1
Jurnal Sasi Vol. 17 No.2 Bulan April – Juni 2011
ABSTRACT
Remote sensing by satellite can overcome the difficulties of data collection due to the
condition of the territory of Indonesia which is still composed of regions that are difficult to
achieve, can present data to assess natural resources and environment, as well as monitor
ongoing changes either due to natural changes and darmpak of human activity. Differences
of interest between owners of developed countries of remote sensing technology with
developing countries as an owner of natural resources which is the object of sensing data
obtained from satellites. Differences interests of the countries encourage the creation of
differences in perception of the law. As an activity space, remote sensing by satellite is
subject to the provisions of international law governing the activities of states in space.
pesawat udara terbang pada ketinggian dengan kegiatan penginderaan jauh melalui
10.000 m hanya 300 km. Daya pandang dari satelit. Padahal satelit penginderaan jauh
satelit orbit rendah (tinggi 150 km) dapat termasuk salah satu penerapan teknologi
mengamati sekitar 44% muka bumi ruang angkasa yang sangat peka di tinjau
sedangkan dari orbit geosynchronous (tinggi dari segi kepantingan nasional negara-
35.000km) 70% muka bumi secara sesaat negara kerena sifatnya yang tidak mengenal
setiap waktu dapat diamati. Data satelit batas negara (trans-border), menyangkut
penginderaan jauh sangat membantu data dan informasi yang bernilai strategis
kegiatan inventarisasi sumber daya alam, baik dari aspek pertahanan dan keamanan
exploitasi mineral minyak dan gas bumi, maupun kesejahteraan dan menyangkut
pemantauan hutan, gunung api dan bencana masalah-masalah fundamental dari segi
alam lainnya, pemecahan masalah prinsip kedaulatan negara.4
lingkungan dan perencanaan pembangunan. Pengoperasian satelit penginderaan
Data mengenai wilayah Indonesia jauh telah lama dijadikan bahan perundingan
dapat diperoleh dari berbagai sumber, UNCOPUOS (National Committee on the
khususnya dari luar negeri. Berbagai instansi Peaceful Uses of Outer Space) yang
pemerintah, seperti Bakosurtanal, LAPAN, berusaha keras menciptakan suatu perangkat
BPPT, Depatemen Pekerjaan Umum, perjanjian internasional. Akan tetapi kuatnya
Departemen kehutanan, LIPPI juga pendirian beberapa negara terutama negara-
menghimpun data sumber daya alam negara berkembang agar perjanjian tentang
Indonesia termasuk citra satelitnya. Data penginderaan jauh yang menggunakan
yang dikumpulkan melalui stasiun bumi satelit di ruang angkasa hendaknya harus
yang ada di Indonesia dan sebahagian lagi dapat menjamin hak-hak negara yang berada
diperoleh dari stasiun-stasiun bumi yang di bawahnya (subjacent states). Hak-hak ini
berada di Thailand, Swedia, Prancis, meliputi pemanfaatan hasil penginderaan
Amerika Serikat dan India dengan harga jauh, juga di dalam pelaksanaannya prinsip
yang cukup berfariasi.3 kedaulatan negara tetap harus dipegang
Berkaitan dengan perolehan data teguh dan penuh penghargaan terhadap satu
pengoperasian satelit penginderaan jauh, dan lainnya, misalnya cara pemberitahuan
terdapat perbedaan kepentingan antara atau izin terlebih dahulu dari negara yang
negara-negara maju pemilik teknologi diindra.
penginderaan jauh dengan negara-negara Pertentangan pendapat yang
berkembang sebagai pemilik sumberdaya kemudian antara blok barat yang berpegang
alam yang menjadi objek penginderaan. teguh kepada apa yang disebut freedom of
Perbedaan kepentingan negara-negara information dan tidak menghendaki
mendorong terciptanya perbedaan persepsi pengkaitannya dengan soal kedaulatan
hukum. negara, sementara negara-negara blok timur
Sebagai salah satu bagian dari dan negara-negara berkembang menekan
kegiatan rung angkasa, kegiatan satelit perlunya aspek kedaulatan suatu negara
penginderaan jauh harus sesuai dangan diperhatikan. Juga bahwa informasi atas
ketentuan-ketentuan hukum internasional, sumber-sumber alam tidak begitu saja dapat
terutama hukum ruang angkasa. Namun di sebarluaskan secara bebas tanpa izin
ternyata perangkat hukum internasional ini negara yang diindra.5
masih belum memadai bahkan dapat
dikatakan masih vakum dalam kaitan 4
Yasidi Hambali, SH, LLM, Hukum dan Politik
Kedirgantaraan, Penerbit PT Pradnya Paramita,
Jakarta, 1994, h. 95.
