Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi merupakan sebuah planet yang luas dan istimewa dari segi bentuk
dan isinya. Banyak hal yang tejadi di dalam bumi hingga bumi berbentuk
sedemikian rupa. Halini dipengaruhi oleh faktor endogen maupun faktor
eksogen. Dari faktor tersebut planet bumi memiliki morfologi yang sangat
beragam begitu pula dengan negara kita tercinta Indonesia.
Indonesia memiliki bentukkan alam yang indah luar biasa yang
terkenal sebagai negara maritim. Hal ini dikarenakan luas Indonesia adalah
3.257.357 km atau 3/2 dari luas daratan Indonesia itu sendiri. Dengan
luasnya lautan yang dimiliki Indonesia serta proses yang mempengaruhinya
menjadikan Indonesia memiliki bentukkan atau morfologi marine yang
kompleks. Salah satu lokasi memiliki bentukkan marine yang kompleks
adalah di Pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki bentukkan marine yang lengkap
mulai dari pantai bertebing dengan ombaknya yang ganas di bagian Selatan
hingga pantai yang bersedimentasi tinggi di bagian Utara. Bentang alam yang
ada diantaranya yaitu samudera, perairan pantai, selat, teluk, gugusan
terumbu karang, gugusan pulau-pulau kecil, pesisir, muara, delta, rumput laut,
hutan mangrove, dan daerah pasang surut.
Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki pantai dengan keindahan
yang mempesona adalah di Pulau Jawa yaitu Jawa Barat. Keindahan pantai
Jawa Barat tidak diragukan lagi. Keinadahan ini adalah bentuk daya tarik dari
morfologi marine yang luar biasa.
Bumi dikatakan sebagai tempat yang sempurna karena didalamnya
ditinggali makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa salah satunya adalah
manusia yang bertugas untuk menjaga bumi. Manusia adalah khalifah dimuka
bumi yang dianugrahi akal fikiran. Dengan diberikannya akal pada manusia,
manusia dapat memunculkan ilmu pengetahuan untuk kepentingan umum.
Dari ilmu pengetahuan tersebut manusia dapat menciptakan teknologi untuk
membantu atau mempermudah dalam melakukan aktivitasnya. Semakin

berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) mendorong


semakin banyaknya para ilmuwan meneliti alam yang ada di sekitarnya. Dari
mulai hal yang mudah terlihat oleh mata hingga objek yang sulit dilihat oleh
mata telanjang. Hal tersebut menciptakan ilmu mengenai Penginderaan Jauh.
Untuk meningkatkan pengetahuan kitaakan keadaan maritim indonesia,
maka kita harus mempunyai banyak informasi mengenai hal itu. Salah
satunya adalah untuk mengetahui setiap bentukkan marine yang ada di Jawa
Barat seperti yang ada di Teluk Pelabuhan Ratu. Melihat keadaan luasnya
wilayah perairan Jawa Barat terutama Teluk Pelabuhan Ratu kita dapat
memanfaatkan teknologi Penginderaan Jauh untuk membantu mendapatkan
informasinya.

Maka dari itu penyusun tertarik untuk membuat laporan

dengan judul Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Mengidentifikasi Teluk


Menggunakan RGB 321 Kecamatan Pelabuhan Ratu

Kabupaten

Sukabumi Provinsi Jawa Barat.


B. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam laporan
praktikum ini, maka dari itu penyusun membuat rumusan masalah dalam
bentuk pertanyaan, diantaranya adalah:
1. Bagaimana kondisi fisik dan sosial di Desa Pelabuhan Ratu Kecamatan
Pelabuhan Ratu?
2. Bagaimana mengidentifikasi bentukkan teluk yang terdapat di Pelabuhan
Ratu menggunakan citra landsat 2001 dengan ER Mapper RGB 321?
3. Bagaimana identifikasi bentukkan teluk yang terdapat di lapangan?
4. Bagaimana kesesuaian antara objek yang diidentifikasi pada citra dengan
keadaan dilapangan ?
5. Bagaimana potensi yang ada di Teluk Pelabuhan Ratu?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang mendasiri
penyusunan laporan Penginderaan Jauh ini diantaranya adalah untuk;
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi fisik dan sosial di Desa Pelabuhan
Ratu Kecamatan Pelabuhan Ratu

2. Untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi bentukkan teluk yang


terdapat di Pelabuhan Ratu menggunakan citra landsat 2001 dengan ER
Mapper RGB 321
3. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi bentukkan teluk yang terdapat
di lapangan
4. Untuk Mengetahui

bagaimana

kesesuaian

antara

objek

yang

diidentifikasi pada citra dengan keadaan dilapangan


5. Untuk mengatahui potensi yang ada di Teluk Pelabuhan Ratu
D. Manfaat
Adapaun

manfaat dari

penulisan

Penginderaan Jauh ini diantaranya:


1. Dapat memperkaya pengetahuan

laporan
Geografi

praktikum lapangan
terutama

mengenai

Penginderaan Jauh
2. Dapat memberikan informasi mengenai bentukan marine di kawasan
Pelabuhan Ratu
3. Dapat mengetahui proses terbentuknya setiap bentukan marine yang ada
di kawasan Pelabuhan Ratu
4. Dapat memberikan informasi mengenai tindak lanjut masalah dan
pemanfaatan di daerah marine khususnya merine di kawasan Pelabuhan
5.

Ratu
Untuk menambah wawasan bagi penyusun khususnya dan pembaca
umumnya

E. Struktur Organisasi Bab


Makalah ini terdiri dari 5 bab, yaitu BAB I Pendahuluan yang
meliputi; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
sistematika penulisan.
Lalu BAB II

Kajian Pustaka meliputi; materi yang berkaitan

mengenai Pengindraan Jauh dan Bentukkan Asal marine.


Selanjutnya BAB III Metode Penelitian meliputi; Lokasi, Waktu,
Metode Teknik Pengumpulan Data, Alat dan Bahan, serta Teknik Pengolahan
Data.

Kemudian BAB IV Pembahasan yang meliputi; kondisi fisik dan


sosial di Desa Pelabuhan Ratu Kecamatan Pelabuhan Ratu, Hasil Analisis dan
Pembahasan Pada Citra, Hasil Analisis dan Pembahasan di Lapangan,
Kesesuaian Hasil Intepretasi dengan Keadaan Lapangan, Potensi Wilayah
Pelabuhan Ratu.
Lalu yang terakhir adalah BAB V meliputi Simpulan dan juga Saran.
Untuk melengkapi laporan ini, dalam laporan ini dibubuhkan daftar
pustaka serta lampiran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penginderaan Jauh
1. Definisi Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh yang disingkat menjadi PJ atau inderaja dalam
bahasa Inggris disebut Remote Sensing, bahasa Perancis disebut
Telediction,
menyebutnya

bahasa

Jerman

Sensoriamento

adalah

Fernerkundung,

remota,

bahasa

Rusia

Portugis
disebut

Distantionaya, dan bahasa Spanyol disebut Perception remota dan lainlain. (Dikutip dari: Sugandi, Dede. 2010. Penginderaan Jauh dan
Aplikasinya. Bandung: Buana Nusantara Press).
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan
informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung
dengan obyek tersebut (Rees, 2001; Elachi, 2006). (Dikutip dari:

Tersedia di: http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/penginderaanjauh/71-pengertian-penginderaan-jauh.)


Telah banyak ilmuwan yang

mendif

inisikan

mengenai

penginderaan jauh. Berikut ini adalah pengertian penginderaan jauh


berdasarkan para ahli:
a. Pengindraan jauh berasal dari kara remote sensing memiliki
pengertian bahwa pengindraan jauh merupakan suatu ilmu dan seni
untuk memperoleh data dan informasi dari suatu objek dipermukaan
bumi dengan menggunakan alat yang tidak berhubungan langsung
dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer, 1979).
b. Pengindraan jauh merupakan variasi teknik yang dikembangkan
untuk memperoleh dan analisis informasi tentang bumi. Informasi
tersebut berbentuk padiasi elektromagnetik yang dipantulkan dan
dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1859).
c. Penginderaan jauh merupakan upaya untuk
menemutunjukkan

(mengidentifikasi)

dan

memperoleh,

menganalisis

objek

dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985).


d. Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah
dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari
interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek
(Sabins)
e. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi
elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang
dapat diinterpretasi sehingga menghasilkan informasi yang berguna
(Curran, 1985).
f. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau
perolehan data pada objek dipermukaan bumi dari satelit atau
instrumen lain diatas jauh dari objek yang diindera. Foto udara citra
satelit dan citra radar adalah beberapa bentuk penginderaan jauh
(Colwell,1984)
g. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan
informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra
yang diperoleh dari jarak jauh. Hal ini biasanya berhubungan dengan
pengukuran pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik dari
5

suatu

objek

(Campbell,1987).

(Dikutip

dari:

https://chaderinsaputra.wordpress.com/2012/06/05/laporanpenginderaan-jauh/.)
h. Penginderaan jauh adalah suatu analisis interpretasi dari pengukuran
radiasi

gelombang

elektromagnetik

yang

terpantulkan

atau

terpancarkan oleh target dan teramati atau terrekam pada jarak yang
jauh dengan pengamat atau peralatan yang tidak bersentuhan secara
langsung(Mather, 2004).
i. Penginderaan jauh, yaitu Perolehan informasi obyek tanpa
bersentuhan fisik secara langsung (Elachi dan Zyl, 2006).
j. Penginderaan jauh, yaitu suatu pengukuran sifat-sifat obyek di atas
permukaan bumi dengan perolehan data melalui pesawat atau satelit
(Schowengerdt,

2007).

(Dikutip

dari::

http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/penginderaan-jauh/71pengertian-penginderaan-jauh.)
Berdasarkan beberapa sumber mengenai pengertian penginderaan
jauh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh
meupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk mencari tahu
informasi suatu objek di permukaan bumi atau di lapangan tanpa kita
harus melakukan pengamatan objek tersebut dilapangan secara langsung.
2. Sejarah dan Perkembangan Penginderaan Jauh
Perkembangan penginderaan jauh (PJ) bisa dibedakan kedalam dua
tahap yaitu sebelum dan sesudahtahun 1960. Sebelum tahun 1960 masih
digunakan foto udara, setelah tahun 1960 sudah ditambahdengan citra
satelit. Perkembangan kamera diperoleh dari percobaan yang dilakukan
pada lebih dari 2.300 tahun yang laluoleh Aristoteles dengan
ditemukannya teknologi Camera Obscura yang merupakan temuan
suatuproyeksi bayangan melalui lubang kecil ke dalam ruang gelap.
Percobaan ini dilanjutkan dari abad ke 13sampai 19 oleh ilmuwan seperti
Leonardo da Vinci, Levi ben Gerson, Roger Bacon, Daniel Barbara
(penemuan lensa yang dapat dipakai untuk pembesaran pandangan jarak
jauh melalui penggunaanteleskop), Johan Zahr (penemuan cermin),

Athanins Kircher, Johannes Kepler, Robert Boyle, RobertHooke, William


Wollaston dan George Airy.
Pada 1700 AD, mulai ditemukan proses fotografi, yang pada
akhirnya dikembangkan menjadi teknikfotografi (1822) oleh Daguerre
dan Niepce yang dikenal dengan proses Daguerrotype. Kemudian
prosesfotografi tersebut berkembang setelah diproduksi rol film yang
terbuat dari bahan gelatin dan silverbromide secara besar-besaran.
Kegiatan seni fotografi menggunakan balon udara yang digunakan
untukmembuat fotografi udara sebuah desa dekat kota Paris berkembang
pada tahun 1859 oleh Gaspard FelixTournachon. Pada tahun 1895
berkembang

teknik

foto

berwarna

dan

berkembang

menjadi

Kodachrometahun 1935. Pada 1903 di Jerman, kamera pertama yang


diluncurkan

melalui

roket

yang

dimaksudkan

untukmelakukan

pemotretan udara dari ketinggian 800 m dan kamera tersebut kembali ke


bumi denganparasut. Foto udara pertama kali dibuat oleh Wilbur Wright
pada tahun 1909. Selama periode Perang Dunia I, terjadi lonjakan besar
dalam penggunaan foto udara untuk berbagaikeperluan antara lain untuk
pelacakan

dari

udara

yang

dilakukan

dengan

pesawat

kecil

dilengkapidengan kamera untuk mendapatkan informasi kawasan militer


strategis, juga dalam hal peralataninterpretasi foto udara, kamera dan
film.
Pada

tahun

1922,

Taylor

dan

rekan-rekannya

di

Naval

ResearchLaboratory USA, berhasil mendeteksi kapal dan pesawat udara.


Pada masa ini Inggris menggunakan fotoudara untuk mendeteksi kapal
yang melintas kanal di Inggris guna menghindari serangan Jerman
yangdirencanakan pada musim panas tahun 1940. Angkatan Laut
Amerika, pada tanggal 5 Januari 1942 mendirikan Sekolah Interpretasi
Foto

Udara

(Naval

Photographic

Interpretation

School),

bertepatandengan sebulan penyerangan Pearl Harbor. Sejak 1920 di


Amerika, pemanfaatan foto udara telah berkembang pesat yang mana
banyak digunakansebagai alat bantu dalam pengelolaan lahan, pertanian,
kehutanan, dan pemetaan penggunaan tanah.
7

Dimulai dari pemanfaatan foto hitam putih yang pada gilirannya


memanfaatkan foto udara berwarnabahkan juga foto udara infra
merah.Selama perang dunia ke II, pemanfaatan foto udara telah
dikembangkan menjadi bagian integralaktifitas militer yang digunakan
untuk pemantauan ketahanan militer dan aktifitas daerah di pascaperang.
Pada masa ini Amerika Serikat, Inggris dan Jerman mengembangkan
penginderaan jauh dengangelombang infra merah. Sekitar tahun 1936,
Sir Robert Watson-Watt dari Inggris juga mengembangkansistem radar
untuk mendeteksi kapal dengan mengarahkan sensor radar mendatar ke
arah kapal danuntuk mendeteksi pesawat terbang sensor radar di arahkan
ke atas. Panjang gelombang tidak diukurdengan sentimeter melainkan
dengan

meter

atau

desimeter.

