Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN TEORI OKUPASI DALAM

HUKUM INTERNASIONAL PADA


SENGKETA PULAU PULAU TERLUAR

Pingkan Wulandari Lepa


18071101280
LATAR BELAKANG
 Dalam kehidupan masyarakat Internasional sering didapati adanya sengketa antara negara dengan negara. Sengketa
dapat bermula dari berbagai sumber potensi. Sumber potensi sengketa antarnegara dapat berupa perbatasan, sumber
daya alam, kerusakan lingkungan, perdagangan, status kepemilikan suatu pulau, dan lain-lain. Penyelesaian sengketa
internasional dapat diselesaikan dengan cara-cara yang sudah ditegakan dalam Pasal 33 Piagam PBB. Permasalahan
wilayah negara menjadi sengketa yang sering terjadi pada negara yang memiliki laut yang luas. Khusus untuk wilayah
pulau-pulau terluar yang dimiliki oleh suatu negara. Minimnya physical pressence (kehadiran fisik) dari pemerintah
merupakan masalah utama yang dihadapi pulau-pulau terluar. Banyak negara yang melakukan pembiaran terhadap
pulau-pulau terluar. Dari sini memberikan kesempatan bagi negara lain untuk akhirnya melakukan pemeliharaan bagi
pulau-pulau yang dibiarkan itu. Sehingga dari sinilah persengketaan dapat terjadi dengan memperebutkan kepemilikan
suatu pulau.
 Ada lima cara tradisional dan pada umumnya diakui untuk diperolehnya kedaulatan teritorial, yaitu : okupasi, aneksasi,
penambahan ( accretion) , preskripsi ( prescription), dan penyerahan (cession). Merujuk pada kasus-kasus sengketa
pulau yang pernah terjadi, diantaranya adalah kasus pulau palmas atau miangas,kasus pulau Clipperton, kasus
Greenland Timur,dan kasus pulau Sipadan dan Ligitan. Pada penyelesaian kasus-kasus tersebut, diselesaikan dengan
menggunakan teori okupasi.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Peran hukum Internasional dalam
penyelesaian sengketa?
Bagaimana Penerapan teori Okupasi pada sengketa
pulau-pulau terluar?
TUJUAN PENELITIAN
 Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya peran hukum
Internasional dalam penyelesaian sengketa.
 Untuk meneliti lebih dalam bagaimana okupasi diterapkan dan
proses okupasi itu terjadi dalam penyelesaian sengketa pulau-
pulau terluar.
MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan
memperluas pengetahuan mengenai penerapan okupasi itu sendiri dalam penyelesaian sengketa hukum
Internasional.
b. Manfaat Praktis
Kiranya dengan penelitian penulis ini, dapat memberikan masukan sekaligus menambah ilmu pengetahuan
dan literatur dalam dunia akademisi, khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan teori okupasi
dan penyelesaian sengketa internasional.
METODE PENELITIAN
 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif, yaitu pendekatan yang
dilakukan berdasarkan bahan-bahan hukum yang paling utama untuk menelaah teori ataupun konsep, asas-asas hukum,
peraturan perundang-undangan yang masih relevan dengan penelitian yang sedang dihadapi.Selain itu, penulis dalam
penyusunan skripsi ini melakukan pengkajian berdasarkan pendekatan kasus ( case approach).
 Bahan hukum yang digunakan :

 Bahan hukum primer, yaitu Piagam PBB, Konvensi Montevideo 1933 dan ketentuan-ketentuan lainnya yang
menunjang penelitian ini.
 Bahan hukum sekunder, yaitu berupa literatur atau kepustakaan lainnya yang membantu penyusunan penelitian ini,
namun tetap relevan dengan substansi atau pokok pembahasan.
 Bahan hukum tersier, berupa penjelajahan secara dalam jaringan (daring) melalui website ataupun tulisan-tulisan
didalam jaringan internet.
SISTEMATIKA PENULISAN
 Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

 BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari beberapa bagian, mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
 BAB II : Tinjauan pustaka yang meliputi beberapa bagian yaitu Pengertian Okupasi, wilayah dan Kedaulatan
negara dalam hukum Internasional, Pulau-pulau terluar dan Rezim Kepulauan, sengketa internasional.
 Daftar Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN OKUPASI
 Okupasi adalah metode menduduki suatu wilayah yang berstatus terra nullius atau dikenal sebagai no man’s land atau
wilayah tak bertuan yang boleh dilakukan dalam keadaan tertentu. Okupasi harus dilakukan oleh Negara bukan oleh
individu, dilakukan secara efektif dan ditujukan untuk menunjukkan kedaulatan atas suatu wilayah. Hal itu harus
ditunjukkan misalnya dengan suatu tindakkan simbolis yang menunjukkan adanya Penguasaan terhadap wilayah
tersebut, misalnya dengan pemasangan bendera atau melalui suatu proklamasi. Penemuan saja tidak cukup kuat untuk
menunjukkan kedaulatan negara, karena hal ini dianggap hanya memiliki dampak sebagai suatu pengumuman. Agar
penemuan itu memiliki arti yuridis harus dilengkapi dengan penguasaan secara efektif untuk suatu jangka waktu
tertentu.

