Oleh:
LARBIEL HADI
1
Ilmu Negara
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. Pegertian Ilmu Kenegaraan
Jika ditinjau dari segi istilah, maka istilah Ilmu Kenegaraan
(Staatswetenschap/General Sate Science) merupakan istilah yang
tertua disamping Ilmu Negara (Staats Leer) dan Ilmu Politik
(Wetenschap der Politiek).
Pengertian istilah staatswetenschap bukanlah ilmu kenegaraan
yang ditinjau dari sudut hukum saja, tetapi juga dari sudut ekonomi
sebagai akibat dari pengaruh merkantilisme.
Merkantilisme adalah politik ekonomi di Eropa Barat yang
menyamakan uang dengan kekayaan, berusaha memperoleh emas,
meningkatkan hasil produksi pabrik dan ekspor, pembea-an impor dan
memeras negara jajahan.
Aliran merkantilisme disebut juga ajaran neraca perdagangan
karena berusaha untuk membuat neraca perdagangan lebih aktif,
artinya volume ekspor harus lebih besar dari impor sehingga
mendapatkan keuntungan.
2
Ilmu Negara
3
Ilmu Negara
menyelidiki dan menetapkan asal mula, inti sari dan wujud negara pada
umumnya.
Obyek penyelidikan ilmu negara adalah negara secara umum,
sehingga ia sering disebut sebagai ilmu negara umum.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup serta obyek
penyelidikan Ilmu Negara adalah negara dalam pengertian abstrak,
terlepas dari waktu dan tempat, bukan suatu negara tertentu yang secara
positif ada pada suatu waktu dan tempat tertentu. Ilmu Negara menyelidiki
pengertian-pengertian pokok (grondbegrippen) dan sendi-sendi pokok
(grondbeginselen) dari negara yang berlaku untuk dan terdapat pada
setiap negara.
1. Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang
berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-
sifat yang tegak dan tetap.
Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,bahwa :
Negara sebagai pribadi hukum internasional seharusnya memiliki
kualifikasi sebagai berikut :
a. Penduduk yang menetap.
b. Wilayah tertentu
c. Suatu pemerintahan
d. Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara
lain.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaannya, baik militer, politik, ekonomi maupun sosial budayanya
diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda
dengan bentuk organisasi lain terutama karena hak negara untuk
mencabut nyawa seseorang.
4
Ilmu Negara
5
Ilmu Negara
6
Ilmu Negara
7
Ilmu Negara
8
Ilmu Negara
9
Ilmu Negara
10
Ilmu Negara
11
Ilmu Negara
12
Ilmu Negara
13
Ilmu Negara
b. Segi Manfaat
Ilmu negara tidak mementingkan bagaimana caranya suatu
hukum itu harus dilaksanakan, oleh karena itu ilmu negara
lebih mementingkan negara secara teoritis sedangkan
Hukum Tata Negara dan Hukum administrasi Negara lebih
mementingkan segi prakteknya.
Selain itu, para ahli juga ada yang menyampaikan pendapat
mereka mengenai hubungan antara HTN dengan Ilmu Negara,
diantaranya adalah :
a. Dasril Radjab
a menyimpulkan bahwa ilmu negara merupakan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok
dan sendi-sendi dasar teoritis yang bersifat umum bagi
Hukum Tata Negara. Oleh karena itu untuk dapat mengerti
Hukum Tata Negara harus terlebih dahulu memiliki
pengetahuan secara umum tentang negara (Ilmu Negara).
Dengan demikian, Ilmu Negara dapat memberikan dasar-
dasar teoritis untuk Hukum Tata Negara positif dan Hukum
Tata Negara merupakan penerapan di dalam kenyataan
bahan-bahan teoritis dari Ilmu Negara.
b. Jellinek
Berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah hubungan
antara HTN dengan ilmu negara, yaitu keduanya merupakan
bagian dari staatswissenschaft dalam arti luas.