Pada

tahun

1948

dilakukan

percobaansensor radar pada pesawat terbang yang digunakan untuk


mendeteksi pesawat lain. Radar pertamamenghasilkan gambar dengan
menggunakan B-Scan, menghasilkan gambar dengan bentuk segi
empatpanjang, jarak obyek dari pesawat digunakan sebagai satu kordinat,
kordinat lainnya berupa sudutrelatif terhadap arah pesawat terbang.
Gambar yang dihasilkan mengalami distorsi besar karena tidakadanya
hubungan linier antara jarak dengan sudut. Distorsi ini baru dapat
dikoreksi pada radar PlanPosition Indicator (PPI). PPI ini masih juga
terdapat distorsi, tetapi ketelitiannya dapat disetarakandengan peta
terestrial yang teliti. Radar PPI masih digunakan sampai sekarang. Radar
PPI dan Radar B. Scan antenanya selalu berputar.
Pada sekitar tahun 1950 dikembangkan sistem radar baru
yangantenanya tidak berputar yaitu dipasang tetap di bawah pesawat,
oleh karena itu antenanya dapatdibuat lebih panjang sehingga resolusi
spatialnya lebih baik.Pada periode tahun 1948 hingga tahun 1950,
dimulai peluncuran roket V2. Roket tersebut dilengkapidengan kamera
berukuran kecil. Selama tahun 1950-an, dikembangkan foto udara infra
merah yangdigunakan untuk mendeteksi penyakit dan jenis-jenis
tanaman.Aplikasi

di bidang

militer

diawali

dengan ide

untuk

menempatkan satelit observasi militer pada tahun1955 melalui proyek


SAMOS (Satellite and Missile Observation System), yang dipercayakan
oleh Pentagon kepada perusahaan Lockheed. Satelit pertama dari proyek
ini dilucurkan pada tanggal 31Januari 1961 dengan tujuan menggantikan
sistem yang terpasang pada pesawat-pesawat pengintai U2 (Hanggono,
1998).1.2. Perkembangan Sesudah Tahun 1960.Perekaman bumi pertama
dilakukan oleh satelit TIROS (Television and Infrared Observation
Satellite)pada tahun 1960 yang merupakan satelit meteorologi. Setelah
peluncuran satelit itu, NASA meluncurkan lebih dari 40 satelit
meteorologi dan lingkungan dengan setiap kali diadakan perbaikan
kemampuansensornya. Satelit TIROS ini sepenuhnya didukung oleh
ESSA (Environmental Sciences ServicesAdministration), kemudian
berganti

dengan

NOAA

(National

Oceanic

and

Atmospheric

Administration)pada bulan Oktober 1970. Seri kedua dari satelit TIROS


ini disebut dengan ITOS (Improved TIROSOperational System). Sejak
saat ini peluncuran manusia ke angkasa luar dengan kapsul Mercury,
Geminidan Apollo dan lain-lain digunakan untuk pengambilan foto
pemukaan bumi. Sensor multispektralfotografi S065 yang terpasang pada
Apollo-9 (1968) telah memberikan ide pada konfigurasi spektral.
Satelit ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite), yang
akhirnya menjadi Landsat (Land Satellite).Satelit ini merupakan satelit
untuk observasi sumber daya alam yang diluncurkan pada tanggal 23
Juli1972. Disusul oleh generasi berikutnya Landsat 2 diluncurkan pada
tanggal 22 Januari 1975 danpeluncuran Landsat 3 pada tanggal 5 Maret
1978. Perkembangan satelit sumber daya alam komersialterjadi pada
Landsat 4 yang diluncurkan pada tanggal 16 Juli 1982, disusul Landsat 5
yang peluncurannyapada tanggal 1 Maret 1984, dan Landsat 6 gagal
mencapai orbit. Direncanakan pada awal 1998 akansegera diluncurkan
satelit Landsat 7 sebagai pengganti Landsat 5.Perkembangan satelit
sumber daya alam tersebut diikuti oleh negara lain, dengan meluncurkan
satelit PJoperasional dengan berbagai misi, teknologi sensor, serta

distribusi data secara komersial, seperti satelit SPOT-1 (Systemme


Probatoire dObservation de la Terre) oleh Perancis pada tahun 1986
yang diikuti generasi berikutnya, yaitu SPOT-2, 3, dan 4.Demikian juga
dengan dipasangnya sensor radar pada satelit PJ sebagai penggambaran
sensor optik,merupakan peluang yang baik bagi negara Indonesia, yang
wilayahnya tertutup awan sepanjang tahun.Pada tahun 1986 Heinrich
Hertz melakukan percobaan yang menghasilkan bahwa berbagai
obyekmetalik dan non metalik memantulkan tenaga elektromagnetik
pada frekwensi 200 MHz yang dekatdengan gelombang mikro.
Percobaan radar pertama kali dilakukan oleh Hulsmeyer pada tahun 1903
untuk mendeteksi kapal.Satelit PJ radar yang digunakan untuk
mengindera sumber daya di bumi dimulai dengan sateliteksperimen
Amerika Serikat untuk mengindera sumber daya laut Seasat (Sea
Satellite) tanggal 27 November 1978, SIR (Shuttle Imaging Radar)-A 12
November 1981, SIR-B tahun 1984, SIR-C tahun 1987.Disusul satelit
SAR milik Rusia Cosmos 1870 tahun 1987, dan beroperasi selama dua
tahun, untukpengumpulan data daratan dan lautan. Cosmos-1870 ini
hanya merupakan suatu prototipe, yangdirancang khusus untuk satelit
sistem radar, yang secara operasional akan dilakukan oleh Almaz-1.
Satelit Almaz-1 diluncurkan 31 Maret 1991, yang awalnya untuk
pantauan kondisi cuaca setiap hari,sedangkan secara operasional
mengindera bumi baru dimulai 17 Oktober 1992 dan beroperasi selama18
bulan. Konsorsium Eropa (ESA = European Space Agency) tidak mau
ketinggalan meluncurkan ERS-1tahun 1991 dan ERS-2 tahun 1995.
Disusul Jepang dengan JERS (Japan Earth Resources Satellite),
yaituJERS-1 diluncurkan tanggal 11 Februari 1992, namun program ini
tidak diteruskan dan diganti denganAdeos (Advanced Earth Observation
Satellite) Agustus 1996, serta GMS (Geostationer MeteorogicalSatellite),
India dengan IRS (Indiana Resources Satellite); dan Canada dengan
Radarsat (Radar Satelitte).Pada saat ini, satelit intelijen Amerika
memiliki kemampuan menghasilkan citra dengan resolusi yangsangat

10

tinggi, mampu mencapai orde sepuluhan sentimeter. Pada sebuah citra


KH-12,

mampumengambil

gambar

pada

malam

hari

dengan

menggunakan gelombang infra merah yang sangatberguna untuk


mendeteksi sebuah kamuflase atau bahkan dapat melihat jika seorang
serdadumenggunakan topi/helmnya. Selain Amerika negara lain yang
memiliki satelit pengindera bumi denganresolusi yang sangat tinggi
adalah Rusia dengan KVR 1000 (satelit Yantar Kometa), Perancis
denganHelios-2A dan Israel dengan Offeq-2.
3. Perkembangan Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka
bumi melalui wahana pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan
bentuk penginderaan jauh berteknologi satelit yang mendasarkan pada
konsep gelombang elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini,
dengan adanya teknologi satelit berresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik
dan bentuk obyek dipermukaan bumi secara individual juga dapat
dilakukan (Lang,2008).
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh
berteknologi satelit adalah suatu teknologi yang merekam interaksi
berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari dan obyek di permukaan
bumi. Pantulan sinar matahari dari obyek di permukaan bumi ditangkap
oleh kamera atau sensor. Tiap benda atau obyek memberikan nilai
pantulan yang berbeda sesuai dengan sifatnya. Pada pemotretan udara
rekaman

dilakukan

dengan

media

seluloid

(film),

sedangkan

penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam bentuk sinyalsinyal digital. Dalam perkembangannya potret udara juga seringkali
dilakukan dalam bentuk digital.
Penginderaan jauh modern diawali dengan diluncurkannya satelit
Landsat Multispectral Scanner System (MSS) pada tahun 1972
(Schowengerdt, 2007). Satelit ini memiliki empat saluran dengan lebar
spektral sekitar 100 nm, dan resolusi spasial 80 meter. Peluncuran satelit
ini mengawali sistem penginderaan jauh sistem satelit digital.
Perkembangan selanjutnya terjadi peningkatan yang signifikan terutama

11

dalam pemotongan rentang spektral untuk setiap saluran citra. Satelit


hyperspectral seperti MODIS memiliki jumlah saluran sebanyak 36 band.
Dengan kemampuannya tersebut, satelit dapat diaplikasikan dalam
banyak hal. Kemampuan satelit ini banyak dimanfaatkan dalam berbagai
hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh telah
diaplikasikan

untuk

keperluan

pengelolaan

lingkungan,

ekologi,

degradasi lahan, bencana alam, hingga perubahan iklim (Horning, 2010;


Roder, 2009; Bukata, 2005; Adosi, 2007). Sebagian besar dari aplikasi
data penginderaan jauh dimanfaatkan untuk pengelolaan sumberdaya.
Satelit penginderaan jauh yang banyak dimanfaatkan selama ini
merupakan satelit yang menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh
sistem optis ini memanfaatkan spektrum tampak hingga infra merah
(Liang, 2004). Rentang gelombang elektromagnetik yang lebih luas
dalam penginderaan jauh meliputi gelombang pendek mikro hingga
spektrum yang lebih pendek seperti gelombang infra merah, gelombang
tampak, dan gelombang ultra violet (Elachi, 2006). (Dikutip dari:
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/penginderaan-jauh/71pengertian-penginderaan-jauh.)
4. Komponen Penginderaan Jauh
Empat komponen dasar dari sistem penginderaan jauh adalah
target, sumber energi, alur transmisi, dan sensor. Komponen dalam
sistem ini bekerja bersama untuk mengukur dan mencatat informasi
mengeni target tanpa menyentuh obyek tersebut.

Komponen dan

interaksi antar komponen dalam system penginderaan jauh dapat


dijelaskan sebagai berikut:
a. Sumber tenaga
Dalam penginderaan jauh harus memiliki sumber tenaga baik
sumber tenaga alamiah maupun sumber tenaga buatan. Tenaga ini
mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke
sensor. Ia juga dapat berupa tenaga dari objek yang dipancarkan ke
sensor.
Jumlah tenaga matahari yang samapi ke bumi di pengaruhi oleh
waktu, lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima di

12

siang hari lebih banyak bila dibandingkan jumlahnya pada pagi atau
sore hari. Disaat matahari berada tegak lurus diatas suatu tempat,
jumlah tenaga yang diterima lebih besar bila dibandingkan pada saat
matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu. Karena sinar
matahari lebih tersebar dan tidak terpusat pada satu tempat.
Disamping itu, jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi
oleh letah temapat di permukaan bumi. Tempat-tempat diequator
menerima tenaga matahari lebih banyak bila dibandingakan terhadap
tempat-tempat di lintang tinggi (jauh dari equator).untuk waktu dan
letak yang sama, jumlah sinar yang mencapai bumi dapat berbeda
bila kondisi cuaca berbeda. Semakin banyak penutupan oleh kabut,
asap, dan awan, maka semakin sedikit tenaga yang dapat mencapai
bumi.
Tenaga yang dapat diterima oleh sensor dapat berupa tenaga
pantulan maupun tenaga pancaran yang berasal dari objek di
permukaan bumi. Jumlah tenaga yang diterima oleh sensor
tergantung dari jumlah tenaga asal dan karakteristik objeknya. Bagi
tenaga pantulan, jumlah tenaga yang diterima oleh sensor yaitu
sebesar pantulan yang dikalikan tenaga yang mengenai objek
tersebut. Bagi tenaga pancaran, jumlah tenaga yang mencapai sensor
bargantung atas suhu dan daya pancar objek. Semakin banyak tenaga
yang diterima oleh sensor maka akan semakin cerah wujud objeknya
pada citra.
b. Atmosfer
Atmosfer membatasi bagian spectrum elektromagnetik yang
dapat digunakan dalam pengineraan jauh. Pengaruhnya bersifat
selektif terhadap panjang gelombang. Oleh karena itu, maka timbul
istilah jendela atmosfer (bagian spektum elektromagnetik yang
dapat mencapai bumi). Dalam jendela atmosfer terdapat hambatan
atmosfer, yaitu kendala yang di sebabkan oleh hamburan pada
spectrum tampak dan serapan yang terjadi pada spectrum inframerah
internal. (Dikutip dari: Mayasari, Sri. 2013. Sistem Penginderaan

13

Jauh.

[Online].

Tersedia

di:

http://srimayasari011.blogspot.com/2013/03/sistem-penginderaanjauh.html. Diakses tanggal 12 Desember 2014).


Tenaga elektromagnetik dari radiasi sinar Matahari yang dapat
mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan
jauh. Bagian spektrum elektromagnetik yang mampu melalui
atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi disebut jendela
atmosfer (atmospheric window). Kisaran panjang gelombang yang
paling banyak digunakan dalam penginderaan jauh adalah sebagai
berikut.
a) Spektrum Gelombang Cahaya Tampak (Visible), yaitu spektrum
gelombang cahaya yang memiliki panjang gelombang antara
0,4m0,7m. Cahaya tampak yang paling panjang adalah
merah, sedangkan yang paling pendek adalah violet.
b) Spektrum Gelombang Cahaya Inframerah (Infrared), yaitu
spektrum gelombang cahaya yang memiliki panjang gelombang
antara 0,7m1,0m. Spektrum Gelombang Mikro, yaitu
spektrum gelombang yang memiliki panjang gelombang antara
1,0m1,0m. Tenaga berupa gelombang elektromagnetik dari
radiasi Matahari tidak dapat mencapai permukaan bumi secara
utuh. Gelombang elektromagnetik mengalami hambatan oleh
atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan penyerapan,
pantulan, dan hamburan oleh butir-butir yang ada di atmosfer,
seperti debu, uap air, gas karbon dioksida, dan ozon. (Dikutp
dari:

http://vivageography.blogspot.com/2013/06/komponen-

prnginderaan-jauh.html. Diakses tanggal 12 Desember 2014)


Interaksi tenaga dari obyek ke sensor senantiasa melewati
atmosfer, dan di dalam atmosfer banyak sekali terjadi interksi antara
lain:
1) Hamburan
Hamburan merupakan mterial-material yang melayang dan
tersebar di atmosfer ini berfungsi untuk menghambat, menyerap,

14

dan memantulkan tenaga radiasi matahari. Atas dasar besarnya


material hamburan diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu
hamburan rayleigh, hamburan mie, dan hamburan non selektif.
a) Hamburan Rayleigh merupakan salah satu penyebab utama
adanya kabut tipis pada citra.

Hamburan ini terisi oleh

material maupun unsur-unsur kimia yang sangat ringan


seperti nitrogen, oksigen, gas, ozon, dan sebagainya.
Diameter dari hamburan ini lebih kecil dari dari spektrum
tampak. Ini dicirikan dengan warna langit yang cerah
kebiruan. Spektrum tampak banyak tersebar pada saluran biru
(0,4 0,5 m. Selain itu ada juga hamburan mie terjadi
apabila garis tengah partikel atmosfer sama dengan panjang
gelombang tenaga yang didera.
b) Hamburan Mie
Hamburan ini terisi oleh material-material yang diameternya
hampir sama dengan spektrum tampak, karena inti kebiruan
ini menempati lapisan atmosfer yang tersebar dibawah
hamburan Reyleigh. Hamburan ini terisi dari debu, kabut,
asap dan sebagainya. Hal ini dicirikan dengan warna langit
yang cerah eputihan hamburan mie banyak tersebar pada
saluran hijau.
c) Hamburan Non Selektif
Hamburan ini memiliki diameter material yang lebih besar
dari spektrum tampak dengan material seerti debu, asap, uap
air, CO3 dan sebagainya. Hamburan ini dicirikan dengan
warna langit yang gelap (awan Cumolonimbus). (Dikutip
dari: (Dikutip dari: Sugandi, Dede. 2010. Penginderaan Jauh
dan Aplikasinya. Bandung: Buana Nusantara Press).
2) Interaksi antara tenaga dan objek
Pengenalan objek biasanya dilakukan dengan menyelidiki
karakteristik spectral objek yang tergambar pada citra. Objek
yang banyak memantulkan/memancarkan tenaga akan tampak
cerah pada citra, sedangkan objek yang pantulannya/pancarannya

15

sedikit maka akan tampak gelap. Namun kadang ada objek yang
berlainan tetapi mempunyai karakteristik spectral yang sama atau
serupa sehingga menyulitkan penbedaannya pada citra. Hal ini
dapat diatasi dengan menyelidiki karakteristik lain selain
karakteristik spectral, misalnya bentuk, ukuran, dan pola.
3) Sensor
Tenaga yang dating dari objek dipermukaan bumi diterima dan
direkam oleh sensor. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri
terhadap bagian spectrum elektromagnetik. Kemampuan sensor
untuk menyajikan gambaran objek terkecil disebut resolusi
spasial. Semakin kecil objek yang dapat direkam olehnya,
semakin baik kualitas sensornya. Berdasarkan atas proses
perekamannya sensor dibagi dua :
a) Sensor fotografik
Sensor fotografik proses perekamannya berlangsung dengan
cara kimiawi. Tenaga elektromagnetik diterima dan irekam
pada

lapisan

emulsi

film

yang

bila

diproses

akan

menghasilkan foto. Dalam proses ini film berguna sebagai


penerima tenaga sekaligus sebagai alat perekamnya.
b) Sensor elektronik
Sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik. Alat
penerima dan perekamnya barupa pita magnetic atau detector
lainnya, bukan film. Sinyal elektrik yang direkam pada pita
magnetic ini kemudian dapat diproses menjadi data visual
maupun

data

digital

yang

siap

dikomputerkan.

