Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MATAKULIAH OSEANOGRAFI, GEOLOGI SEJARAH, DAN


GEOKOMPUTASI

LAPORAN

OLEH :
ANUGRA INDAH NURSANTI SAHIR
D061181012

GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oseanografi terdiri dari dua kata: oceanos yang berarti laut dan graphos yang
berarti gambaran atau deskripsi (bahasa Yunani). Secara sederhana oseanografi dapat
diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa yang lebih
lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi)
ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari
hidrosfer. Seperti kita ketahui bahwa Bumi terdiri dari bagian padat yang disebut
litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer.
Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup
penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.
Kadangkala, selain istilah oseanografi, adapula istilah lain yang sering
digunakan untuk menyebut ilmu tentang laut ini, yaitu oseanologi. Oseanologi sendiri
terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu)
yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut.
Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan
cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika,
dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut. Dalam beberapa ensiklopedia
yang ada, oseanografi dan oseanologi dinyatakan sebagai dua hal yang sama
(sinonim), namun beberapa sumber lain menyatakan bahwa ada perbedaan mendasar
yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi.
Secara umum, data dapat didefinisikan sebagai informasi faktual yang
dikumpulkan atau digunakan sebagai dasar untuk analisis, diskusi, alasan,
perhitungan, atau pengambilan keputusan. Dengan adanya data, banyak hal dapat
dilakukan, terutama setelah data tersebut diolah dan dianalisis lebih lanjut, sehingga
potongan-potongan informasi yang terkandung di dalamnya menjadi lebih jelas.
Dalam hampir semua disiplin ilmu data memegang peranan yang sangat penting. Di
satu sisi ia dapat berfungsi sebagai dasar dari terbentuknya sebuah teori atau
penjelasan ilmiah, dan di sisi lain ia pun dapat digunakan untuk membuktikan sebuah
teori yang tengah atau telah dibangun.
Data dapat dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer
mengacu kepada informasi yang diambil atau dikumpulkan oleh si peneliti secara
khusus untuk keperluan penelitiannya, sementara itu data sekunder mengacu kepada
informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya oleh orang lain.
Awal mula berkembangnya oseanografi juga tidak lepas dari keberadaan data,
yaitu sejak dilakukannya studi menyeluruh (komprehensif) melalui ekspedisi
Challenger (1872-1876). Sejak ekspedisi ini, dan dipicu oleh kesadaran akan
pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut,
perikanan, kabel laut, iklim, dan lain-lain, ekspedisi-ekspedisi lanjutan dalam rangka
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang laut pun terus dilakukan
hingga saat ini, termasuk di dalamnya riset/survei laut dalam (deep sea) dan census of
marine life.
Sejak ditemukan atau digunakannya teknologi penginderaan jauh (remote
sensing) dengan menggunakan satelit, ketersediaan data kelautan berkembang dengan
sangat pesat, baik dalam cakupan waktu maupun ruang. Dengan teknologi ini, dan
ditunjang oleh kemajuan teknologi informasi dan komputasi, berbagai fenomena
oseanografi pun semakin jelas terungkap. Hasil perhitungan yang dilakukan dengan
mengunakan model numerik pun mengalami perbaikan yang sangat signifikan dengan
dikembangkannya metode asimilasi data yang awalnya diadopsi dari bidang
meteorology.
Sejauh ini, di Indonesia sendiri telah cukup banyak lembaga, khususnya
lembaga penelitian dan perguruan tinggi, yang telah melakukan pengukuran
parameter oseanografi, seperti Pusat Penelitian Oseanologi (P2O) LIPI, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dinas Hidro-oseanografi
(DISHIDROS) TNI-AL, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Institut
Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro
(UNDIP), Universitas Hasanuddin (UNHAS), dll. Beberapa di antaranya bahkan
telah melakukan pengukuran bekerja sama dengan lembaga riset dan perguruan tinggi
dari luar negeri, seperti Amerika, Jepang, Jerman, Prancis, dll. Sayangnya, sejauh ini
belum ada pusat data oseanografi yang terintegrasi dan bersifat online di Indonesia,
sehingga sebagian besar data yang ada masih belum termanfaatkan secara optimal,
baik untuk keperluan penelitian maupun teknis.

B. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya, tujuan dan


manfaat dari pembuatan laporan ini adalah :
1. Mengetahui teori tentang Oseanografi
2. Mengetahui teori tentang Geologi Sejarah
3. Mengetahui teori tentang Geologi Komputasi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Oseanografi

Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani: oceanus (samudera)
dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti deskripsi
tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pada kenyataan lebih dari sekedar
deskripsi tentang samudera, karena samudera sendiri akan melibatkan berbagai
disiplin ilmu jika ingin diungkapkan. Dalam modul ini bahasannya lebih difokuskan
pada oseanografi fisika (Supangat dan Susanna, 2008).
Planet Bumi merupakan anggota tata surya yang unik di mana samudera
melingkupi ± 140 juta mil persegi dari total ± 200 juta mil persegi luas
permukaannya. Ini berarti samudera meliputi sekitar 70 persen permukaan bumi
dengan volume air yang dikandungnya ± 350 juta mil kubik. Di dalamnya juga
terkandung 3,5 persen garam terlarut disamping zat-zat terlarut lainnya yang
sebanding dengan 160 juta ton garam per mil kubik (Bhatt, 1978). Interaksinya
dengan atmosfer akan mempengaruhi pola iklim global. Potensi sumber daya
alamnya yang kaya akan dapat mempengaruhi baik buruknya hubungan antar Negara.
Fenomena dinamikanya seperti pasang surut, arus, transport massa, dan
sebagainya, termasuk fenomena-fenomena yang belum terungkap secara lugas,
contohnya fenomena el nino dan la nina, dibutuhkan informasinya oleh banyak
negara. Semua fakta di atas mengukuhkan pentingnya samudera bagi kehidupan
nasional, regional, dan internasional. Dan ini juga mengukuhkan pentingnya disiplin
13 ilmu oseanografi untuk lebih dilirik, dipahami, bahkan didalami oleh para
intelektual yang meminatinya.
Orang yang mempelajari samudera secara mendalam disebut oseanografer. Dan
oseanografi sendiri seringkali diungkapkan berdasarkan empat kategori keilmuan
yaitu fisika, biologi, kimia, dan geologi (Stowe,1983). Oseanografi fisis khusus
mempelajari segala sifat dan karakter fisik yang membangun sistem fluidanya.
Oseanografi biologi mempelajari sisi hayati samudera guna mengungkap berbagai
siklus kehidupan organisme yang hidup di atau dari samudera. Oseanografi kimia
melihat berbagai proses aksi dan reaksi antar unsur, molekul, atau campuran dalam
sistem samudera yang menyebabkan perubahan zat secara reversibel atau ireversibel.
Dan oseanografi geologi memfokuskan pada bangunan dasar samudera yang
berkaitan dengan struktur dan evolusi cekungan samudera.
Beberapa aspek penting disiplin ilmu oseanografi agak sulit dikatagorikan ke
dalam salah satu dari empat keilmuan di atas, seperti aspek-aspek geofisika, biofisika,
nutrisi, petrologi, antropologi, meteorologi, dan farmakologi. Disamping itu,
oseanografi juga dipengaruhi oleh keilmuan yang tidak termasuk sains murni, seperti
sejarah, hukum atau sosiologi. Lebih lanjut sekarang juga telah berkembang cabang
baru oseanografi yang disebut oseanografi terapan. Karena deskripsi tentang seorang
oseanografer akan melingkupi keilmuan yang kompleks.

 Lembah Lautan (Ocean basin)

Pada mulanya dipercaya bahwa permukaan dasar lautan itu adalah datar dan
tidak mempunyai bentuk, tetapi ilmu-ilmu modern telah membuktikan bahwa
topografi mereka adalah kompleks seperti daratan. Bentuk bentuk itu adalah: Ridge
dan Rise, Trench, Abyssal plain, Continental Island, Island Arc, Mid-Oceanic
Volcanic Islands, Atol-atol, Seamount dan Guyot (Hutabarat dan Evans, 1985).
1. Ridge dan Rise adalah bentuk proses peninggian yang terdapat diatas lautan
yang hampir serupa dengan adanya gunung gunung di daratan. Perbedaannya
hanya pada letak kemiringannya. Ridge lerengnya lebih terjal dibanding rise.
Ridge dan rise utama yang membentang di dunia bergabung menjadi satu dan
membentuk satu rantai yang amat panjang yang dikenal sebagai mid-oceanic
ridge system
Gambar 1. Mid-Oceanic Ridge System

2. Trench, Bagian laut yang terdalam yang bentuknya seperti saluran yang
seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdapat diperbatasan antara benua
dan kepulauan. Mereka biasanya mempunyai kedalaman yang sangat besar.
Contoh: Java Trench Kedalamannya sebesar 7.700 m
3. Abyssal Plain (daratan abyssal) Daerah ini relatif terbagi rata dari permukan bumi
yang terdapat dibagian sisi yang mengarah kedaratan dari sistem mid oceanic ridge.

