Anda di halaman 1dari 23

Manfaat Inderaja dan

Tata Kelola & Lembaga


Inderaja di Indonesia

Andhiyah Ivena r. (02)


Fauzy Ahmad N.A (10)
Hasri Nisrina O. (14)
Hilda Tiningrum (15)
Kresna Aji M. (18)
Natalia Delina (23)
Tsaqif Naufal (29)
Penginderaan Jauh untuk
Tata Guna Lahan
Pengindraan Jauh untuk Tata Guna Lahan

 1. Pemetaan Penggunaan Lahan


Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah
pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun
daya dukungnya
2. Penentuan Arahan Lahan
Penentuan batas-batas keserasian sumber daya air merupakan salah satu aspek
utama dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai bahan pertimbangan
penyusunan konsep tata ruang kawasan.
 3. Penggunaan Lahan Pertanian
Teknologi pengindraan jauh merupakan salah satu pendekatan terintegrasi yang
dapat memodelkan masalah-masalah pertanian kaitannya dengan usaha menjaga
konsistensi penggunaan lahan (monitoring), proteksi stabilitas lingkungan (analisis
degradasi lahan dan identifikasi sumber air) dan analisa keruangan (basis data
spesial)
 4. Penggunaan Lahan Kehutanan
Bidang kehutanan berkenaan dengan pengelolaan hutan untuk kayu termasuk
perencanaan pengambilan hasil kayu, pemantauan penebangan dan penghutanan kembali,
pengelolaan dan pencacahan margasatwa, inventaris dan pemantauan sumber daya hutan,
rekreasi, dan pengawasan kebakaran.
5. Penggunaan Lahan Perkebunan
Secara umum, manfaat ini dibagi menjadi empat yaitu efesiensi ilmiah, teknologi,
metodologi, dan ekonomi. Efisiensi ilmiah pengindraan jauh termasuk memperoleh fakta-
fakta baru untuk menguatkan dan mengklarifikasikan data kuantitatif maupun data
kualitatif. Teknologi yang efisiensi berarti peningkatan produktivitas kerja (terutama
lapangan pekerjaan yang paling mahal), membuat norma-norma untuk mengurangi
volume lapangan, memperpendek waktu yang diperlukan untuk survey dan mengurangi
jumlah karyawan yang terlibat monitoring kebun. Berdasarkan manfaat dan aplikasi
remote sensingpada sector perkebunan bermanfaat untuk emmpelajari kerugian yang
disebabkan factor lingkungan karena berbagai alasan.
Penginderaan Jauh untuk untuk
Jaringan Transportasi
Menganalisis citra pengindraan jauh
untuk perencanaan transportasi

 A. Interpretasi Fisis
Interpretasi fisis antara lain dengan memperhatikan pola kenampakan bumi
untuk perencanaan transportasi
1. Relief
2. Daerah gunung/ pegunungan
3. Topografi dan kemiringan lereng
4. Hidrologi
 B. intrepretasi Manusia
Interpretasi manusia antara lain dengan memperhatikan pola distribusi
penduduk. Pola distribusi penduduk dapat memberikan petunjuk tentang
keadaan relief suatu daerah, keadaan transportasi, dan tata air suatu tempat .
1. Pola sebaran scattered
2. Pola sebaran dot atau sporadis
3. Pola sebaran elongated
4. Pola sebaran radial atau memusat
5. Pola sebaran menjari
6. Penduduk alami selalu hidup dekat air
7. Daerah dengan pemusatan penduduk
Pertimbangan Akses Transportasi Antar
Pulau
 A. Akses transportasi dengan kapal
Penghubung antarpulau adalah laut dan udara. alat transportasi
penghubung antar pulau adalah kapal laut. namun jika ada lap.terbang atau
pangkalan udara daerah tsb dapat dijangkau oleh pesawat terbang atau
helikopter.

 1. Kualitas kapal harus memadai secara teknis.


 2. Untuk keamanan pelayaran perlu dibangun menara, rambu,stasiun radio
pantai ,dan kesatuan penjaga laut serta pantai.
 3. Perlu dikembangkan angkutan feri untuk kepentingan antarpantai
antarpulau dengan selat selat yg sempit dan laut yang relatif dangkal.
 4.Untuk keselamatan pelayaran, diperlukan pengamatan pasang surut air laut
dan gelombang laut yang dapat mencapai pada ketinggian optimal
 B. Faktor gangguan alam perlu di deteksi
Faktor gangguan alam perlu dideteksi lebih dini misalnya
akibat ombak besar,badai angin dan gelombang tsunami.
Peran Satelit cuaca sangat menentukan keselamatan akses
transportasi laut
 C. Peran satelit cuaca menentukan Keselamatan
Penerbangan
Satelit cuaca sangat menentukan keselamatan akan akses
transportasi udara.
 D. Perlu dibangun Jembatan antar pulau
Perlunya dibangun jembatan yang menjadi akses antar
pulau.
PENGINDERAAN JAUH
UNTUK INVENTARISASI
SDA
PENGERTIAN