Pemrosesannya menjadi citra dapat dilakukan dengan dua


cara, yakni dengan memotret data yang direkam oleh pita
magnetic yang telah iwujudkan secara visual pada sejenis
layar televisi, atau dengan menggunakan film perekam
khusus. Hsil akhirnya disebut citra penginderaan jauh atau
citra
Terdapat dua tipe deteksi yang dilakukan oleh sensor, yaitu
deteksi pasif dan aktif. Banyak bentuk penginderaan jauh yang

16

menggunakan deteksi pasif, dimana sensor mengukur level energi


yang secara alami dipancarkan, dipantulkan, atau dikirimkan oleh
target. Sensor ini hanya bisa bekerja apabila terdapat sumber energi
yang alami, pada umumnya sumber radiasi adalah matahari,
sedangkan pada malam hari atau apabila permukaan bumi tertutup
awan, debu asap dan partikel atmosfer lain, pengambilan data
dengan cara deteksi pasif tidak bisa dilakukan dengan baik. Contoh
sensor pasif yang paling dikenal adalah sensor utama pada satelit
Landsat, Thematic Mapper, yang mempunyai 7 band atau channel.
a) Band 1 (0,45 0,52 m ; biru) berguna untuk membedakan
kejernihan air dan juga membedakan antara tanah dengan
tanaman.
b) Band 2 (0,52 0,60 m ; hijau) berguna untuk mendeteksi
tanaman.
c) Band 3 (0,63 0,69 m, merah) band yang paling berguna untuk
membedakan tipe tanaman, lebih daripada band 1 dan 2.
d) Band 4 (0,76 0,90 m ; reflected IR) berguna untuk meneliti
biomas tanaman , dan juga membedakan batas tanah tanaman
dan daratan-air.
e) Band 5 (1,55 1,75 m ; reflected IR) menunjukkan kandungan
air tanaman dan tanah, berguna untuk membedakan tipe
tanaman dan kesehatan tanaman. Juga digunakan untuk
membedakan antara awan, salju dan es.
f) Band 6 (10,4 12,5 m ; thermal IR) berguna untuk mencari
lokasi kegiatan geothermal, mengukur tingakt stress tanaman,
kebakaran, dan kelembaban tanah.

17

g) Band 7 (2,08 2,35 m ; reflected IR) berhubungan dengan


mineral, rasio antara band 5 dan 7 berguna untuk mendeteksi
batuan dan deposit mineral
Tabel 2.1 Band-band pada Landsat-TM dan kegunaannya (Lillesand dan
Kiefer, 1997)
Panjang
Ban

Gelomban

Spektral

Kegunaan

Biru

Tembus terhadap tubuh air, dapat untuk

(m)
1

0.45 . 0.52

pemetaan air, pantai, pemetaan tanah,


pemetaan

tumbuhan,

kehutanan

dan

pemetaan

mengidentifikasi

budidaya manusia
2

0.52 . 0.60

Hijau

Untuk pengukuran nilai pantul hijau


pucuk

tumbuhan

dan

penafsiran

aktifitasnya, juga untuk pengamatan


kenampakan budidaya manusia.
3

0.63 . 0.69

Merah

Dibuat untuk melihat daerah yang


menyerap

klorofil,

digunakannuntuk

yang

dapat

membantu

dalam

pemisahan spesies tanaman juga untuk


pengamatan budidaya manusia
4

0.76 . 0.90

Infra
merah
dekat

Untuk

membedakan

jenistumbuhan

aktifitas dan kandungan biomas untuk


membatasi tubuh air dan pemisahan
kelembaban tanah

18

1.55 - 1.75

Infra
merah

Menunjukkan kandungan kelembaban


tumbuhan dan kelembaban tanah, juga
untuk membedakan salju dan awan

sedang
6

10.4 - 12.5

Infra
Merah

Untuk
tumbuhan,

menganallisis
pemisahan

tegakan
kelembaban

tanah dan pemetaan panas

Termal
7

2.08 . 2.35

Infra
merah

Berguna untuk pengenalan terhadap


mineral dan jenis batuan, juga sensitif
terhadap kelembaban tumbuhan

sedang
Sumber: http://pinterdw.blogspot.com/2012/02/citra-landsat.html.
Sedangkan pada deteksi aktif, penginderaan jauh menyediakan
sendiri sumber energi untuk menyinari target dan menggunakan
sensor untuk mengukur refleksi energi oleh target dengan
menghitung sudut refleksi atau waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan energi. Keuntungan menggunakan deteksi aktif
adalah pengukuran bisa dilakukan kapan saja. Akan tetapi sistem
aktif ini memerlukan energi yang cukup besar untuk menyinari
target.
4) Wahana
Wahana adalah kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor
guna mendapatkan data penginderaan jauh. Berdasarkan ketinggian
peredaran dan tempat pemantulannya di angkasa, wahana dapat di
bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:
a) Pesawat terbang rendah sampai menengah, yaitu pesawat yang
ketinggian pendaratannya antara 1.000 m dan 9.000 m di atas
permukaan bumi.
b) Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian
peredarannya lebih dari 18.000 m di atas permukaan bumi.
19

c) Satelit, yaitu wahana dengan 900 km di atas permukaan bumi.


5. Perolehan Data (Citra)
Data penginderaan jauh diperoleh dengan cara manual atau
dengan cara numeric (digital). Secara manual dan diperoleh melalui
interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual
diperlukan alat Bantu yang dinamakan steroskop. Steroskop dapat
digunakan dengan menggunakan computer.
Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor
lainnya (Hornby). Berikut ini adalah jenis-jenis citra:
a. Citra Foto, adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi
sebagai hasil pemotretan/perekaman menggunakan kamera. Cita
foto

dibedakan

atas

dasar spektrum

elektromagnetik yang

digunakan, posisi sumbu kamera, sudut lipatan kamera, jenis


kamera, warna yang digunakan, dan sistem wahananya.
1) Citra foto berdasarkan warna yang digunakan terdiri atas citra
foto warna asli dan citra foto warna semu
2) Citra foto berdasarkan posisi sumbu kamera berdasarkan
sumbu kameranya citra ini terdiri atas citra foto vertikal, dan
citra foto condong. Citra foto vertikal yaitu citra foto yang
dibuat dengan posisi sumbu tegak lurus terhadap permukaan
bumi. Citra foto condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan
posisi sumbu kamera miring, dengan sudut kemiringan kamera
lebih dari 100. Terdapat dua jenis foto condong yaitu citra foto
agak condong, yaitu jika cakrawala tidak tergambar pada foto
dan Citra foto sangat condong, yaitu jika cakrawala tergambar
pada foto.

3) Citra foto berdasarkan sudut lipatan kamera


Tabel 2.2 Citra foto berdasarkan lipatan kamera
Jenis kamera

Sudut Liputan

20

Jenis Foto

Sudut kecil

< 600

Sudut kecil

600 750

Sudut

(narrow angle)
Sudut normal

normal/sudu
(normal angle)
Sudut lebar

t standar
750 1000

Sudut lebar

> 1000

Sudut sangat

(wide angle)
Sudut sangat lebar

lebar
(super-wide angle)
Sumber: http://geografi161.blogspot.com/2008/10/penginderaanjauh.html.
4) Citra foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan, citra ini
terdiri atas citra foto tunggal yaitu citra foto yang dibuat
dengan kamera tunggal dan citra foto jamak, citra foto yang
dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan obyek liputan
yang sama.
5) Citra foto berdasarkan sistem wahananya
a) Citra Foto Udara yaitu citra foto yang dibuat dengan
menggunakan wahan yang bergerak di udara misalnya
pesawat terbang, helikopter dll.
b) Citra Foto Satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan
menggunakan wahana satelit yang bergerak di luar
angkasa.
6) Citra foto berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang
digunakan.

21

a) Citra Foto Ultraviolet, yaitu citra foto yang dibuat dengan


menggunakan spektrum Ultraviolet
b) Citra Foto Otokromatik, yaitu citra foto yang dibuat
dengan menggunakan spektrum tampak dari warna biru
hingga sebagian warna hijau
c) Citra Foto Pankromatik, yaitu cira foto yang dibuat
dengan menggunakan seluruh spektrum tampak
d) Citra Foto Inframerah Asli, yaitu citra foto yang dibuat
dengan menggunakan spektrum infamerah
e) Citra Foto Inframerah Modifikasi, yaitu citra foto yang
dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dan
sebagian spektrum tampak dari warna merah dan sebagian
hijau.
b. Citra Nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu obyek
dipermukaan bumi yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera
dengan cara memindai (scanning). Citra Nonfoto dibedakan atas
dasar:
1) Citra Nonfoto berdasarkan spektrum elektromagnetik yang
digunakan.
a) Citra

Radar,

yaitu

citra

yang

dibuat

dengan

menggunakan spektrum gelombang mikro dan sumber


tenaga buatan
b) Citra Inframerah Termal yaitu citra yang dibuat dengan
menggunakan spektrum inframerah termal
c) Citra Gelombang Mikro yaitu citra yang dibuat dengan
menggunakan spektrum gelombang mikro
2) Citra Nonfoto berdasarkan sensor yang digunakan
a) Citra

Tunggal

yaitu

citra

yang

dibuat

dengan

menggunakan sensor tunggal


b) Citra Multispektral yaitu citra yang dibuat dengan
menggunakan sensor saluran jamak
3) Citra Nonfoto berdasarkan wahana yang digunakan

22

a) Citra Dirgantara yaitu citra yang dibuat dengan


menggunakan wahana yang beroperasi di udara atau
dirgantara
b) Citra Satelit yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan
wahana yang beroperasi di antariksa/luar angkasa.
Berikut ini adalah perjalanan energi dalam sistem
penginderaan jauh dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Sistem perolehan data penginderaan jauh


Sumber:http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/pengind
eraan-jauh/71-pengertian-penginderaan-jauh
Keterangan gambar :
A

: Matahari sebagai sumber energi

: Gelombang elektromagnetik berjalan menuju obyek

: Berbagai obyek dimuka bumi dengan berbagai karakter

: Gelombang elektromagnetik dipantulkan obyek

: Energi pantulan ditangkap sensor penginderaan jauh

: Data rekaman energi pantulan dikirim ke stasiun bumi

: Data rekaman energi pantulan diolah menjadi citra

: Citra siap digunakan untuk berbagai aplikasi

23

Perjalanan energi tersebut membawa informasi dari muka


bumi pada data citra yang siap digunakan untuk berbagai
keperluan. Secara singkat beberapa subsistem penting dalam
penginderaan jauh dapat disebutkan sebagai berikut;
1) Sumber energi yang merupakan hal utama yang diperlukan
dalam penginderaan jauh sebagai penyedia enegi yang
dipancarkan
2) Radiasi dan atmosfer, sebagai perjalanan energi dari sumber
ke target
3) Interaksi energi dengan target
4) Perekaman energi oleh sensor
5) Transmisi energi dari sumber ke sensor
6) Interpretasi dan analisis data hasil perekaman
7) Aplikasi
6. Intepretasi Citra
Interpretasi foto udara adalah kegiatan pemeriksaan gambaran
fotografis melalui cara penafsiran dan pengkajian, yang bertujuan
mengenal objek serta menimbang arti dari objek yang bersangkutan.
Prinsip pengenalan objek pada foto udara didasarkan atas penyelidikan
ciri-ciri objek yang disebut karakteristik objek atau atributnya.
Karakteristik objek yang tergambar

pada foto udara dalam rangka

pengenalan objek ini dinamakan sebagai kunci interpretasi, yaitu :


a. Rona atau tone
Merupakan unsure pengenalan yang amat penting. Pengenalan ini
berdasarkan tingkat kecerahan atau kegelapan dari objek. Objek
yang banyak memantulkan sinar akan nampak putih cerah pada
foto udara, sedangkan objek yang menyerap sinar akan
menghasilkan rona abu-abu gelap atau abu-abu tua sampai hitam.
Pada tumbuhan, rona dipengaruhi oleh klorofil pada daun. Makin
rimbun dan hijau daun, makin gelap ronanya.
b. Bentuk
Merupakan konfigurasi atau kerangka objek. Ciri khas dari
kenampakan objek dapat dilihat melalui bentuk. Masing-masing

24

objek mempunyai bentuk yang berbeda, sehingga dengan melihat


bentuknya kita dapat mengidentifikasi secara langsung objeknya
c. Ukuran
Tiap objek mempunyai ukuran yang berbeda-beda, penentuannya
berdasarkan pada skala foto udara. Ukuran meliputi : panjang,
lebar, tinggi, luas, volume, dan kemiringan. Semua itu harus
dipertimbangkan dalam proses identifikasi supaya tidak terjadi
kesalahan. Sebagai contoh, bangunan rumah mempunyai luasan
yang lebih kecil disbanding dengan bangunan kantor.
d. Tekstur
Merupakan hubungan tiap-tiap rona yang dibentuk oleh bermacammacam objek pada foto udara. Tekstur dapat dibedakan melalui
tingkat kekasarannya, meliputi : kasar, sedang, halus, berbulu akar
dan bintik-bintik. Sebagai contoh, hutan mempunyai tekstur kasar,
sedangkan sawah mempunyai tekstur sedang hingga halus.
e. Pola
Merupakan rangkaian bentuk dari objek dilihat dari hubungan
susunan spasinya. Sebagai contoh, sungai mempunyai pola
memanjang tidak beraturan, sedangkan saluran atau kanal,
memanjang tetapi beraturan.
f. Bayangan
Berfungsi untuk memperjelas kenampakan atau profil suatu objek.
Objek yang tergambar tegak lurus pada foto udara seringkali sulit
dikenali, bahkan tidak jelas kenampakannya. Pendekatan yang
dilakukan adalah dengan melihat bayangan objek tersebut.
g. Situs
Merupakan lokasi objek dalam hubungannya dengan objek lain.
Pengenalan situs ini penting karena sangat membantu dalam proses
identifikasi, khususnya untuk objek yang sangat kecil dan tidak
nampak, sehingga objek tersebut perlu didekati dengan objek
disekitarnya. Sebagai contoh, sungai yang mempunyai alur sangat
kecil dan tidak nampak, pengenalannya perlu didekati dengan pola
vegetasi yang memanjang membentuk pola aliran sungai di kanan
kirinya.
h. Asosiasi
25

Merupakan keterkaitan antara suatu objek dengan objek yanh


lainnya pada foto udara. Sebagai contoh, pemukiman transmigrasi
berasosiasi dengan ladang atau tegalan.
Karakteristik objek di atas digunakan untuk foto udara atau citra
yang tidak berwarna atau hitam putih. Untuk foto udara atau citra yang
berwarna, selain menggunakan 8 karakteristik di atas biasanya
ditambah dengan warna. Kegiatan interpretasi foto udara merupakan
kegiatan pengenalan dan menimbang arti objek pada foto udara.
Kegiatan tersebut mempunyai tiga tahapan, meliputi:
a. Deteksi, merupakan kegiatan yang dimulai dari mengenali objek
dengan cara menguraikan atau memisahkan objek berdasarkan rona
atau warnanya, kemudian delineasi atau penarikan garis batas
masing-masing objek yang memiliki rona atau warna yang sama.
b. Identifikasi, merupakan kegiatan mengenali objek berdasarkan
karakteristik selanjutnya, meliputi: bentuk, ukuran, tekstur, pola,
situs, dan lain sebagainya, kemudian mengklasifikasikan bentuk
tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan interpretasi.
c. Analisi, merupakan kegiatan mengkaji pola dan susunan keruangan
pada objek penelitian untuk menarik kesimpulan.
7. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen yang penting dalam sistim
penginderaan jauh, yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan
informasi hasil penginderaan jauh. Jika tidak ada pengguna, data
penginderaan jauh tidak ada manfaatnya. Data penginderaan jauh
sangat bermanfaat untuk memperoleh data special yang dapat
digunakan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, kerincian,
keandalan dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat
menentukan diterima atau tidaknya data hasil penginderaan jauh oleh
pengguna.