Gambar 2. Abyssal Plain

4. Continental Island, (pulau pulau benua) Beberapa pulau seperti Greenland


dan Madagaskar menurut sifat geologinya merupakan bagian dari massa tanah
daratan benua besar yang kemudian menjadi terpisah. Daerah-daerah ini
lapisan kerak buminya terdiri dari batuan batuan besi (granitic) yang jenisnya
sama dengan yang terdapat di daratan benua.
5. Island Arc (kumpulan pulau pulau) Kumpulan pulau-pulau seperti kepulauan
Indonesian juga mempunyai perbatasan dengan benua, tetapi mempunyai asal
yang bebeda. Kepulauan ini terdiri dari batuan-batuan vulkanik dan sisa sisa
sedimen pada bagian pemukaan kulit lautan.
6. Mid-Oceanic Volcanic Island (pulau pulau vulkanik yang terdapat di tengah-
tengah lautan) Daerah ini terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, khususnya
terdapat di Lautan Pasifik, dimana letak mereka sangat jauh dari massa
daratan (Kepulauan Hawaii)
7. Atol-Atol Daerah ini terdiri dari kumpulan pulau yang sebagian tenggelam
dibawah permukaan air. Batuan batuan disini ditandai dengan adanya terumbu
karang yang terbentuk seperti cincin yang mengelilingi sebuah lagon yang
dangkal.
8. Seamount dan Guyot Merupakan gunung berapi yang muncul dari dasar
lautan,tetapi tidak muncul sampai kepermukaan laut. Seamount mempunyai
lereng yang lebih yang curam dan puncaknya runcing (tinggi sekitar 1 km
atau lebih). Guyot mempunyai bentuk yang sama dengan seamount tetapi
pada bagian puncaknya datar.

Gambar 3. Guyot dan Seamount


 Batas-Batas Pantai (Coastal margins)
Daerah peralihan antara daratan dan lautan sering ditandai dengan adanya
perubahan kedalaman yang berangsur angsur. Disini dapat dibedakan menjadi tiga
daerah: Continental Shelf, Continental Slope, dan Continental Rise. Continental
Shelf adalah suatu daerah yang mempunyai lereng yang landai dan berbatasan
langsung dengan daerah daratan. Kemiringannya kira kira 0,4% dan mempunyai lebar
50-70 km dan kedalaman maksimum tidak lebih besar diantara 100-200 meter.
Continental slope mempunyai lereng yang lebih terjal dari continental shelf dimana
kemiringannya berkisar antara 3% sampai 6%. Continental Rise merupakan daerah
ini merupakan daerah yang mempunyai lereng yang kemudian perlahan lahan
menjadi datar pada dasar lautan.

Gambar 4. Batas-Batas Pantai

2. Geologi Sejarah

Geologi sejarah pada hakekatnya adalah ilmu yang mempelajari sejarah


pembentukan batuanbatuan yang ada di bumi dalam kontek ruang dan waktu yaitu
merekontruksi terhadap kejadiankejadian geologi secara kronologis dalam ruang dan
waktu. Dengan demikian maka geologi sejarah adalah menguraikan kapan suatu
batuan terbentuk (umur batuan), dimana batuan tersebut terbentuk (lingkungan
pengendapan), dan proses-proses geologi apa saja yang telah terjadi pada batuan
tersebut (gaya-gaya endogen dan eksogen) serta bagaimana kondisi batuan saat ini
(proses-proses dan jentera geomorfik). Dengan kata lain, mempelajari geologi sejarah
tidak lain adalah menguraikan tentang proses dan perkembangan cekungan, proses
dan perkembangan tektonik, dan proses perkembangan bentangalamnya. Adapun
sejarah geologi dibahas menurut urut-urutan waktu dari yang tertua ke yang paling
muda disusun secara naratif dan pembahasan dari setiap jaman yang meliputi;
1. Proses dan Perkembangan Cekungan (Sejarah Sedimentasi)
Proses dan perkembangan cekungan adalah suatu uraian tentang sejarah
sedimentasi dari batuanbatuan yang diendapkan dalam satu cekungan. Sejarah
sedimentasi suatu cekungan dapat berupa perulangan dari proses transgresi dan
regresi dari endapan batuannya dalam rentang waktu geologi tertentu.
2. Proses dan Perkembangan Tekntonik (Sejarah Tektonik)
Proses dan perkembangan tektonik adalah uraian tentang sejarah kejadian
tektonik dalam suatu cekungan yang menyangkut orogenesa (pembentukan
pegunungan: perlipatan, pensesaran, dan atau aktivitas magmatis) yang melibatkan
batuan-batuan yang ada dalam suatu cekungan dalam rentang waktu geologi.
3. Proses dan Perkembangan Bentangalam (Paleogeografi)
Proses dan perkembangan bentangalam adalah uraian tentang sejarah
perkembangan bentuk bentangalam dalam suatu cekungan, yang terdiri dari proses-
proses geomorfologi (pelapukan, erosi, sedimentasi), stadia erosi dan jentera (stadia)
geomorfologi. Proses dan perkembangan bentangalam harus menjelaskan tentang
proses-proses geomorfologi apa saja yang terjadi dan jentera/stadia bentangalamnya.
Berdasarkan ketiga proses tersebut diatas, maka sejarah geologi dari suatu
wilayah harus mencakup penjelasan tentang: kapan (urut-urutan umur pembentukan
batuan dalam suatu cekungan), apa (jenis litologi/batuannya), dan dimana (pada
lingkungan apa batuan tersebut diendapkan). Adapun proses dan perkembangan
tektonik harus menjelaskan kapan (waktu terjadinya tektonik/orogenesa: perlipatan,
patahan, aktivitas magmatis), apa (batuan apa saja yang mengalami perlipatan,
pensesaran, ataupun penerobosan oleh batuan intrusi). Disamping itu analisa
mengenai arah gaya dan mekanisme struktur geologi merupakan unsur yang
terpenting dari uraian pembentukan dan sejarah tektonik dari suatu wilayah.

