Anda di halaman 1dari 21

Negara dan konstitusi adalah dwitunggal.

Jika diibaratkan bangunan, negara sebagai pilar-pilar atau


tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap
negara mempunyai konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan
optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak bisa dipandang
sebelah mata.

A. Eksitensi Negara

1. Pengertian Negara

Dalam Insiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman dalam mengatur kehidupan
penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup berbagai kehidupan. Dasar Negara yang di
gunakan di Indonesia adalah Pancasila, nilai-nilai luhur yang terkandung. Pancasila telah ada dalam
kalbu bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka.

Secara historis pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat
ini. Pengertian tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf Yunani Kuno, para ahli
abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa pendapat tersebut antara lain:

a. Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan kumpulan keluarga
yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan berkecukupan.

b. Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata dengan baik dari beberapa
keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan berdaulat.

c. Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007), negara adalah alat
atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.

Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara adalah asosiasa yang menyelenggarakan


penertiban dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum diselenggarakan oleh pemerintah diberi
kekuasaan memeksa.

Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah
pejabat dan berhasil menuntut dari warganya untuk ketaatan melalui kekuasaan yang sah.

2. Teori Terjadinya Negara


a) Teori Teokrasi

Menurut teori ini, negara berdasarkan kehendak Tuhan. Paham ini muncul bahwa keyakinan keagamaan
bahwa Tuanlah maha pencipta di langit dan bumi, pemegang kekuasaan tertinggi, tiada kekuasaan di
dunia ini yang tidak berasal dari tuhan, termasuk negara. Penganut teori ini Thomas Aquinas, Agustinus,
FJ. Sthal, maupun Hegel.

b) Teori Organik

ADVERTISEMENT

REPORT THIS AD

Teori ini pertama kali diperkenalakan oleh Plato bahwa negara organic bukanlah rakyat semata yang
menjadi badan politik, juga bukan orang yang tinggal di wilayah geografis saja, tapi negara harus ada
ikatan yang muncul yaitu keadilan. Negara muncul karena ada kebutuhan yang sangat banyak dan
beragam.

c) Teori Perjanjian

Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu Negara karena adanya perjanjian masyarakt.

d) Teori Kekuasaan

Menurut teori kekuasan, siapa yang berkemampuan untuk memiliki kekuasaan atau berhasil mencapai
kekuasaan, selayaknya memegangg pucuk pemerintahan.

e) Teori Kedaulatan
Teori kedaulatan rakyat memandang keberadaan Negara karena adanya kekuasaan tertinggi yang
mampu mengatur kehidupan bersama masyarakat (negara).

3. Bentuk Negara

Negara Kesatuan (unitaris)

Negara kesatuan adalah Negara yang tersusun tunggal, Negara yang hanya berdiri satu Negara saja,
tidak terdapat Negara dalam suatu Negara.

Dalam pelaksanaan pemerintah derah di nrgara kesatuan dapat di laksanakan dengan dua alternative
system, yaitu:

Sistem desantralisasi, dimana daerah-daerah diberikan keleluasaan dan kekuasaan untuk mengurus
rumah tangganya sendiri (otonomi)

Sistem sentralisasi: dimana segala sesuatu urusan dalam Negara tersebut langsung diatur an di urus oleh
pemerintah pusat, termasuk segala hal yang menyangkut pemerintahan dan kekuasaan di daerah.

b. Negara Serikat (federasi)

Negara serikat adalah Negara yang merupakan gabungan dari beberapa, kemudian menjadi negara-
negara bagian dari pada suatu Negara serkat.

B. Negara Indonesia

Berdasarkan berbagai teori terjadinya negara, kedaulatan Negara, serta bentuk dan tujuan Negara,
maka Negara Indoneia yang di proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, dapat dijelaskan secara teoristis
sebagai berikut:

1. Lahirnya Negara Indonesia


Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang melahirkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan RI bukanlah merupakan tujuan terakhir
perjuangan bangsa Indonesia, melainkan merupakan alat untuk melanjutkan perjuangan bangsa
Indonesia mencapai cita-cita, membentuk masyarakat adil makmur, aman sentosa berlandaskan
pancasila.