14
Ilmu Negara
15
Ilmu Negara
16
Ilmu Negara
17
Ilmu Negara
18
Ilmu Negara
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU NEGARA
19
Ilmu Negara
Oleh karena itu, salah satu ciri dari demokrasi adalah turut sertanya
rakyat dalam pemerintahan dan turut sertanya rakyat secara langsung
berasal dari zaman Yunani Purba. Dengan turut serta secara langsung
dalam pemerintahan berarti rakyat melakukan pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan. Pada saat itu, yang disebut ”rakayt” adalah warga
kota (citizen) yang merupakan sebagian kecil dari penduduk Athena.
20
Ilmu Negara
21
Ilmu Negara
22
Ilmu Negara
23
Ilmu Negara
sendiri maka luas suatu negara harus diukur. Suatu negara tidak boleh
memiliki luas yang tidak diketahui.
24
Ilmu Negara
25
Ilmu Negara
26
Ilmu Negara
27
Ilmu Negara
28
Ilmu Negara
b. Politica
c. Rhetorica
29
Ilmu Negara
30
Ilmu Negara
31
Ilmu Negara
32
Ilmu Negara
33
Ilmu Negara
34
Ilmu Negara
B. ZAMAN ROMAWI
1. Masa Kerajaan
Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara adalah
monarki dan dipimpin oleh seorang raja.
2. Masa Republik
Republik atau republiek berasal dari kata res (kepentingan) dan
publica (umum). Republik adalah pemerintahan yang dijalankan
untuk kepentingan umum.
35
Ilmu Negara
3. Masa Prinsipat
Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada saat itu,
raja-raja Romawi belum mempunyai kewibawaan, namun pada
hakekatnya mereka memerintah secara mutlak.
Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya
perwakilan yang menghisap, dari pihak Caesar terhadap
kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam
lapangan ilmu negara digunakan konstruksi Ulpianus yang
menyatakan, bahwa : kedaulatan rakyat diberikan kepada prinsep
atau raja melalui suatu perjanjian yang termuat dalam undang-
undang yang disusun olehnya dan diatur dalam Lex Regia. Jadi,
landasan hukumnya adalah perjanjian yang terletak dalam
lapangan hukum perdata. Setelah kekuasaan diberikan kepada
Prinsep maka rakyat pada kenyataannya tidak dapat meminta
pertanggung jawaban atas perbuatan prinsep.
Ahli hukum (doktoris iuris) yang terkenal pada saat itu adalah
Gajus, Modestinus, Paulus, Papinianus dan Ulpianus.
Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :
a. Solus publica suprema lex (kepentingan umum mengatasi
undang-undang)
b. Princepes legibus solutus est (Rajalah yang menentukan
kepentingan umum).
Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum tersebut
dirumuskan dalam undang-undang sehingga derajat kepentingan
umum lebih tinggi dari undang-undang. Namun, yang merumuskan
kepentingan umum adalah raja. Otomatis, dalam merumuskan
kepentingan umum tersebut raja bertindak demi kepentingan
pribadinya.
36
Ilmu Negara
37
Ilmu Negara
2. Thomas Aquino
Thomas Aquino merupakan tokoh dari aliran hukum alam.
Menurut sumbernya, hukum alam dapat berupa :
a. Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (irrasional)
b. Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia.
38
Ilmu Negara
39
Ilmu Negara
3. Dante Alighieri
Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De Monarchia,
salah satu karya besarnya dan merupakan satu-satunya peninggalan
Dante yang merupakan karya kenegaraan. Dalam bukunya, Dante
memimpikan suatu kerajaan dunia yang melawan kerajaan Paus.
Kerajaan dunia tersebut yang akan menyelenggarakan perdamaian
dunia. Tujuan negara menurut Dante adalah untuk menyelenggarakan
perdamaian dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang
sama bagi semua umat.
De Monarchia terdiri atas 3 bab, yaitu :
a. Bab I mempersoalkan kerajaan dunia.
Pada bab I, Dante menekankan perlunya kerajaan dunia,
yaitu untuk kepentingan dunia itu sendiri dalam rangka
menyelenggarakan perdamaian dunia.
Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan keadilan
tertinggi. Rakyat yang hidup dengan berbagai peraturan
yang berbeda diatasi dengan peraturan yang dapat
menciptakan kerjasama diantara masyarakat.
Kerajaan dunia (imperium) merupakan satu kesatuan
kekuasaan, sebab jika kerajaan dibagi maka akan musnah.
b. Bab II menyelidiki apakah kaisar Jerman itu merupakan
kaisar yang sah?
c. Apakah kekuasaan kaisar berasal dari Tuhan atau berasal
dari perantara?
