BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Peristilahan
bahasa asing yang kadang telah familaiar didengar. Istilah-istilah ini juga perlu
minyak dan gas bumi. Berikut istilah-istilah yang sering muncul adalah Petroleum
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari Petro = batuan dan oleum = minyak. Jadi
petroleum berarti minyak yang berasal dari batuan atau disebut minyak mentah
(crude oil), namun dalam pengertian sehari-hari petroleum diartikan sebagai crude
Hydrocarbon adalah istilah yang digunakan juga pada crude oil and gas karena
kandungan utamanya adalah carbon dan hydrogen. Elemen lain (komposisi kimia
lainnya) adalah sulfur, nitrogen dan oxygen. Perbedaan antara crude oil dan natural
gas terletak pada ukuran molekul hydrokarbon. Minyak bumi (bahasa Inggris:
petroleum, dari bahasa Latin: petrus ), dijuluki juga sebagai emas hitam adalah cairan
kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas
dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi merupakan campuran komplek
hidrokarbon plus senyawaan organik dari sulfur, Oksigen, Nitrogen, dan senyawa-
senyawa yang mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga.
Gas bumi adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana
(CH4 ). Gas bumi dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi, dan juga
ladang batubara. Gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui proses
pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka
ia disebut biogas.
Konsep play dan prospect merupakan suatu konsep yang berkembang untuk
cekungan dan dapat dipetakan serta di bor. Magoon and Dow (1994) mengemukakan
bahwa plays dan prospek didefinisikan lebih tradisional yang mencakup potensi
eksplorasi untuk akumulasi minyak dan gas bumi yang belum ditemukan secara
komesial. Plays merupakan satu atau lebih wilayah prospek, sedangkan suatu
prospek merupakan suatu perangkap potensial yang harus dievaluasi untuk melihat
Pengertian play concept adalah suatu persepsi atau model dari kombinasi faktor-
faktor geologi yang dapat menghasilkan akumulasi hydrokarbon pada suatu posisi
ditentukan oleh porositas dan permeabilitas batuan dan dapat diidentifikasi dengan
sonic log atau density/neutron log. Sistim charge hidrokarbon mencakup source rock
dan sistim migrasi hidrokarbon (Gambar 1.1). Batuan sumber harus dapat
Topseal/Cap Rocks berfungsi untuk menutup unit reservoir secara regional. Litologi
yang ideal untuk menjadi suatu cap rock adalah berukuran halus, ductil dan secara
lateral persisten contohnya adalah marine shale untuk clastic reservoir dan sabkha
dijumpai pada perangkap struktural seperti diapirik dan proses gravitasi, sedangkan
Gambar 1.1 Peta 2 dimensi yang memperlihatkan bagian-bagian dari suatu petroleum
system, proses migrasi minyak dan gas dari source rock ke reservoir (sumber:
Magoon and Dow, 1994).
adalah batuan sedimen, biasanya shale atau limestone, dimana unsur-unsur organik
ditransfor menjadi liquid atau gas hydrokarbon dibawah pengaruh tekanan, panas
dan waktu. Parameter dari batuan sumber untuk hydrokarbon adalah: 1) sejumlah
Satu batuan sumber aktif dapat didefinisikan sebagai suatu batuan yang mengandung
sejumlah unsur-unsur organik dari satu proper type dan cukup maturitasnya. Suatu
temperatur, dan tekanan serta waktu. Minyak dihasilkan dan migrasi utamanya
temperatur bervariasi pada cekungan yang berbeda dan tergantung pada ketebalan
Gambar 1.2 Penampang vertikal yang memperlihatkan susunan stratigrafi dan unit-
unit petroleum system (Sumber: Magoon and Dow, 1994)
Gambar 1.2 di atas menunjukkan suatu petroleum sistem yang dimulai dari proses
pembentukan minyak dan gas pada batuan sumber (source rocks). Kemudian
terbentuk sedimen di atas batuan induk yang bertindak sebagai overburden yang
selanjutnya terbentuk perlapisan di atas batuan induk sebagai batuan reservoir. Pada
gambar tersebut jga diperlihatkan bagaimana batuan minyak dan gas terbentuk
Mempelajari geologi minyak dan gas tidak dapat dilakukan dengan baik jika tidak
(geokimia). Beberapa cabang ilmu yang menunjang dalam memahami geologi minyak
diantaranya sebagai ilmu dasar adalah fisika, kimia dan biologi, sedangkan ilmu
Gambar 1.3 Hubungan geologi minyak dan gas bumi dengan disiplin ilmu lain
menurut Selley (1998).
Untuk melakukan studi dibidang geologi minyak dan gas bumi maka beberapa bidang
ilmu lainnya. Untuk suatu sumur minyak dan gas dapat berproduksi, dibutukan
perjalanan panjang dan biaya yang sangat tinggi serta kebutuhan ahli yang banyak
pula (gambar 1.4). Perjalanan tersebut dimulai dari pemetaan geologi regional,
dilanjutkan dengan eksplorasi dengan bidang ilmu yang dibutuhkan geofisik dan
geologi. Ketika telah ditemukan lapangan minyak dan gas secara ekonomis
Gambar 1.4 Garfik yang memperlihatkan kebutuhan beberapa bidang ilmu dalam
memproduksi minyak dan gas pada suatu lapangan minyak yang dimulai dari
ekplorasi hingga produksi (belum termasuk penglangan yang butuh banyak
ahli teknik perminyakan dan pemasaran dsb.). (sumber: Selley, 1998).
Setidaknya ada 6 tahapan besar dalam industri minyak dan gas (Selley, 1998).
Tahapan-tahapan tersebut dikenal hulu – hilir yang dimulai dari pemilihan wilayah
Pada tahap ekplorasi hingga produksi peranan bidang geologi sangat menonjol maka
perminyakan, teknik kimia dan teknik mesin) bidang geologi tidak lagi berperan
Telah diketahui secara luas bahwa minyak berasal dari akumulasi senyawa-senyawa
methan ditemukan secara luas, namun methane yang berasal secara inorganic dari
dalam bumi tidak membentuk akumulasi gas yang signifikan. Material organic yang
membentuk petroleum berasal dari hasil fotosintesis seperti sinar matahari (Gambar
1.4). Sinar matahari yang secara terus menerus ditransformasi menjadi energy ke
bumi tetapi hanya sedikit yang tersimpan sebagai organic matter dan petroleum
(Bjørlykke, 2010). Minyak dan gas yang terbentuk di dalam cekungan lapisan
sedimen setiap tahunnya masih jauh lebih kecil dari jumlah yang dikonsumsi setiap
tinggi yang diwakili oleh tumbuhan laut dan algae serta secara tidak langsung
tergantung pada fotosintesis juga. Total produksi material organic di lautan sekitar 5
x 1010 ton/thn. Nutrisi dari produksi organik disuplai dari sedimen dari daratan dan
tertransportasi ke dalam lautan. Supplai nutrient lebih besar dari di daerah pantai,
menyuplai secara langsung nutrient dari daratan ke pantai. Produksi biologi adalah
lebih besar 20 -30 m pada bagian atas dari lautan dan umumnya fitoplankton
berkembang pada zona ini. Pada air jernih, dimana sinar matahari mencapai
tetapi pada air yang jernih lebih sedikit supplai nutrient. Pada kedalaman 100 – 150
m sinar matahari sudah terlalu kecil untuk fotosintesi walaupun pada air yang jernih.
Cekungan sedimen dengan sirkulasi air yang terbatas akan menyipan lebih banyak
organic matter dan menghasilkan batuan induk yang baik yang dapat menghasilkan
minyak dan gas (gambar 1.4). Pada daerah kutup air dingin dengan kondensasi
tinggi mengalir ke kedalaman yang lebih besar dan mengalir sepanjang bagian dasar
lautan menuju ke latitude yang lebih rendah. Hal ini disebut “thermal conveyor belt:
yang menranport panas ke daerah yang mempunyai latitut tinggi dan menjaga dasar
laut tetap teroksidasi. Dalam wilayah-wilayah equatorial dimana angina bertiup dari
timur maka permukaan air laut dibawa menjauh dari pantai barat continent
(Bjørlykke, 2010). Hal ini menghasilkan upwelling yang kuat dari air laut yang kaya
nutrisi dari dasar laut yang mempertahankan produksi organic primer yang tinggi
(gambar 1.4). Contoh yang baik adalah pantai Chili dan Afrika Barat.
Produksi organic matter tidak hanya dibatasi oleh CO2 atau air tetapi juga oleh
ketersediaan nutrisi. Pospor (P) dan Nitrogen (N) adalah nutrient yang sangat
penting.
Minyak dihasilkan dan bermigrasi ketika batuan induk mencapai kisaran temperatur
dibawah kondisi rata-rata cekungan sedimen. Keadaan ini dicapai pada saat batuan
kaya organic berada dalam perut bumi dengan gradient hidrotermal normal. Pada
saat batuan induk masih dekat permukaan bumi, maka proses bakteri berlangsung
yang menghasilkan microbial gas, dimana prosesnya cepat dan menghasilkan gas
methane. Gas ini jarang terperangkap dan cepat menguap kepermukaan bumi dalam
Gambar 1.6 Transformasi dari energy matahari ke energy fosil oleh fotosintesis.
Hanya sedikit fraksi dari energy matahari digunakan untuk fotosintesis
dan umumnya organic matter yang dihasilkan teroksidasi.
Konsekueensinya sangat sedikit organic matter tertanam dalam
sedimen dan menjadi potensial dalam pembentukan batuan induk
(sumber: Bjørlykke, 2010).
Ketika batuan induk mencapai temperature 65OC pada kedalam 2130 m minyak
mulai dihasilkan hingga pada temperatur 150OC dengan kedalaman sekitar 5500 m.
Zona ini disebut oil window. Minyak yang terbentuk pada temperature rendah
disebut immature oil sedangkan yang terbentuk pada temperature tinggi disebut
mature oil. Jika kedalaman mencapai temperature di atas 150 OC maka akan
dihasilkan gas thermogenik. Jenis gas ini bisa terperangkap baik dalam bentuk kering,
maupun dalam bentuk basah. Apabila batuan induk berada pada temperature di atas
150OC maka crude oil akan tertranformasi menjadi grafit (carbon) dan natural gas.
Tingkat maturitas minyak bumi sangat ditentukan oleh waktu seiring dengan proses
geologi. Beberapa ahli berpendapat bahwa maturitas minyak bumi ditentukan oleh
akan terjadi proses fraksinasi ikatan dalam senyawa kerogen tadi. Fraksinasi ini akan
terjadi pada unsur CO2 dan H2O pertama keluar dari gugusan ikatan. Tissot
memperkenalkan tiga jalur evolusi dengan tiga jenis kerogen yang berlainan yang
Jalur I adalah kerogen yang terdiri atas struktur alifat dengan H/C tinggi, O/C rendah
yang berasal dari ganggang. Kondisi ini setara dengan fasa alginit dalam batubara.
Jalur ke II merupakan transisi dimana jalur inilah yang banyak terjadi pada kerogen
yang dapat disetarakan dengan jenis exinit pada maseral batubara. Jalur ke III adalah
kerogen yang kaya struktur aromat dengan O/C yang cukup tinggi (0,2 – 0,3); dan
H/C yang relative lebih rendah. Zat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi
dan zat humus terrestrial yang setara dengan vitrinit maseral pada batubara.
Berjuta-juta tahun yang lalu, pada cekungan atau basin yang berupa laut yang diisi
oleh kehidupan organisme laut baik hewan maupun tumbuhan mikro, seperti
basin. Seiring berjalanya waktu maka organisme yang telah mati dan tenggelam di
dasar basin akan terkubur oleh pengendapan lapisan pasir dan shale. Selama jutaan
tahun organisme mati tersebut akan terkubur semakin dalam. Karen pengaruh suhu
dan tekanan maka organisme mati tersebut akan terurai membentuk senyawa kimia
yang disebut kerogen. Proses pematangan ini terus berlanjut dan kerogen tersebut
membentuk kerogen menjadi minyak serdangkan jika proses pematangan ini terlalu
Industri minyak dan gas di Indonesia seperti yang dijelaskan dalam Industri
Perminyakan Indonesia yang ditulis oleh Alex Hunter tahun 1974 bahwa merupakan
salah satu pelopor industry migas dunia. Perkembangan minyak dan gas di Indonesia
dimulai sejak pendudukan Belanda yang telah berkuasa di Indonesia selama 350
tahun. Pengeboran oleh Belanda telah memulai sejak 1871 pada daerah rembesan
minyak di lereng Gunung Ciremai (Jawa Barat). Kemudian pada tahun 1883 A. J.
kedalaman 400 kaki, tahun 1885 dia berhasil menemukan cadangan minyak bumi
secara komersial di Telaga Tunggal, yang kemudian menjadi orang kedua yang
Pada tahun 1912 kemudian mulailah perusahaan migas Amerika “Standard Vacuum
Oil” untuk mencari minyak di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan di beberapa tempat
lain. Penemuan utamanya adalah di Sumatera Selatan di daerah Talang Akar. Hingga
tahun 1928 semua konsesi yang beroperasi di Indonesia diberikan untuk jangka 75
tahun. Praktek memberikan daerah-daerah konsesi atau kontrak yang luas ini
berlaku sampai saat sekarang dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu penghasl
minyak yang besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan waktu maka
persyaratan pembukaan konsesi semakin ketat dan pada tahun 1928 syarat-syarat
konsesi menjadi lebih berat. Jangka waktu konsesi diperpendek menjadi 40 tahun;
disertai dengan kewajiban mengebor, selain menerima royalti dari produksi tiap-tiap
daerah konsesi, Negara juga menerima bagian keuntungan yang meningkat, biasanya
setinggi 20% dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan yang beroperasi.
Pada tahun 1931 Caltex memperoleh konsesi eksplorasi yang luas di Sumatera
Tengah dan jawa Barat. Kemudian ditahun 1935 N.N.G.P.M. (Nederlandsche Nieuw
Guinea Petroleum Mij) dibentuk untuk mengekplorasi bagian barat Irian Jaya.
1964 diperlihatkan pada tabel 1.1. Perkembangan industri minyak dan gas bumi
Indonesia kemudian mengalamai degradasi baik dari sisi produksi maupun dari sisi
metric ton ditahun 1942 menjadi hanya 850.000 ton ditahun 1945.
TABEL 1.1 Produksi Minyak Mentah, Thoughput Kilang Dan Ekspor (Ribuan Metric
Ton) Sumber: Hunter , 1974
Produksi minyak mentah dalam suasana begini beranjak sangat lambat dari 302.000
metric ton ditahun 1946 ke 1.113.000 ditahun 1947, 4.326.000 ton ditahun 1948 dan
5.930.000 ton ditahun 1949. Baru ditahun 1950 produksi mendekati tingkat tahun
1938 (lihat Tabel 1.2). Hasil-hasil minyak kilang lebih besar dari yang diperlihatkan
angka tersebut; dan volume barang-barang ekspor yang cukup besar segera
berpindah dari Indonesia kepasaran lokal. Ini hanya dimungkinkan oleh adanya
impor minyak mentah, terutama dari Serawak, yang berjumlah lebih dari seperempat
Indonesia.
Pacific Petroleum Mij beberapa perusahaan minyak baru dan lama/berubah nama
asing dengan pekerja local terutama pada level bawah (buruh, juru bor). Hal ini
disebabkan karena untuk kebutuhan akan tenaga kerja pada level lebih tinggi dan
Tabel 1.2 Perkembangan produksi Minyak dan gas bumi di Indonesia selama tahun
1938 – 1964 (Ribuan Metric Ton). Sumber: Hunter , 1974.
Jenis - Hasil
Tahun Bensin Minyak Bahan Minyak Hasil-Hasil Total Bahan
(Avgas tanah Bakar Residu Lain Hasil- Bakar
dan (termasuk Distilat (aspal,lilin, Hasil Kilang
Mogas) power (diesel L.P.G. Minyak dan
kerosin mobil solvent) Yang
dan jet dan Hilang
fuel) industri)
1938 2.252 931 2.793 1.440 7.416
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut Stanvac dan B.P.M. mendirikan
teknik pemasangan pipa, analisa minyak, di Sumatera Selatan. Hal ini untuk mengisi
juga memberikan beasiswa bagi putra-putra Indonesia untuk kuliah pada bidang
ketiknikan.
TABEL 1.3 Produksi Minyak Mentah Indonesia Menurut Daerah. Sumber: Hunter ,
1974.
Jumlah Sumur Produksi Produktifitas
Produksi Produktif Rata-Rata
Tahun
Daerah 1964 (‘000 Kumulatif Persumur
Penemuan Menyembur Dipompa
Metric (Juta Metric (‘000 Metric
Ton) Ton) Ton Pertahun)
Sumatera
Cekungan 1893-1937 99 7 1.613 9.025.7 15.2
utara
cekungan 1901-1962 260 707 4.433 54.740.8 4.5
selatan
Cekungan 1939-1958 45 478 14.537 35.211.5 25.9
tengah
Total 404 1.192 20.583 98.978.0 12.9
sumatera
kalimantan
Cekungan 1897 0 157 0.145 14.566.7 0.9
timur
Tarakan 1906 1 308 0.103 9.261.2 0.3
bunyu 1930 0 50 0.325 1.580.5 6.5
tanjung 1938 80 4 1.806 1.860.7 21.5
Total 81 519 2.379 27.269.1 3.9
kalimantan
Jawa 1896-1929 0 114 .175 6.432.2 1.5
Seram 1897 0 0 0 410.1 0.0
Irian jaya 1936 0 28 .113 1.483.3 4.0
Total 485 1.853 23.250 134.572.7 10.0
indonesia
Shell Petroleum mempunyai daerah konsesi yang luas, tetapi sebagian dari
1959. (Perusahaan ini belakangan menjadi P.N. PERTAMIN). Juga banyak dari daerah
konsesi Shell, misalnya di Kalimantan Timur, Tarakan dan Jawa Timur, telah hampir
kehabisan minyak yang dapat dipompa. Sejak tahun 1945, perusahaan ini tidak dapat
minyak Indonesia, kemudian oleh Angkatan Darat dan akhirnya oleh P.N. PERMINA.
Untuk beberapa waktu ditahun 1950-an, kedua kilang Shell yang besar mengimpor
minyak mentah dalam jumlah besar dari Serawak. Sejak itu, rehabilitasi daerah-
daerah eksploitasi Sumatera Selatan dan bahkan penyelesaian saluran pipa dari
nampaknya tidak dapat membuat perusahaan ini swasembada dalam minyak mentah
Indonesia. Impor terus berlangsung sekitar satu setengah juta ton setahun atau
TABEL 1.4 Perincian minyak mentah dan hasil-hasil minyak menurut perusahaan,
1963 (ribuan metric ton)
Sebaliknva penemuan-penemuan Caltex yang penting, yaitu lapangan Duri dan Minas,
dibuat belum lama sebelum perang dan sesungguhnya Duri baru memulai
produksinya ditahun 1941. Dalam tahun 1963 kedua lapangan ini menghasilkan lebih
dari 50% (11.534.000 ton) dari produksi Indonesia. Kemungkinan besar ditahun
1965 keduanya menghasilkan 13.5 juta ton atau lebih. Kini Caltex tanpa diragukan,
adalah produsen minyak mentah terkemuka dan di dalam kedua lapangan ini
Indonesia.
Setelah sejarah jatuh bangunnya industri migas di Indonesia, kini Indoensia telah
penemuan baru telah diungkapkan, baik yang baru dalam tahap indikasi, eksplorasi
kini tidak hanya didominasi pada cekungan-cekungan di wilayah barat, namun juga
telah terbukti pada cekungan yang relatif sempit di wilayah timur Indonesia (gambar
1.3).
Tengan dan Cekungan Sengkang di Sulawesi Selatan dengan produksi gas dalam
reservoir batuan karbonat (gambar 1.4). Kedua lapangan tersebut telah berproduksi.
Gambar 1.7 Peta cekungan minyak dan gas Indoensia (sumber: Sritomo 2004)
Keberadaan minyak dan gas tidak lepas dari umur batuan reservoirnya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan karakteristik dan produktifitas dari minyak dan gas itu
sendiri. Namun demikian bahwa tidak ada hubungan langsung antara umur batuan
bahwa ada kecenderungan penemuan migas lebih banyak pada umur Jura ke umur
Tabel 1.5 Sejarah perjalanan industri minyak dan gas di Indonesia tahun 1871 – 1999
(Sumber: Ibrahim, 2005)