3 5
Indroyono Soesilo, Teknologi PenginderaanJarak Prof. Dr. Priyatna Abdurrasyid, SH, Hukum
Jauh di Indonesia, Penerbit CV Buana, Jakarta, Antariksa Nasional (Penempatan Urgensinya),
1994, h 64-67 Penerbit CV. Rajawali Jakarta, 1989, h. 2-4.
Irma H. Hanafi, Aktifitas Penginderaan Jauh ……………... 3
Jurnal Sasi Vol. 17 No.2 Bulan April – Juni 2011
6. Pertahanan Keamanan
Kemampuan satelit penginderaan
jauh untuk kegiatan pemantauan maupun 12
Muslihin Arif, Pemanfaatan Data Penginderaan
Jauh Resolusi Tinggi dalam Mendeteksi Struktur
11
Op.Cit. Indroyoo Soesilo, h 140-290. Permukaan Bumi, LAPAN, 1995, hal 2.
Irma H. Hanafi, Aktifitas Penginderaan Jauh ……………... 6
Jurnal Sasi Vol. 17 No.2 Bulan April – Juni 2011
empat tipe hukum internasional yang peluncur (launching state) bila timbul
berkenaan dengan ruang angkasa, yakni:13 kerugian (demage) kepada negara atau
1) Hukum yang semata-mata berlaku pihak lain.
untuk ruang angkasa c). Pematuhan ketentuan di dalam perangkat
2) Hukum yang berlaku di bumi, ruang perjanjian-perjanjian internasional
udara dan ruang angasa sebagai suatu lainnya di bidang ruang angkasa seperti
kesatuan lingkungan. Liability Convention 1971, Registration
3) Hukum yang berlaku terhadap Convention 1974, Perjanjian-perjanjian
pekerjaan-pekerjaan (kegiatan) yang bilateral seperti misalnya antara Amerika
dilakukan di ruang angkasa dan kadang- Serikat dengan negara-negara lain dalam
kadang mencakup ruang udara. rangka kerjasama pemanfaatan
4) Hukum yang berlaku terutama terhadap satelitLadsat bagi negara yang
aktivitas-aktivitas yang diselenggarakan bersangkutan.
di bumi, sebagai konsekuensi dari Penginderaan jauh melalui satelit
eksplorasi dan khususnya pemanfaatan dapat bekerjasama dengan sempurna
ruang angkasa. bilamana terdiri dari perangkat ruag angkasa
Satelit-satelit peneliti sumber-sumber daya (space segment) yang terdiri dari satelit itu
alam bumi tunduk pada kategori hukum sendiri, perangkat darat yang terdiri dari
yang ke empat. pusat penanganan data dan prasarana yang
Terdapat beberapa ketentuan hukum cukup interpretasi serta kemampuan analisis
internasional yang berlaku dan mengatur data, struktur penyelenggaraan efektif.
tentang kegiatan negara-negara di ruang Unsur ruas ruang angkasa yang
angkasa, tetapi tidak satupun diantaranya terdiri dari satelit tersebut tidak bermasalah
yang mengatur secara jelas dan terperinci karena ruas ruang angkasa diatur dala Outer
mengenai penginderaan jauh melalui satelit. Space Treaty of 1967. Namun demikian
Namun demikian, sebagai kegiatan ruang satelit tersebut tidak dapat bekerja dengan
angkasa, penginderaan jauh melalui satelit sempurna tanpa adanya unsur ruas darat,
tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum sehingga unsur ruas darat dengan unsur ruas
internasional yang mengatur tentang angkasa tidak dapat dipisahkan sama sekali.
kegiatan negara-negara di ruang angkasa Unsur ruas angkasa mengambil data-data
yang antara lain:14 yang ada di permukaan bumi yang
a). Berlakunya prinsip-prinsip di dalam merupakan unsur ruas darat.
Piagam PBB , misalnya pasal 1, Kegiatan ruas angkasa yang berupa
memelihara perdamaian dan keamanan pengoperasian satelit telah dijamin oleh
internasional dan untuk tujuan itu Outer Space Treaty of 1967, asal kegiatan
melarang penggunaan satelit tersebut sesuai dengan norma-norma hukum
penginderaan jauh untuk tujuan agresi. kebiasaan internasional, sebagaimana diatur
b). Pematuhan prinsip-prinsip dalam Space dalam pasal II Outer Space Treaty of 1967,
Treaty 1967 (pasal VI) seperti tanggung berbunyi: “ ruang angkasa, termasuk bulan
jawab negara pengoperasian satelit dan benda langit lainnya tidak dapat
penginderaan jauh sebagai negara dijadikan pemilikan nasional dengan cara
tuntutan kedaulatan, dengan maksud
13 penggunaan atau pendudukan atau dengan
Prof. DR. I. H. Ph. Diederiks-Vershoor, Beberapa
persamaan dan perbedaan antara Hukum Udara cara-cara lainnya.”