Genesis dianggap sebagai sumber bagi teori Innocentius III
untuk Teori Cahayanya sebagai kunci kekuasan Paus yang
40
Ilmu Negara
41
Ilmu Negara
D. ZAMAN RENAISSANCE
E. ZAMAN HUKUM KENEGARAAN POSITIF
42
Ilmu Negara
BAB III
TEORI SIFAT HAKEKAT NEGARA
(das Wesssen des Staates)
43
Ilmu Negara
44
Ilmu Negara
45
Ilmu Negara
46
Ilmu Negara
47
Ilmu Negara
48
Ilmu Negara
49
Ilmu Negara
50
Ilmu Negara
BAB IV
TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA
(Die Lehren von der Rechtsfertigung des Staates)
51
Ilmu Negara
52
Ilmu Negara
b. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, negara yang burukpun bukan
buatan setan tetapi tetap diakui sebagai perwujudan
kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara timbul dari
pergaulan antara manusia yang ditentukan oleh hukum dan
tata alam. Hukum tata alam juga terjadi dari kehendak
Tuhan dan menurut hukum Tuhan.
Tuhan menjadikan manusia sebagai mahluk yang bergaul
dan memberikan seorang pemimpin (raja). Oleh karena itu,
kekuasaan raja dalam memimpin negara juga berasal dari
Tuhan.
c. Ludwig von Haller
Menurut Ludwig von Heller, sifat negara adalah ketertiban.
Dalam negara ada tuan dan hamba, ada yang kuat dan yang
lemah, ada yang tinggi dan rendah serta ada yang kaya dan
miskin. Yang kuat berkuasa memerintah yang lemah. Hal ini
merupakan kodrat alam dan itulah yang dikehendaki dan
diatur oleh Tuhan. Manusia dengan segala kecerdasannya
tidak mungkin dapat mengubah keadaan yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Dari kuasa dan kehendak Tuhanlah
asal segala kekuasaan dan asal berdirinya negara.
d. Friedrich Julius Sthal
Dalam bukunya, Die Philosophie des Rechts, ia berpendapat
bahwa negara timbul dari takdir ilahi. Kekuasaan dapat
tampak sebagai penyusunan kekuasaan oleh manusia, baik
dalam keluarga, kelompok, suku, bangsa atau gereja.
Namun, pada hakekatnya, kekuasaan terjadi karena
kehendak dan kekuasaan Tuhan. Peperangan,
penyerbuan,penaklukan, penyerahan dll terjadi karena
kehendak Tuhan. Selain itu, Friedrich juga berpendapat
53
Ilmu Negara
54
Ilmu Negara
55
Ilmu Negara
56
Ilmu Negara
57
Ilmu Negara
58
Ilmu Negara
59
Ilmu Negara
60
Ilmu Negara
c. Legitimasi Etis-Filosofis
Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari
pendapat Wolf dan Hegel, yaitu bahwa pembentukan negara
merupakan keharusan moral yang tertinggi untuk
mewujudkan cita-cita tertinggi dari manusia dalam suatu
lingkungan politik yang bernama negara.
Legitimasi etis (moral) mempersoalkan keabsahan
wewenang kekuasaan politik dari segi norma moral, bukan
dari kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat, bukan
pula atas dasar ketentuan hukum (legalitas) tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan akhir
dari kemauan dan kemampuan pihak penguasa. Walaupun
suatu pemerintahan memiliki banyak legitimasi sebagai
dasar kekuasaannya, namun tanpa adanya legitimasi etis
yang berpihak pada kepentingan kepentingan kemanusiaan
maka pemerintahan tersebut pasti akan dijatuhkan, baik
melalui pemberontakan sosial, demonstrasi people power,
revolusi, reformasi (evolusi) atau pergantian melalui
mekanisme konstitusional.
Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena negara
merupakan cita-cita manusia yang membentuknya.