3. Geologi Komputasi

Saat ini komputer yang merupakan salah satu alat untuk teknologi informasi
bukan hanya sebagai suatu barang mewah atau alat bantu dalam menyelesaikan
masalah, melainkan sebagai alat utama dalam melakukan aktivitas pengolahan dan
visualisasi data geologi, baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang
suatu data. Dalam dunia kartografi (khusus peta geologi) peta digital menjadi peta
standard dalam penyimpanan data, karena tidak membutuhkan biaya yang besar
untuk menyimpan dan mengelolanya. Di samping itu akan membutuhkan waktu
ekstra jika disimpan dalam format hardcopy.
Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan akurasi dan
kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menggambar suatu peta atau
mengolah suatu data. Kesalahan rambatan (propagation error) atau kesalahan akibat
manusia (human error) dapat dikurangi atau dihindari. Yang menjadi pertanyaan kita
adalah, apakah komputer sebagai tools (alat bantu) atau science (sebagai sesuatu yang
harus dipelajari).
Dengan adanya notebook, laptop atau mobile computing yang lain,
pengambilan data atau pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan dengan
mudah, baik dari pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan
pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain akurasi pengeplotan menjadi
lebih cepat apalagi jika dibantu dengan GPS (Portable GPS). Pengeplotan data
koordinat dapat dilakukan secara otomatis sehingga tidak diperlukan waktu tambahan
untuk memindahkan data lapangan ke atas kertas atau komputer. Data tambahan di
luar peta geologi/topografi dapat disimpan sesuai dengan program yang digunakan.
Data digital dapat diolah dan dimanipulasi sesuai dengan pendekatan metode
yang akan digunakan. Penerapan metode tertentu untuk suatu data harus
mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari metode yang digunakan dan proses
pengambilan data. Kadang kala suatu metode menjadi tidak tepat kalau digunakan
untuk menganalisis data tertentu yang pengambilannya tidak mendasarkan prinsip
pada metode yang digunakan. Contoh yang paling mudah adalah pada pembuatan
peta kontur. Pada pembuatan peta kontur dikenal ada 2 macam cara pembuatan, yaitu
grid dan triangulasi. Pada data yang tersebar sangat acak atau terkonsentrasi akan
menghasilkan peta kontur yang tidak representatif jika dilakukan dengan metode grid,
tapi akan lebih bagus jika dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga pada
pemilihan metode grid yang dikenal minimal ada 5 macam metode, misalnya invers
distance, nearest neighbor, minimum curvature, kriging, dll. Kesalahan pemilihan
metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif.
Tabel 1. Program-program open sources untuk Geologi
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam teori-teori yang telah di


jelaskan adalah :
1. Oseanografi terdiri dari dua kata: oceanos yang berarti laut dan graphos yang
berarti gambaran atau deskripsi (bahasa Yunani). Secara sederhana
oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut.
Dalam bahasa yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi
dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya.
2. Geologi sejarah pada hakekatnya adalah ilmu yang mempelajari sejarah
pembentukan batuanbatuan yang ada di bumi dalam kontek ruang dan waktu
yaitu merekontruksi terhadap kejadiankejadian geologi secara kronologis
dalam ruang dan waktu.
3. Penerapan simulasi komputer atau berbagai bentuk komputasi lainnya untuk
menyelesaikan masalah-masalah dalam berbagai bidang keilmuan, tetapi
dalam perkembangannya digunakan juga untuk menemukan prinsip-prinsip
baru yang mendasar dalam ilmu.
DAFTAR PUSTAKA

Lanuru, Mahatma & Suwarni. 2011. Pengantar oseanografi. Fakultas Ilmu Kelautan
Unhas: Makassar

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan

Warmada, Wayan. 2014. Geokomputasi. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik


UGM : Yogyakarta

Wikipedia “Komputasi” https://id.wikipedia.org/wiki/Komputasi (Diakses pada 25


maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai