesia; 2)
internasionalisme atau perikemanusiaan; 3) mufakat atau demokrasi; 4) kesejahteraan sosial;
dan 5) ketuhanan yang berkebudayaan. Hal ini mendasari penetapan tanggal 1 Juni 1945
sebagai hari Kelahiran Pancasila. Namun demikian, sebagai dasar negara, persetujuan
kolektif Pancasila baru didapat setelah melalui perumusan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945,
dan perumusan final serta pengesahannya secara konstitusional dilaksanakan pada tanggal 18
Agustus 1945. Butir-butir Pancasila yang disahkan sebagai dasar negara adalah 1) Ketuhanan
yang Maha Esa; 2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4)
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan; dan 5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sebagai bangsa yang majemuk, untuk menumbuhkan rasa kebangsaan pada bangsa
Indonesia, dibutuhkan ikatan lain di samping ikatan-ikatan primordial yang sudah ada dari
suku-suku bangsa di Indonesia. Dalam hal ini, para pendiri bangsa mencetuskan gagasan
perlunya pengkristalan nilai- nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sebagai norma dasar atau
ideologi bangsa yang dapat menimbulkan rasa persatuan itu, yaitu Pancasila (Tajfel, 1974:
84). Sebagai norma dasar yang berasal dari nilai-nilai luhur budaya bangsa, Pancasila
merupakan pedoman hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nilai- nilai Pancasila yang
bersifat umum tersebut perlu ditelaah untuk diimplementasikan dalam kehidupan seluruh
rakyat Indonesia. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila juga merupakan fondasi dari
pembentukan karakter bangsa Indonesia. 215 Karakter adalah segi-segi kepribadian yang
ditampilkan keluar dari dalam diri dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu (Allport,
1937 dalam Takwin, 2011: 117). Merujuk pada definisi tersebut, karakter dapat dipengaruhi
setidaknya oleh dua faktor, yaitu nilai dan norma. Kedua faktor ini secara alami ada di
lingkungan sosial dari individu. Secara khusus, dalam konteks bermasyarakat dan bernegara
di Indonesia, nilai yang menjadi rujukan adalah nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga dan didukung oleh masyarakat karena
memberikan arah dalam mengambil keputusan dan melakukan berbagai aktivitas. Nilai-nilai
yang dianut oleh seorang individu mengarah pada perilaku yang ditampilkannya dalam
berbagai situasi. Kebhinekaan yang ada pada bangsa Indonesia yang majemuk perlu
diapresiasi dan dihormati dalam bentuk toleransi yang cukup tinggi. Nilai-nilai yang ada
dalam Pancasila seperti nilai ketuhanan,kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan
sosial semuanya menekankan toleransi. Nilai-nilai Pancasila juga saling terkait secara positif,
sehingga saling menguatkan saling pengertian.Nilai-nilai Pancasila yang dikenal selama ini
adalah yang tertulis dalam butir-butir Pancasila. Menurut Somantri,nilai-nilai Pancasila tidak
dapat dipisahkan. Nilai pertama dari Pancasila adalah ketuhanan. Nilai inti ini mengacu pada
kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan mengikuti perintah-perintah-Nya tanpa
mencampuri (terutama) urusan agama lain. Dalam sejarah bangsa Indonesia, ketika Kerajaan
Majapahit Memerintah kerajaannya, Raja Hayam Wuruk memerintahkan para pejabat urusan
agama untuk mengaturdengan baik pelaksanaan dua agama utama yang berdampingan, yaitu
Hindu dan Budha. Ini adalah contoh bagaimana toleransi beragama dipahami di Indonesia
berabad-abad yang lalu. Sila nilai kedua Pancasila adalah pengakuan persamaan hak dan
kewajiban, kasih sayang terhadap sesama,dan membina hubungan dengan bangsa lain
berdasarkan rasa saling menghormati. Cerminan Perilaku tingkat kedua sebagai bangsa
adalah pengakuan terhadap bangsa lain yang memproklamirkan diri merdeka dan berdaulat
menurut tata cara yang telah ditetapkan. Ketika suatubangsa dijajah, rakyat Indonesia
menolaknya. Di sisi lain, nilai ini dapat diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari dalam
keberanian untuk mengatakan sesuatu di tengah situasi yang kurang selaras. Sebagai contoh,
kita melihat dalam kehidupan sehari-hari para perokok mengabaikan hak-hak dasar sesama
manusia. Nilai ketiga Pancasila bertujuan untuk mendahulukan kepentingan bangsa diatas
diri/kelompok, cinta tanah air dan bangsa, serta mengembangkan rasa persatuan bangsa.
Untuk Mengimplementasikan nilai-nilai tersebut secara konkrit dalam masyarakat, berbagai
perilaku dapat dilakukan. Misalnya guru berjuang untuk mengajar siswa di daerah terpencil
di Indonesia. Pada nilai keempat, Pancasila menghadirkan pokok bahasan demokrasi. Pada
hakekatnya, demokrasi menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan penuh atas dirinya
sendiri. Masyarakat Indonesia mengenal model demokrasi yang ada di masyarakat jauh
sebelum kemerdekaan. Sebagai contoh, pulau-pulau di nusantara memiliki mekanisme
musyawarah desa dalam masyarakat yang berbeda-beda. Sudah ada upaya sebelumnya untuk
mewujudkan nilai kelima Pancasila sebagai bangsa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari,
kita sering mendengar kata gotong-royong, yaitu membantu pihak lain dengan sopan
meminta untuk menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama, termasuk dengan
warga lainnya. Oleh Karena itu, hak untuk mengakses air sejalan dengan kewajiban untuk
melindungi sumber dan saluran air pertanian.

Anda mungkin juga menyukai