Dalam konteks negara Republik Indonesia, keberadaan
negara dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan etis secara
kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan negara
seharusnya berdiri tergak di atas legitimasi yang kokoh, di atas seluruh
legitimasi. Tidak hanya bersifat teologis, sosiologis (mendapat
pengkuan masyarakat) dan yuridis (berlaku sebagai hukum positif
dalam format yuridis ketatanegaraan tertentu) namun juga etisfilosofis.
61
Ilmu Negara
62
Ilmu Negara
BAB V
TEORI TERJADINYA NEGARA
Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses
dengan dipenuhinya satu unsur kepada unsur lainnya sehingga pada
akhirnya seluruh unsur terpenuhi. Dengan dipenuhinya seluruh unsur
tersebut maka kapasitas negara sebagai entitas politik tidak diragukan
lagi sebagai subjek hukum (legal entity). Dalam hukum internasional
disebut sebagai subjek hukum internasional yang berkapasitas penuh
dalam kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang
membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihubungkan
dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4
phase, yaitu :
a. Phase Genootshap (Genossenschaft)
Fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang
menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama dan
disadarkan pada persamaan. Mereka menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yang sama. Kepemimpinan
dipilih secara Primus Inter Pares (yang terkemuka diantara
yang sama).
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur bangsa.
b. Phase Reich (Rijk)
Pada fase ini, kelompok orang yang telah menggabungkan
diri tersebut telah sadar akan hak milik atas tanah sehingga
kemudian muncul tuan-tuan tanah yang berkuasa atas tanah
63
Ilmu Negara
64
Ilmu Negara
a. Pengakuan De Facto
Pengakuan de facto adalah pengakuan yang bersifat sementara
terhadap terbentuknya suatu negara baru. Hal ini disebabkan
karena pada kenyataannya memang telah terbentuk suatu negara
baru namun apakah terbentuknya negara baru tersebut telah
melalui prosedur hukum atau tidak masih memerlukan penelitian
lebih lanjut. Oleh karena itu pengakuan yang diberikan masih
bersifat sementara. Pengakuan de facto dapat meningkat kepada
pengakuan de jure jika ternyata terbentuknya negara baru tersebut
memang telah melalui prosedur hukum yang sebenarnya.
b. Pengakuan De Jure (Pengakuan Yuridis)
Pengakuan de jure adalah pengakuan yang seluas-luasnya dan
bersifat tetap terhadap timbulnya suatu negara baru karena
terbentuknya negara baru tersebut berdasarkan hukum.
c. Pengakuan atas Pemerintahan De Facto
Pengakuan terhadap pemerintahan de facto adalah pengakuan
hanya terhadap pemerintahan suatu negara sedangkan
wilayahnya tidak diakui.
Unsur-unsur yang harus ada dalam suatu negara adalah
pemerintahan, wilayah dan rakyat. Dengan demikian jika yang ada
hanya pemerintahannya maka itu bukanlah negara karena tidak
seluruh unsurnya terpenuhi.
Suatu negara, selain dapat terbentuk atau timbul juga dapat runtuh
atau lenyap. Runtuh atau lenyapnya suatu negara dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
1. Hilangnya negara karena faktor alam.
Suatu negara yang sudah ada menjadi lenyap karena faktor alam.
Alam menyebabkan wilayah suatu negara menjadi hilang lenyap.
Misalnya : negara Atlantis.
Hilangnya negara karena faktor alam antara lain disebabkan karena :
a. Gunung meletus
65
Ilmu Negara
66
Ilmu Negara
67
Ilmu Negara
hingga saat ini terus diperjuangkan adalah bentuk Negara hukum yang
demokratis.
68
Ilmu Negara
BAB VI
TEORI TUJUAN NEGARA
(Die Lehren vom Zweck des Staates)
69
Ilmu Negara
70
Ilmu Negara
71
Ilmu Negara
72
Ilmu Negara
73
Ilmu Negara
74
Ilmu Negara
BAB VII
TEORI TIPE-TIPE NEGARA
75
Ilmu Negara
76
Ilmu Negara
77
Ilmu Negara
78
Ilmu Negara
79
Ilmu Negara
80
Ilmu Negara
81
Ilmu Negara
82
Ilmu Negara
83
Ilmu Negara
BAB VIII
TEORI BENTUK NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN
A. BENTUK NEGARA
Bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara
keseluruhan, mengenai struktur negara yang meliputi segenap umsur-
unsurnya, yaitu daerah, bangsa dan pemerintahan. Bentuk negara
melukiskan dasar negara, susunan dan tata tertib suatu negara
berhubungan dengan organ tertinggi di negara itu itu dan kedudukan
masing-masing organ dalam kekuasaan negara. Teori bentuk negara
bermaksud membahas sistem penjelmaan politis dari unsur-unsur
negara.
