Dasar penamaan satuan bentang alam daerah penelitian didasarkan pada klasifikasi Van
Zuidam yang mencakup tiga aspek pendekatan, yaitu pendekatan morfometri, morfografi, dan
pendekatan morfogenesa. Pendekatan morfometri, yaitu pendekatan yang didasarkan pada beda
tinggi dan relief yang dijumpai dilapangan Pendekatan morfografi, yaitu pendekatan yang
didasarkan pada bentuk permukaan bumi yang dijumpai di lapangan yakni berupa topografi
perbukitan dan pedataran. Aspek bentukan ini perlu memperhatikan beberapa parameter dari setiap
topografi seperti bentuk puncak, bentuk lembah, dan bentuk lereng yang dijumpai di lapangan.
Pendekatan morfogenesa (genetic) yaitu pendekatan berdasarkan asal-usul pembentukan atau
proses yang membentuk bentangalam di permukaan bumi. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam pendekatan morfogenesa meliputi jenis pelapukan, tingkat pelapukan, soil, jenis erosi,
gerakan tanah, tipe pengendapan, dan data sungai yang dijumpai di lapangan.
km2 atau sekitar 45 % dari keseluruhan daerah penelitian. Satuan morfologi ini menempati
Analisa morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan kemiringan lereng yang berkisar
8o - 16o dengan persentase kemiringan lereng yaitu sekitar 14%–55% dan beda tinggi sekitar 50–
500 Meter. Kenampakan morfologi pada daerah penelitian berdasarkan pengamatan secara
langsung di lapangan memperlihatkan kenampakan morfologi dengan bentuk puncak tumpul dan
maka bentuk topografi atau relief satuan dapat digolongkan sebagai Perbukitan.
bentukan alam hasil dari proses – proses yang merubah bentuk muka bumi antara lain jenis
pelapukan, tingkat pelapukan, soil, jenis erosi, gerakan tanah, tipe pengendapan, dan data sungai
Proses pelapukan yang bekerja pada satuan geomorfologi ini adalah proses pelapukan
fisika, kimia dan biologi. Pelapukan kimia ditandai dengan adanya perubahan warna batuan yang
menandakan bahwa batuan mengalami perubahan komposisi kimiadan akhirnya akan menjadi
bahan pembentuk soil, dan pelapukan biologi terjadi oleh karena adanya pertumbuhan akar dan
batang tumbuhan melalui rekahan batuan yang terjadi pada batuan basalt porifiri. Sedangkan
pelapukan fisika ditandai dengan adanya longsoran batuan yang diakibatkan adanya tekanan
yang terjadi suatu batuan sehingga terlepas dengan batuan aslinya yang juga terjadi pada batuan
basalt porfiri.
Jenis erosi yang bekerja pada satuan geomorfologi ini adalah ablasi dimana erosi yang
terjadi dominan disebabkan oleh air. Adapun jenis ablasinya yakni rill dan gully erosion,
merupakan erosi berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya kurang (rill) dan lebih besar
1 meter (gully) dan bentuk lembahnya yang relatif melebar kesamping (Djauhari, 2001).
Tingkat pelapukan pada satuan geomorfologi ini adalah sedang – tinggi. Tingkat
pelapukan tinggi terjadi pada daerah lembah yang ditandai dengan warna lapuk litologi yang
jauh beda dengan warna aslinya dan keadaan vegetasi heterogen berupa pepohonan dan semak
belukar. Sedangkan tingkat pelapukan sedang berada juga berada pada daerah lembah hingga
kaki bukit yang ditandai dengan litologi yang dijumpai dalam keadaan tidak terlalu lapuk dan
vegetasi yang dijumpai relative lebih sedikit. Soil (tanah) yang dijumpai dilapangan berjenis
residual dan transported. DGerakan massa (mass wasting) yang dijumpai pada satuan
geomorfologi ini berupa jatuhan batuan (rock fall) dan tanah longsor (debris fall). Sungai yang
dijumpai di daerah penelitian mempunyai tipe genetic subsekuen, yaitu sungai yang arah
alirannya searah dengan arah penyebaran batuan. Sungai ini berjenis permanen dengan
penampang yang berbentuk “U”. berdasarkan ciri-ciri ini, maka stadia sungai pada daerah
Litologi penyusun satuan ini adalah basalt porfiri dan andesit. Tata guna lahan dari
satuangeomorfologi ini adalah areal yang digunakan oleh penduduk setempat sebagai area
pemukiman, perkebunan, dan sawah. Struktur geologi yang dijumpai di lapangan adalah kekar.
Adapun stadia daerah adalah dewasa.
km2 atau sekitar 50 % dari keseluruhan daerah penelitian. Satuan morfologi ini menempati
Analisa morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan kemiringan lereng yang berkisar
4o - 8odengan persentase kemiringan lereng yaitu sekitar 8%–13% dan beda tinggi sekitar <25 –
75 Meter. Kenampakan morfologi pada daerah penelitian berdasarkan pengamatan secara
langsung di lapangan memperlihatkan kenampakan morfologi dengan bentuk puncak tumpul dan
maka bentuk topografi atau relief satuan dapat digolongkan sebagai Pedataran.
bentukan alam hasil dari proses – proses yang merubah bentuk muka bumi antara lain jenis
pelapukan, tingkat pelapukan, soil, jenis erosi, gerakan tanah, tipe pengendapan, dan data sungai
Proses pelapukan yang bekerja pada satuan geomorfologi ini adalah proses pelapukan
fisika dan kimia Pelapukan kimia ditandai dengan adanya perubahan warna batuan yang
menandakan bahwa batuan mengalami perubahan komposisi kimia dan akhirnya akan menjadi
bahan pembentuk soil yang terjadi pada basalt porfiri. Sedangkan pelapukan fisika ditandai
dengan adanya longsoran batuan yang diakibatkan adanya tekanan yang terjadi suatu batuan
sehingga terlepas dengan batuan aslinya yang juga terjadi pada batuan basalt porfiri.
Jenis erosi yang bekerja pada satuan geomorfologi ini adalah ablasi dimana erosi yang
terjadi dominan disebabkan oleh air. Adapun jenis ablasinya yakni rill merupakan erosi
berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya kurang dari 1 meter dan bentuk lembahnya
Tingkat pelapukan pada satuan geomorfologi ini adalah tingg, ditandai dengan warna
lapuk litologi yang jauh beda dengan warna aslinya dan keadaan vegetasi homogen berupa
semak belukar. Soil (tanah) yang dijumpai dilapangan berjenis residual dan transported. Sungai
yang dijumpai di daerah penelitian mempunyai tipe genetic subsekuen, yaitu sungai yang arah
alirannya searah dengan arah penyebaran batuan. Sungai ini berjenis permanen dengan
penampang yang berbentuk “V”. berdasarkan ciri-ciri ini, maka stadia sungai pada daerah
Litologi penyusun satuan ini adalah basalt porfiri tufa dan agglomerat. Tata guna lahan
dari satuangeomorfologi ini adalah areal yang digunakan oleh penduduk setempat sebagai area
pemukiman, perkebunan, dan sawah. Struktur geologi yang dijumpai di lapangan adalah lipatan.
Adapun stadia daerah adalah muda.
bentuk topografi daerah penelitian melalui pengamatan langsung di lapangan dan pendekatan
morfometri dengan melakukan analisis relief dan beda tinggi pada peta topografi skala 1 : 25.000
daerah penelitian. Penentuan satuan geomorfologi ini dikontrol oleh adanya endapan aluvial di
Satuan geomorfologi pedataran fluvial menempati wilayah dengan luas sekitar 0,975 km2
atau sekitar 5% dari keseluruhan daerah penelitian. Satuan morfologi ini menempati daerah
Analisa morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan kemiringan lereng yang berkisar
antara 0o– 2odengan persentase kemiringan lereng yaitu sekitar 0% - 3% dan beda tinggi <25
Meter
Pembahasan mengenai sungai pada daerah penelitian terdiri dari tipe genetic subsekuen,
yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan arah penyebaran batuan. Sungai ini berjenis
permanen dengan penampang yang berbentuk “U”. Tempat pengambilan data sungai ini terletak
pada meander sungai, dan terdapat channel bar dan point bar. Stadia sungai ini termasuk
pendekatan morfometri dan kenampakan morfologi langsung dilapangan maka bentuk topografi
atau relief satuan dapat digolongkan dalam relief pedataran. Tata guna lahan dari satuan