Anda di halaman 1dari 16

PELANGGARAN KEDAULATAN TERITORIAL OLEH CHINA TERHADAP

WILAYAH LAUT INDONESIA DI NATUNA


Oleh :
Kelompok 3
Viktor Lase (170200299)
Renaldi Sidabutar (170200497)
Romando Situmorang (170200498)
Abraham Lambock (170200492)
Agnes Lorentina (170200494)
Devi Amelia (170200495)
Muhammad Syafrudin (170200292)
M. Thoby Andrasma Rangkuti (170200273)
Amalia Fermanita (170200388)

Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara


Medan - Indonesia
Email: Babykodok1st@gmail.com

Abstrak
Kedaulatan teritorial adalah kekuasaan penuh yang dimiliki oleh suatu negara dalam hal
melaksanakan jurisdiksi secara ekslusif di wilayah (darat, laut, udara, dan ruang angkasa)
negaranya. Diwilayah negara tersebut, negara memiliki wewenang penuh untuk
melaksanakan dan menegakkan hukum nasionalnya (exercise and enforce law). Hal ini berarti
setiap orang yang menempati suatu wilayah tertentu atas suatu negara harus tunduk dan patuh
kepada kekuasaan hukum dari negara yang berdaulat atas wilayah tersebut. Berdasarkan teori-
teori internasional klasik, kedaulatan teritorial suatu negara dapat diperoleh dengan berbagai
cara yaitu: Okupasi (pendudukan), Aneksasi (penaklukan), Akresi (faktor geografis),
Preskripsi (kadaluarsa)¸ Cessie (penyerahan), dan Plebisit (pemungutan suara). Oleh karena
itu suatu negara yang berdaulat harus bisa menjaga dan melindungi keutuhan wilayah
negaranya yang dalam hal ini negara indonesia mengatur dan melindungi wilayah negaranya
berdasarkan hukum nasional uu no. 43 tahun 2008 tentang wilayah negara.
Kata kunci: Jurisdiksi, ekslusif, hukum nasional
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu unsur esensial dari negara ialah penguasaan suatu daerah teritorial,
dimana hukum negara itu beroperasi. Dengan demikian timbullah konsep
“Kedaulatan Teritorial” yang berarti bahwa daerah teritorial ini yurisdiksi
dijalankan oleh negara itu atas orang-orang dan harta benda. Kedaulatan teritorial
dalam suatu negara bukan hanya sebatas wilayah daratan namun juga wilayah
perairan. Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau baik
yang kecil hingga yang besar. Konsep negara kepulauan indonesia ini dapat pada
tahun 1957 melalui Deklarasi Juanda. Deklarasi tersebut juga mengumumkan
bahwa indonesia secara unilateral atau sepihak yaitu lebar laut indonesia (laut
teritorial indonesia) adalah jalur laut selebar 12 mil laut yang diukur dari garus
pangkal kepulauan Indonesia.1

Kekuatan teritorial dilukiskan oleh Max Huber, arbitrator dalam Island of


Palmas Arbitration, dengan istilah-istilah berikut:
“Kedaulatan dalam hubungan antara negara-negara menandakan kemerdekaan.
Kemerdekaan berkenaan dengan suatu bagian dari muka bumi ini mengenai hak
untuk melaksanakan didalamnya, tanpa campur tangan negara lain, fungsi suatu
negara.”
Indonesia adalah salah satu negara yang sangat rawan wilayahnya di klaim
oleh negara tetangga atau rawan terhadap kekuasaan teritorial indonesia. Salah
satunya wliayah laut teritorial di Natuna. Kondisi geografi indonesia sebagai
negara kepulauan yang dipersatukan oleh lautan dengan pancasila sebagai
ideologi bangsa telah melahirkan suatu budaya politik persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam usaha mencapai kepentingan, tujuan dan cita-cita nasional, bangsa


indonesia dihadapkan pada tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang
harus ditanggulangi. Salah satu bentuk ancaman tersebut adalah masalah

1
Melinda Gultom, “Tinjauan Hak Lintas Damai di Laut Teritorial Dalam Perspektif Hukum
Nasional dan Internasional” Jurnal, 2017, hlm. 4.
perbatasan Natuna Indonesia dengan China yang mengklaim secara sepihak atas
wilayah ini.