1. Monarchie
Monarchie (Kerajaan, Kesultanan, Kekaisaran) ialah negara yang
dikepalai oleh seorang raja, bersifat turun temurun dan menjabat
untuk seumur hidup. Selain raja, kepala negara monarki dapat
berupa Kaisar (Kaisar Jepang dan China sebelum dijajah Inggris),
Syah (Syah Iran) dan Sultan (Sultan Brunei).
Bentuk negara monarki dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Monarki Mutlak (Absolut)
Yaitu seluruh kekuasaan negara berada di tangan raja dimana
raja mempunyai kekuasaan dan wewenang mutlak dan tidak
terbatas.
Misalnya :
1) Prancis di bawah Louis XIV dan XVI
2) Spanyol di bawah Raja Philip II
3) Rusia di bawah Tsar Nicholas
b. Monarki Terbatas (Monarki Terbatas/Monarki dengan undang-
undang).
84
Ilmu Negara
2. Republik
Republik berasal dari bahasa latin, respublica yang artinya
kepentingan umum.
Negara republik adalah negara dengan pemerintahan rakyat yang
dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih dari dan
oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu (Di AS, presiden menjabat
selama 4 tahun dan di Indonesia selama 5 tahun).
Negara yang berbentuk republik contohnya adalah Republik
Indonesia, Republik Filipina, Republik Rakyat China.
Macam-macam bentuk republik :
a. Republik dengan sistem pemerintahan secara langsung (system
referendum) → Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
b. Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan rakyat
(system parlementer) → Republik Indonesia pada saat
berlakunya UUD 1950.
c. Republik dengan sistem pemisahan kekuasaan (system
presidensil) → Republik Indonesia.
85
Ilmu Negara
86
Ilmu Negara
a. Monarki
Monarki adalah suatu negara yang diperintah oleh suatu
dinasti, dimana kepala negara diangkat berdasarkan
keturunan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa pada
dasarnya adalah ketidaksamaan karena tidak setiap orang
dapat menjadi kepala negara.
b. Republik
Bentuk republik didasarkan pada asas kesamaan, kepala
negara diangkat berdasarkan kemauan orang banyak dan
setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala
negara. Kepala negara dalam negara republik tidak diangkat
berdasarkan keturunan atau kepribadian melainkan karena
kemauan rakyat secara politis dan kenegaraan.
c. Autoritaren Fuhrerstaat
Kepala negara dalam Autoritaren Fuhrerstaat diangkat atas
dasar pikiran bahwa yang dapat berkuasa disebut ’ger
Gedanken der staatsautoritat.
Jadi dalam Autoritaren Fuhrerstaat, dasar ukurannya adalah
ketidaksamaan. Namun, asas ketidaksamaannya berbeda
dengan monarki. Asas ketidaksamaan dalam monarki
bertitik tolak pada keturunan atau dinasti. Sedangkan pada
Autoritaren Fuhrerstaat, ketidaksamaannya bertitik tolak
pada pikiran yang dapat menguasai negara.
5. Aristoteles
Aristoteles membedakan bentuk negara berdasarkan ukuran
kuantitas untuk bentuk ideal dan ukuran kualitas untuk bentuk
pemerosotan.
Menurut Aristoteles, bentuk negara dibedakan dalam :
a. Monarki
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak
maka bentuk negaranya adalah monarki, jika merosot
87
Ilmu Negara
88
Ilmu Negara
b. Aristokrasi
Bila negara diperintah oleh beberapa orang untuk
kepentingan orang banyak maka bentuk negara tersebut
adalah aristokrasi. Pemerosotan dari bentuk aristokrasi
adalah jika beberapa orang memerintah untuk kepentingan
golongan sendiri maka bentuk negara menjadi oligarkhi,
sedangkan jika untuk kepentingan orang kaya maka
dinamakan plutokrasi.