Meskipun ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk negara, hampir semua negara memiliki
kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentunya negara serta susunan negara, setiap
negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing-masing. Demikian pula negara-negara lain
di dunia tumbuh dan berkembang dengan ciri khas dan sejarahnya masing-masing.

Demikian pula bangsa dan Negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan dilatar belakangi oleh
kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda serta Jepang. Oleh karena itu
bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya kesatuan nasib, yaitu
bersama-sama dalam penderitaan di bawah penjajahan bangsa asing serta berjuang merebut
kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang
membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang budaya seperti bahasa, adat
kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya. Oleh karena itu terbentuknya bangsa dan negara Indonesia
melalui suatu proses yang cukup panjang. Sejak masa sebelum bangsa asing menjajah Indonesia, seperti
masa kejayaan kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya. Kemudian datanglah
bangsa asing ke Indonesia maka bangsa Indonesia saat itu bertekad untuk membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara melalui Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928. Isi sumpah itu merupakan suatu tekad untuk mewujudkan unsur-unsur negara yaitu satu
nusa (wilayah) negara, satu bangsa (rakyat), dan satu bahasa, sebagai bahasa pengikat dan komunikasi
antar warga negara, dan dengan sendirinya setelah kemerdekaan kemudian dibentuklah suatu
pemerintahan negara.

Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung di dalam Pembukaan UUD
1945. Kita dapat mempelajari serta menelaah dokumen kenegaraan Indonesia, diantaranya adalah
Pembukaan UUD 1945 terutama pada alenea satu sampai tiga yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Alinea I, menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya negara dan bengsa Indonesia, yaitu tentang
kemerdekaan adalah hak kodrat segala bangsa di dunia yang sadar dan bangkit melawan penjajah, dan
penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu harus
dihapuskan. Alinea ke II menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan, alinea III menjelaskan tentang kedudukan kodrat manusia Indonesia
sebagai bangsa yang religious yang kemudian pernyataan kemerdekaan.
2. Kedaulatan Indonesia

Pernyataan bangsa Indonesia terkait dengan kedaulatan Indonesia dapat diketahui dalam pembukaan
UUD 1945 pada alenea empat. Adapun alinea IV, menjelaskan tentang terbentuknya bangsa dan negara
Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia, pemerintahan negara Indonesia yang disusun berdasarkan
Undang-Undang Dasar negara, wilayah negara serta dasar filosofis negara yaitu Pancasila (Notonagoro,
1975). Ketentuan lain dapat dijumpai pada pasal 1 ayat (1) UUD 1945 Amandemen, Kedaulatan ada
ditangan rakyat dan dilakukan menurut Undang0Undang dasar. Pasal ini dengan tegas menyebut, bahwa
Kedaulatan Negara bersumber pada kedaulatan rakyat, dan rakyat sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi, yang pelaksanannya dilakukaan berdasarkan Undang-Undang Dasar..

Dengan memperhatikan pasal tersebut maka, bangsa Indonesia menyatakan dirinya secara langsung
dalam UUD 1945 bahwa Indonesia menganut teori kedaulatan rakyat, yang pelaksanaannya kembali
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen. Disamping pengakuan kedaulatan rakyat,
bangsa Indonesia juga dipengaruhi pada teori kedaulatan hukum, dimana dalam tujuan pokok pikiran
yang terkandung dalam UUD 1945, sebagaimana pernah dimuat dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945
Amandemen, menyatakan, Indonesia adalalah Negara hukum.

3. Tujuan Negara Indonesia

Tujuan bernegara bangsa Indonesia yang harus diwujutkan oleh pemerintah Indonesia sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah:

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Memajukan kesejahteraan umum,

Mencerdaskan kehidupan bangsa,

Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan pedamaian abadi, dan keadilan social.

Dari tujuan tersebut maka tujuan Negara Indonesia dipengaruhi oleh teori tyujuan Negara untyuk
menunjukkan suatu ketertiban. Bila dilihat secara umum, bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, lebih menekankan pada terwujudnya
kesejahteraan bangsa Indonesia yang mampu bertindak atas dasr nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, baik perannya sebagai individu maupun dalam kehidupan social bangsa Indonesia.

4. Bentuk Negara Indonesia

Dilihat dari bentuk Negara, Indonesia termasuk pada Negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan
republik. Bentuk kesatuan tercantum pada Pasal UUD 1945, dengan system desentralisasi dimana
daerah-daerah dalam wilayah Negara diberikan hak otonomi, dengan titik berat otonomi pada daerah
kabupaten dan kota. Pembagian wilayah Negara seperti tercantum dalam Pasal 18 UUD 1945, yang
menyatakan. Istilah republic sebagai kelanjutan dari Negara kesatuaan yang berbentuk republic
menunjuk pada system pemerintah Negara yang dipimpim oleh Presiden.

C. Konstitusionalisme

Setiap Negara modern dewasa ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan yang dijabarkan
dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem
institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Dengan lain
perkataan untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan diperlukan perlakuan sedemikian rupa,
sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan (Hamilton,
1931:255). Gagasan ini muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relative
kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat manusia.

Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) di antara
mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara. Organisasi Negara itu
diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau
dipromosikan melalui pembentukkan dan penggunaan mekanisme yang disebut dengan negara.
Kuncinya adalah consensus general agreement. Jika kesepakatan iti runtuh, maka runtuh pula legitimasi
kekuasaan negara yang berkaitan, dan pada gilirannya dapat terjadi civil war atau perang sipil, atau
dapat pula suatu revolusi.

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern ini pada umumnya dipahami
berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau Konsensus, sebagai berikut:
Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance
of the same philosophy of government).

Kesepakatan tentang the rule of low sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the
basis of government).

Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form of


institusions and procedures). (Andrews 1968: 2)

Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat menentukan tegaknya
konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada puncak
abstraksinya paling mungkin mencerminkan bahkan melahirkan kesamaan-kesamaan kepentingan
diantara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup di tengah-tengah pluralisme
atau kemajemukan. Oleh karena itu, pada suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam
kerangka kehidupan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama
yang biasa juga disebut sebagai falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita Negara) yang berfungsi sebagai
philosofhiscegronslaag dan common platforms, di antara sesame warga masyarakat dalam konteks
kehidupan bernegara.

Bagi bangsa Indonesia dasar filosofis yang dimaksud adalah dasar fisafat Negara pancasila. Lima prinsip
dasar merupakan dasar filosofis bangsa negara tersebut adalah:

Ketuhanan yang maha esa

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan

Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima prinsip dasar filsafat negara tersebut merupakan dasar filosofis-ideologis untuk mewujudkan
cita-cita ideal dalam bernegara yaitu:

Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.


Meningkatkan atau memajukan kesejahteraan umum

Mencerdaskan kehidupan bangsa

Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social

Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan hokum dan
konstitusi. Kesepakatan ini sangat principal karena dalam setiap negara harus ada keyakinan bersama
bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan atas rule of law.

Dalam istilah The Rule of Low berbeda dengan istilah The Rule by Low. Dalam istilah terakhir ini,
kedudukan hukum (law) digambarkan hanya bersifat instrumentalis atau hanya sebagai alat sedangkan
kepemimpinan tetap berada di tangan orang atau manusia yaitu The Rule of Man by Law. Dalam
pengertian demikian hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan sistem uang puncaknya terdapat
pengertian mengenai hukum dasar yang yang disebut konstitusi, baik itu dalam arti naskah yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Dari pengertian ini kita kenal istilah Constitusional State yang merupakan
salah satu ciri penting Negara demokrasi modern. Oleh karena itu kesepakatan tentang sistem aturan
sangat peting sehingga konstitusi tidak berguna karena ia sekedar berfungsi sebagai kertas dokumen
yang mati hanya bernilai sematik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagaimana
mestinya.

Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan:

Bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan

Hubungan-hubungan antar organ Negara itu sama lain

Hubungan antara organ-organ Negara itu dengan warga Negara.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena
benar-benar mencerminkan keinginan bersama. Kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam dokumen
konstitusi yang diharpkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun waktu yang cukup lama. Konstitusi
tidak sama dengan undang-undang yang dapat lebih mudah diubah. Karena itulah mekanisme
perubahan undang-undang dasar memang sudah seharusnya tidak diubah semudah mengubah undang-
undang. Meskipun demikian harusnya konstitusi tidak disakralkan dari kemungkinan perubahan seperti
yang terjadi tatkala orde baru.
Semua kesepakatan ini menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Atas dasar
pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip
konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau yang lazim disebut
sebagai prinsip limited government. Dalam pengertian ini konstitusimengatur dua hubungan yang saling
berkaitan satu sama lain, yaitu pertama, hubungan antara lembaga pemerintahan dengan warga negara.
Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lainnya.