Desakan agar pemerintah bertindak cepat dan tegas pun mengemuka dari
banyak kalangan, mulai wakil rakyat, pengamat politik, hingga masyarakat.
Kedaulatan teritorial sangat penting bagi suatu negara, karena sebagaimana
memiliki arti yaitu kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara dalam
melaksanakan jurisdiksi eksklusif di wilayahnya. Didalam wilayah inilah negara
memiliki wewenang untuk melaksanakan hukum nasionalnya.2

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kedaulatan teritorial?

2. Bagaimana mendapatkan kedaulatan teritorial oleh suatu negara?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini yang membahas mengenai arti kedaulatan


teritorial itu sendiri dilihat dari kasus yang ada saat ini dan bagaimana suatu
negara bisa mendapatkan suatu kedaulatan atas suatu tempat atau wilayah dan
mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan terhadap kedaulatan
teritorial suatu negara.

2. Pembahasan

2.1 Pengertian Kedaulatan Teritorial

Kedaulatan Teritorial adalah kekuasaan penuh yang dimiliki oleh suatu negara
dalam hal melaksanakan yurisdiksi (kewenangan) secara ekslusif di wilayah
negaranya, yang mana di wilayah negara tersebut negara memiliki wewenang

2
Hans Kelsen, Principles of International Law, New York : Rinehart & Co., 1956, hlm. 212.
Dikutip dari Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional : Jakarta, 2002, hlm.
111.
penuh untuk melaksanakan dan menegakkan hukum nasionalnya (exercise and
enforce law).3

2.1.1 Wilayah Darat

Wilayah merupakan atribut yang sangat penting bagi eksistensi suatu negara. Di
atas wilayahnya negara memiliki hak-hak untuk melaksanakan kedaulatan atas
orang, benda juga peristiwa atau perbuatan hukum yang terjadi di wilayahnya.
Namun demikian, atas wilayahnya negara wajib untuk tidak menggunakannya
bagi tindakan-tindakan hyang merugikan negara lain serta tindakan-tindakan yang
membahayakan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 7 Draft Deklarasi
PBB tentang hak-hak dan kewajiban negara 1949).4 Disamping berkewajiban
untuk tidak mengakui wilayah-wilayah yang diperoleh dengan kekerasan, sangat
penting suatu negara untuk mengatur wilayahnya sendiri. Daratan suatua negara
terdiri dari darat (bagian wilayah yang kering) serta perairan daratan yang terdiri
dari sungai dan danau. Daratan suatu negara dapat merupakan daratan awal suatu
negara atau wilayah tambahan negara tersebut. Luas daratan awal dapat terjadi
atau ditentukan oleh tindakan atau pernyataan sepihak suatu negara ketika
memproklamirkan kemerdekaannya, oleh perjanjian internasional, suatu
kebiasaan internasional ataupun akan ditentukan oleh perkembangan sebuah
negara itu terbentuk sebagaimana terjadi pada Israel dan Polandia yang wilayah
daratan awalnya belum pasti saat merdeka.5

2.1.2 Wilayah Laut

Wilayah laut adalah bagian negara yang berupa perairan. Negara yang memiliki
atau berbatasan dengan laut disebut negara pantai atau ada sebutan negara
kepulauan. Terhadap bagian wilayah laut tertentu negara memiliki kedaulatan,

3
J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
hlm. 210.
4
Pasal 7 tahun 1949 Draft Deklarasi PBB tentang hak-hak dan kewajiban negara
5
Sefriani, Suatu Pengantar Hukum Internasional, Rajawali Pers, Yogyakarta, 2009, hlm.
174.
dan terhadap bagian wilayah laut tertentu negara mempunyai hak berdaulat.
Bagian laut yang berada dalam kedaulatan negara adalah :
1). Laut pedalaman (internal waters), 2). Laut teritorial (territorial sea), dan 3).
Bagi negara kepulauan yang memiliki kedaulatan atas peraian kepulauan
(archipelagic rights). Sedangkan bagian wilayah laut yang negara hanya memiliki
hak berdaulat berupa : 1). Zona tambahan (contiguous zone), 2). Zona ekonomi
ekslusif (exclusive economic zone) dan 3). Landas kontinen (continental shelf).