Aristokrasi adalah negara yang pimpinan tertingginya
dipegang oleh beberapa orang, biasanya dari golongan
feodal, golongan yang berkuasa.
Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat
dibedakan berdasaran :
1) Kelahiran (kebangsawanan)
2) Umur
3) Hak milik atas tanah
4) Kekayaan
5) Kerajinan
6) Pendidikan
7) Fungsi militer dll.
c. Politiea
Jika yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan
seluruh orang pula maka bentuk negaranya adalah politiea.
Jika merosot menjadi perwakilan maka bentuk negaranya
dinamakan demokrasi.
6. Polybios
Menurut Polybios, demokrasi merupakan bentuk ideal
sedangkan bentuk pemerosotannya adalah ochlocratie atau
mobocratie.
89
Ilmu Negara
90
Ilmu Negara
B. BENTUK PEMERINTAHAN
Teori mengenai bentuk pemerintahan meninjau bentuk negara
secara yuridis. Bermaksud untuk mengungkapkan sistem yang
menentukan hubungan antara alat-alat perlengkapan negara dalam
menentukan kebijakan negara. Hal ini dapat ditemui dalam konstitusi
negara.
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu :
1. Sistem
Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan
terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan
fungsional baik diantara bagian-bagian maupun hubungan
fungsional terhadap keseluruhannya. Sehingga hubungan
tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-
bagian. Akibatnya, jika salah satu bagian tidak bekerja dengan
baik akan mempengaruhi keseluruhannya.
2. Pemerintahan
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh
negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara sendiri.
Oleh karena itu jika kita membicarakan tentang sistem
pemerintahan pada dasarnya adalah membicarakan bagaimana
pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-
lembaga negara menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu,
dalam rangka menyelenggarakan kepentingan rakyat.
Pada dasarnya sistem pemerintahan dapat dibedakan dalam :
1. Sistem Parlementer
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana
hubungan antara eksekutif dan legislative (badan perwakilan)
mempunyai hubungan yang erat. Hal ini disebabkan karena
adanya pertanggungjawaban para menteri kepada parlemen.
91
Ilmu Negara
2. Sistem Presidensiil
Adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak
bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Dengan
kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan
parlemen.
Ciri-ciri pemerintahan presidensiil :
a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin
kabinetnya yang semuanya diangkat olehnya dan
bertanggung jawab kepadanya. Ia sekaligus merupakan
kepala negra (lambang negara) dengan masa jabatan yang
telah ditentukan dengan pasti oleh UUD.
b. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif tetapi dipilih oleh
sejumlah pemilih. Oleh karena itu ia bukan bagian dari
92
Ilmu Negara
93
Ilmu Negara
3. Sistem Quasi
Sistem pemerintahan quasi merupakan bentuk variasi dari
sistem pemerintahan presidensiil dan parlementer. Dalam
sistem ini dikenal dua macam quasi, yaitu :
a. Quasi Presidensiil
Presiden merupakan kepala pemerintahan dengan dibantu
oleh kabinet (ciri presidensiil) tetapi dia bertanggung jawab
kepada lembaga dimana dia bertanggung jawab sehingga
lembaga ini (legislatif) dapat menjatuhkan presiden/eksekutif
(ciri sistem parlementer).
Misalnya : sistem pemerintahan Republik Indonesia.
b. Quasi Parlementer
94
Ilmu Negara
4. Sistem Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh
rakyat untuk memberikan keputusan setuju atau tidak setuju
terhadap kebijaksanaan yang ditempuh oleh parlemen atau
setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang
dimintakan persetujuan kepada rakyat.
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi
(quasi presidensiil) dan sistem presidensiil murni. Tugas
pembuat undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat
yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam
bentuk referendum.Dalam sistem ini pertentangan antara
eksekutif dan legislatif jarang terjadi.
Berkaitan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk referendum
maka dikenal tiga macam sistem referendum, yaitu :
a. Referendum Obligator
Jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam
suatu pembuatan peraturan perundang-undangan yang akan
mengikat rakyat seluruhnya. Misalnya : persetujuan yang
dibuat oleh rakyat dalam pembuatan UUD.
b. Referendum Fakultatif
Sekelompok masyarakat berhak untuk meminta disahkannya
suatu undang-undang (melalui referendum) yang telah
dibuat oleh parlemen setelah diumumkan. Hal ini biasanya
dilakukan terhadap undang-undang biasa.
c. Referendum consultatif
Yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang teknisnya
rakyat tidak tahu.
