Anda di halaman 1dari 6

GEOMORFOLOGI

Geomorfologi Daerah Penelitian

Dasar penamaan satuan bentang alam daerah penelitian didasarkan pada klasifikasi Van
Zuidam yang mencakup tiga aspek pendekatan, yaitu pendekatan morfometri, morfografi, dan
pendekatan morfogenesa. Pendekatan morfometri, yaitu pendekatan yang didasarkan pada beda
tinggi dan relief yang dijumpai dilapangan Pendekatan morfografi, yaitu pendekatan yang
didasarkan pada bentuk permukaan bumi yang dijumpai di lapangan yakni berupa topografi
perbukitan dan pedataran. Aspek bentukan ini perlu memperhatikan beberapa parameter dari setiap
topografi seperti bentuk puncak, bentuk lembah, dan bentuk lereng yang dijumpai di lapangan.
Pendekatan morfogenesa (genetic) yaitu pendekatan berdasarkan asal-usul pembentukan atau
proses yang membentuk bentangalam di permukaan bumi. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam pendekatan morfogenesa meliputi jenis pelapukan, tingkat pelapukan, soil, jenis erosi,
gerakan tanah, tipe pengendapan, dan data sungai yang dijumpai di lapangan.

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Denudasional

Dasar penamaan satuan geomorfologi pada daerah penelitian menggunakan pendekatan


morfografi berupa bentuk topografi daerah penelitian melalui pengamatan langsung di lapangan,
pendekatan morfometri dengan melakukan analisis relief dan beda tinggi pada peta topografi
skala 1 : 25.000 daerah penelitian, dan morfogenesa. Penentuan satuan geomorfologi ini
dikontrol oleh tenaga eksogen yang bekerja dilapangan.
Satuan geomorfologi perbukitan denudasional menempati wilayah dengan luas sekitar 8,7

km2 atau sekitar 45 % dari keseluruhan daerah penelitian. Satuan morfologi ini menempati

bagian utara, Barat dan Timur pada daerah penelitian.

Analisa morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan kemiringan lereng yang berkisar

8o - 16o dengan persentase kemiringan lereng yaitu sekitar 14%–55% dan beda tinggi sekitar 50–

500 Meter. Kenampakan morfologi pada daerah penelitian berdasarkan pengamatan secara
langsung di lapangan memperlihatkan kenampakan morfologi dengan bentuk puncak tumpul dan

lembahnya yang berbentuk miring-curam.

Berdasarkan pendekatan morfometri dan kenampakan morfologi langsung dilapangan

maka bentuk topografi atau relief satuan dapat digolongkan sebagai Perbukitan.

Analisis morfogenesa daerah penelitian merupakan analisis terhadap karakteristik

bentukan alam hasil dari proses – proses yang merubah bentuk muka bumi antara lain jenis

pelapukan, tingkat pelapukan, soil, jenis erosi, gerakan tanah, tipe pengendapan, dan data sungai

yang dijumpai di lapangan.

Proses pelapukan yang bekerja pada satuan geomorfologi ini adalah proses pelapukan

fisika, kimia dan biologi. Pelapukan kimia ditandai dengan adanya perubahan warna batuan yang

menandakan bahwa batuan mengalami perubahan komposisi kimiadan akhirnya akan menjadi

bahan pembentuk soil, dan pelapukan biologi terjadi oleh karena adanya pertumbuhan akar dan

batang tumbuhan melalui rekahan batuan yang terjadi pada batuan basalt porifiri. Sedangkan

pelapukan fisika ditandai dengan adanya longsoran batuan yang diakibatkan adanya tekanan

yang terjadi suatu batuan sehingga terlepas dengan batuan aslinya yang juga terjadi pada batuan

basalt porfiri.

Jenis erosi yang bekerja pada satuan geomorfologi ini adalah ablasi dimana erosi yang

terjadi dominan disebabkan oleh air. Adapun jenis ablasinya yakni rill dan gully erosion,

merupakan erosi berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya kurang (rill) dan lebih besar

1 meter (gully) dan bentuk lembahnya yang relatif melebar kesamping (Djauhari, 2001).

Tingkat pelapukan pada satuan geomorfologi ini adalah sedang – tinggi. Tingkat

pelapukan tinggi terjadi pada daerah lembah yang ditandai dengan warna lapuk litologi yang
jauh beda dengan warna aslinya dan keadaan vegetasi heterogen berupa pepohonan dan semak

belukar. Sedangkan tingkat pelapukan sedang berada juga berada pada daerah lembah hingga

kaki bukit yang ditandai dengan litologi yang dijumpai dalam keadaan tidak terlalu lapuk dan

vegetasi yang dijumpai relative lebih sedikit. Soil (tanah) yang dijumpai dilapangan berjenis

residual dan transported. DGerakan massa (mass wasting) yang dijumpai pada satuan

geomorfologi ini berupa jatuhan batuan (rock fall) dan tanah longsor (debris fall). Sungai yang

dijumpai di daerah penelitian mempunyai tipe genetic subsekuen, yaitu sungai yang arah

alirannya searah dengan arah penyebaran batuan. Sungai ini berjenis permanen dengan

penampang yang berbentuk “U”. berdasarkan ciri-ciri ini, maka stadia sungai pada daerah

penelitian adalah dewasa.

Litologi penyusun satuan ini adalah basalt porfiri dan andesit. Tata guna lahan dari
satuangeomorfologi ini adalah areal yang digunakan oleh penduduk setempat sebagai area
pemukiman, perkebunan, dan sawah. Struktur geologi yang dijumpai di lapangan adalah kekar.
Adapun stadia daerah adalah dewasa.