i
WILAYAH DAN KEDAULATAN NEGARA
DALAM HUKUM INTERNASIONAL
 a. Wilayah negara

Sebagaimana diatur dalam pasal 1 konvensi Montevideo 1933: “ The state as a person of international law should
posses the following qualifications : (a) a permanent population; (b) a defined territory; (c) government; (d) capacity to
enter into relatons with the other states”. Salah satu unsur yang harus dipenuhi oleh suatu negara adalah dengan adanya
wilayah yang tetap ( a permanent territory ) yang merupakan unsur mutlak yang harus ada.
Kawasan-kawasan wilayah negara adalah wilayah daratan dan tanah di bawahnya, wilayah perairan, Zona Ekonomi
Ekslusif, landas kontinen, dan ruang udara. Dalam Ensiklopedia umum, yang dimaksud dengan wilayah negara adalah
bagian muka bumi daerah tempat tinggal, tempat hidup dan sumber hidup warga negara dari negara tersebut.
b. Kedaulatan (sovereignty)
Kata “kedaulatan” atau sovereignty (bahasa Inggris), sovereinete (Bahasa Perancis), sovranus (Bahasa Italia), berasal dari
kata latin “superanus” yang berarti “Yang teratas atau yang tertinggi”. Menurut asal katanya, kedaulatan memang berarti
kekuasaan tertinggi..
PULAU PULAU TERLUAR DAN REZIM
KEPULAUAN (REGIME OF ISLANDS)
a. Pulau-pulau Terluar
Pulau-pulau terluar biasanya terletak di daerah terpencil, tidak berpenduduk dan kadang jauh dari perhatian
pemerintah. Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangat strategis karena berdasarkan pulau ini batas
negara ditentukan.
b. Rezim Kepulauan (Regime Of Islands)
Rezim kepulauan merupakan kerangka normatif yang dapat digunakan untuk penentuan kedaulatan teritorial dan
yurisdiksinya atas pulau-pulau.
SENGKETA INTERNASIONAL
 Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional adalah suatu situasi di mana dua negara mempunyai
pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan atau tidak dilaksanakannya kewajiban-kewajiban yang terdapat
dalam perjanjian. Selain itu perlu pula dikemukakan bahwa suatu sengketa bukanlah suatu sengketa menurut hukum
internasional apabila penyelesaiannya tidak mempunyai akibat pada hubungan kedua belah pihak.
 Dalam studi hukum internasional publik, dikenal 2 (dua) macam sengketa internasional, yaitu sengketa hukum (legal
ar judical disputes) dan sengketa politik (political or nonjusticiable disputes).
DAFTAR PUSTAKA
 Adolf, Huala, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Edisi Revisi, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2020.

 Irwansyah, Penelitian Hukum Pilihan Metode dan Praktik Penulisan Artikel, Mirra Buana Media, Yogyakarta,
2020.
 Kalalo, Flora Pricilla, hukum Internasional, UNSRAT Press, Manado, 2018.

 Massie, Cornelis Djelfie, Pengantar Hukum Kawasan Perbatasan Dan Pulau-Pulau Terluar Indonesia, Pustaka
Referensi, Yogyakarta, 2019.
 Soerjono soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, Grafindo Persada. 2013.

 Muhidin, Sitti Navisah, Penyelesaian sengketa Perbatasan Yang Ditinjau Melalui Implementasi Border Crossing
Agreement Antar Indonesia-Filipina (studi kasus pulau Miangas,Sulawesi Utara), Jurnal Transborders Vol. 2 no. 2,
2019.
 Lubis, Lukmanul Hakim, The Acquisition Of A Territory : Modes, History and The International Practices.

 Prodi Ilmu Hukum UPB, Analisis Yuridis Tentang Sengketa Dalam Prospektif Kajian Hukum Internasional, Jurnal
cahaya Keadilan, vol.6 no.2 ( oktober 2018)
 Sumber lainnya :

 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 Konvensi Montevideo 1933.

 UNCLOS 1982.

  

 Hasna, Ariza, Okupasi Dalam Perspektif Hukum Internasional, Artikel, diakses pada Tanggal 7 September 2021 pukul 10.30 WITA.

 Windiarto, Fadhila Rachmat, Persengketaan Pulau Sipadan dan Ligitan yang Diselesaikan oleh Mahkamah Internasional, Artickel,2019.

 Hanif, Kedaulatan Terhadap Sebuah Wilayah,Artikel,diakses tanggal 17 September 2021 pukul 11.00 WITA.

 Telaah Hukum, Wilayah Negara dalam Hukum Internasional, Artikel,diakses pada Tanggal 8 September 2021 pukul 12.22 WITA.

 Kebijakan dan startegi pulau terluar ,www.bappenas.go.id ,diakses pada Tanggal 9 September 2021 pukul 22.45 WITA.

 Legal Status of Eastern Greenland

 https://jusmundi.com/en/document/decision/en-legal-status-of-eastern-greenland-judgment-wednesday-5th-april-1933 diakses pada Tanggal


13 September 2021 pukul 16.15 WITA.
  

Anda mungkin juga menyukai