2.1.3 Wilayah Udara

Teori Pertama tentang ruang udara adalah “Cujus est solum, ejust est usque ad
coelum” artinya, barang siapa memiliki sebidang tanah dengan demikian juga
memiliki segala-galanya yang berada di atas permukaan tanah tersebut sampai ke
langit dan segala apa yang berada di dalam tanah.
Di pihak lain muncul teori bahwa udara merupakan “res communis”. Munculnya
teori yang demikian kemudian menimbulkan berbagai tanggapan dari para ahli,
institusi terkait, dan negara-negara.
Wilayah udara suatu negara adalah ruang udara yang ada di atas wilayah daratan,
wilayah laut pedalaman, laut teritorial dan juga wilayah laut negara kepulauan.
Pasal 1 Konvensi Paris 1919 yang dikuatkan oleh Konvensi Chicago1944
menegaskan bahwa negara mempunyai kedaulatan yang penuh dan eksklusif atas
ruang udaranya. Negara memiliki yurisdiksi eksklusif dan kewenangan yang
penuh untuk mengontrol ruang udara di atas wilayahnya.6

2. Cara mendapatkan kedaulatan teritorial oleh suatu negara

Ada tujuh cara memperoleh Kedaulatan Teritorial yang diakui secara umum,
antara lain sebagai berikut :

a. Pendudukan (okupasi)
b. Penaklukan (aneksasi)
6
Sefriani, Suatu Pengantar Hukum Internasional, Rajawali Pers, Yogyakarta, 2009, hlm.
192.
c. Akivsi (accresion : perubahan karena faktor alam)
d. Preskripsi (prescription : pengalihan hak atau kadaluarsa)
e. Sesi (cession : penyerahan)
f. Integrasi atau sebaliknya disintegrasi.
g. Revolusi (independen).7
Adapaun contoh kasus yang konkret mengenai cara mendapatkan
kedaulatan teritorial suatau negara dapat kita lihat dari kasus berikut ini.

Natuna Indonesia-China (Terkait dengan Pertahanan dan Keamanan Negara)


Analisis Kasus

Wilayah Indonesia sendiri berbatasan dengan sejumlah negara lain. Wilayah


lautnya dikelilingi oleh 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand,
Vietnam, Filipina, Australia, Timor Leste, Palau, dan Papua Nugini. Sementara
itu, wilayah daratnya berbatasan langsung dengan tiga negara, yaitu Malaysia,
Timor Leste, dan Papua Nugini sepanjang 2914,1 km.8 Wilayah perbatasan laut
dan darat tersebut tersebar ke 38 kabupaten/ kota di 12 provinsi.2 Panjangnya
garis perbatasan dengan 10 negara tetangga ini di satu sisi dapat menjadi potensi
bagi kerja sama antarnegara, tetapi di sisi lain dapat menjadi ancaman kedaulatan
dan keamanan negara.