D. Konstitusi Indonesia

1. Pengantar

Dalam proses reformasi hukum dewasa ini sebagai kajian ilmiah tentang UUD 1945, banyak yang
melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang amandemen tidak
dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan prosedur penyempurnaan
terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah UUD-nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan
perlengkapan dan rincian yang dijadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut (mahfud, 1999:64).

Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu kenyataan sejarah selama
masa orde lama dan orde baru, bahwa penerapan terhadap pasal-pasal UUD memiliki sifat “multi
interpretable” atau dengan kata lain berwayuh arti, sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi
kekuasaan terutama kepada presiden.karena latar belakang politik inilah maka masa orde baru
berupaya untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD 1945 seakan-akan bersifat keramat yang tidak
dapat diganggu gugat.

Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak adanya sistem
kekuasaan dengan “checks and balance” terutama terhadap kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu bagi
Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu kan
mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan penataan terhadap ketatanegaran

Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap
pasal 9 UUD 1945. yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga thun 2001, dan yang terakhir pada
tahuhun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002.
2. Konstitusi

Konstitusi dalam kosa kata bahasa Inggris constitutional, yang salah satu maknanya adalah Undang-
Undang Dasar. Konstitusi adalah sebuah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang di
bentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintah termasuk dasar hubungan kerja sama
antara Negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Herman Heller membagi pengertian konstitusi dalam tiga cakupan, yaitu:

Konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
(mengandung arti politis dan sosiologis).

Konstitusi adalah suatu kaidah yang hidup dimasyarakat (mengandung arti hukum atau yuridis).

Konstitusi adalah kaidah yang ditulis dalam suatu naskah Undang-Undang tertinggi yang berlaku dalam
suatu Negara.

Sifat konstitusi ada dua macam, yakni

Flexibel (luwes) dan rigid (kaku).

Bersifat rigid, karena untuk mengubah konstitusi perlu prosedur yang rumit. Sedang bersifat flexible,
konstitusi tersebut mudah mengikuti perkembangan jaman. Apabila diperlukan konstitusi tidak
membutuhkan prosedur yang istimewa atau rumit. Perubahan itu cukup dilakukan oleh badan pembuat
undang-undang biasa.

Formil dan materiil

Bersifat Formil berarti tertulis. Sedangkan bersifat Materiil dilihat dari segi isinya berisikan hal-hal
bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara. (sama dengan konstitusi dalam arti relatif). Konstitusi yang
besifat kaku tidak dapat megikuti perkembangan zaman karena tidak hanya memuat hal-hal pokok saja,
namun juga memuat hal-hal yang penting. UUD 1945 meskipun perubahannya membutuhkan prosedur
istimewa, namun bersifat luwes karena memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok-pokok saja
sehingga mudah mengikuti perkembangan zaman.

Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah, sehingga penyelenggaraan kekuaaan
tidak bertindak sewenang-wenang. Dengan demikian hak-hak warga Negara akan dilindungi.

Fungsi dan kedudukan konstitusi antara lain:

1. Membatasi kekuasaan si pengusaha dan menjamin hak warga Negara.

2. Merupakan percerminan keadaan masyarakat dan Negara bersangkutan.

3. Memberi petunjuk dan arahan kemana Negara akan di bawa.

4. Dasar dan sumberhukum bagi peraturan perundangan di bawahnya.

5. Produk politik yang tertinggi bagi suatu bangsa dalam membentuk dan menjalankan Negara.

Konstitusi hukum dasar ada dua, yakni hukum dasar tertulis dan yang tidak tertulis.,

Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang dasar)

konstitusi yang tertulis yakni Undang Undang Dasar. Hukum dasar meliputi dua macam yaitu,hukum
dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis (convensi). Oleh karna itu sifatnya yang
tertulis, maka undang-undang dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah. Secara umum
menurut E.C.S wade dalam bukunya Constitusional Law, undang – Undang dasar menurut sifat dan
fungsi adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintah suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.