Keuntungan dari sistem referendum adalah bahwa dalam setiap
masalah negara, rakyat ikut serta menanggulanginya dan
kedudukan pemerintah stabil sehingga pemerintah akan
95
Ilmu Negara
96
Ilmu Negara
97
Ilmu Negara
98
Ilmu Negara
99
Ilmu Negara
100
Ilmu Negara
101
Ilmu Negara
102
Ilmu Negara
103
Ilmu Negara
b. Kedudukan Presiden
Sebelum amandemen UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan
Presiden sangat dominan, terutama dalam praktek
penyelenggaraan negara. Dengan amandemen UUD 1945 maka
kekuasaan Presiden dikurangi dengan mengembalikan kekuasaan
legislatif kepada DPR. Selain itu, periodisasi lembaga kepresidenan
dibatasi secara tegas, dimana seseorang hanya dapat dipilih
sebagai Presiden maksimal untuk dua kali periode jabatan.
c. Sistem Pemerintahan
UUD 1945 pasca amandemen menetapkan dengan jelas mengenai
sistem presidensiil dalam sistem pemerintahan.
Menurut Sri Soemantri, ciri-ciri sistem presidensiil dalam UUD
1945 pasca amandemen antara lain adalah :
1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat.
2) Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR karena
lembaga ini tidak lagi bertindak sebagai pelaksana kedaulatan
rakyat.
d. Kedudukan MPR dan DPR
Melalui amandemen UUD 1945, MPR tidak lagi berkedudukan
sebagai lembaga tertinggi negara dan pemegang kedaulatan rakyat
yang tertinggi.
Hal ini berimplikasi pada kewenangan MPR yang dulu memiliki
kedudukan strategis, melalui amandemen maka kewenangannya
menjadi :
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
3) Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD 1945.
D. SUSUNAN NEGARA
104
Ilmu Negara
105
Ilmu Negara
2. Negara Federasi
Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian atau
persetujuan.
Dalam negara federasi atau negara serikat
(bondstaat/bundesstaat) merupakan dua atau lebih kesatuan
politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk
bersatu dalam suatu ikatan politik, dimana ikatan tersebut akan
mewakili mereka secara keseluruhan. Jadi merupakan suatu
negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat, karena
yang berdaulat adalah persatuan dari negara-negara tersebut
yaitu negara serikat (pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut
merupakan negara yang merdeka, berdaulat serta berdiri
sendiri. Dengan menggabungkan dalam suatu negara serikat
maka negara yang tadinya berdiri sendiri, sekarang menjadi
negara bagian dan melepaskan sebagian kekuasaan yang
dimilikinya dan menyerahkannya kepada negara serikat.
Kekuasaan yang diserahkan disebutkan satu demi satu
sehingga hanya kekuasaan yang disebutkan saja yang
diserahkan kepada negara serikat (delegated powers).
Umumnya, kekuaaan yang diserahkan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan luar negeri, pertahanan negara,
keuangan dan pos.
Dengan demikian kekuasaan yang diberikan bersifat terbatas
karena kekuasaan yang asli tetap ada pada negara bagian.
106
Ilmu Negara
E. APLIKASI DI INDONESIA
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa : ”....maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada.....”
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : ”Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik”.
107
Ilmu Negara
108
Ilmu Negara
BAB IX
TEORI KEDAULATAN
109
Ilmu Negara
110
Ilmu Negara
111
Ilmu Negara
sumber hukum, oleh karena itu kekuasaan tertinggi harus dimiliki oleh
negara.
112
Ilmu Negara
demikian kekuasaan raja dibatasi oleh hukum alam dan karena raja
mendapatkan kekuasaan dari rakyat maka yang memegang kekuasaan
tertinggi adalah rakyat. Jadi, yang berdaulat adalah rakyat, raja hanya
merupakan pelaksana dari apa yang telah diputuskan atau dikehendaki
oleh rakyat. Hal ini menimbulkan ide baru tentang kedaulatan, yaitu
kedaulatan rakyat yang dipelopori oleh J.J. Rousseau.
Menurut pendapat Rousseau, rakyat bukanlah penjumlahan dari
individu-individu di dalam negara tetapi kesatuan yang dibentuk oleh
individu-individu dan yang mempunyai kehendak. Kehendak diperoleh
dari individu melalui perjanjian masyarakat. Kehendak tersebut oleh
Rousseau disebut kehendak umum (volonte generale) yang dianggap
mencerminkan kehendak umum.
Jika yang dimaksud rakyat adalah penjumlahan individu-individu
dalam negara maka kehendak yang ada padanya bukan kehendak umum
(volonte generale) tetapi volonte de tous. Jika pemerintahan negara
dipegang oleh beberapa/segolongan orang yang merupakan kesatuan
tersendiri dalam negara dan mempunyai kehendak sendiri (volonte de
corps), maka volonte generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya
volonte de corps. Jika pemerintahan hanya dipegang oleh satu orang
yang mempunyai kehendak sendiri (volonte particuliere) maka volonte
generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte particuliere.
Oleh karena itu pemerintahan harus dipegang oleh rakyat, rakyat
mempunyai perwakilan dalam pemerintahan agar volonte generale dapat
terwujud.
Kedaulatan rakyat menurut Rousseau pada prinsipnya adalah cara
untuk memecahkan masalah berdasarkan sistem tertentu yang
memenuhi kehendak umum. Kehendak umum bersifat abstrak (hanya
khayalan) dan kedaulatan adalah kehendak umum.
Teori kedaulatan rakyat diikuti oleh Immanuel Kant yang
mengatakan bahwa tujuan negara adalah untuk menegakkan hukum dan
menjamin kebebasan warga negaranya. Kebebasan disini adalah
113
Ilmu Negara
114
Ilmu Negara
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh sendi kehidupan negara harus mengacu pada nilai-nilai
Ketuhanan. Pilihan norma dan keputusan politik tidak boleh menyimpang
dari nilai ketuhanan (ajaran agama) yang diakui oleh seluruh bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mendudukkan sila Ketuhanan
Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Sedangkan pernyataan bahwa
Indonesia menganut teori kedaulatan hukum terdapat dalam Pasal 1 ayat
(3) UUD 1945 amandemen ketiga yang menyatakan bahwa Indonesia
adalah negara hukum (rechstaat) dan bukan negara atas kekuasaan
belaka (machstaat).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Negara Republik
Indonesia menganut teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan rakyat dan
kedaulatan hukum sekaligus. Dalam operasionalisasi kedaulatan, negara
Republik Indonesia menganut teori kedaulatan pluralis karena masing-
masing lembaga berdaulat atas fungsinya yang telah diberikan oleh
konstitusi. Dikatakan pluralis karena tidak ada lagi lembaga tunggal yang
memegang kedaulatan.
115
Ilmu Negara
BAB X
TEORI UNSUR-UNSUR NEGARA
(Die Rechtliche Stellung der Elemente des Staates)
116
Ilmu Negara
117
Ilmu Negara
118
Ilmu Negara
119
Ilmu Negara
120
Ilmu Negara
121
Ilmu Negara
2. Wilayah
Secara fisik, wilayah negara Republik Indonesia merupakan
bekas wilayah jajahan kerajaan Belanda yang disebut dalam
administrasi Hindia Belanda. Pemerintah Indonesia
menjalankan administrasi pemerintahan secara efektif kepada
seluruh penduduk dalam wilayahnya.
3. Pemerintahan yang berdaulat
Pemeritah Indonesia melakukan hubungan internasional yang
sederajat dan menjadi anggota organisasi-organisasi dalam
lingkup regional atau internasional. Hal ini menunjukkan adanya
pemerintahan yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar.
4. Pengakuan
Berdasarkan teori unsur-unsur negara maka Negara Kesatuan
Republik Indonesia sudah dapat disebut sebagai negara berdaulat atau
berkedudukan sebagai subjek hukum internasional penuh.
122
Ilmu Negara
BAB XI
TEORI FUNGSI NEGARA
123
Ilmu Negara
124