(Dikutip

dari:

http://geografi161.blogspot.com/2008/10/penginderaan-jauh.html.)
8. Geografi dan Penginderaan Jauh
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan gejala atau fenomena geosfer (atmosfer, litosfer, hidrosfer,
biosfer dan antroposfer) dengan pendekatan kewilayahan dan
26

lingkungan dalam kontek keruangan. Dari pengertian tersebut


penginderaan jauh tersebut menunjukkan bahwa data dan informasi
mengenai objek atau fenomena objek di permukaan bumi, sedangkan
dari pengertian geografi adalah geosfer yang sebagian besar mengkaji
permukaan bumi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa objek atau fenomena
yang ada di permukaan bumi data dan informasinya dapat diperoleh
dengan menggunakan jasa penginderaan jauh. Dengan menggunakan
data penginderaan secara langsung interpreter dalam mengkaji objek
permukaan bumi yang tergambar pada citra tersebut secara langsung
menunjukkan pendekatan kewilayahan, lingkungan dalam kontek
keruangan. Hal ini didasarkan bahwa sifat dan karakteristik objek di
permukaan bumi terjadi relasi, interaksi komponen penginderaan jauh
dan objek permukaan bumi mmenunjukkan relasi. Interaksi dan
interdepedensi antara suatu faktor dengan faktor lainnya dalam suatu
ruang maupun faktor-faktor antar ruang.(Dikutip dari: Sugandi, Dede.
(2010). Penginderaan Jauh dan Aplikasinya. Bandung: Buana
Nusantara Press)
9. Keunggulan, Keterbatasan, dan Kelemahan Penginderaan Jauh
a. Keunggulan Penginderaan Jauh
Menurut Sutanto (1994:18-23), penggunaan penginderaan jauh baik
diukur dari jumlah bidang penggunaannya maupun dari frekuensi
penggunaannya pada tiap bidang mengalami pengingkatan dengan
pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1) Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan
bumi dengan; wujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letak
di permukaan bumi, relatif lengkap, meliputi daerah yang luas,
serta bersifat permanen.
2) Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga
dimensional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang
disebut stereoskop.
3) Karaktersitik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam
bentukcitra sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya.

27

4) Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang


sulit dijelajahi secara terestrial.
5) Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
6) Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.
b. Keterbatasan Penginderaan Jauh
Berupa ketersediaan citra SLAR yang belum sebanyak
ketersediaan citra lainnya. Dari citra yang ada juga belum banyak
diketahui serta dimanfaatkan (Lillesand dan Kiefer, 1979). Di
samping itu jugaharganya yang relative mahal dari pengadaan citra
lainnya (Curran, 1985).
c. Kelemahan Penginderaan Jauh
Walaupun

mempunyai

banyak

kelebihan,

penginderaan jauh juga memiliki kelemahan antara lain


sebagai berikut:
1) Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
2) Peralatan yang digunakan mahal;
3) Sulit untuk memperoleh citra foto ataupun citra nonfoto. (Dikutip
dari:

http://lycheangga.blogspot.com/2013/04/penginderaan-

jauh.html.)
10. Manfaat Penginderaan Jauh
Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing), telah merubah
paradigma visualisasi permukaan bumi kita dari impian menjadi
kenyataan,

dari

fiksi

ilmiah

menjadi

bukti

ilmiah.

Lompatan

teknologinya telah menghasilkan manfaat yang sangat berguna bagi


banyak bidang yang berkaitan dengan manajemen pemanfaatan bumi dan
permukaannya.
Produk teknologi penginderaan jauh yang sangat luar biasa adalah
berupa citra satelit dengan resolusi spasial yang tinggi, memberikan
visual permukaan bumi sangat detail. Citra Satelit merupakan suatu

28

gambaran permukaan bumi yang direkam oleh sensor (kamera) pada


satelit pengideraan jauh yang mengorbit bumi, dalam bentuk image
(gambar) secara digital.
Pemanfaatan citra satelit saat ini sudah sangat luas jangkauannya,
terutama dalam hal yang berkaitan dengan ruang spasial permukaan
bumi,

mulai

dari

bidang

Sumber

Daya

Alam,

Lingkungan,

Kependudukan, Transportasi sampai pada bidang Pertahanan (militer). Di


Indonesia penerapan teknologi penginderaan jauh ini telah dilakukan
masih pada sebagian besar untuk keperluan inventarisasi potensi sumber
daya alam dan lingkungan hidup, namun intensitasnya masih sangat
sedikit dan belum merata di seluruh wilayah.
Teknologi Penginderaan Jauh yang

dikembangkan

oleh

Digitalglobe sejak tahun 1993, telah menghasilkan generasi terbaru


berupa citra satelit WorldView-3 yang memiliki kualitas resolusi yang
semakin canggih dan cakupan spektrum yang semakin lengkap, sehingga
sangat bermanfaat bagi analisis permukaan bumi dengan sangat detail.
Tujuan utama penginderaan jauh adalah merekam objek untuk
mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Hingga saat ini
penginderaan jauh semakin banyak dimanfaatkan, antara lain karena alas
an-alasan berikut ini:
a. Citra menggambarkan objek dipermukaan bumi dengan wujud dan
letak objek mirip yang sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan
daerah yang luas, dan sifat gambar yang permanen.
b. Citra tertentu dapat memberi gambar tiga dimensi jika dilihat
dengan menggunakan stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat
menguntungkan, antara lain karena menyajikan model objek
(medan) yang jelas, relative lebih jelas, memungkinkan pengukuran
beda

tinggi,

memungkinkan

pengukuran

lereng,

dan

memungkinkan pengukuran volume.


c. Citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga
dimungkinkan pengenalan objeknya. Sebagai contoh adalah
terjadinya kebocoran pipa bawah tanah.

29

d. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit
ditempuh melalui daratan, contohnya hutan, rawa, dan pegunungan.
e. Citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Berikut ini adalah manfaat penggunaan penginderaan jauh di
berbagai bidang:
a. Bidang Kelautan
1) Pengamatan sifat fisis air laut
2) Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut
3) Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.
b. Bidang Hidrologi
1) Pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai
2) Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai
3) Pemanfaatan luas daerah dan intensitas banjir.
c. Bidang Geologi
1) Menentukan struktur geologi dan macamnya.
2) Pemantauan daerah bencana (gempa, kebakaran) dan pemantauan
3)
4)
5)
6)

debu vulkanik.
Pemantauan distribusi sumber daya alam
Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut.
Pemanfaatan di bidang pertahanan dan militer.
Pemantauan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat

terbang dan aplikasisistem informasi geografi (SIG).


d. Bidang Meteorologi dan Klimatologi
1) Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan
rendah dan daerah bertekanan tinggi, daerah hujan, dan badai
siklon
2) Mengetahui sistem atau pola angin permukaan
3) Permodelan meteorologi dan data klimatologi
4) Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan
tingkat kewarnaan dan kandungan air di udara.
e. Bidang Oseanografi
1) Pengamatan sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan
arus laut
2) Pengamatan pasang srut dengan gelombang laut (tinggi,
frekuensi, arah)
3) Mencari distribusi suhu permukaan
4) Studi perubahan pasir pantai akibat erosi dan sedimentasi
f. Bidang Tata Ruang

30

1) Perencanaan

wilayah

untuk

pemekaran

(perencanaan

pembangunan)
2) Perencanaan infrastruktur transportasi semisal jalan tol dan kereta
api
3) Perencanan kawasan Industri
g. Bidang Kehutanan, Pertanian dan Perkebunan
1) Perencanaan pencetakan sawah dan pembuatan irigasi
2) Inventarisir lahan-lahan pertanian dan perkebunan
3) Perencanaan pembukaan kawasan hutan baru
4) Inventarisir hutan-hutan produksi
(Dikutip dari: http://geotambang.wordpress.com/2011/01/18/manfaatpenginderaan-jauh/.)
11. Penginderaan Jauh untuk Pesisir
Pengindraan jauh sangat besar manfaatnya bagi kehidupan
manusia begitupun bagi geografi, karena dengan pengindraan jauh ini
geografi dalam mengkaji sebuah objek di permukaan bumi tanpa harus
terjun ke lapangan hanya dengan menginterpretasi citra pengindraan
jauh tersebut. Dalam kajian geografi sangatlah banyak yang dapat kita
interpretasi menggunakan citra dengan kombinasi band 321. Gabungan
band ini akan memberikan tampilan seperti asli di lapangan. Diantara
penggunaan RGB tersebut dapat digunakan dalam interpretasi objek
marine.
Dengan bantuan pengindraan jauh ini dalam pengkajian marine
dapat lebih mudah dalam hal penelitian dilapangan dari pada
menggunakan peta geologi. Karena citra ini lebih nyata dan
keakuratannya lebih bagus karena merupakan sebuah foto, sedangkan
peta adalah sebuah gambar yang distorsinya bisa dibilang cukup besar.
Sedangkan manfaat yang diperoleh apabila menggunakan
pengindraan jauh dalam kajian marine, diantaranya :
a. Pengamatan sifat fisis air laut.
b. Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.
c. Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.
Kajian analisis marine menggunakan band 321. Adapun
interpretasinya sebagai berikut :

31

a. Spit lurus
Pada RGB 321 warnanya terlihat cokelat muda dengan terkstur
halus, salah satu ujungnya terikat pada daratan sedangkan ujung
lainnya tidak.
b. Pasir pasang surut
Pasir pasut merupakan suatu daratan pantai yang masih dipengaruhi
oleh aktivitas pasang surut air laut, dengan material penyusunan
umumnya lempung pasiran (pantai berlempung).
c. Cliff
Cliff merupakan bentukan yang terjadi karena erosi marine. Pada
RGB 321 kenampakannya bergelombang (tidak rata).
d. Terumbu karang
Pada RGB 542 terumbu karang akan teridentifikasi berwarna biru
terang atau cyan. Terumbu karang berasosiasi dengan pantai.
e. Gosong Pasir
Gosong Pasir yaitu semacam bar yang terpisah dari daratan induk
dan sejajar dengan garis pantai. Pada RGB 321 warnanya cokelat
muda.
f. Mangove
Pada RGB 321 mangrove berwarna hijau gelap dengan tekstur
kasar, bentuk tidak beraturan, tidak berpola dan berasosiasi dengan
pantai atau sungai.
g. Bar
Bar merupakan gosong pasir dan kerikil yang tumbuh dan terletak
pada dasar laut yang terjadi oleh pengerjaan arus dan gelombang.
Kadang-kadang gosong ini muncul diatas permukaan laut dan
kadang-kadang terbenam seluruhnya oleh air laut. Sama seperti
gosong pasir, pada RGB 321 bar berwarna cokelat muda dengan
tekstur halus dan berasosiasi dengan pantai.
h. Estuaria
Estuaria adalah muara sungai yang merupakan daerah perpaduan
antara air laut dan air tawar. Pada RGB 321 estuaria berasosiasi
dengan muara.
i. Garis Pantai
Pada RGB 321 garis pantai terlihat (diidentifikasi) merupakan garis
pertemuan antara air laut dan daratan yang berpindah-pindah.

32

(dikutp dari: Sugandi, Dede. (2010). Penginderaan Jauh dan


Aplikasinya. Bandung: Buana Nusantara Press)
B. Pantai dan Pesisir
1. Pantai
a. Pengertian Pantai
Coast kita terjemahkan dengan kata pantai, ialah suatu zona
yang mendapatkan pengaruh kuat dari propses marine (zone in
which ciastal prosesses operate or have a strong influence) (Stahler,
1979 : 534). (dikutip dari: Tisnasomantri, Akub. (1998). DasarDasar Geomorfologi Umum. Bandung: IKIP Bandung Press).
Pantai adalahsebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir dan
terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara
daratan

dan

perairan

laut.

(Dikutip

dari:

https://www.academia.edu/4464339/MATERI_BAB_I.)
Pantai adalah Suatu endapan yang terdapat sedimen yang
ditemukan mulai dari garis air terendah sampai ke tebing. (Dikutip
dari:

http://materi-perkapalan.blogspot.com/2013/08/pengertian-

pantai-dan-pesisir.html.)
b. Karakteristik Pantai
Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis
pantai dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu:
1) Pantai (Shore)
Pantai (shore) adalah daerah yang terletak antara air pasang dan
surut, garis batas darat-laut disebut Shore line
2) Garis Pantai (Shoreline)
Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan
permukaan air. Garis batas ini selalu beruba-rubah sesuai dengan
permukaan air laut. Garis pantai tertinggi terjadi pada saat
terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai
terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendahrendahnya.
3) Pantai Depan (Foreshore)
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang
terletak di antara garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang
surut terendah.

33

4) Pantai Belakang (Backshore)


Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara
pantai depan (foreshore) dengan garis batas laut tetap
(coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi
gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan
kering

apabila

tidak

terjadi

gelombang

pasang

yang

intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat


pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau
Jawa.
5) Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline)
Coast adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung
meluas ke daratan. Sedangkan coastline adalah garis batas laut
yang tetap dari pesisir. Daerah pesisir ini mempunyai
kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak begitu
besar pada daerah tepi pantai yang sebagian besar merupakan
daerah pantai terjal.
6) Endapan Pantai (Beaches)
Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di
pantai. Menurut tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu:
a) Endapan bawah pantai depan (lower forest beach),
merupakan jenis endapan yang terdapat di bagian bawah
pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari
kegiatan gelombang dan arus litoral.
b) Endapan atas pantai depan (upper foresher beach),
merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada bagian
atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil
kegiatan gelombang.
c) Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan
jenis endapan pantai yang terdapat pada pantai belakang
yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari
hasil kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari
gelombang pasang naik setinggi-tingginya, angin, serta

34

aliran sungai yang membawa material batuan ke pantai


belakang tersebut.
c. Macam-macam bentuk pantai
1) Pantai Haff
Pantai haff, yaitu bagian dari laut di tepi pantai yang terpisah
akibat adanya sebuah lidah tanah atau kubu pesisir (nehrung).
Misalnya: Pantai Samas di Yogyakarta.
Kubu pesisir terjadi karena dua hal sebagai berikut:
a) Ombak merusak pantai di beberapa tempat sehingga hasil
perusakan yang berupa pasir mengendap dan sebagian lagi
diletakkan dekat daratan. Pasir di daratan inilah yang
menjadi kubu pesisir.
b) Di dekat sebuah tanjung yang dilalui oleh arus laut sering
terjadi kubu pesisir. Kubu pesisir makin lama semakin
tinggi sehingga kering ketika pasang surut. Oleh karena
itu, angin laut dapat leluasa meniupkan pasir itu ke arah
darat dan mulailah terjadi bukit-bukit pasir
2) Pantai Berbukit Pasir
Pantai berbukit pasir terjadi karena hal-hal sebagai berikut.
a) Banyak gosong-gosong pasir dekat pantai.
b) Perbedaan antara pasang naik dan pasang surut agak besar
c) Kebanyakan bertiup angin laut.
d) Pesisir pantai sering mengalami kering.
Contoh: Parangtritis di Yogyakarta.
3) Pantai Mangrove
Pantai mangrove merupakan pantai yang rendah dan ditumbuhi
oleh hutan bakau, misalnya terdapat di pantai timur Pulau
Sumatera.
4) Pantai Bertebing
Pantai bertebing banyak terdapat di daerah berbukit atau
pegunungan di mana ombak selalu menghantam pantai
sehingga terjadi perusakan pada batu-batuan dan akhirnya
terbentuklah pantai yang bertebing. Di bawah tebing yang
curam kadang-kadang tertumpuk onggokan batu-batuan,
sedangkan pesisir yang ada sangat sempit. Pantai ini disebut
juga pantai falaise. Misalnya di Inggris Selatan, di barat laut
Perancis, di Indonesia terdapat di pantai selatan Pulau Jawa.
35

5) Pantai Berkarang
Pantai berkarang, yaitu pantai yang banyak karangnya. Pantai
ini terdapat di daerah yang banyak pulau karangnya di
sepanjang pantai. Misalnya pantai berkarang di Sulawesi
Selatan.
6) Pantai Skeren
Pantai skeren adalah pulau-pulau kecil berbatu yang terdapat di
muka fyord.
7) Pantai Ria
Pantai ria adalah sebuah lembah sungai yang turun, lalu
digenangi oleh air laut, terjadi di daerah yang berbukit-bukit,
tegak lurus pada garis pantai. Pantai jenis ini banyak terdapat
di barat laut Spanyol, barat daya Eire, di Asia Kecil.
8) Estuarium
Estuarium, yaitu sebagian lembah yang sudah tenggelam di
sebuah pantai rendah. Muara sungai ini berbentuk corong dan
agak jauh menjorok ke arah darat. Estuarium terjadi karena di
tempat itu terdapat perbedaan ketinggian air laut yang besar
pada waktu pasang naik dan pasang surut. Misalnya, daerah
pantai timur Sumatera, Sungai Rokan, dan Sungai Asahan.
9) Delta
Delta adalah daratan yang terjadi karena pengendapan hasil
pelapukan di muara sungai. Sebuah delta dapat terjadi karena:
a) banyak hasil pelapukan dibawa oleh sungai sampai ke
muaranya,
b) perbedaan tingginya air tidak besar ketika pasang naik dan
pasang surut,
c) lautnya sangat dangkal,
d) ombaknya tidak besar, dan
e) banyak tumbuh-tumbuhan di pantai.
Contoh: Pantai Kalimantan Timur, ada muara Sungai
Mahakam.
10) Fyord
Fyord adalah sebuah teluk yang dalam dan curam membujur
jauh ke daerah pedalaman. Fyord banyak dijumpai di
Norwegia, Islandia, Spitsbergen, dan Skotlandia Barat.