dan Hukum Ruang Angkasa (Khusus Dalam Kepentingan negara lain diatur
Bidang Hukum Perdata Internasional), Penerbit dalam pasal III Outer Space Treaty of 1967
14
Sinar Grafika, Jakarta, 1991. H. 11. sebagai berikut: “ negara-negara peserta
Yasidi Hambali, SH. LLM, Hukum dan Politik perjanjian harus melaksanakan kegiatan
Kedirgantaraan, Penerbit PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 1994, h. 100. eksplorasi dan penggunaan ruang angkasa
Irma H. Hanafi, Aktifitas Penginderaan Jauh ……………... 7
Jurnal Sasi Vol. 17 No.2 Bulan April – Juni 2011
ruang angkasa, berbagai cara penerapannya, jauh.Karakteristik dalam resolusi ini yakni
sehingga dapat digunakan sebagai proposal bahwa harus diadakan suatu keseimbangan
untuk kegiatan internasional. antara perhatian terhadap negara pengindera,
Konferensi kedua UNISPACE negara yang memiliki keperluan terhadap
(konferensi PBB mengenai eksploitasi dan kapasitas ruang angkasanya dan kebutuhan
pemanfaatan ruang angkasa dengan maksud dari negara diindera yang kebanyakan
damai) yang dilakukan Majelis Umum adalah negara-negara yang sedang
berdasarkan rekomendasi UNCOPUOS dan berkembang. Yang perlu untuk
diikuti berbagai negara-negara berkembang dipertimbangkan dan sangat peting adalah
serta negara-negra maju. Kelompok negara- kompromi sebagai pembuka jalan dalam
negara berkembang diberi nama kelompok menyeimbangkan kepentingan negara-
77. negara tersebut.
Kelompok negara-negara maju Beberapa prinsip dalam Resolusi
sangat konsisten dan tidak melakukan PBB No. 41/46 tentang penginderaan jauh
diskriminasi terhadap data sakunder satelit yang mendapat perhatian khusus yakni:
penginderaan jauh dari tiap negara. a. Prinsip ke II, menyatakan bahwa
Rekomendasi masukan dari UNISPACE : aktivitas penginderaan jauh harus
a. Bagi organisasi-organisasi yang membawa manfaat bagi kepentingan
bergerak dibidang pertanian dan bahan semua negara, tidak terlepas dari segi
makanan, persatuan nasional, ekonomi, sosial dan ilmu pengetahuan
pendidikan, organisasi ilmu serta perkembangan teknologi dan
pengetahuan dan kebudayaan, program member perhatian khusus bagi
pengembangan persatuan nasional, kebutuhan dari negara-negara
dalam programnya harus mengadakan berkembang.
dialog, antara organisasi tersebut dan b. Prinsip IV, ditekankan legitimasi hak
harus mengadakan dialog antara dan perhatian pada suatu negara,
pemakai, perencana dan produsennya. karenanya hak negara yang terindera
b. Suatu studi diperlukan untuk dijamin dengan resolusi ini.
pengembangan system penginderaan c. Prinsip XI diperhatikan kepentingan
jauh melalui satelit. negara terindera terutama menyangkut
c. Kerjasama tertutup secara nasional atau data primer dan proses data dalam
internasional untuk pengembangan wilayah tanpa dasar diskriminasi dan
suatu wilayah dapat menghasilkan harga yang layak. Ini sangat penting
keuntungan maksimum dengan biaya bagi negara-negara berkembang.
yang serendah-rendahnya. d. Prinsip V, memperkuat ketetapan dari
d. Pelaporan data meteorologi dari satelit Space Treaty Article IX tentang
penginderaan jauh yang bebas dan penginderan jauh harus dapat
kontinyu untuk mengembangkan suatu memberikan perlidungan pada
wilayah terutama untuk sektor pertanian sumberdaya alam. Dalam prinsip V,
harus dilakukan pelayanan yang dikatakan bahwa negara-negara dalam
terpadu. melakukan aktifitas penginderaan jauh
Satu-satuya perangkat hukum harus mengajukan kerjasama
internasional yang mengatur khusus tentang internasional dalam setiap aktifitas ini.
penginderaan jauh melalaui satelit, Untuk itu negara-negara harus dapat
dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB pada bersedia untuk negara lain mengambil
tanggal 11 Desember 1986 UN Resolution kesempatan ikut serta dalam bagian ini.
41/46.Principles Relating to Remote Sensing Partisipasi merupakan hal yang
of the Earth from Outer Space.Resolusi ini mendasar untuk mencapai hasil yang
terdiri dari 15 prinsip tentang penginderaan lebih baik.
Irma H. Hanafi, Aktifitas Penginderaan Jauh ……………... 9
Jurnal Sasi Vol. 17 No.2 Bulan April – Juni 2011