Salah satu bentuk potensi yang dapat berubah menjadi existential threat adalah


masih terdapatnya sejumlah segmen perbatasan yang belum selesai dibahas dan
disepakati dengan negara tetangga. Ancaman tersebut dapat berupa agresi,
pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror
bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara, serta konflik komunal.
Masalah kedaulatan wilayah merupakan masalah sensitif. Tidak ada negara yang
rela kehilangan sejengkal wilayahnya. Karena itu, masalah perbatasan tidak
7
J.G. Starke, Pengantar Hukum Indonesia Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 213.
8
Cahyani robiat,” Natuna Indonesia-China (Terkait dengan Pertahanan dan Keamanan
Negara)”,diakses dari https://robicahyani..uns.ac.id/2016/05/08/analisis-kasus-natuna-
indonesia-china-terkait-dengan-pertahanan-dan-keamanan-negara/ ,pada tanggal 1 maret 2019
pukul 10.40.
didiamkan. Masalah perbatasan berpotensi besar menimbulkan konflik. Hal ini
sebisa mungkin harus dihilangkan dengan menyelesaikan sengketa perbatasan.
Hilangnya sengketa perbatasan membuat kedaulatan lebih terjamin. Bagaimana
menyelesaikannya? Dibutuhkan upaya terkoordinasi dengan mekanisme lebih
sederhana dan bisa diterima semua pihak. Tanpa ini, penyelesaian masalah
perbatasan sering butuh waktu lama.

Dengan dianggap pentingnya masalah perbatasan wilayah menjadikan organisasi


internasional membahasnya menjadi agenda bersama dan memberikan solusi
penyelesaian kasus perbatasan ini yakni ASEAN. Namun, dokumen-dokumen
ASEAN hanya sedikit menyinggung solusi soal sengketa wilayah. Ini menegaskan
jalan menuju komunitas ASEAN masih jauh. Di sisi lain, sebuah komunitas
membutuhkan ”pengorbanan” setiap anggota dengan ”membagi” sebagian
wilayah untuk dilebur ke dalam suatu nilai-nilai bersama. Namun, ada pertanda
baik. ASEAN sudah mulai menyerap unsur-unsur kedaulatan itu menjadi suatu
nilai bersama. Kemajuan lain, prinsip non- interferensi (tidak boleh campur
tangan) mulai ditembus. Akan tetapi, ada keengganan menyentuh lebih dalam
masalah sengketa perbatasan. Ini mengindikasikan masih besarnya resistensi
untuk melonggarkan urusan kedaulatan.

Dalam kasus Natuna yang diklaim secara sepihak oleh pemerintah China
mengindikasikan bahwa kekuatan dan pertahanan nasional dalam hal kedaulatan
Negara masih memiliki kekurangan dan celah yang bisa dimanfaatkan oleh
Negara lain. Disisi lain pemerintah China juga terlalu percaya diri dengan
pengkklaiman yang dilakukannya atas wilayah Natuna. Dimasukannya wilayah
Natuna kedalam Zona Ekonomi Eksklusifnya China memberikan masalah baru
kepada Indonesia meskipun kasus ini sudah lama bergulit. Kasus ini semakin
membuat pemerintah Indonesia geram yakni dengan adanya kapal China yang
berlabuh dan memasuki wilayah laut Indonesia tanpa izin. Serta beberapa kasus
pencurian ikan yang dilakukan Negara ini diatas perairan wilayah Indonesia.

Kasus yang berawal pada tahun 2009 ini menurut versi China, mereka
memasukan wilayah Natuna kedalam peta wilayah mereka didasarkan pada
sembilan titik garis/ nine dash line yang selama ini diklaim Tiongkok dan
menandakan perbatasan maritimnya. Namun dari Sembilan titik garis ini
Indonesia tidak mengakuinya karena menurut Indonesia hal itu tidak memiliki
dasar hukum internasional apapun. Sembilan titik imaginer itu sendiri merupakan
salah satu penyebab munculnya konflik di wilayah Laut China Selatan. Klaim ini
memancing emosi sejumlah negara yang turut mengklaim memiliki hak di
wilayah yang jadi jalur perdagangan dunia itu. Usut punya usut, klaim yang bikin
repot enam negara ini dipicu kebijakan pemerintahan Partai Kuomintang (kini
berkuasa di Taiwan). Mazhab politik Kuomintang menafsirkan wilayah China
mencapai 90 persen Laut China Selatan.
Adalah tidak lengkap untuk memahami kebijakan maritim China saat ini bila
tidak mencoba mengetahui apa yang disebut “Nine-Dash Line”, karena hal ini
sangat erat kaitannya dengan klaim teritorial negara-negara lain yang terletak di
kawasan Laut China Selatan. Penetapan “sembilan garis terputus-putus” ini
sebenarnya tidak dibuat oleh pemerintah China yang sekarang, melainkan telah
ada sejak tahun 1947, ketika pemerintahan Koumintang berkuasa di daratan China
yang mengklaim wilayah teritorial yang mencakup hampir seluruh kawasan Laut
China Selatan. Ketika itu klaim ini pada dasarnya tidak ada pertimbangan politik
dan strategik tertentu karena rezim yang berkuasa pada saat itu sibuk membenahi
keadaan paska pendudukan Jepang dan dan juga sesudah itu terlibat dalam perang
saudara dengan rezim komunis. Sepeninggal Jepang, pemerintah Koumintang
segera menerbitkan peta yang berisi 11 garis terputus, sebagai klaim teritorial
yang kenyataannya berlokasi jauh dari daratan China mencakup seluruh perairan
Laut China Selatan.