2. Satuan Geomorfologi Pedataran Denudasional

Dasar penamaan satuan geomorfologi pada daerah penelitian menggunakan pendekatan


morfografi berupa bentuk topografi daerah penelitian melalui pengamatan langsung di lapangan,
pendekatan morfometri dengan melakukan analisis relief dan beda tinggi pada peta topografi
skala 1 : 25.000 daerah penelitian, dan morfogenesa. Penentuan satuan geomorfologi ini
dikontrol oleh tenaga eksogen yang bekerja dilapangan.
Satuan geomorfologi pedataran denudasional menempati wilayah dengan luas sekitar 9,7

km2 atau sekitar 50 % dari keseluruhan daerah penelitian. Satuan morfologi ini menempati

bagian utara, Barat dan Timur pada daerah penelitian.

Analisa morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan kemiringan lereng yang berkisar

4o - 8odengan persentase kemiringan lereng yaitu sekitar 8%–13% dan beda tinggi sekitar <25 –
75 Meter. Kenampakan morfologi pada daerah penelitian berdasarkan pengamatan secara

langsung di lapangan memperlihatkan kenampakan morfologi dengan bentuk puncak tumpul dan

lembahnya yang berbentuk “U”.

Berdasarkan pendekatan morfometri dan kenampakan morfologi langsung dilapangan

maka bentuk topografi atau relief satuan dapat digolongkan sebagai Pedataran.

Analisis morfogenesa daerah penelitian merupakan analisis terhadap karakteristik

bentukan alam hasil dari proses – proses yang merubah bentuk muka bumi antara lain jenis

pelapukan, tingkat pelapukan, soil, jenis erosi, gerakan tanah, tipe pengendapan, dan data sungai

yang dijumpai di lapangan.

Proses pelapukan yang bekerja pada satuan geomorfologi ini adalah proses pelapukan

fisika dan kimia Pelapukan kimia ditandai dengan adanya perubahan warna batuan yang

menandakan bahwa batuan mengalami perubahan komposisi kimia dan akhirnya akan menjadi

bahan pembentuk soil yang terjadi pada basalt porfiri. Sedangkan pelapukan fisika ditandai

dengan adanya longsoran batuan yang diakibatkan adanya tekanan yang terjadi suatu batuan

sehingga terlepas dengan batuan aslinya yang juga terjadi pada batuan basalt porfiri.

Jenis erosi yang bekerja pada satuan geomorfologi ini adalah ablasi dimana erosi yang

terjadi dominan disebabkan oleh air. Adapun jenis ablasinya yakni rill merupakan erosi

berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya kurang dari 1 meter dan bentuk lembahnya

yang relatif melebar kesamping (Djauhari, 2001).

Tingkat pelapukan pada satuan geomorfologi ini adalah tingg, ditandai dengan warna

lapuk litologi yang jauh beda dengan warna aslinya dan keadaan vegetasi homogen berupa

semak belukar. Soil (tanah) yang dijumpai dilapangan berjenis residual dan transported. Sungai
yang dijumpai di daerah penelitian mempunyai tipe genetic subsekuen, yaitu sungai yang arah

alirannya searah dengan arah penyebaran batuan. Sungai ini berjenis permanen dengan

penampang yang berbentuk “V”. berdasarkan ciri-ciri ini, maka stadia sungai pada daerah

penelitian adalah muda.

Litologi penyusun satuan ini adalah basalt porfiri tufa dan agglomerat. Tata guna lahan
dari satuangeomorfologi ini adalah areal yang digunakan oleh penduduk setempat sebagai area
pemukiman, perkebunan, dan sawah. Struktur geologi yang dijumpai di lapangan adalah lipatan.
Adapun stadia daerah adalah muda.

3. Satuan Geomorfologi Pedataran Fluvial

Dasar penamaan satuan geomorfologi ini menggunakan pendekatan morfografi berupa

bentuk topografi daerah penelitian melalui pengamatan langsung di lapangan dan pendekatan

morfometri dengan melakukan analisis relief dan beda tinggi pada peta topografi skala 1 : 25.000

daerah penelitian. Penentuan satuan geomorfologi ini dikontrol oleh adanya endapan aluvial di

sekitar Sungai Maros.

Satuan geomorfologi pedataran fluvial menempati wilayah dengan luas sekitar 0,975 km2

atau sekitar 5% dari keseluruhan daerah penelitian. Satuan morfologi ini menempati daerah

sebagian aliran Sungai Maros

Analisa morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan kemiringan lereng yang berkisar

antara 0o– 2odengan persentase kemiringan lereng yaitu sekitar 0% - 3% dan beda tinggi <25

Meter

Pembahasan mengenai sungai pada daerah penelitian terdiri dari tipe genetic subsekuen,

yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan arah penyebaran batuan. Sungai ini berjenis

permanen dengan penampang yang berbentuk “U”. Tempat pengambilan data sungai ini terletak
pada meander sungai, dan terdapat channel bar dan point bar. Stadia sungai ini termasuk

kedalam sungai dewasa.

Kenampakan morfologi berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan yang

memperlihatkan kenampakan morfologi dengan lereng yang relatif landai. Berdasarkan

pendekatan morfometri dan kenampakan morfologi langsung dilapangan maka bentuk topografi

atau relief satuan dapat digolongkan dalam relief pedataran. Tata guna lahan dari satuan

morfologi ini adalah area yang pertambangan Pasir

Anda mungkin juga menyukai