36

(Dikutip dari: http://nizcha0804.blogspot.com/2013/01/tipedan-karakteristik-pantai.html.)

d. Bentuk Pantai
Pantai memiliki bentuk diantaranya yaitu berikut ini:
a) Spit adalah pantai yang salah satu ujungnya bersambung dengan
daratan.
b) Baymouth adalah bukit endapan pada pantai yang memotong
teluk dengan lautan.
c) Tambolo adalah bukit

endapan

pada

pantai

yang

menghubungkan pulau dengan pulau utama.


e. Tipe pantai
Pertama, pantai berbatu yang umumnya dicirikan dengan
dinding pantai terjal dan langsung berhubungan dengan laut. Pada
daerah yang terlindung, keberadaan tebing pantai ini terdapat agak
jauh dari pantai, dengan karakteristik pantai berpasir. Jenis pantai
tebing dapat ditemukan dalam dua tipe, yaitu tebing karang dengan
material lepas yang mudah hancur atau runtuh dan tebing batuan
induk yang umumnya keras dan tidak mudah hancur.
Kedua, pantai berpasir dan pantai berlumpur. Pantai tipe ini
terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan
sedimen, dan material organik. Pantai berpasir umumnya banyak
dijumpai pada pantai di Indonesia. Pantai tipe ini banyak ditemui di
pantai utara Pulau Jawa, pantai timur Sumatera, Kalimantan, dan
Papua. Pantai tipe ini relatif mudah berubah bentuk, mengalami
deformasi,

dan

tererosi.

(Dikutip

dari:

http://ssbelajar.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-macampantai.html.)
f. Klasifikasi Pantai
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya
mempunyai perbedaan. Perbedaan dari masing-masing jenis pantai
tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan arus

37

laut. Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat


macam, yaitu:
1) Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang
terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi
permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut
pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah
permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut
mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan
pantainya.
Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial
pada

jaman

pleistosin

menyebabkan

maju

mundurnya

permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu, penenggelaman


pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini
terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat
mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat
mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat
terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses
geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi
beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang
berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut.
Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a) Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut
estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah
sungai

ini

dapat

mengalami

penenggelaman

yang

disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan


struktur batuannya.
b) Fjords (lembah glasial yang tenggelam)
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga
atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang
tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari
bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit,
38

tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan


kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini
terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara
perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai
laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami
pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia,
Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c) Bentuk pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu:
(a) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk
segitiga dan cembung ke arah laut;
(b) Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan
dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami
banjir;
(c) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai
seperti

segitiga,

pedalaman,

dan

biasanya
ukurannya

terdapat
lebih

di
kecil

daerah
bila

dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak


bercabang-cabang.
d) Bentuk pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan
es.
e) Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault
scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan
yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks.
Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line
scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.
f) Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
(a) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound),
yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung
ke luar;

39

(b) Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang


menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar
2) Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau
adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini
dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan
dengan sifat yang khas, yaitu:
a) Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang
terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks),
lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta guagua pantai (caves).
b) Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air
mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada.
Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c) Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air
laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
d) Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang
terangkat.
e) Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal
cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan
dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila
dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami
pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan
kelihatan lurus.
3) Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan
pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain
hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan
jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
4) Pantai Majemuk (Compound shorelines)

40

Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di
atas.

Berarti

dalam

suatu

daerah

bisa

terjadi

proses

penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.


g. Topografi Pantai
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi gelombang,
misalnya ukuran dan kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan
ketinggian garis pantainya, komposisi batuannya, kedalaman airnya,
arus, sungai, angin, organisme, serta lamanya proses tersebut
berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang
curam, maka sebagian besar air akan membalik kembali ke laut dan
mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari permukaan air yang
dangkal.

(Dikutip

dari:

http://habib-

geo.blogspot.com/2012/11/pengertian-bentukan-lahan-asalprose.html.)
2. Pesisir
a. Pengertian Pesisir
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke
arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut,
dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat
seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran
(Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan
Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai
wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling
berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk
provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi)
untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi

41

kabupaten/kota.

(Dikutip

dari:

http://ferosiska.blogspot.com/2013/01/geomorfologi-pantai-wilayahpesisir_8744.html.)
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem
daratan dan lautan, yang saling berinteraksi dan membentuk suatu
kondisi lingkungan (ekologis) yang unik (Dahuri et al., 1996; Brown,
1996). Definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah
daerah pertemuan antara daratan dan laut; ke arah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut,
dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di daratan seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al.,
2001) (Dikutip dari: http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=796)
b. Macam-macam bentuk Pesisir
1) Estuaria adalah pesisir daerah dengan tanah yang tinggi yang
berbatasan dengan pantai yang mengalami pemerosotan.
2) Fjord adalah pesisir yang menyerupai teluk sempit yang panjang
dan dalam tebing yang curam.
3) Delta adalah pesisir yang berupa endapan lumpur, pasir dan
kerikil di muara sungai.
4) Sand dune adalah pesisir yang berupa bukit pasir.
5) Pesisir dan gunung berapi pantai
6) Pesisir berbentuk tebing
7) Pesisir berbentuk karang
8) Pesisir dengan karang penghalang (barrier coast)
9) Pesisir yang berupa tumbuhan mangrove
c. Karakteristik Pesisir
Karakteristik dari pesisir adalah mempunyai beberapa jumlah
ekosistem yang berada di daerah pesisir. Contoh ekosistem lain yang
ikut kedalam wilayah ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove,
ekosistem lamun (seagrass), dan ekosistem terumbu karang. Dari
ekosistem pesisir ini, masing masing ekosistem mempunyai sifat- sifat
42

dan karakteristik yang berbeda beda. Berikut merupakan penjelasan


dari ekosistem pesisir dan faktor pendukungnya:
1) Pasang Surut
Daerah yang terkena pasang surut itu brmacam macam antara
lain gisik, rataan pasang surut. Lumpur pasang surut, rawa payau,
delta, rawa mangrove, dan padang rumput (sea grass beds).
Rataan pasut adalah suatu mintakat pesisir yang pembentukannya
beraneka, tetapi umumnya halus, pada rataan pasut umumnya
terdapat pola sungai yang saling berhubungan dan sungai
utamanya halus, dan masih labil. Artinya Lumpur tersebut dapat
cepat berubah apabila terkena arus pasang. Pada umumnya rataan
pasut telah bervegetasi tetapi belum terlalu rapat, sedangkan
lumpur pasut belum bervegetasi.
2) Estuaria
Menurut kamus (Oxford) eustaria adalah muara pasang surut dari
sungai yang besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang,
eustaria adalah suatu tubuh perairan pantai yang semi tertutup,
yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan
didalamnya ait laut terencerkan oleh air tawar yang berasal dari
drainase daratan. Eustaria biasanya sebagai pusat permukiman
berbagai kehidupan. Fungsi dari eustaria cukup banyak antara
lain: merupakan daerah mencari ikan, tempat pembuangan
limbah, jalur transportasi, sumber keperluan air untuk berbagai
industri dan tempat rekreasi.
3) Hutan Mangrove
Hutan mangrove dapat diketemukan pada daerah yang berlumpur
seperti pada rataan pusat, Lumpur pasut dan eustaria, pada
mintakat litoral. Agihannya terutama di daerah tropis dan
subtropis,

hutan

mangrove

kaya

tumbuhan

yang

hidup

bermacammacam, terdiri dari pohon dan semak yang dapat


mencapai ketinggian 30 m. Species mangrove cukup banyak 20
40 pada suatu area dan pada umumnya dapat tumbuh pada air

43

payau dan air tawar. Fungsi dari mangrove antara lain sebagai
perangkap sedimen dan mengurangi abrasi.
4) Padang Lamun (Sea Grass Beds)
Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau eustaria
apabila sinar matahari cukup banyak. Habitanya berada terutama
pada laut dangkal. Pertumbuhannya cepat kurang lebih 1.3003.000 gr berat kering/m2/th. Padang lamun ini mempunya habitat
dimana tempatnya bersuhu tropis atau subtropics. Ciri binatang
yang hidup di padang lamun antara lain:
(1) Yang hidup di daun lamun
(2) Yang makan akar canopy daun
(3) Yang bergerak di bawah canopy daun
(4)Yang berlindung di daerah padang lamun (Dikutip dari:
http://ferosiska.blogspot.com/2013/01/geomorfologi-pantai-wilayahpesisir_8744.html.)
C. Bentukan Asal Marine
Bentuk lahan asal marine merupakan bentuk lahan akibat aktivitas air
laut yaitu oleh adanya gelombang arus laut, akibat keberadaan gelombang dan
arus akan menghasilkan bentuklahan asal marin. contoh: tombolo, clift, arch,
stack. Selain itu terdapat kombinasi antara bentuklahan marine dengan fluvial
(fluvio-marine) karena sungai bermuara ke laut, contoh: delta, estuaria.
Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan air
laut, baik pada tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai
berlumpur. Aktivitas marine sering dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga
sering disebut sebagai fluvio marine. Proses marine mempunyai pengaruh
yang sangat aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai.
Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas atau gerakan
air laut, baik pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai
berlumpur. Gerakan air laut meliputi:
a. Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit
sehingga interval naik turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang
surut ini dapat mengerosi pantai apalagi jika bersamasama dengan
gelombang/ ombak.
b. Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut.
c. Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai (abrasi).
44

Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan


daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
a. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
b. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di
daerah

sekitar

pantai

tersebut.(Dikutip

dari:

http://habib-

geo.blogspot.com/2012/11/pengertian-bentukan-lahan-asal-prose.html.)
Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang
disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air,
es, gelombang, dan arus laut. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi
yang mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai,
misalnya

tenaga

vulkanisme,

diastrofisme,

pelipatan,

patahan,

dan

sebagainya. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut,
serta kegiatan organisme yang ada di laut. Semakin dangkal laut maka akan
semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin
dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di
daerah pantai.
Klasifikasi pantai berdasarkan material penyusunannya yaitu sebagai
berikut :
a. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk
yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.
b. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat
dibedakan menjadi:
a) Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan
pasir;
b) Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai
tersusun oleh gravel atau batuan lepas, seperti Pantai Kerakal;
c) Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai.
Di daerah tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang
garis pantai adalah mangrove, sehingga dapat disebut Pantai
Mangrove.
Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang
bekerja membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:

45

a. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui
proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah
pantai batu (rocky shore).
b. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama
kerena prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini
adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely beach.
c. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena
aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori
ini adalah pantai mangrove.
Berikut ini merupakan morfologi pantai :
a. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal.
Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi
erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk,
maupun endapan pasir.
b. Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai.
Pantai berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.
Sedimen pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai.
Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen
berukuran butir lempung sampai gravel. Kemudian, berdasarkan pada tipe
sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Pantai gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel
(diameter butir > 2 mm);
b. Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir
(0,5 2 mm);
c. Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material
berukuran lempung sampai lanau, diameter < 0,5 mm).
Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan pada sedimen penyusunnya itu
juga mencerminkan tingkat energi (gelombang dan atau arus) yang ada di
lingkungan pantai tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi
tinggi, sedang pantai lumpur mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau
sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan kondisi energi menengah. Di
Pulau Jawa, pantai berenergi tinggi umumnya diojumpai di kawasan pantai

46

selatan yang menghadap ke Samudera Hindia, sedang pantai bernergi rendah


umumnya di kawasan pantai utara yang menghadap ke Laut Jawa.
Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Beach (daerah pantai)
Beach (daerah pantai) yaitu daerah yang langsung mendapat
pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang
turun.
b. Shore line (garis pantai)
Shore line (garis pantai) merupakan jalur pemisah yang relatif
berbentuk baris dan merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut
dan yang tidak bisa dicapai.
c. Coast (pantai)
Coast (pantai) merupakan daerah yang berdekatan dengan laut dan masih
mendapat pengaruh air laut atau terpengaruh oleh pasang surut air laut.
(Dikutip

dari:

http://habib-geo.blogspot.com/2012/11/pengertian-

bentukan-lahan-asal-prose.html.)
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai. Banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi gelombang, misalnya ukuran dan
kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan ketinggian garis pantainya,
komposisi batuannya, kedalaman airnya, arus, sungai, angin, organisme, serta
lamanya proses tersebut berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam,
maka sebagian besar air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng
kliff tersebut dan naik dari permukaan air yang dangkal.
Gelombang pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab
pengikisan gelombang secara langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang
tersebut menyebabkan semakin besarnya kekuatan gelombang.
Telah dikemukakan bahwa gelombang merupakan faktor pengikis yang
terpenting, terutama pada waktu badai atau tsunami. Tetapi bukan hanya
gelombang saja yang berpengarung, melainkan juga beberapa hal berikut ini:
a. Jenis dan daya tahan batuan
Jenis dan daya tahan batuan mempunyai pengaruh terhadap
erosimarine, sebab setiap jenis batuan memiliki sifat fisik masing-masing
terutama dalam hal ini adalah kekerasannya. Batuan beku akan berbeda

47

daya tahannya terhadap erosi bila dibandingkan dengan batuan sedimen,


karena batuan beku relatif lebih keras dibandingkan batuan sedimen.
b. Struktur batuan
Struktun batuan disini dimaksudkan sebagai kekompakkan
(compact) aatu kelapisannya. Batuan yang kompak dan homogen akan
berbeda daya tahannya terhadap erosi marine dibandingkan dengan batuan
sediemn yang berlapis-lapis dengan kekerasan setiap lapisan berbeda.
c. Stabilitas pantai
Stabilitas pantai dimaksudkan daya tahan pantai terhadap perubahan
kenaikkan atau peniurunan. Bila pantai mengalami perubahan, baik naik
ataupun turun yang terus meneru, maka erosi marine tidak akan
meninggalkan bekas-bekas yang jelas., karena proses erosi selalu didikuti
oleh proses perubahan pantai. Namun apabila pantai naik secara terputusputus, maka pada pantai itu akan terlihat relung-relun, gua pantai, atau
teras-teras yang bertingkat. Sebaliknya apabila pantai itu stabil dalam
jangka waktu yang lama, maka bekas erosi marine yang berupa relungrelung, gua pantai, ataupun teluk-teluk akan terlihat dengan jelas, karena
proses erosi akan terjadi didaerah tertentu saja.
d. Terbuka atau tidaknya pantai terhadap pengaruh gelombang
Terbuka atau tidaknya pantai terhadap pengaruh gelombang akan
menyebabkan derajat erosi marine yang relatif lebih kuat bila
dibandingkan dengan pantai yang terhalang dari serangan gelombang oleh
pulau-pulau atau gosong-gosong karang lepas pantai, sepertinya misalnya
yang terjadi didaerah pantai timur Australia. Laut diantarpulau-pulau atau
gosong karang dengan daratan induk relatif tenang, karena gelombang
telah pecah pada bagian depan pulau atau gosong karang tersebut.
e. Kedalaman laut didepan pantai
Banyak sedikitnya dan besar kecilnya materi-materi sebagai alat pengikis
yang diangkut oleh gelombang. (dikutip dari: Tisnasomantri, Akub.
(1998). Dasar-Dasar Geomorfologi Umum. Bandung: IKIP Bandung Press
Berikut ini adalah bentukkan yang terdapat di pantai dari hasil erosi
marine:
a. Gua laut (sea caves)
Terbentuk karena cliff mengalami erosi bawah (under cutting) oleh
pukulan gelombang arus. Gua pantai banyak dijumpai terutama pada
48

batuan yang mudah larut misalnya batu kapur tapi juga tidak dipungkiri
dapat ditemukan pada jenis batuan yang lain.
Proses terbentuknya dapat dimulai dari pengikisan pada celah atau
retakan yang semakin lama semakin lebar. Atau dapat juga terjadi oleh
tekanan-tekanan gelombang yang relatif tegak terhadap batuan yang lemah
pada cliff.
b. Celah (cleff), erosi oleh gelombang atau arus yang menimpa retakan atau
patahan menyebabkan terbentuknya celah di pantai.
c. Teras-teras (wave cut teraraces), terjadi karena dasar laut dangkal tererosi,
Permukaan menjadi rata kemudian terangkat.
Seperti halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat
menyebabkan pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu
sisi menebabkan kerusakan pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan
berkembang atau terbentuknya garis pantai.
Terdapat beberapa kenampakan bentang

lahan

hasil

kegiatan

gelombang, yaitu:
a. Goresan gelombang pantai
Bekas dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur
batuan yang menyusun pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah
tererosi akan lebih cepat terkikis bila dibandingkan dengan batuan yang
resisten. Kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai yang berusia tua.
b. Pantai curam (cliff) dan teras-teras pantai
Bentukkan muka cliff akan berbeda karena dipengaruhi oleh struktur
batuan, jenis batuan dan sifat dari batuan yang membentuknya. Apabila
dinding pantai cliff yang tersusun dari jenis batuan yang tidak tahan erosi
dihantam gelombang yang cukup tinggi, maka batuan tersebut tidak
hancur sekaligus. Sebagian material batuan akan menumpuk di bagian
bawah dan dapat mempengaruhi kerja dari gelombang. Apabila tumpukan
material tersebut mengalami pengikisan, maka tanah pantai kliff tersebut
akan mengalami longsor (landslide) secara vertikal sehingga terbentuk
teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang itu sendiri tergantung pada
faktor-faktor penyebab erosi gelombangnya. Semakin kuat gelombangnya,
maka teras-teras gelombangnya akan bertambah lebar.
c. Sea Stack

49

Sea Stack yaitu tiang-tiang baru yang terpisah dari daratan.tersusun dari
batuan yang resisten sehingga bertahan dari pukulan gelombang.
e. Arc
Arc yaitu batuan berlubang tembus akibat kikisan gelombang,tersusun dari
batuan yang lunak (tidak resisten).
f. Head land
Head land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok ke laut akaibat
erosi gelombang,terdiri atas batuan lava dan breksi.
Kenampakan bentang lahan hasil pengendapan gelombang ada
beberapa macam, yaitu:
a. Gisik (beach)
Gisik atau beach adalah timbunan puing batuan di atas dan
sepanjang wave cut bench yang keberadaannya hanya bersifat sementara.
Gisik merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik
terletak tinggi di atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada pantai
depan. Kadang-kadang gisik ini terlihat seperti jembatan yang bertingkattingkat turun ke arah laut. Material pada gisik ini terdiri dari kerikil yang
bulat-bulat, kerikil yang kasar (gravel), dan pasir.
Gisik atau beach banyak ditemukan di daerah teluk dari pada
semenanjung karena kekuatan gelombang dipusatkan pada semenanjung
sehingga semenanjung pemusatan serangan gelombang, pusat pengikisan.
Oleh karena itu semenanjung pada umumnya diakhiri suatu cliff. Dengan
demikian apabila gelombang itu mencapai pantai pada sebuah teluk,
kekuatannya telah sangat dikurangi demikian juga daya angkutnya yang
diperlemah. Beban-beban yang diangkutnya terpaksa harus diendapkan
dalam bentuk gisik atau beach.
b. Gosong pasir (bar)
Bar adalah gosong pasir dan kerikil yang tumbuh dan terletak pada
dasr laut yang terjadi oleh pengerjaan arus dan gelombang. Gosong pasir
merupakan daratan baru berupa endapan pasir atau kerikil di laut sejajar
garis pantai dan dipengaruhi oleh arus laut. Kadang-kadang gosong ini
muncul di atas permukaan air laut dan kadang-kadang terbenam
seluruhnya pleh air laut.

50

1) Off shore bar (barrier bar) terdapat di laut lepas,hasil pengendapan


backswash;
2) Laguna (lagoon), laut dangkal antara daratan dan off shore bar;
3) Tombolo, endapan yang menghubungkan daratan dengan pulau,
sebagai akibat reflaksi gelombang karena rintangan pulau tersebut.
4) Gumuk pasir pantai (coast dunes) adalah timbunan pasir dipantai
sebagai akibat hasil aktivitas angin dan vegetasi.
5) Free dunes, merupakan timbunan pasir di pantai oleh pengendapan
angin tanpa di bantu vegetasi;
6) Impended dunes, timbunan pasir di pantai oleh pengendapan angin
dan vegetasi atau topografi kasar.
Bahan-bahan endapan hasil pengikisan oleh arus laut kemudian
diendapkan lagi di tempat lain. Jika endapan ini telah sampai dipermukaan air
maka akan terbentuk: spits, connecting bar, hooks dan loops.
1. Spits
Spits yaitu bar yag salah satu ujungnya terikat pada daratan,
sedangkan ujung lainnya tidak. Pada umumnya berbetuk lurus, sejajar
dengan pantai, tetapi oleh pengaruh arus yang membelok ke arah darat
atau oleh pasang naik yang luar biasa, maka spits itu pun membengkok ke
arah darat. Spits yang membengkok itu disebut spits bengkok (Inggris:
hook atau recurved spit)
2. Hook
Hook adalah spits membelok ke arah darat. pengaruh arus yang
membelok ke arah darat atau oleh pasang naik yang luar biasa, maka spits
itu pun membengkok ke arah darat. Dalam pertumbuhannya dapat terjadi
hook majemuk. Hook majemuk yaitu apabila hook itu membengkok
beberapa kali.
3. Loops
Loops yaitu spit yang terdapat pada sebuah pulau kecil dengan arah
pertumbuhan yang menuju daratan induk. (Dikutip dari: Habib. 2012.
Geomorfologi

Asal

Marine.

51

[Online].

Terseda

di:

http://habib-

geo.blogspot.com/2012/11/pengertian-bentukan-lahan-asal-prose.html.
Diakses tanggal 18 November 2014)

Gambar 2.2 Bentukkan Marine


Sumber:

http://ferosiska.blogspot.com/2013/01/geomorfologi-

pantai-wilayah-pesisir_8744.html
F. Teluk
Teluk adalah tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh
daratan pada ketiga sisinya. Oleh karena letaknya yang strategis, teluk banyak
dimanfaatkan sebagai pelabuhan. Teluk adalah kebalikan dari tanjung, dan
biasanya keduanya dapat ditemukan pada suatu garis pantai yang sama.
(Dikutip

dari:

http://geografiana2006.blogspot.com/2011/11/bentukan-

bentukan-di-permukaan-bumi.html)
Teluk merupakan bagian laut yang menjorok ke daratan. Negara
Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau memiliki banyak teluk, baik besar
maupun kecil, seperti Teluk Tomini, Teluk Bayur, Teluk Popoh, dan
sebagainya. Wilayah teluk merupakan daerah berombak kecil atau tenang
sehingga banyak dimanfaatkan untuk sarana pelabuhan dan daerah
penangkapan ikan.
Teluk pada umumnya memiliki perairan lebih tenang daripada lautan di
sekitarnya, karena tanah di sekitarnya menghadang gelombang dan
mengurangi kekuatan angin. Sebuah teluk besar disebut laut. Tekuk biasanya

52

merupakan inlet pantai yang berbentuk lingkaran atau oval dengan celah
masuk yang sempit, beberapa teluk dapat disebut sebagai teluk.
Teluk sangat berguna bagi pemukiman manusia karena dapat
menyediakan tempat yang aman untuk memancing. Kemudian teluk sangat
penting dalam pengembangan perdagangan laut sebagai pelabuhan yang
aman mendorong mereka memberikan pilihan mereka sebagai pelabuhan. Di
Teluk terdapat banyak ikan dan makhluk laut lainnya atau bersebelahan
dengan teluk lainnya. Misalnya, James Bay berdekatan dengan Teluk Hudson.
Teluk besar, seperti Teluk Bengal dan Teluk Hudson, merupakan variasi
geologi laut. Sebuah teluk diakibatkan oleh pergeseran benua. Teluk Guinea,
Teluk Persia, Teluk Alaska, Teluk Meksiko dan Teluk Benggala merupakan
teluk terbesar di dunia, teluk ini memiliki potensi pariwisata.
Cara lain teluk yang terbentuk adalah melalui erosi glasial dan sungai.
Jika terbentuk oleh gletser teluk dikenal sebagai sebuah fjord. Rias diciptakan
oleh sungai dan ditandai dengan lereng yang lebih bertahap. Kebanyakan
jurang dan teluk yang dibentuk oleh lipatan dari kerak bumi serta erosi pantai
akibat gelombang dan arus. Arus dapat membuat gelombang lebih konstan,
sementara batuan lunak akan memungkinkan erosi untuk memiliki efek yang
lebih kuat. Batu kurang cepat terkikis, meninggalkan tanjung. Teluk
California adalah contoh dari sebuah teluk yang diciptakan oleh proses
geologi lipat. (Dikutip dari: Ikhsan, Haikal Muhammad. 2014. Pemanfaatan
Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi Marine bentukan Teluk Di
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut Selatan Provinsi Jawa Barat. Laporan,
Universitas Pendidikan Indonesia).

53

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi
Lokasi dari praktikum mata kuliah Penginderaan Jauh ini adalah
dikawasan Sukabumi Selatan yaitu di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Lokasi tepatnya adalah di Kecamatan
Pelabuhan Ratu.
B. Waktu
Waktu pelaksanaan praktikum ini yaitu dilaksanakan pada;
hari
: Sabtu
tanggal
: 13 Desember 2014.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan
filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian
mempunyai rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini
menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu
penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan
cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan
penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat,
dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
1. Penelitian kuantitati
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan
fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi

54

objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angkaangka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Ada
beberapa metode penelitian yang dapat dimasukan ke dalam penelitian
kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode : deskriptif,
survai, ekspos facto, komparatif, korelasional dan penelitian tindakan.
a. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau, misalnya :
berapa lama anak-anak usia pra sekolah menghabiskan waktunya
untuk nonton TV. Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu
keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam
tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut
penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian
perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu,
dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu
b. Penelitian survai
Survai digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini
dari sejumlah besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada 3
karakter utama dari survai yaitu:
1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk
mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti
kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi
2) informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya
tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi;
3) informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi. Tujuan
utama

dari

survai

adalah

mengetahui

gambaran

umum

karakteristik dari populasi.


c. Penelitian Ekspos Facto
Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan
sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang
dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat
dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah

55

berlangsung atau telah terjadi, misalnya penelitian tentang pemberian


gizi yang cukup pada waktu hamil menyebabkan bayi sehat.
d. Penelitian Komparatif
Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih
dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang
diteliti. Dalam Penelitian ini pun tidak ada pengontrolan variabel,
maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan
secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan
instrumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik
untuk mencari perbedaan diantara variabel-variabel yang diteliti.
e. Penelitian korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel
dengan variabel-variabel lain. Misalnya : Penelitian tentang korelasi
yang tinggi antara tinggi badan dan berat badan, tidak berarti badan
yang tinggi menyebabkan atau mengakibatkan badan yang berat,
tetapi antara keduanya ada hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi
yang sebaliknya yaitu ketidaksejajaran (korelasi negatiif), badanya
tinggi tapi timbangannya rendah (ringan).
f. Penelitian tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang
diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan.
Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun perbaikan
hasil kegiatan. Misalnya : Guru-guru mengadakan pemecahan
terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah
mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya.
g. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (research and development), merupakan
metode untuk mengembangkan dan menguji suatu produk (Borg,W.R
& Gall,M.D.2001). Metode ini banyak digunakan di dunia industri.
Industri banyak menyediakan dana untuk penelitian mengevaluasi dan
menyempurnakan produk-produk lama, dan atau mengembangkan
produk baru. Dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan
dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media

56

pembelajaran,

insttrumen

evaluasi,

model-model

kurikulum,

pembelajaran, evaluasi, bimbingan, managgemen, pengawasan,


pembinaan staff, dll.
2. Penelitian kuantitatif Eksperimental
Penelitian Eksperimental merupakan penelitian yang palin murni
kuantitatif, karena semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif
dapat diterapkan pada metode ini. Penelitian Eksperimental merupakan
penelitian labolatorium, walaupun bisa juga dilakukan diluar labolatorium,
tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian labolatorium,
terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhi jalanya
eksperimen. Metode ini bersifat validation atau menguji, yaitu menguji
pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang
memberi pengaruh dikelompokan sebagai variabel bebas (independent
variables) dan variabel yang dipengaruhi dikelompokan sebagai variabel
terikat (dependent variables). Ada beberapa variasi dari penelitian
eksperimental, yaitu:
a. Eksperimen murni
Eksperimen murni (true experimental) sesuai dengan namanya
merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan
memenuhi syarat-syarat eksperimen. Prosedur dan syarat-syarat
tersebut, terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, kelompok
control, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta pengujian
hasil. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel independen yang
akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel
dikontrol atau disamakan arakteristiknya.
b. Eksperimen semu
Metode eksperimen semu (qusi experimental) pada dasarnya sama
dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan
variabel. Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel
saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan
c. Eksperimen Lemah
Eksperimen lemah (weak experimental) merupakan metode penelitian
eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi
tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Sesuai dengan namanya,
57

eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya, oleh karena itu tidak
digunakan untuk penelitian tesis dan disertasi juga skipsi sebenarnya.
d. Eksperimen subjek Tunggal
Eksperimen subjek tunggal (single subject experimental), merupakan
eksperimen

yang

dilakukan

terhadap

subjek

tunggal.Dalam

pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen


murni, kuasi atau lemah berlaku.
3. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan
utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and
explore) dan keduan menggambarkan dan menjelaskan (to describe and
explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan
eksplanatori. Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua
macam, kualitatif interaktif dan non interaktif. Metode kualitatif interaktif,
merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data
langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. (Dikutip dari:
http://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macammetode-penelitian/)
Metode yang dipakai pada praktikum kali ini adalah Metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif lebih menekankan analisisna pada
proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadapa dinamika
hubungan antar fenomena/kejadian yang diamati dengan menggunakan logika
ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak
menggunakan dukungan data kuantitatf ala tetapi penekanannya tidak pada
pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian
melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif. Penelitian kualitatif
biasanya menggunakan populasi dan variabel sampel. (Dikutip dari: Sudrajat,
Sabana. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia: Bandung)
D. Populasi dan Sampel
58

Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau
study sensus (Sabar, 2007).
Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang
dimiliki

oleh

subyek

atau

obyek

itu.

(Dikutip

dari:

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-populasi-dansampel-dalam-penelitian/)
Populasi geografi adalah himpunan

individu atau objek yang

masing-masing mempunyai sifat atau ciri geografi yang sama. Ciri


geografi yang dimaksud bisa berbentuk fisik maupun non fisik.
Populasi dalam praktikum ini adalah seluruh kajian bentukan
marine yaitu teluk, cliff, estuaria, gosong pasir, dan bar yang ada di
Kawasan Pelabuhan Ratu. Peta populasi teluk terlampir.
Tabel 3.1 Lokasi Ploting pada Citra Landsat
Nama
Objek

No

10

Plot

Koordinat

Desa

Kecamatan

060597,56

Pelabuhan
Ratu

065853,49"

Citepus

Pelabuhan
Ratu
Pelabuhan
Ratu

BT

LS

10603234,02

10632'15,89"

Teluk

Sampel
Pengertian dari sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi
yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative dapat
mewakili populasinya (Sabar,2007). Menurut Sugiyono sampel adalah
bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, missal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

59

representative

(Sugiyono,2011).

(Dikutip

dari:

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-populasi-dansampel-dalam-penelitian/)
Sampel dalam praktikum ini adalah, teluk.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang kami lakukan dalam penyusunan
laporan praktikum mata kuliah Penginderaan Jauh ini adalah dengan cara:
1 Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk membuktikan hasil interpretasi
yang dilakukan di labolatorium, apakah hasil interpretasi itu sesuai atau
tidak dengan dengan di lapangan dengan cara mendatangi koordinat yang
sebelumnya telah di tentukan.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek kajian

penelitian. Kami

melakukan observasi pada segment kami untuk memperoleh data


mengenai seluruh objek yang dikaji dan mengisi instrumen penelitian.
Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh batas-batas kajian dan
mengarahkan penelitian pada jalur yang benar agar selalu terkonsep.
Observasi kami lakukan langsung di kawasan Pelabuhan Ratu,
Sukabumi.
2. Wawancara
Wawancara informasi merupakan salah satu metode pengumpulan data
untuk memperoleh data dan informasi dari masyarakat secara lisan.
Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung.
Selama proses wawancara kami mengajukan pertanyaan, meminta
penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan membuat
catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya.
3. Study pustaka
Study Pustaka merupakan pengumpulan data dengan cara mempelajari
buku dan sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti.
4. Eksplorasi internet
Eksplorasi internet merupakan kegiatan mengkaji dan menggali data-data
dari internet sebagai studi banding.
5. Dokumentasi
60

Dokumentasi dilakukan untuk mendokumentasi kan kejadian atau


sesuatu yang penting untuk menjadi bukti pada pelaporan ini.
6. Analisis Labolatorium
Analisis labolatorium dilakukan untuk mengolah data yang di
peroleh di lapangan, untuk melihat akurasi data sebelum survey dan data
setelah survey.
D. Alat dan Bahan
1. Laptop sebagai Hardware
2. Software ER Mapper 6.4 sebagai software pengolahan data yang
digunakan untuk menginterpretasi wilayah kajian.
3. Citra Landsat 2001 Pelabuhan Ratu
4. Kompas
Kompas digunakan sebagai alat untuk penentu arah dan alat bantu
untuk penentuan plot yang menggunakan Peta Rupa Bumi Indonesia.
5. GPS (Global Positioning System)
GPS atau Global Positioning System digunakan untuk menentukan
titik koordinat dan ketinggian lokasi praktikum selain menggunakan peta
Rupa Bumi Indonesia agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
6. Peta geologi
Peta geologi digunakan untuk mendapat informasi batuan dan
formasi batuan daerah pengamatan.
7. Peta rupa bumi
Peta rupa bumi atau RBI Lembar Pelabuhan Ratu digunakan untuk
memberi plot daerah pengamatan.
8. Kamera
Kamera digunakan sebagai alat untuk mengambil gambar lokasi,
objek, dan kegiatan yang berlangsung selama praktikum.
9. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian dibuat berupa tabel yang harus diisi selama
pengamatan berlangsung. Sehingga kita dapat mencatat hasil praktikum
atau pengamatan.
10. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan dan diskusi
praktikum.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah mengacu kepada
ploting lokasi pengamatan yang sebelumnya telah di ploting melalui analisis

61

citra dan peta rupa bumi. Ketika di lapangan penulis kemudian mencari lokasi
pengamatan yaitu Pasir pasang surut, delta, cliff, terumbu karang, mangrove,
bar, estuary, dan garis pantai yang sebelumnya telah di ploting di dalam peta
rupa bumi. Setelah lokasi pengamatan ditemukan kemudian penulis menguji
akurasi bentukan bar dan garis pantai antara bentukan di dalam Peta Rupa
Bumi dan melihat keadaan sebenarnya di lapangan.
1. Interpretasi citra
Untuk menginterpretasi bentukan

marine

ini

penulis

menggunakan Citra Landsat daerah Sukabumi. Penulis sebelumnya


menganalisis terlebih dahulu apa saja bentukan yang terdapat di citra
daerah Sukabumi ini.
2. Uji Ketelitian
Uji ketelitian hasil interpretasi merupakan tahap yang penting
dalam proses pengekstraksian data penginderaan jauh. Uji ketelitian perlu
dilakukan karena berkaitan dengan tingkat akurasi minimal dan validitas
data hasil interpretasi foto udara, dimana data ini selanjutnya akan
dijadikan dasar analisis dan evaluasi. Bila hasil interpretasi tidak
memiliki batas minimal akurasi yang ditetapkan, maka hasil interpretasi
tidak dapat digunakan untuk pertimbangan pengambilan keputusan atau
tindakan.
Uji ketelitian data hasil interpretasi foto udara dilakukan dengan
cara membandingkan hasil interpretasi dengan kondisi sebenarnya di
lapangan melalui cek lapangan. Suatu data hasil interpretasi dikatakan
memiliki tingkat validitas dan akurasi tinggi bila terdapat kesesuaian
antara hasil interpretasi

dengan hasil cek lapangan. Kesesuaian ini

diukur dengan persentase interpretasi benar dibanding interpretasi salah


(omisi dan komisi). Hasil interpretasi yang diuji ketelitiannya dalam
penelitian ini adalah hasil interpretasi bentukan bar dan garis pantai.
Menurut Short,1982 terdapat empat cara dalam melaksanakan uji
ketelitian, yaitu:

62

a. Pengecekan lapangan dari titik pengamatan yang ditentukan


sebelumnya.
b. Membandingkan hasil interpretasi citra /foto uadara dengan peta
rujukan
c. Malakukan analisis statistik
d. Penghitungan menggunakan matrik
N
o

Koordina
t

Objek
Kajian

Kuantitati
f

Bentu
k

Cerah
Gelap

Warna

RG
B

321

N
o

Koordina
t

Objek
Kajian

Tekstur

Pola

Situs

Asosias
i

RG
B

542

N
o

Objek
Kajian

M1

M2

Kenyataan di
Lapangan

Total
Sampel

M1

M2

Persentase
Ketepatan

Melalui tabel di atas dapat dilihat bahwa presentase ketepatan


interpretasi 100%

atau terdapat kesesuaian antara hasil interpretasi

dengan kenyataan di lapangan. Itu berarti hasil interpretasi citra benar


dengan tidak terjadinya kesalahan, kesalahannya berarti 0 %. (Mulyani,
Lies, dkk. 2013. Laporan Praktikum Penginderaan Jauh Pemanfaatan
Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi Bentukan Marine (Desa
Karangwangi, Desa Purbayani, Desa Mandalakasih) Kecamatan
Mekarmukti,

Kecamatan

Caringin,

63

Kecamatan

Pameungpeuk,

Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut Selatan, Provinsi Jawa Barat.


Laporan, Universitas Pendidikan Indonesia)

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik dan Sosial Pelabuhan Ratu
Pelabuhan Ratu adalah kecamatan sekaligus ibukota Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Wilayah utamanya mencakup daerah pesisir
sepanjang teluk Pelabuhan Ratu. Daerah ini berhadapan langsung dengan
Samudera Hindia. Pada masa kolonialisme Belanda, teluk ini dikenal dengan
nama

Wijnkoops-baai.

(Dikutip

dari:

http://dody94.wordpress.com/2014/05/05/pelabuhan-ratu-pantai-mistis-naneksotis/.)
Pelabuhan Ratu terletak 60 km arah selatan dari Kota Sukabumi.
terkenal karena terdiri dari perpaduan antara pantai yang curam dan landai,
batu-batu karang yang terjal, hempasan ombak, dan hutan cagar alam.
(Dikutip

dari:

http://wisatapantaiselatan.wordpress.com/info-tempat

wisata/httpidwikipediaorgwikipantai_pelabuhan_ratu/.)
Teluk Pelabuhan Ratu dikenal berombak besar dan sering memakan
korban. Mayat yang ditemukan umumnya berusia muda. Penduduk percaya,
para korban memiliki darah keturunan selir-selir kerajaan yang kemudian
ditenggelamkan oleh Nyi Loro Kidul, sebagai wujud aksi balas dendam.
Masyarakat pesisir Pelabuhan Ratu meyakini Nyi Loro Kidul atau Nyi Roro

64

Kidul adalah makhluk mistis yang menjadi ratu penguasa Pantai selatan.
Legenda setempat menyebutkan, sang ratu adalah jelmaan Lara Kadita, putri
cantik jelita kesayangan Prabu Siliwangi yang terbuang akibat konspirasi
selir-selir istana yang saling memperebutkan tahta putra mahkota. Penduduk
juga meyakini jika warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Loro Kidul. Oleh
karenanya, pengunjung yang datang ke pantai Pelabuhan Ratu dilarang
mengenakan baju berwarna hijau.
Letak Pelabuhan Ratu yang langsung berhadapan dengan lautan
terbuka (Samudera Hindia) mengakibatkan timbulnya ombak tinggi bertenaga
kuat di sepanjang pesisir. Dasar perairan Teluk Pelabuhan Ratu berbentuk
cekungan yang diapit sisi teluk berdinding curam dapat menimbulkan
gelombang tsunami yang sangat besar jika terjadi gempa di sekitar palung
Jawa. Arus balik dari pantai yang terbentuk di Pelabuhan Ratu, seringkali
menenggelamkan pengunjung yang tak menyadari adanya aliran air yang
melaju dengan cepat di dasar perairan. Arus balik yang berenergi kuat ini,
akan terus mendorong korban ke bawah, hingga tersangkut di terumbu
karang. Jika tak segera mendapat pertolongan, korban akan kekurangan
oksigen, mengalami hipotermia hingga akhirnya meninggal dunia.
1. Kondisi Fisik Pelabuhan Ratu
a. Geomorfologi, Geologi Lingkungan Pantai dan Sumberdaya Geologi
Berdasarkan klasifikasi fisiografi menurut Van Bemmelen
(1949), Teluk Pelabuhan Ratu termasuk ke dalam zona Bandung dan
zona pegunungan Selatan. Zona Bandung meliputi wilayah pantai
bagian barat Pandeglang ke arah Selatan hingga pantai Pelabuhan
Ratu bagian Barat (wilayah pegunungan Bayah), sedangkan zona
pegunungan selatan meliputi semua pantai selatan Jawa Barat,
termasuk Teluk Palabuhan Ratu. Kawasan ini dekat dengan
pertemuan lempeng samudera Indo-Australia dengan lempeng
Eurasia sehingga rawan gempatektonik yang dapat memicu tsunami.
(Dikutip dari: Supria, Heru. 2007. Kondisi Wilayah Dan Isu
Pengelolaan

Wilayah

Pesisir

Teluk

Pelabuhan

Ratu

Permasalahannya. Makalah, Institut Teknologi Bandung.)

65

Dan

Menurut para ahli ilmu kebumian, bentuk rupa bumi pesisir


selatan Pulau Jawa termasuk teluk Pelabuhan Ratu yang berbukitbukit, berasal dari pertemuan lempeng benua Eurasia dan IndoAustralia. Lempeng Indo-Australia yang lebih aktif, bergerak ke arah
utara dengan kecepatan 7 cm/tahun. Lempeng ini kemudian
menyelip

di bawah lempeng Eurasia yang lebih pasif. Akibat

pertemuan dua lempeng benua, muncul lekukan memanjang di sisi


selatan Pulau Jawa yang disebut Palung Jawa. Jika bergerak, kedua
lempeng ini akan saling bergesekan (subduksi) di sepanjang daerah
sekitar palung, sehingga rawan menimbulkan gempa bumi dan
tsunami. Pertemuan lempeng juga menyebabkan sebagian tepi dari
lempeng Eurasia menekuk ke atas membentuk bukit-bukit indah
yang terlihat di sepanjang pesisir Teluk Pelabuhan Ratu. (Dikutip
dari:

http://dody94.wordpress.com/2014/05/05/pelabuhan-ratu-

pantai-mistis-nan-eksotis/)
Tipe pantai di wilayah pesisir Teluk Pelabuhan Ratu
Kabupaten Sukabumi meliputi pantai karang, berbatu dan berpasir.
Satuan morfologi penyusun pantai di pesisir Teluk Palabuhan Ratu
Kabupaten Sukabumi terdiri dari perbukitan dan dataran. Perbukitan
merupakan ciri utama pantai selatan dengan yang pantai terjal dan
perbukitan bergelombang dengan kemiringan mencapai 40% serta
disusun oleh sedimen tua. Sedangkan satuan morfologi dataran
berkembang di sekitar muara sungai dengan susunan terdiri atas
pasir dan kerikil yang berasal dari endapan impahan banjir. Wilayah
pantai

mulai

Cimandiri

hingga

Cisolok

batuan

geologinya

merupakan endapan sedimen breksi gunung api.


b. Oseanografi
Karakteristik umum oseanografi pesisir Teluk Pelabuhan
Ratu mirip Samudera Hindia, tapi terlindung karena berbentuk teluk.
Karakteristik Samudera Hindia bercirikan ombak besar, batimetri
laut dalam dan tinggi gelombang dapat mencapai lebih dari 3 meter.
Keadaan arus pada perairan dipengaruhi oleh pasang surut, angin,

66

densitas serta pengaruh masukan air dari muara sungai. Arus pantai
selatan Jawa pada bulan Pebruari sampai Juni bergerak ke arah timur
dan bulan Juli hingga Januari bergerak ke arah barat. Pada bulan
Pebruari arus pantai

mencapai 75 cm/detik kemudian melemah

hingga kecepatan 50 cm/detik selama April hingga Juni. Pada bulan


Agustus, arus pantai berganti arah ke Barat dengan kecepatan 75
cm/detik, kemudian menurun hingga kecepatan 50 cm/detik sampai
bulan Oktober. Menurut Pariwono et.al (1988) Salinitas di perairan
Pelabuhan Ratu berkisar antara 32,33o/oo 35,96o/oo dengan tingkat
tertinggi terjadi pada bulan Agustus, September, dan Oktober,
sedangkan terendah terjadi pada bulan Mei, Juni dan Juli. Kisaran
suhu pada perairan Palabuhan Ratu berkisar antara 27 oC30oC
(Sugiarto dan Birowo , 1975).
Tinggi Gelombang di Palabuhan Ratu dapat berkisar antara
13 meter (Pariwono et. al., 1988). Kondisi kualitas air perairan laut
di Kabupaten Sukabumi, tergolong bagus yang tercermin dari
penampakan air yang bening dan kecerahan (cahaya matahari yang
dapat menembus perairan mencapai 67 meter), meskipun demikian
di beberapa muara sungai besar perairannya terlihat coklat terutama
pada musim hujan.
c. Iklim
Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Pelabuhan Ratu
Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh musim angin barat yang
bertiup dari timur ke barat, dan musim angin timur yang bertiup dari
barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember
sampai bulan Maret, sedangkan musim angin timurberlangsung
antara bulan Juni sampai bulan September. Curah hujan tahunan di
pesisir Teluk Pelabuhan Ratu dan sekitarnya berkisar antara 2.500
3.500 mm/tahun dan hari hujan antara 110170 hari/tahun. Suhu
udara disekitar wilayah ini berkisar antara 1830 C dan memiliki
kelembaban udara yang berkisar antara 70 90 persen. (Dikutip dari:
Supria, Heru. 2007. Kondisi Wilayah Dan Isu Pengelolaan Wilayah

67

Pesisir Teluk Pelabuhan Ratu Dan Permasalahannya. Makalah,


Institut Teknologi Bandung.)
2. Kondisi Sosial Pelabuhan Ratu
Secara administrasi, wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu dibagi
menjadi sembilan desa dan satu kelurahan. Desa yang dimaksud yaitu
Citarik, Citepus, Cibodas, Buniwangi, Cikadu, Pasirsuren, Tonjong,
Jayanti, dan Cimanggu. Sementara itu, satu kelurahan yang dimaksud
yaitu Kelurahan Pelabuhan Ratu. Berikut batas-batas wilayah Kecamatan
Pelabuhan Ratu.
a

Sebelah utara

: Kecamatan Cikakak dan Kecamatan Cikidang.

Sebelah timur

: Kecamatan Bantargadung.

Sebelah selatan : Kecamatan Simpenan.

Sebelah barat

: Teluk Pelabuhanratu.

Jumlah penduduk Kecamatan Pelabuhan Ratu pada tahun 2004


menurut data Monografi Kecamatan Pelabuhan Ratu adalah 88.995 jiwa
(20.958 KK). Terdiri atas 44.447 orang laki-laki dan 43.588 orang
perempuan dengan kepadatan penduduk 0,8 jiwa/km2. Pada umumnya
masyarakakat Pelabuhan Ratu memeluk agama Islam. Masyarakat pada
umumnya menggantungkan sumber mata pencahariannya kepada
sumberdaya alam yang ada di sekitarnya termasuk perikanan.
Ketergantungan masyarakat akan ikan dapat ditemuai di daerah lain
selain Pelabuhan Ratu seperti Cisolok, Simpenan, dan Cikakak. Dilihat
dari kecenderungan pola usaha, Kabupaten Sukabumi di pantai Selatan
lebih mengarah kepada pengembangan potensi perikanan laut dan
pengembangan potensi pariwisata serta perdagangan. (Dikutip dari:
Supria, Heru. 2007. Kondisi Wilayah Dan Isu Pengelolaan Wilayah
Pesisir Teluk Pelabuhan Ratu Dan Permasalahannya. Makalah, Institut
Teknologi Bandung.)
Masyarakat Pelabuhan Ratu yang sebagian besar bermata
pencaharian sebagai nelayan meski tidak semua karena terdapat beberapa
mata pencaharian pada pertanian dan perdagangan. Banyaknya

68

masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan didukung oleh


posisisnya yang berada di teluk yang menghadap langsung ke Samudera
Hindia. Hal ini dapat dibuktikaan dengan adanya dermaga dan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI), kapal rumpon, dan pemukiman nelayan.
Pemukiman nelayan yang ada di Pelabuhan Ratu lokasinya tidak
jauh dari dermaga atau Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Nama pemukiman
nelayan ini yaitu di Kampung Camara Kelurahan Pelabuhan Ratu
Kecamatan Pelabuhan Ratu. Pada umumnya penduduk kampung nelayan
ini bukan penduduk asli Pelabuhan Ratu melainkan adalah masyarakat
pendatang yang telah menetap puluhan tahun. Penduduk kampung ini
merupakan pendatang dari beberapa daerah seperti dari Ujung Genteng,
Cirebon, Pekalongan, bahkan dari Bugis. Nelayan di Kampung Camara
ini merupakan nelayan one day fishing dan bukan kepemilikkan pribadi.
Sehingga

mereka

harus

menyetorkan

hasil

tangkap

mereka

kepadapemberi modal. Pada umumnya satu kapal terdiri atas beberapa


orang nelayan.

Gambar 4.1 Pemukiman Nelayan


Sumber: Foto Robi Hisbilah

Gambar 4.2 Kampung Camara Pemukiman Nelayan

69

Sumber: Foto Robi Hisbilah


Masyarakat Pelabuhan Ratu yang berorientasi pada laut memiliki
sebuah tradisi upacara larung saji. Upacara ini berbentuk melemparkan
kepala kerbau dan berbagai jenis sesaji leinnya ketengah laut. Tradisi
tahunan ini sudah ada sejak dulu dan diwariskan secara turun temurun.
Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat
dan anugerah isi samudera yang diberikan sehingga dapat menghidupi
masyarakat dengan hasil tangkapan ikan.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan Pada Citra
Bentukan marine teluk dapat diketahui melalui interpretasi data citra
dengan aspek-aspek karakteristik seperti bentuk, tekstur, warna, rona dan
situs. Setelah diindentifikasikan dengan citra Landsat dan dibantu oleh peta
rupa bumi Indonesia, maka bentukan marine teluk adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Interpretasi Bentukan Marine Teluk Pada Citra Landsat
Obje
k

Koordinat
0

Teluk

106 3234,02
BT
dan
060597,56
LS

Rona

Warna

Ukuran

Bentuk

Cerah

Coklat
keputihan

Luas

Datar

Pola

Tinggi

Bayang
an

Situs

Didaer
ah
pesisir

Melengkung

Tekstur
Sedikit
kasar
Asosia
si
Dideka
t laut

Sumber : Hasil Interpretasi Citra

C. Hasil Analisis dan Pembahasan di Lapangan


Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, lokasi tersebut memang
benar adanya yaitu berupa teluk. Tepatnya yaitu pada koordinat 10603234,02
BT dan 060597,56 LS. Berdasarkan sumber, salah satu ciri-ciri teluk adalah

kawasan teluk sesuai didirikan perkampungan nelayan dan pelabuhan


perikanan. Hal ini terbukti dengan adanya pemukiman nelayan dan dermaga
pelelangan ikan atau Tempat pelelangan Ikan (TPI) dikawasan ini. (Dikutip
dari: https://geografibest.wordpress.com/nota-guru/tanjung-teluk/)
Lokasi teluk ini berada di Pantai Pelabuhan Ratu. Kondisi di pantai ini
berupa pantai bertebing (cliff). Pada teluk ini vegetasi yang mendominasi
adalah pohon ketapang (Terminalia catappa) dan pohon kelapa (Cocos
70

nucifera L.). Keadaan di tempat ini berupa objek wisata sehingga disekitar
pantai ini dapat dengan mudah dijumpai pedagang, penyewaan papan
selancar, dan juga hotel.

Gambar 4.3 Keadaan teluk di lapangan


Sumber: Foto Robi H dan Ayundha
D. Kesesuaian Hasil Intepretasi dengan Keadaan di Lapangan
Uji ketelitian perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi hasilhasil penelitian yang telah dilaksanakan, menurut Short, 1982 ada 4 cara
dalam melaksanakan uji ketelitian, yaitu:
1. Pengecekan lapangan dari titik pengamatan yang ditentukan sebelumnya
2. Membandingkan hasil interpretasi citra /foto uadara dengan peta rujukan
3. Melakukan analisis statistik
4. Penghitungan menggunakan matrik
Dalam penelitian ini telah diaplikasikan uji ketelitian dengan cara
yang pertama. Toleransi tehadap kesalahan 0% dapat dianggap baik
ketelitianya, sedangkan kesalahan yang melampau 0% dianggap kurang
akurat tingkat ketelitianya. Secara umum tingkat uji ketelitian berkisar
100%, karena jika uji ketelitian berada dibawah angka tersebut, akan
memberikan konsekuensi terhadap kualitas data marine yang diperoleh, jadi
uji ketelitian tersebut berperanan penting menentukan kualitas data yang
dihasilkan dari penelitian. Sebagai gambaran mengenai uji ketelitian suatu
daerah dapat diketehui dari tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Uji Kesesuaian di Lapangan

71

No
1

Obyek Kajian di
Lapangan
Teluk

Kenyataan di
Lapangan
1

Presentase
Kesesuaian %
100

Sumber : Hasil Uji Ketelitian Interpretasi

Jumlah obyek yang tepat 100% =

jumlah obyek yang dikaji x 100


jumlah obyek yang dikaji

Dalam penelitian ini tidak terjadinya kesalahan, berarti: 0%


Ketelitian interpretasi objek:
A= 1/1 X 100% = 100%
Ketelitian interpretasi = 1: 1 X 100%
= 100%
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 100% interpretasinya
benar bahwa teluk terdapat dilokasi pengamatan sesuai dengan citra.
E. Potensi Wilayah Pelabuhan Ratu
Banyak sekali potensi yang ditawarkan dari teluk di Pelabuhan Ratu ini
baik itu potensi yang bersifat positif maupun negatif. Berikut ini adalah
potensi yang ada di Teluk Pelabuhan Ratu:
1. Potensi bersifat positif
Potensi yang bersifat postif dapat dilihat dari potensi pariwisata.
Hal yang menjadi daya tarik wisata ini adalah dari keindahan panorama
pantai yang ada dikawasan ini. Selain keindahan panorama pantai ini
gelombang besar pantai ini juga menjadi daya tarik wisatawan sebagai
wahana olahraga surfing atau berselancar. Dari potensi pariwisata ini
akan berdampak positif pada aspek yang lainnya seperti pada sektor
perdagangan. Selain perdagangan, potensi pariwisata akan berdampak
pada bidang jasa seperti jasa transportasi maupun penginapan. Maka,
dengan begitu taraf kehidupan masyarakat di Pelabuhan ratu dapat
meningkat.

72

Selain itu potensi teluk di Pelabuhan Ratu terdapat dermaga kapal


nelayan sebagai tempat pelelangan ikan. Beragam jenis ikan memenuhi
keranjang-keranjang yang disusun berjajar. Diantaranya berisi layur,
tuna, tongkol, kerapu, udang, kepiting, cumi-cumi, rajungan, lobster,
kerang dan lain-lain. Maka, dengan begitu sektor perikanan harus
menajdi slah satu prioritas untuk pengembangan daerah.
2. Potensi bersifat negatif
Selain memberikan banyak dampak positif Teluk Pelabuhan Ratu
juga menyimpan bahaya yang luar basa. Bahaya yang ada di kawasan ini
adalah gempa bumi dan tsunami. Selain letaknya yang berada di pinggir
laut hal lain dapat menyebabkan bencana ini. Seperti yang telah dijelaska
sebelumnya bahwa letak dari Pelabuhan Ratu yaitu berdekatan dengan
pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Hindia-Australia yang bergerak
3-4 cm pertahun melesak masuk kebawah lempeng Eurasia. Pergerakkan
tersebut menyebabkan gesekkan akan terjadi patahan lempeng yang
mengakibatkan gempa bumi yang potensial untuk memicu terjadinya
tsunami.
Selain gempa bumi dan tsunami lokasi Pelabuhan Ratu yang berada
di pesisir memiliki potensi besar terkena dampak dari ancaman
gelombang besar atau badai. Gelombang besar ini akan merusak segala
sesuatu yang dihantam oleh gelombang tersebut.

BAB V
SIMPULAN
A. Simpulan
73

Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan penginderaan jauh dapat


digunakan untuk mengidentifikasi bentukkan marine. Kajian bentukkan
marine menggunakan RGB 321 sehingga warnanya sesuai dengan
keadaannya dengan yang ada dilapangan. RGB tersebut merupakan RGB
dasar dalam penggunaan citra dalam penginderaan jauh. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa hasil
intepretasi yang telah dilaksanakan menunjukkan kebenaran. Keberadaan
teluk ini memberikan banyak sekali manfaat bagi masyarakat sekitar mulai
dari sektor pariwisata, perdagangan, maupun jasa. Dibalik itu semua teluk ini
juga memiliki ancaman lain yaitu bencana geologi berupa gempa bumi dan
tsunami. Hal ini dikarenakan teluk ini berada pada zona subduksi antara
lempeng Hindia-Australia dan juga lempeng Eurasia. Gesekkan ini dapat
menimbulkan goncangan besar sehingga menimbulkan gempa dan tsunami.
B. Saran
Melihat kondisi perairan Indonesia yang sangat luas kita dapat menggunakan
penginderaan jauh dalam pengawasan perairan Indonesia. Kita dapat lebih
mengekplore kekayaan alam Indonesia terutama kekayaan baharinya. Selain
itu kondisi Indonesia yang sering mengalami perubahan akibat tenaga
eksogen maupun endogen dapat memberikan informasi mengenai perubahan
yang terjadi di Indonesia terutama maritimnya seperti bentukkan marine yang
ada di Indonesia. Maka dari itu, disarankan kepada pemerintah Indonesia
untuk lebih memanfaatkan penginderaan jauh lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2013.

Komponen

Penginderaan

Jauh.

[Online]. Tersedia

di:

http://raymoon760.wordpress.com/2013/06/16/komponen-penginderaanjauh/. Diakses tanggal 28 Desember 2014

74

Anonym. 2011. Makalah Manfaat Penginderaan Jauh. [Online]. Tersedia di:


http://geotambang.wordpress.com/2011/01/18/manfaat-penginderaanjauh/. Diakses 15 November 2014
Anonym. 2011. Makalah Manfaat Penginderaan Jauh. [Online]. Tersedia di:
http://geotambang.wordpress.com/2011/01/18/manfaat-penginderaanjauh/. Diakses 15 November 2014
Budiyanto,

Eko.

TT.

Penginderaan

Jauh.

[Online].

Tersedia

di:

http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/penginderaan-jauh/71pengertian-penginderaan-jauh. Diakses tanggal 28 Desember 2014


Habib. 2012. Geomorfologi Asal Marine. [Online]. Terseda di: http://habibgeo.blogspot.com/2012/11/pengertian-bentukan-lahan-asal-prose.html.
Diakses tanggal 18 November 2014
Ikhsan, Haikal Muhammad. 2013. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk
Mengidentifikasi

Marine

bentukan

Teluk

Di

Kecamatan

Cikelet

Kabupaten Garut Selatan Provinsi Jawa Barat. Laporan, Universitas


Pendidikan Indonesia
Khairunnisa, Azzahra.2013. Tipe dan Karakteristik Pantai. [Online]. Tersedia di:
http://nizcha0804.blogspot.com/2013/01/tipe-dan-karakteristikpantai.html. Diakses tanggal 8 Desember 2014
Mayasari, Sri. 2013. Sistem Penginderaan Jauh. [Online]. Tersedia di:
http://srimayasari011.blogspot.com/2013/03/sistem-penginderaanjauh.html. Diakses tanggal 12 Desember 2014
Mulyani, Lies, dkk. 2013. Laporan Praktikum Penginderaan Jauh Pemanfaatan
Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi Bentukan Marine (Desa
Karangwangi,

Desa

Purbayani,

Desa

Mandalakasih)

Kecamatan

Mekarmukti, Kecamatan Caringin, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan

75

Cikelet Kabupaten Garut Selatan, Provinsi Jawa Barat. Laporan,


Universitas Pendidikan Indonesia
Nana,

dkk.

Tanjung

&

Teluk.

[Online].

Tersedia

https://geografibest.wordpress.com/nota-guru/tanjung-teluk/.

di:

Diakses

tanggal 2 Januari 2015


Nurjanah,

Siti.

2013.

Penginderaan

Jauh.

[Online].

Tersedia

di:

http://lycheangga.blogspot.com/2013/04/penginderaan-jauh.html. Diakses
tanggal 28 Desember 2014
Pasaribu, Lisna Ferosiska. (2013).

Wilayah Pesisir. [Online]. Tersedia di:

http://ferosiska.blogspot.com/2013/01/geomorfologi-pantai-wilayahpesisir_8744.html. Diakses 24 November 2014


Ramdani, Tri. TT.

Sejarah Pengideraan Jauh. [Online]. Tersedia di:

https://www.scribd.com/doc/142035159/Sejarah-Penginderaan-Jauh-PCD.
Diakses tanggal 28 Desember 2014
Robby. 2012. Konsep dan Macam-Macam Metode Penelitian. [Onliine]. Tersedia
di: http://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macammetode-penelitian/. Diakses tanggal 3 Januari 2015
S, Dibyo. (2013). Pengertian dan Macam-Macam Pantai. [Online]. Tersedia di:
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-macam-pantai.html.
Diakses tanggal 8 Desember 2014
Sudrajat, Sabana. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia: Bandung
Sugandi, Dede. (2010). Penginderaan Jauh dan Aplikasinya. Bandung: Buana
Nusantara Press

76

Sugiyarbini. 2012. Pengertian Populasi dan Sampel DalamPenelitian. [Online].


Tersedia

di:

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-

populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/. Diakses tanggal 3 Januari 2015


Supria, Heru. 2007. Kondisi Wilayah Dan Isu Pengelolaan Wilayah Pesisir Teluk
Pelabuhan Ratu Dan Permasalahannya. Makalah, Institut Teknologi
Bandung.
Surini, Ririn. (2012). Laporan Penginderaan Jauh. [Online]. Tersedia di:
https://chaderinsaputra.wordpress.com/2012/06/05/laporan-penginderaanjauh/. Diakses 15 November 2014
Suudi, Padli. (2013). Pengertian Pantai dan Pesisir. [Online]. Tersedia di:
http://materi-perkapalan.blogspot.com/2013/08/pengertian-pantai-danpesisir.html. Diakses tanggal 8 Desember 2012
Tisnasomantri, Akub. (1998). Dasar-Dasar Geomorfologi Umum. Bandung: IKIP
Bandung Press

77

Anda mungkin juga menyukai