Sekalipun peta ini tidak memuat secara spesifik dan akurat mengenai batas-
batasnya, peta ini pun diadopsi oleh pemerintahan komunis yang mengambil alih
kekuasaan dan mendirikan negara People’s Republic of China (PRC) sejak tahun
1949. Sejak saat itu peta ini dijadikan dasar klaim teritorial dan kebijakan politik
pemerintahan Beijing sampai pada era sekarang ini. Suatu perubahan dilakukan
pada tahun 1953, yaitu China menghapus dua garis sehingga tinggal sembilan,
kemungkinan dijadikan sebagai salah satu cara untuk menghindari atau
meredakan ketegangan dengan Vietnam sebagai negara tetangga dekat pada
waktu itu.

Luas wilayah yang termasuk dalam batas sembilan garis terputus itu mencapai 3,5
juta kilometer persegi, meliputi 90 persen luas keseluruhan Laut China Selatan.
Peta laut baru China pada awal diterbitkan, tidak mendapatkan penentangan
ataupun protes dari negara-negara sekawasan/ berbatasan, karena  negara-negara
tersebut sebahagian besar sedang sibuk berjuang untuk kemerdekaan nasionalnya
dari penjajah. Beijing menganggap sikap diam dari negara-negara tetangga dan
bahkan komunitas maritim internasional, sebagai suatu pengakuan dan untuk
mengimbanginya Beijing pun bersikap diam agar tidak menimbulkan penentangan
dari manapun 

Dalam kasus ini, sebenarnya Indonesia berada diposisi yang kuat daripada China
yang hanya mendasarkan pada aturan nine dash line itu. Apalagi ditambah dengan
polah China yang selama ini kerap melanggar zona eksklusif perairan Indonesia,
selain itu juga dengan beberapa kali tersangkut masalah illegal fishing yang
dilakukan oleh masyarakat China terhadap perairan Indonesia dan kapal China
yang masuk dalam wilayah perairan Indonesia dan tanpa seizin dari pihak
Indoensia dan tindakan ini jelas melanggar UU ZEE No 5 Tahun 1983 kita
khususnya dalam pasal 7. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa barangsiapa
melakukan kegiatan di perairan wilayah Indonesia harus mendapat persetujuan
dari pemerintah Indonesia.

Dari insiden illegal fishing oleh kapal China berbuntut protes resmi dari
pemerintah Indonesia karena upaya penindakan yang hendak dilakukan oleh tim
KKP dihalang-halangi oleh kapal patroli milik badan keamanan laut (coastguard)
Tiongkok. Kapal penjaga pantai (coast guard) milik Angkatan Laut China nekat
menerobos perbatasan. Tak hanya itu, mereka juga menabrak dan menarik paksa
kapal yang baru saja ditangkap operasi gabungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan bersama TNI AL. Akibat ulah dari kapal coast guard China yang
menerabas wilayah perairan Natuna, Indonesia ini belum usai. Hal ini membuat
pemerintah Indonesia kini berencana meningkatkan pengamanan wilayah
perbatasan itu.

Dilihat dari segi ZEE (Zona Economy Exlucive) Pasal 3 UU ZEE No. 5 tahun


1983 ayat (1) dijelaskan bahwa Apabila Zona Ekonomi Eksklusif Indo nesia
tumpang tindih dengan zona  ekonomi eksklusif negara-negara yang antainya
saling berhadapan atau  berdampingan dengan Indonesia, maka  batas zona
ekonomi eksklusif antara  Indonesia dan negara tersebut ditetapkan dengan
persetujuan antara Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan. Dari segi
ini maka sudah jelas tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Indoensia, yakni
dengan tegas untuk menyelesaikan kasus ini. Apalagi apabila dikaitkan dengan
hak kedaulatan Negara. Dijelaskan pula dalam Pasal (5) UU ini bahwa Dengan
tidak mengurangi ketentuan ayat (1), eksplorasi dan/atau eksploitasi sumber daya
alam hayati harus mentaati ketentuan tentang pengelolaan dan  konservasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Dengan adanya tindakan China yang melakukan illegal fishing—kasus ini masih
berhubungan dengan pengklaiman Natuna—maka sudah jelas bahwa China harus
mengikuti dan mematuhi segala aturan yang berlaku dalam pemerintahan
Indonesia.

Sedangkan untuk masalah pengakuan pihak China mengenai nine dash line yang
masih dipertanyakan dan ditagih oleh pemeirntah Indonesia, sampai dengan
tahun 2000, China tidak pernah mengumumkan claim teritorialnya atas wilayah
pulau-pulau dan laut yang dibatasi oleh sembilan garis terputus tersebut, kecuali
hanya membatasi kedaulatannya atas kepulauan Spratley dan Paracel. Baru pada
tahun 2009, secara resmi China menyampaikan sebuah peta laut yang berisi garis
batas berbentuk U dalam bentuk Note Verbal kepada Komisi PBB tentang Batas-
Batas Landas Kontinen. Penetapan ini serta merta mendapat tentangan keras
dari Vietnam, Philipina, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Dampaknya pada pertahanan kedaulatan wilayah Indonesia

Ketegangan sejumlah Negara di wilayah Kepulauan Natuna dimulai sejak China


mereklamasi dan memperluas pulau-pulau kecil Mischief Reef dan Pulau Subi
sebagai bagian dari Kepulauan Spratly di Laut China Selaatan. Kepulauan Natuna
yang berada di antara ujung barat laut indonesia di Kalimantasn dan ujung selatan
Vietnam, memiliki 270 pulau menjadi bagian Provinsi Kepelauan Riau dengan
70.000 penduduk.

Pengklaiman kepulauan Natuna terletak pada daerah perairan di sekitar kepulauan


yang berpotensi tumbang tindih pada batas garis imajiner Nine Dash Line yang
ditetapkan oleh China. Dalan kasus ini permasalahan bukan pada klaim
kepulauannya saja tapi pada perariran sekitar Kepulauan Natuna juga. Klaim ini
akan berdampak pada hak daulat pada wilayah kedaulatan Indonesia. Dengan
Nine Dash Line yang tidak jelas batasnya mengakibatkan timbulnya masalah atas
hak berdaulat. Ketidakjelasalan NDL ini berdampak pada hak daulat kawana ZEE.

Pada 12 November, China menhgejutkan Negara-negara di kawasan itu dengan


mengeluarkan pernyataan public mengenai status Kepulauan Natuna. Peenyataan
China ini mengagetkan, karena selama ini China tidak ingin menunjukkan
kelemahannya pada Negara-negara yang menantang klaim maritimnya di Laut
China Selatan. Kegagalan pemerintah China mengklarifikasi klaim Indonesia atas
Kepulauan Natuna termasuk ZEE-nya, terletak pada akar kecemasan yang
dirasakan rakyat Indonesia beberapa decade ini.

Akibat adanya kasus –lebih tepatnya sering—pengklaiman wilayah oleh Negara


lain memberikan kita pelajaran penting. Betapa penitngnya melindungi wilayah
kedaulatan engara kita. Bukan hanya yang ada dipusat Negara tetapi juga wilayah
yang terluar dan terdepan. Justru bagian-bagian wilayah inilah yang peru
mendapat perhatian lebih dari pemerintah untuk terus dijaga keutuhannya. Jangan
sampai wilayah-wilayah ini diklaim oleh Negara tetangga karena kita tidak pernah
memanfaatkan dan menggunakan wilayah tersebut sebagai penambah
kesejahteraan rakyat atau bahkan Negara.
Tujuan Negara termaktub dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yakni:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia


yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berasab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwa-kilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
srosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Dalam peraturan lain juga dijelaskan bahwa dalam UU ZEE bahwa dijelaskan
bahwa lingkungan laut diperairan yang ebrada di bawah kedaulatan dan yuridiksi
Republik Indonesia harus dilindungi dan dilestarikan. Dalam ketentuan umum
juga dijelaskan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan laut adalah segala
upaya yang bertujuan untuk emnjaga dan memelihara keutuhan ekosistem laut di
Zona Ekonomi EKsklusif Indonesia.

Dilihat dari beberapa peraturan diatas yang mewajibkan Negara untuk melindungi
kedaulatan rakyat serta kedaulatan wilayah maka dapat disimpulkan bahwa betapa
pentingnya kedaulatan Negara untuk terus dijaga dan dilindungi.

Dari kasus pengklaiman Kepulauan Natuna oleh China, mengindikasikan


beberapa opini penulis. Pertama, kekuatan nasional kita masih rendah. Kedua,
pemerintah Indonesia menggampangkan masalah perbatasan. Ketiga, pemeirntah
China yang memandang rendah kekuatan nasional kita. Keempat, indonesia
mempunyai kekuatan nasional yang kuat, tetapi China mempunyai kartu As kita
atau ada unsure politik didalamnya. Dan yang terakhir pemerintah indonesia
kurang tegas dalam menakut-nakuti dan memberi peringatan kepada Negara-
negara tetangga tentang batas terotorial Negara Indonesia.
Untuk opsi pertama, maka kita dapat beranggapan bahwa memang kekuatan
nasional kita belum secangggih Negara-negara maju. Opsi kedua, mungkin kita
bisa menyetujui pernyataan tersebut. Negara kita akan cenderung untuk
mengurusi masalah-masalah yang ada dipusat saja, sedangkan masalah atau
wilayah yang berada di perbatasan lebih dikesampingkan dan ditinggalkan tanpa
adanya pengelolaan dari Negara. Oleh karenanya, penduduk yang menduduki
wilayah perbatasan tersebut beranggapan bahwa mereka kurang mendapat
pengakuan dan perhatian dari pemerintah, sehingga mereka mencari perhatian dan
pengakuan dari Negara lain. selain itu dengan didukung oleh jarak yang lebih
dekat dengan engara tetangga mereka lebih dekat dengan Negara tetangga
ketimbang dengan Negara nya sendiri. mereka merasa sing dengan negaranya
sendiri.

Dengan adanya pengklaiman ini sangat ebrakibat pada ketahanan dan keamanan
Negara kita. Ketahanan Negara akan terusik oleh adanya konflik ini. Selain itu
Negara kita akan dipandang lemah dan tidak mampu melindungi wilayahnya
sendiri oleh Negara-negara lain. dengan dipandang lemah tersebut, maka
kemungkinan bahwa kita selamnya akan dianggap rendah oleh Negara-negara
lain. semakin berkurangnya sedikit demi sedikit wilayah territorial kita juga
menjadi salah satu dampak adanya pengklaiamn wilayah. lebih ekstrim lagi,
masyarakat Indoensia tidak akna percaya lagi pada pemerintah karena kasus ini.
Tujuan Negara yakni melindungi keutuhan NKRI menjadi tersendat dan tidak
berjalan sesuai rencana.

