Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH INTEPRESTASI CITRA

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Istilah pengindraan jauh (remote sensing) pertama kali diperkenalkan oleh parker
di AMERIKA SERIKAT pada akhir tahun 1950an dari instansi kelautan amerika serikat.
Pada awal tahun 1970an, istilah serupa juga digunakan di Prancis dengan sebutan
“Teledetection”. Pengindraan adalah upaya untuk mengetahui suatu objek dengan
menggunakan sensor,baik alamih maupun buatan. sensor alamiah berupa mata, telinga,
hidung, lidah, dan kulit. sensor buatan antara lain kamera ,sonar, magnetometer,
radiometer dan scanner. Alat untuk mengindra disebut sensor. Sensor juga merupakan alat
yang di gunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu objek di permukaan
bumi.
Pengindraan jauh (remote sensing) adalah ilmu untuk memperoleh informasi
terhadap objek, daerah atau fenomena melalui analisis dan interpretasi tanpa menyentuh
objek secara langsung. Pengindraan jauh adalah sebagai teknik yang di kembangkan untuk
memperoleh dan menganalisis tentang bumi. Salah satu penggunaan data penginderaan
jauh dalam bidang survei dan pemetaan sumberdaya alam adalah untuk membantu dalam
proses inventarisasi dan evaluasi sumberdaya alam pesisir. Inventarisasi sumberdaya
pesisir perlu dilaksanakan mengingat kompleksnya ekosistem tersebut, terutama yang
dimiliki oleh Indonesia. Ekosistem ini mencakup ekosistem samudera, perairan pantai,
selat, teluk, gugusan terumbu karang,gugusan pulau-pulau kecil, pesisir, muara, delta,
rumput laut, padang lamun,hutan mangrove, dan daerah pasang surut. Ekosistem tersebut
merupakan sumberdaya yang potensial untuk perikanan, pertambangan,
pertanian,kehutanan, perhubungan, dan pariwisata.
Penginderaan Jauh (remotesensing) adalah seni dan ilmu untuk mendapatkan
informasi tentang objek, area atau fenomena melalui analisa terhadap data yang diperoleh
menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang
dikaji. Alat yang dimaksud diatas merupaka alat yang digunakan untuk merekam objek
permukaan bumi atau sering disebut sensor. Sensor dipasang pada wahana penginderaan
jauh. Pada umumnya sensor dibawa oleh wahana baik berupa pesawat, balon udara, satelit
maupun jenis wahana yang lainnya (Sutanto, 1987). Hasil perekaman diatas kemudian
disebut data penginderaan jauh.

2
Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi pemotretan
udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret udara dirasa sangat
besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini dipakai dalam eksplorasi
ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh (remote sensing) dikenal dan
menjadi populer dalam dunia pemetaan.
Pada tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite-1 (ERTS-1), sekarang
dikenal dengan Landsat, untuk pertama kali diorbitkan Amerika Serikat. Satelit ini dikenal
sebagai satelit sumber alam karena fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber
alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisi dari berbagai bidang ilmu mencoba
memanfaatkan data Landsat untuk menunjang program pemetaan, yang dalam waktu
pendek disimpulkan bahwa data satelit tersebut potensial untuk menunjang program
pemetaan dalam lingkup area yang sangat luas. Sukes program Landsat diikuti oleh
negara-negara lain dengan diorbitkannya berbagai satelit sejenis seperti SPOT oleh
Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat
Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian
tinggi yang semula merupakan jenis sensor untuk mata-mata/intellegence telah pula
dipakai untuk keperluan sipil dan diorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos,
Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi dapat pula direkam.
Namun demikian, sampai saat ini belum seluruh potensi tersebut diinventarisasi
dan dipetakan dengan baik. Oleh karena itu kegiatan inventarisasi dan evaluasi
sumberdaya pesisir perlu terus dilaksanakan untuk melengkapi ketersediaan data dasar
dengan cepat, akurat dan up to date untuk menunjang tercapainya perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan. Salah satu alternatif terbaik dalam
membantu proses inventarisasi dan evaluasi sumberdaya alam pesisir dengan relatif cepat,
murah, akurat, dan aktual adalah dengan menggunakan data penginderaan jauh.
Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain
diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi
mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan bumi
seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan dan
perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan menggunakan berbagai
sistim perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer,
spectrometer yang berlangsung sampai sekarang

3
Zona pesisir mempunyai manfaat ekonomis yang signifikan yang dihasilkan dari
kekayaan dan keanekaragaman ekosistem. Saat ini wilayah pesisir masih merupakan
daerah pemukiman yang padat penduduknya dan kompleks penggunaan lahannya. Lebih
dari 60 persen penduduk tinggal dipesisir, yang membawa konsekuensi tingginya
eksploitasi sumberdaya alam. Di Indonesia, kegiatan manusia di wilayah pesisir
mempunyai intensitas yang cukup tinggi, seperti industri, perkotaan, permukiman,
pertambangan, sehingga menimbulkan konflik penggunaan lahan antara satu dengan yang
lainnya.Sehubungan dengan hal tersebut, perlu disusun suatu informasi yang dapat
mencerminkan kondisi sumberdaya alam di wilayah pesisir Indonesia dalam konteks
spasial dan temporal. Informasi ini nantinya akan dijadikan baseline dalam mengambil
keputusan dalam rangka manajemen sumberdaya alam pesisir yang berkelanjutan.
Sumberdaya alam pesisir ini dapat direpresentasikan melalui kondisi tipologi pesisirnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap data penginderaan jauh
multiresolusidalam melakukan identifikasi fitur tipologi di Indonesia yang secara langsung
maupun tidak langsung berhubungan dengan keragaman sumberdaya alam.
Fitur tipologi pesisir Indonesia ini dibuat berdasarkan data penginderaan jauh
multiresolusi, terutama yang berasal dari sistem penginderaan jauh pasif. Tipologi pesisir
ini diharapkan mampu memberikan informasi yang sifatnya menyeluruh dengan tingkat
kedetilan yang sesuai dengan spesifikasi data penginderaan jauh yang digunakan untuk
mengidentifikasinya. Hal ini penting sebagai dasar untuk menyusun perencanaan dan
pengelolaan terutama di wilayah pesisir pada tingkat nasional maupun lokal. Data
penginderaan jauh multiresolusi ini dipilih sedemikian rupa sehingga mampu
mengakomodasi peraturan tentang tingkat kedetailan peta untuk tata ruang wilayah pada
PP10/2000, yaitu 1:250.000, 1:100.000 dan 1:50.000, 1:25.000, dan 1:10.000.
Penginderaan jauh adalah adalah ilmu dan teknik untuk memperoleh informasi
tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Definisi tersebut mengandung arti bahwa penginderaan jauh mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan pengukuran radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan
dari obyek-obyek di permukaan bumi. Berbagai macam obyek di bumi mempunyai
karakteristik yang berbeda dalam memancarkan atau memantulkan kembali radiasi
elektromagnetik yang diterima dari sinar matahari. Dengan mengetahui cara bagaimana
obyek yang berbeda akan memantulkan radiasi elektromagnetik maka dapat diidentifikasi

4
tipe-tipe dan kondisi permukaan dari suatu benda serta dapat diukur intensitas radiasi
elektromagnetik dengan menggunakan alat-alat pada sistem penginderaan jauh.
Secara umum sistem penginderaan jauh terdiri dari serangkaian komponen berupa
sumber tenaga, atmosfer, obyek, sensor, perolehan data dan pengguna data. Penginderaan
jauh pada umumnya menggunakan sumber tenaga berupa tenaga elektromagnetik.
Pengenalan objek pada citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan menyidik (tracing)
karakteristik spektral objek yang tergambar pada citra. Objek akan tampak cerah pada
citra apabila obyek tersebut banyak memantulkan atau memancarkan tenaga. Sebaliknya
obyek akan tampak lebih gelap apabila memantulkan atau memancarkan tenaga lebih
sedikit. Dengan melakukan analisis data yang terkumpul, maka dapat diperoleh informasi
tentang obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Keberhasilan aplikasi penginderaan jauh
terletak pada dapat diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh itu oleh para pengguna
data.
Namun demikian, sampai saat ini belum seluruh potensi tersebut diinventarisasi
dan dipetakan dengan baik. Oleh karena itu kegiatan inventarisasi dan evaluasi
sumberdaya pesisir perlu terus dilaksanakan untuk melengkapi ketersediaan data dasar
dengan cepat, akurat dan up to date untuk menunjang tercapainya perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan. Salah satu alternatif terbaik dalam
membantu proses inventarisasi dan evaluasi sumberdaya alam pesisir dengan relatif cepat,
murah, akurat, dan aktual adalah dengan menggunakan data penginderaan jauh.
Perkembangan teknologi penginderaan jauh dewasa ini cukup pesat dengan
munculnya citra penginderaan jauh dengan berbagai resolusi spasial, resolusi radiometrik,
resolusi spetral yang tinggi. Perkembangan pemanfaatan yang pesat tidak lepas dari
keunggulan yang dimiliki citra penginderaan jauh. Beberapa keunggulan data
penginderaan jauh antara lain :
1. Data penginderaan jauh mampu menggambarkan fenomena dari permukaan
bumi dengan wujud dan letak objek yang mirip dengan
2. wujud dan letaknya di permukaan bumi dengan relatif lengkap dan
meliputidaerah luas dan permanen.
3. Data penginderaan jauh jenis tertentu dapat menghasilkan kenampakan tiga
dimensi dari permukaan bumi apabila pengamatannya dilakukan secara
stereoskopis.

5
4. Data penginderaan jauh dapat menampilkan karakteristik intrinsik objek
yang tidak dapat diidentifikasi dengan pengamatan
5. langsung.
6. Data penginderaan jauh dapat memberikan informasi permukaan bumi pada
daerah yang sulit dijangkau secara terrestrial dengan relatif cepat.
7. Data penginderaan jauh mempunyai kemampuan untuk merekam daerah
yang sama sehingga memungkinkan untuk analisis multitemporal.
Gambar berikut ini menunjukkan bagaimana sistem penginderaan jauh pasif
merekam pantulan energi oleh obyek-obyek yang ada di pesisir.

6
Setiap benda pada dasarnya mempunyai struktur partikel yang berbeda, baik mikro
maupun makro. Perbedaan struktur ini mempengaruhi pola respon spektralnya. Oleh
karena itu, pengenalan dan perbedaan respon spektral dapat dijadikan landasan bagi
pembedaan obyek. Cara memberikan respon terhadap gelombang elektromagnetik yang
mengenainya berbedabeda, baik dari satu jenis ke jenis lain maupun dari spektrum ke
spektrum lain. Terdapat pola respon spektral obyek yang merupakan hasil dari berbagai
penelitian di lapangan dan di laboratorium.
Sutanto membedakan citra penginderaan jauh atas citra foto dan citra non foto.
Citra foto yang biasa disebut foto udara yang dapat berupa foto ultraviolet, foto
pankromatik, foto inframerah, dan foto multispektral; sedangkan citra non-foto merupakan
citra hasil perekaman dengan sistem penyiaman. Lillesand et al membedakan
penginderaan jauh berdasarkan cara pengumpulan datanya dan cara analisisnya.
Berdasarkan cara pengumpulan datanya, sistem penginderaan jauh dibedakan atas tenaga
(menggunakan tenaga pantulan atau tenaga pancaran), sensor (sensor fotografik atau
sensor non fotografik) dan wahana (airbone dan spaceborne) yang digunakan. Berdasarkan
analisis datanya maka penginderaan jauh dapat dibedakan atas cara interpretasinya, yaitu
interpretasi secara visual dan interpretasi secara numerik (data digital).

7
BAB II
SISTEM PENGINDRAAN JAUH

Penginderaan jauh dengan menggunakan tenaga matahari dinamakan penginderaan


jauh sistem pasif. Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan pancaran cahaya, hanya
dapat beroperasi pada siang hari saat cuaca cerah. Penginderaan jauh sistem pasif yang
menggunakan tenaga pancaran tenaga thermal, dapat beroperasi pada siang maupun
malam hari. Citra mudah pengenalannya pada saat perbedaan suhu antara tiap objek cukup
besar. Kelemahan penginderaan jauh sistem ini adalah resolusi spasialnya semakin kasar
karena panjang gelombangnya semakin besar.
Penginderaan jauh dengan menggunakan sumber tenaga buatan disebut
penginderaan jauh sistem aktif. Penginderaan sistem aktif sengaja dibuat dan dipancarkan
dari sensor yang kemudian dipantulkan kembali ke sensor tersebut untuk direkam. Pada
umumnya sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi dapat juga menggunakan
spektrum tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.
Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif
untuk sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi tenaga
elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu timbul
istilah “Jendela atmosfer”, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai
bumi. Adapun jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan jauh ialah
spektrum tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7
mikrometer.
Spektrum elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat luas, hanya sebagian
kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh, itulah sebabnya atmosfer
disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini karena sebagian gelombang
elektromagnetik mengalami hambatan, yang disebabkan oleh butirbutir yang ada di
atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk
serapan, pantulan dan hamburan.

8
Gambar Sistem Pengindaraan Jauh

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah tenaga matahari untuk sampai ke


permukaan bumi adalah :
1. Waktu (jam atau musim)
Faktor waktu berpengaruh terhadap banyak sedikitnya energi matahari
untuk sampai ke bumi. Misalnya pada siang hari jumlah tenaga yang diterima lebih
banyak dibandingkan dengan pagi.
2. Lokasi
Lokasi ini erat kaitannya dengan posisinya terhadap lintang geografi dan
posisinya terhadap permukaan laut. Misalnya di daerah khatulistiwa jumlah tenaga
yang diterima lebih banyak dari pada daerah lintang tinggi.
3. Kondisi cuaca
Kondisi cuaca mempengaruhi adanya hambatan di atmosfer. Misalnya saat
cuaca berawan jumlah tenaga yang diterima lebih sedikit dari pada saat cuaca
cerah.

9
BAB III
KOMPONEN UTAMA PENGINDERAAN JAUH

Komponen pengindraan jauh yang membentuk suatu system dan menghasilkan


data pengndraan jauh sebagai berikut :
A. Sumber Tenaga
Tenaga yang di gunakan dalam pengindraan jauh adalah tenaga
elektromagnetik yang berasal dari cahaya matahari dan cahaya buatan.
Berdasarkan sumber tenaga yang di gunakan, sistem pengindraan jauh di
bedakan sebagai berikut :
 Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sumber tenaga dari sinar
matahari.
 Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti
gelombang mikro dan lampu blitz kamera.
Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a) Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus
(siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin
banyak energi yang diterima objek, makin cerah warna obyek tersebut.
b) Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah
pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari
dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap.
Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan
jelas.
c) Keadaan cuaca
disi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber
tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara
yang berkabut menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas
atau bahkan tidak terlihat.

10
B. Atmosfer
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2,
nitrogen, hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam
atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi
elektromagnetik.
Di dalam indera jauh terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian
spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat
menjadi penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi.
Kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai
permukaan bumi. Proses hambatan di atmosfer dapat berbentuk serapan, pantulan,
dan hamburan. Hamburan adalah pantulan ke arah serba beda yang di sebabkan
oleh benda yang permukaannya kasar dan bentuknya tak menentu. Hamburan
terdiri atas :
 Hamburan Releigh
Yaitu hamburan yang terjadi pada atmosfer releigh. Ciri-ciri dari
hamburan ini adalah butir atmosfer diameternya kurang dari atau sama
dengan 0,1 panjang gelombang, terjadi pada ketinggian 4500-9000
meter dan terjadi gelombang pendek serta cuaca cerah.
 Hamburan Mie
Ciri-ciri hamburan mie adalah butir atmosfer memiliki diameter antara
0,1-25 panjang gelombang, hamburan ini terjadi pada ketinggian
kurang dari 45000 meter, terjadi gelombang panjang dan cuaca
berwarna.
 Hamburan Nonselektif
Penyebab hamburan ini adalah butir-butir alam atmosfer yang
diameternya jauh lebih besar dari panjang gelombang spektrum tampak.
Ciri-cirinya adalah tidak tergantung pada panjang gelombang, tidak
terjadi pada spektrum tampak dan spektrum inframerah.
C. Interaksi antara tenaga dan objek
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh
foto udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam
memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang mempunyai daya
pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan obyek yang daya pantulnya

11
rendah akan terlihat gelap pada citra. Contoh : Permukaan puncak gunung yang
tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang terlihat lebih cerah,
daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.
Setiap objek mempunyai sifat tertentu dalam memasukkan atau memancarkan
tenaga ke sensor. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan
tampak lebih cerah sedangkan objek yang pantulan dan pancarannya sedikit akan
tampak gelap. Interaksi antara tenaga dengan objek di bagi menjadi 3 variasi,
yaitu:
a) Variasi spektral, mendasarknan pada pengenalan pertama pada suatu objek,
misal cerah dan gelap.
b) Variasi spasial, mendasarkan pada perbedaan pola keruangannya, seperti
bentuk, ukuran, tinggi dan panjang.
c) Variasi temporal,

D. Sensor
Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun
satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua :
 Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini
menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra
foto (foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra
satelit (foto satelit). Keuntungan sensor fotografik adalah caranya
sederhana, biaya murah, resolusi spasial baik, integritas geometrik baik.
 Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal
elektrik ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat
diproses menjadi data visual atau data digital dengan menggunakan
komputer. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan citra. Keuntungannya
adalah kepekaan terhadap spektrum gelombang elektromagnetik lebih
besar, perbedaan karakteristik objek yang di amati jelas, dan analis serta
interpretasi lebih.

E. Citra (Keluaran)
Citra adalah gambaran objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera
atau tampak langsung pada hasil cetakan. Benda yang tergambar pada citra dapat

12
dikenali dari cirri yang terekam pada sensor yaitu ciri spasial, temporal dan
spektral.
 Ciri Spasial : Berkaitan dengan ruang. Meliputi bentuk, ukuran, bayangan,
pola, tekstur, situs dan asosiasi.
 Ciri Temporal : Ciri yang terkait dengan umur benda atau waktu saat
perekaman.
 Ciri Spektral : Ciri yang dihasilkan oleh tenaga electromagnetik dengan
benda yang di nyatakan dengan rona dan warna.

F. Wahana
Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna
mendapatkan pengindraan jauh. Berdasarkan ketinggian peredaran dan tempat
pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok :
 Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya
antara 1.000 – 9.000 meter di atas permukaan bumi
 Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih
dari 18.000 meter di atas permukaan bumi
 Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer
bumi.

G. Perolehan Data
 Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna
melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernama
stereoskop. Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk
tiga dimensi.
 Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus
penginderaan jauh yang diterapkan pada komputer.

H. Pengguna Data
Pengguna data adalah perorangan atau instansi yang berkepentingan
memanfaatkan citra pengindraan jauh. Pengguna data umumnya menggunakan
citra pengindraan jauh sebagai alat bantu analisis keruangan dan pengambilan
keputusan. Tingkat keberhasilan dari penerapan sistem pengindraan jauh di

13
tentukan oleh pengguna data, kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil
pengindraan jauh juga di pengaruhi oleh pengetahuan yang mendalam tentang
disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan data dari sistem
pengindraan jauh.
Salah satu lembaga yang menggunakan data inderaja misalnya adalah:
 Bidang militer
 Bidang kependudukan
 Bidang pemetaan
 Bidang meteorologi dan klimatologi

14
BAB IV
FISIKA PENGINDRAAN JAUH

A. Tenaga Untuk Pengindraan Jauh


Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan. Dengan melakukan analisis terhadap data yang kumpulkan
ini dapat diperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala yang dkaji.
Ada 3 Pengumpulan data dalam penginderaan jauh yaitu :
 Distribusi daya (force)
Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
 Distribusi gelombang bunyi
Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam air.
 Distribusi gelombang electromagnetik
Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.
B. Tenaga Elektromagnetik
a. Batasan elektromagnetik
Tenaga elektromagnetik dapat dibedakan berdasarkan panjang gelombang maupun
frekuensinya.
 Panjang Gelombang ialah jarak lurus dari puncak gelombang yang satu
kepuncak gelombang lain terdekat.
 Frekuensi ialah jumlah siklus gelombang yang melalui satu titik dalam satu
detik, dinyatakan dalam hertz yang sering disingkat dengan Hz.
Informasi tersebut berupa data tentang objek yang diindera dan dikenali dari hasil
rekaman berdasarkan karakteristiknya dalam bentuk cahaya, gelombang bunyi, dan
tenaga elektromagnetik. Contoh: Salju dan batu kapur akan memantulkan sinar yang
banyak (menyerap sinar sedikit) dan air akan memantulkan sinar sedikit (menyerap
sinar banyak). Informasi tersebut merupakan hasil interaksi antara tenaga dan objek.
Interaksi antara tenaga dan objek direkam oleh sensor, yang berupa alat-alat
sebagai berikut :
 Gravimeter : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.
 Magnetometer : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.
 Sonar : mengumpulkan data tentang distribusi gelombang dalam air.
 Mikrofon : mengumpulkan/menangkap gelombang bunyi di udara.

15
 Kamera : mengumpulkan data variasi distribusi tenaga elektromagnetik yang
berupa sinar.
Seperti telah disebutkan bahwa salah satu tenaga yang dimanfaatkan dalam
penginderaan jauh antara lain berasal dari matahari dalam bentuk tenaga
elektromagnetik. Matahari merupakan sumber utama tenaga elektromagnetik ini.
Disamping matahari sebagai sumber tenaga alamiah, ada juga sumber tenaga lain,
yakni sumber tenaga buatan.

b. Spektruk elektromagnetik
Tenaga Elektromagnetik terdiri dari berkas atau spektrum yang luas, yakni
meliputi spektra kosmik, Gamma, X, Ultraviolet, tampak, inframerah, gelombang
mikro (microwave) dan radio.

Tebel. Spektrum Elektromagnetik dan bagian-bagiannya

16
c. Spektrum elektromagnetik untuk pengindraan jauh
 Jendela Atmosfer
Jendela Atmosfer ialah Bagian-bagian spektrum elektromagnetik yang dapat
melalui atmosfer dan mencapai permukaan Bumi. Pengenalan obyek pada
Penginderaan jauh yang menggunakan Spektrum Ultraviolet, Spektrum
tampak, dan Spektrum Inframerah dekat ialah dengan mendasarkan atas beda
pantulan tiap obyek terhadap tenaga yang mengenainya.
 Hambatan Atmosfer
Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat Mencapai
permukaan bumi secara utuh, karena sebagian dari padanya mengalami
hambatan oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir
yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya
terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.

Pantulan ialah tenaga yang dipantulkan sampai keobjek dipantulkan kembali objek
kesensor. Objek yang banyak memantulkan tenaga elektromagnetik tampak cerah pada
citra, sedangkan objek yang banyak menyerap tenaga tampak gelap. Pemahaman
empat istilah pantulan dilandasi oleh pengertian
E =p+s+t
(E) = jumlah tenaga yang diterima oleh suatu benda sama
(p) = jumlah total tenaga yang dipantulkan

17
(s) = jumlah tenaga ditambah
(t) = jumlah tenaga diserap dan yang menebus batas
Didalam perpustakaan bahasa Inggris sering dijumpai empat istilah yaitu:
 Reflectivity ialah Pantulan obyek
 Reflectance ialah Perbandingan tenaga yang dipantulakan oleh objek
 Reflection ialah Jumlah tenaga yang mengenai suatu benda dikurangi dengan
tenaga yang diserap
 Albedo ialah Jumlah pantulan tenaga oleh obyek

18
BAB V
INTEPRETASI CITRA

Pengenalan objek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Tanpa dikenali
identitas dan jenis objek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dilakukan analisis
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Prinsip pengenalan objek pada citra
mendasarkan atas penyidikan karakteristiknya atau atributnya pada citra. Karakteristik
objek yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur
interpretasi citra. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati
kenampakan objek dalam foto udara, yaitu:
a. Rona dan Warna
Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang
terdapat pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona
yang ada biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya
tergantung pada keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah datangnya sinar
matahari, waktu pengambilan gambar (pagi, siang atau sore) dan sebagainya.
Pada foto udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum
gelombang elektromagnetik yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum
ultra violet, spektrum tampak, spektrum infra merah dan sebagainya.
Perbedaan penggunaan spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona
yang berbeda-beda. Selain itu karakter pemantulan objek terhadap spektrum
gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan rona pada foto
udara berwarna.
b. Bentuk
Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan
konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas,
sehingga banyak objek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja.\
Contoh:
 Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau empat
persegi panjang.
 Gunung api, biasanya berbentuk kerucut

19
c. Ukuran
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng
dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam
memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.
Contoh
Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan
ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m-100 m).
d. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang
mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek
yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan
dengan: kasar, halus, dan sedang.
Misalnya
Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus.
Pabrik dapat dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan ukurannya yang
besar.
e. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek
bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah.
Contoh :
Pola aliran sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai
struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur,
yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan.
Kebun karet,kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak
tanamnya.
f. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah
gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan
yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan
menjadi lebih jelas.
Contoh

20
Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga
cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-
foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang
tergambar dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu
mencolok, terutama jika pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.
g. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Contoh
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul
alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah
dataran rendah, dan sebagainya.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contoh
Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih
dari satu (bercabang)
i. Konvergensi bukti
Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga
lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu.
Contoh
Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem.
Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair
payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
Pada awal bab 5 telah diutarakan bahwa teknik adalah alat khusus untuk
melaksanakan metode. Teknik dapat pula diartikan sebagai cara melaksanakan sesuatu
secara ilmiah. Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara khusus untuk
melaksanakan metode penginderaan jauh, Ia jiga merupakan cara melaksanakan sesuatu
secara ilmiah. Sesuatu itu tidak lain adalah interpretasi citra.Bahwa interpretasi citra
dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi. Interpretasi citra dilakukan
dengan metode dan teknik tertentu, berlandaskan teori tertentu pula. Mungkin kadang-
kadang ada orang yang menyebutnya sebagai dugaan, akan tetapi ia berupa dugaan ilmiah
(Scientific guess).

21
Di dalam teknik interpretasi citra ini dibincangkan cara-cara interpretasi citra yang
lebih menguntungkan. Istilah menguntungkan ini dapat diartikan dalam segi kemudahan
pelaksanaan interpretasinya, lebih akurat hasil interpretasinya, atau lebih banyak informasi
yang dapat diperoleh. Cara-cara tersebut antara lain dilakukan dengan: (1) data acuan), (2)
kunci interpretasi citra, (3) penanganan data, (4) pengamatan stereoskopik, (5) metode
pengkajian, dan (6) penerapan konsep multi.
A. Data Acuan
Pada bab pertama telah diutarakan bahwa citra menyajikan gambaran
lengkap yang mirip ujud dan letak sebenarnya. Kemiripan ujud ini
memudahkan pengenalannya pada citra, sedang kelengkapan gambarannya
memungkinkan penggunaannya oleh pelbagai pakar untuk pelbagai keperluan.
Meskipun demikian, masih diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil
interpretasinya dan untuk menambah data yang diperlukan, tetapi tidak
diperoleh dari citra. Data ini disebut data acuan yang dapat berupa pustaka,
pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto teresterial
maupun foto udara selain citra yang digunakan. Ia dapat berupa tabel statistik
tentang meteorologi atau penggunaan lahan yang dikumpulkan oleh perorangan
maupun instansi pemerintah. Penggunaan data acuan yang ada akan
meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang dapat memperjelas lingkup,
tujuan, dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu.
Meskipun citra menyajikan gambarn lengkap, pada umumnya masih
diperlukan pekerjaan medan. Ia dimaksudkan untuk menguji atau meyakinkan
kebenaran hasil interpretasi citra bagi objek yang perlu di uji. Pekerjaan ini
disebut uji medan (field check). Ia terutama diperlukan di beberapa tempat
yang interpretasinya meragukan. Karena uji medan dapat dilakukan di tempat-
tempat yang mudah dicapai untuk mewakili perujudan sama yang terletak di
tempat yang jauh dari jalan, untuk objek yang tidak meragukan interpretasinya
pun sebaiknya diyakinkan pula kebenarannya. Karena dapat diambil tempat
yang mudah dicapai, pekerjaan ini pada dasarnya tidak memerlukan waktu,
tenaga dan biaya yang berarti, akan tetapi keandalan interpretasinya jadi
meningkat cukup berarti. Jumlah pekerjaan medan yang diperlukan dalam
interpretasi citra sangan beraneka. Ia tergantung pada : (a)

22
kualitas citra yang meliputi skala, resolusi, dan informasi yang harus
diinterpretasi, (b) jenis analisis atau interpretasinya, (c) tingkat ketelitian yang
diharapkan, baik yang menyangkut penarikan garis batas (delineasi) atau
klasifikasinya, (d) pengalaman penafsir dan pengetahuannya tentang sensor,
daerah, dan objek yang harus diinterpretasi, (e) kondisi medan dan kemudahan
mencapai daerah, yang untuk alasan tertentu ada daerah yang tidak dapat
dijangkau untuk uji medan, dan (f) ketersediaan data acuan.
Untuk verifikasi hasil interpretasi citra sering harus dilakukan cara
‘sampling’dalam pekerjaan medan. Untuk ini perlu dipertimbangkan
‘sampling’ mana yang terbaik dan kenudian merancang strategi sampling yang
cocok. Pada umunya dipilih ‘sampling multitingkat’ untuk perkiraan tepat
terhadap parameter lingkungan.
Seperti pekerjaan medan yang dilakukan dengan maksud ganda, data acuan
pun bermanfaat ganda pula yaitu untuk: (a) membantu proses interpretasi dan
analisis, dan (b) verifikasi hasil interpretasi dan analisis.
Barangkali ada yang memikirkan mengapa sudah menggunakan foto udara
atau citra lainnya masih juga perlu pekerjaan medan. Apakah hal demikian
bukan berarti pemborosan? Untuk menjelaskannya mungkin diperlukan
keterangan seperti yang diutrakan oleh Van der meer (1965) dalam pemetaan
tanah. Dalam pekerjaan pemetaan tanah diperlukan penentuan jenistanah ditiap
tempat dan delineasi batasnya. Penentuan jenis tanah meliputi 15-20% volume
pekerjaan, sedang delineasi jenis tanah meliputi 80-85% volume pekerjaan.
Penentuan jenis tanah tetap dilakukan di medan dan di laboratorium, akan
tetapi batas jenis tanahnya dapat dilakukan pada foto udara berdasarkan pola
agihan lereng, vegetasi, dan perujudan lain yang erat kaitannya dengan pola
agihan jenis tanah.
Sebagai contoh lain, di dalam pemetaan penggunaan lahan pun diperlukan
gabuangan antara interpretasi citra dan pekerjaan teresterial. Untuk
ketelitiannya, tidak ada cara yang menyamai pekerjaan teresterial. Perlu
dicankam bahwa yang
dimaksud dengan pekerjaan teresterial di dalam pemetaan penggunaan
lahan yaitu pekerjaan medan untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan,
mengukur lokasi, bentangan, dan luasnya serta menggambarkannya pada peta

23
dasar yang andal ketelitiannya. Masalah akan segera timbul bagi wilayah
seperti indonesia yaitu tidak tersedianya peta andal untuk tiap daerah, dan tidak
dimungkinkannya menjangkau tiap jenis penggunaan lahan, mengukurnya dan
memasukkannya ke dalam peta untuk daerah kita yang luas ini.
B. Kunci Interpretasi Citra
Kunci interpretasi citra pada umunya berupa potongan citra yang telah
diinterpretasi dan diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan seperlunya.
Keterangan ini meliputi jenis objek yang digambarkannya, unsur interpretasinya,
dan keterangan tentang citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan
lokasi daerahnya. Kunci interpretasi citra dimaksudkan sebagai pedoman di dalam
melaksanakan interpretasi citra. Ia dapat berupa kunci interpretasi citra secara
individual maupun berupa kumpulannya. Kunci interpretasi citra dibedakan atas
dasar lingkupnya dan atas dasar lainnya.

24

Anda mungkin juga menyukai