Dalam penjelasan UUD 1945 di sebutkan bahwa undang-undang dasr 1945 bersifat singkat dan supel.
Undang-undang dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal lainyabhanya mencatat aturan
peralihan dan aturan tambahan.Hal ini mengandung makna:

(1) Telah cukup jikalau uandang-uandang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok.

(2) Sifatya yang supel (elastis) dimaksudkan bahwa kita senantia harus terus berkembang,dinamis.

Menurut padmowahyono, seluruh kegiatan Negara dapat di kelompokan menjadi dua macam yaitu:

(1) Penyelenggaraan kehidupan Negara.

(2) Penyelenggaraan kesejahteraan social.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka sifat-sifat Undang-undang dasar 1945 adalah
sebagai berikut :

(1) Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang mengikat
pemerintah sebagai penyelenggara Negara, maupun mengikat bagi setiap warga Negara.

(2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-undang dasar 1945 bahwa UUD 1945 bersifat
singkat dan supel,memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus di
kembangakan sesuai dengan sesui dengan perkembangan jaman, serta memuat hak-hak asasi manusia.

(3) Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus di
laksanakan secara konstitusional.
(4) Undang-undang dasar 1945 dalam tertip hukum Indonesia merupakan peraturan-peraturan hukum
positif tertinggi,di samping itu sebagai alat control terhadap norma-norma hukum positif yang lebih
rendah dalam hierarki tertip hukum Indonesia.

Hukum Dasar yang tidak tertulis (Convesional)

Konstitusi tidak tertulis dikenal dengan nama Convesional. Convesional adalah hukum dasar yang tidak
tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara
meskipun sifatnya tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi yang berlaku di Indonesia adalah
pelaksanaan pidato kenegaraan presiden menjelang peringatan Proklamasi 17 Agustus. Convensi ini
mempunyai sifat-sifat sebgai berikut :

(1) Merupakan kebiasaan yang berulangkali dan terpeelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara.

(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang dasar dan berjalan sejajar.

(3) Di terima oleh seluruh rakyat.

(4) Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat
dalam Undang-undang dasar.

Contoh-contoh Convensional antara lain sebagai berikut :

(1) Peangabilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.

(2) Pratek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis antara lain :
(a) Pidato kenegaraan presiden republic Indonesia setiap tanggal 16 agustus di dalam siding dewan
parwakilan rakyat.

(b) Pidato presiden yang di ucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang rencana anggaran
pendapatan dan belanja negara pada minggu pertama pada minggu bulan januari setiap tahunnya.

Ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan realisasi dari undang –
undang dasar (merupakan pelengkap).Namun perlu di garis bawahi bila mana convensi ingin di jadikan
menjadikan rumusan yang bersifat tertulis , maka yang berwenabg adalah MPR, dan rumusannya
buukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR.

Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk mrnjadi suatu aturan dasar yang tertulis , tidak secara
otomatis setingkat dengan UUD melaikan sebagai suatu keterapan MPR.

Disamping pengertian UUD, di prgunakan juga istilah lain yaitu “konstitusi”. Istilah berasal dari bahasa
inggris “constitution” atau dari bahasa belanda “constitutie”.terjamahan dari istilah tersebut adalah
Undang-Undang Dasar,dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan orangbelanda Dan jerman . yang
dalam percakapan sehari –hari memakai kata “grondwet’ (grond:dasar, Wet= undang-undang) yang
keduanya menunjukan naskah tertulis.

Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai

Arti:

Lebih luas dari pada undang-undang dasar atau

Sama dengan pengertian undang-undang dasar.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian undang – undang dasar , karena
pengertian undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi saja, dan selain itu masih terdapat konstitusi
tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar.
Bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu
kan mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan penataan terhadap ketatanegaran

Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap
pasal 9 UUD 1945.yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga tahun 2001,dan yang terakhir pada
tahuhun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002. Dalam praktek ketatanegaraan pengertian
konstitusi adalah sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar. Hal ini terbukti dengan disebutnya
istilah Konstitusi Rebublik Indonesia Serikat bagi Undang-Undamg Dasar Republik Indonesia
(Totopandoyo, 1981:25.26)

3. Keberadaan dan Tujuan Konstitusi

Menurut Mahfud MD (2002), secara umum konstitusi diartikan sebagai aturan dasar ketatanegaran yang
setelah disarikan dari ajaran kedaulatan rakyat Rousseau, dipandang sebagai perjanjian masyarakat yang
berisikan pemberian arah oleh masyarakat dalam penyelenggaraaan kekuasaan pemerintah negar.
Dengan kata lain konstitusi sebenarnya tidak lain dari realisasi demokrasi dengan kesepakatan bahwa
kebebasan penguasa ditentukan oleh pengusaha. Oleh sebab itu, setiap pelanggaran atas konstitusi
harus dipandang sebagai pelanggaran atas kontrak social.

D. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar di Indonesia

1. Penetapan Undang-Undang Dasar dan Konstitusi Indonesia

2. Perubahan Konstitusi atau UUD di Indonesia

Beberapa cara perubahan UUD atau konstitusi di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan UUD atau
Konstitusi yang pernah dan sedang berlaku di Indonesia, yaitu:

Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUd 1945 Proklamasi


Perubahan Konstitusi dalam Konstitusi republik Indonesia Serikat

Perubahan Undang-Undang Dassar dalam UUDS

Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUD 1945 pada periode Orde lama dan Orde Baru

Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUD 1945 Amandemen

3. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen

Kedudukan UUD sebagai hukum dasar tertulis merupakan sumber hukum setiap produk hukum seperti
Undang-Undang, peraturan pemerintah, atau peraturan lainnya.

Pembukaan UUD 1945 Amandemen

Pembukaan UUD 1945 Amandemen, tidak mengalami perubahan sebagaimana awalnya UUD 1945
ditetapkan. Dapat tidaknya Pembukaan UUD 1945 dilakukan perubahan terdapat dua pandangan.
Menurut Notonegoro, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah yang fundamental keberadaan
Negara Republik Indonesia, Pembukaan merupakan suatu rangkaian dengan proklamasi 17 agustus
1945, sehingga tidah boleh diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil pemilihan umum. Perubahan
terhadap pembukan berarti pembukaan Negara Proklamasi, meski masih ada Negara Indonesia tetapi
Negara terebut bukan Negara Proklamasi 17 Agustus 1945. Pendapat lain dikemukakan oleh Mahfud
MD (2000), bahwa semua hasil perbuatan manusia dapat d ubah, termasuk pembukaan UUd 1945.
Semua itu sangat tergantung kepada dinamika masyarakat Indonesia.

Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945, mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam Batang
Tubuh UUD ke dalam pasal-pasalnya. Empat pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 adalah:

Pokok pikiran I cerminan sila ke tiga

Pokok pikiran II cerminan sila ke lima


Pokok pikiran III cerminan sila ke empat

Pokok pikiran IV cerminan sila ke satu dan ke dua.

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

Sistem pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dibagi atas tujuh , secara
sistematis merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, sistem ini dikenal dengan
tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara. Walaupun tujuh pokok tersebut tidak lagi sebagai dasar
yuridis, namun tetap mengalami perubahan. Sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945 setelah
amandemen secara komparatif, sebagai berikut :

Indonesia ialah Negara yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat)

Negara Indonesia berdasrkan atas hukum (Rechtstaat), bukan kekuasaan belaka (Machtsstaat) memiliki
makna bahwa Negara, termasuk Pemerintah beserta Lembaga-lembaga Negara lainnya dalam
melakukan tindakan apapun harus dilandasi maupun dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
Tekanan pada hukum (recht), harus berhadapan dengan kekuasaan (macht), sehingga akan tampak
rumusannya dalam pasal-pasal. Tetapi juga harus sejalan dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945 lalu diwujudkan oleh cita-cita hukum (rechsidee) yang merupakan hukum
dasar tidak tertulis.

Pengertian Negara hukum baik dalam arti formal yang melindungi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Juga dalam arti material, yaitu Negara harus bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan dan kecerdasan seluruh bangsanya. Dengan landasan material tersebut, hendaknya
setiap tindakan Negara haruslah mempertimbangkan dua kepentingan atau landasan. Dua landasan
tersebut adalah kegunaanya (doelmatigheid) dan landasan hukumnya (rechtnaigheid).

Sistem Konstitusional

Berdasarkan sifat ini pemerintah atas system konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolut (kekuasaan
tidak terbatas). Sehingga pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, juga
oleh ketentuan-ketentuan hukum lain yang merupakan produk konstitusional, Ketetapan MPR, Undang-
Undang, dan sebagainya.

Dengan landasan keduanyanya, maka dapat diciptakan system mekanisme hubungan dan hokum antar
lembaga Negara, yang dapat menjamin terlaksananya sistem itu sendiri dan juga dapat memperlancar
pelaksanaan pencapaian cita-cita nasional.

Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat

Sistem kekuasaan sebelum mengalami amandemen dinyatakan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar
1945 sebagai berikut: “Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama MPR, sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungorgatan des willens des Statsvolkes). Majelis ini
bertugas menetapkan Undang-Undang Dasar dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara,
mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden), juga pemegang
kekuasaan tertinggi. Sedangkan Presiden harus menjalankan haluan Negara menurut garis-garis besar
yang ditetapkan majelis, dengan begitu Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis dan
wajib menjalankan keputusan-keputusan majelis.

Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi ditangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002, hanya
memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta
memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan atau jika melanggar suatu konstitusi.

d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi Di samping MPR dan DPR.

Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen , sebagai berikut :

“Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan Negara yang
tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung jawab ada ditangan
Presiden (Concentration of power responsibility upon the president) “.
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara pemerintahan
tertingggi di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat (UUD 1945 Pasal 6A
ayat (1)).

Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR

Menurut UUD 1945 sebelum amandemen menjelaskan :

“Di samping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapat persetujuan
DPR untuk membentuk Undang-Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat (1) dan untuk menetapkan
anggaran pendapatan anggaran pendapatan dan belanja Negara (Staatsbergrooting) sesuai dengan
pasal 23.

Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggungjawab Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat

Sistem ini dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan UUD 1945, sebagai
berikut :

“ Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri Negara (Pasal 17
ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen). Presiden mengangkat dan memberhentikan Menteri-Menteri
Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil Amandemen 2002).

Kekuasaan Kepala Negara Tidak Terbatas

Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002dan masih sesuai
dengan penjelasan UUD 1945, sebagai berikut :

Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil Amandemen 2002 pasal
6A ayat (1)). Dengan demikian dalam system kekuasaan kelembagaan Negara Presiden tidak lagi
merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR. Hanya jikalau Presiden melanggar
Undang-Undang maupun Undang-Undang Dasar, maka DPR dapat melakukan Impeachment.

4. Negara Indonesia Adalah Negara Hukum

Menurut Penjelasan UUD 1945 , Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang berdasarkan Pancasila
dan bukan berdasarkan atas kekuasaan sifat. Sifat Negara hukum hanya dapat ditunjukkan jika alat-alat
perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dulu oleh
alat-alat yang dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.

Ciri-ciri suatu Negara hukum :

ü Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang menandung persamaan dalam bidang politik, hukum,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

ü Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.

ü Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami dan
dilaksanakan secara aman dalam melaksanakannya.

Sifat hukum yang berdasarkan Pancasila, hukum memberikan pengayom agar cita-cita luhur bangsa
Indonesia tercapai dan terpelihara. Dalam era reformasi ini, bangsa Indonesia benar-benar akan
mengembalikan peranan hokum, aparat penegak hokum bersama seluruh sistem peraturan perundang-
undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi
manusia.

Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan Negara hukum, diarahkan pada
terwujudnya sistem hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional terutama rakyat, melalui
penyusunan materi hokum yang bersumber pada Pancasila sebagai sumber filosofinya dan UUD 1945
sebagai dasar konstitusinya, serta aspirasi rakyat sebagai sumber materialnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.

Bedjo, Zainul Akhyar. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Banjarmasin: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

WP Harsoyo, dkk. 1982. Pendidikan Moral Pancasila. Solo: Tiga Serangkai.

Sukonto Bambang Priyo. 2009. Panduan Belajar Pendidikan Keawrganegaraan. Yogyakarta: Primagama.

Anda mungkin juga menyukai