Sedang untuk masalah keamanan Negara, jelas hal ini akan berdampak. Dengan
adanya pengklaiman ini, dari penduduk Natuna sendiir pasti memiliki tekanan dan
rasa takut karena mereka menjadi subjek dari perebutan oleh Negara China. Selain
itu, mereka juga akan mempnyai tekanan batin dan takut, apabila sewaktu-waktu
China mengancam mereka untuk menyetujui mereka masuk ke wilayah China.
Lebih luas lagi dalam kawasan Negara, hal ini menjadi perhatian nasional.
Dimana keamanan Negara, karena kita terlalu berkutat pada masalah perbatasan
ini, ditakutkan bahwa rakyat semakin merasa tidak aman. Mereka akan mengira
bahwa Negara tidak mampu melindungi mereka dari pengaurh Negara lain
khususnya dalam hal keamanan Negara.

Seperti yang diungkapkan oleh menteri luar negeri kita retno Pinasti bahwa
pemerintah Poin kedua dari protes Indonesia ke negeri Tirai Bambu itu, mengenai
upaya yang dilakukan oleh coast guard China untuk mencegah upaya penegakan
hukum yang dilakukan oleh otoritas Indonesia di wilayah ZEE dan landas
kontinen. Di mana, salah satu kapal coast guard China tiba-tiba mengejar Kapal
Pengawas (KP) Hiu 11 milik Indonesia dan kapal tangkapan KM Kway Fey
10078 China dengan kecepatan 25 knots. Kapal cost guard itu justru menabrak
kapal tangkapan hingga rusak. Akhirnya, petugas meninggalkan kapal tangkapan
tersebut demi keselamatan.Indonesia menyampaikan tiga prots terhadap
pemerintah China terkait kasus Natuna “Pertama adalah mengenai masalah
pelanggaran hak berdaulat dan yuridiksi Indonesia di kawasan ZEE (Zona
Eekonomi Ekslusif) dan landas kontinen,” jelas Retno, di Istana Negara, Jakarta,
Senin 21 Maret 2016.
Dengan melihat betapa seriusnya Negara dalam hal mempertahankan wilayah kita
dan menyelesaikan konflik ini, maka bisa disimpulkan bahwa dengan adanya
pengklaiaman wilayah Kepulauan Natuna ini berdampak sangat besar pada
ketahanan dan keamanan Negara. Selain itu yang terpenting adalah kedaulatan
Negara yang dilanggar oleh China. Dengan beraninya mereka melanggar
kedaulatan Negara yang dapat diasumsikan itu merupakan rumah atau kekuasaan
Indoensia. Bisa dibayangkan bagaimana kacaunya apabila suatu Negara
wilayahnya diambil dan diklaim oleh Negara tetangga yang itu merupakan sudah
jelas miliknya Negara tersebut.“Dan, yang ketiga adalah keberatan kita atau protes
kita terhadap pelanggaran kedaulatan laut teritorial indonesia.

3. Penutup

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan diatas adalah :

1. bahwa setiap negara berhak mendapatkan kedaulatan atas suatu tempat atau

suatu wilayah

2. cara mendapatkan kedaulatan itu bisa dengan berbagai cara seperti yang sudah

dijelaskan pada bagian pembahasan di atas ada banyak cara yang dapat

dilakukan agar dalam rangka merebutkan suatau kedaulatan teritorial itu dapat

dilakukan secara baik dan benar tanpa adanya kekerasan satu sama lain

3.

3.2 Saran

Saran untuk masalah mengenai kasus diatas sebaiknya China tidak dengan
semena-mena mengklaim natuna secara sepihak melainkan harus didiskusikan
secara baik dengan pihak yang juga menginginkan akan kedaulatan teritorial pada
tempat itu agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa mengakibatkan berujung
dengan perang demi memperebutkan suatu tempat atau wilayah.

Daftar pustaka
1.Robiat Cahyani.2016. Analisis Kasus Natuna Indonesia-China (Terkait dengan
Pertahanan dan Keamanan Negara) di ac.id/2016/05/08/analisis-kasus-natuna-
indonesia-china-terkait-dengan-pertahanan-dan-keamanan-negara/ (diakses
tanggal 1 maret).

Anda mungkin juga menyukai