 Proses inventarisasi sumber daya alam merupakan salah satu aspek yang
mendasar dalam pengelolaan sumber daya alam maupun untuk penataan
ruang wilayah.
 Dalam pemanfaatan pengindraan jauh untuk inventarisasi sumber daya alam
biasanya menggunakan satelit sumber daya alam.
 Biasanya satelit yang digunakan untuk observasi bumi yang saat ini banyak
digunakan adalah Landsat.
SATELIT LANDSAT

 Satelit ini diluncurkan pertama kali oleh NASA pada bulan Juli 1972 (Landsat
1). Kemudian disusul Landsat 2 dan Landsat 3 pada tahun 1975 dan 1978.
 Untuk perekaman data, Landsat dilengkapi dengan dua buah sensor yaitu
Return Beam Vidicon (RBV) dan Multi Spectral Scanner (MSS) pada Landsat
1,2,3. Landsat 4 dan 5 menggunakan sensor MSS dan sensor Thematic Mapper
(TM).
 Proses perekaman data oleh MSS Landsat dilakukan secara penyapuan
(scanning) oleh kaca penyapu lalu diterukan ke kaca pembesar dan prisma.
 Adanya detektor yang akan mengubah radiasi permukaan bumi menjadi
sinyal-sinyal listrik.
 Selanjutnya Lillesand dan Kiefer menyatakan bahwa sinyal-sinyal tersebut
diolah dengan tujuan analisis.
 Data analog akan diolah menjadi citra cetak serta data dalam bentuk digital
Citra Landsat
 Citra Landsat merupakan hasil rekaman pengindraan suatu wilayah dan
kumpulan data yang terekam pada saat perekaman dari ketinggian
tertentu.
 Citra Landsat menurut Sutanto dibedakan menjadi:
a. Band 4
b. Band 5
c. Band 6
d. Band 7
 Dalam citra Landsat, komposisi warna palsu mempunyai kemampuan lebih
baik dalam membedakan kenampakan air, tanah, dan vegetasi.
 Menurut Sutanto (1982), dengan menggunakan analisis secara visual, citra
Landsat-T atau MSS hanya dapat dibedakan menjadi 3 rona (hitam, kelabu,
putih) atau 5 tingkat rona (hitam, kelabu hitam, kelabu, kelabu putih, putih).
Sedangkan dengan interpretasi secara digital rona pada citra dibedakan
menjadi 256 tingkat.
CONTOH GAMBAR CITRA LANDSAT
Lapan

 LAPAN adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen


yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden Republik Indonesia. Dalam
pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh menteri
yang bertanggung-jawab di bidang riset dan
teknologi.
 Empat bidang utama LAPAN yakni penginderaan
jauh, teknologi dirgantara, sains antartika,
dan kebijakan dirgantara.
 LAPAN melakukan kegiatan pengindraan jauh dengan menggunakan
sinyal yang dipancarkan dari satelit-satelit beredar, yakni Satelit
LAPAN-TUBSAT, Landsat, NOAA, MODIS, SPOT, dan Fengyun, kemudian
ditangkap oleh stasiun-stasiun bumi penerima data indraja. Kegiatan
indraja dilakukan untuk berbagai hal, seperti mitigasi bencana,
perhitungan tingkat polusi udara, pemantauan wilayah hutan,
pemantauan lahan pertanian dan pangan, informasi zona tangkapan
ikan di laut, serta pemantauan titik api secara near real time.
Fungsi lapan
1. Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan
atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya;
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan
dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya;
3. Penyelenggaraan keantariksaan;
4. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan LAPAN;
6. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;
7. Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;
8. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan antariksa;
9. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan
10. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan pengembangan sains
antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta
pemanfaatannya.
BIG (Badan Informasi Geospasial)

 Badan Informasi Geospasial (disingkat BIG), sebelumnya bernama Badan


Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (disingkat Bakosurtanal), adalah
lembaga pemerintah nonkementerian indonesia yang bertugas melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang informasi geospasial.
Fungsi BIG
 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2Perpres Nomor 94 Tahun
2011, BIG menyelenggarakan fungsi :
 Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang informasi geospasial;
 Penyusunan rencana dan program di bidang informasi geospasial;
 Penyelenggaraan informasi geospasial dasar yang meliputi pengumpulan data,
pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial
dasar;
 Pengintegrasian informasi geospasial tematik yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
 Penyelenggaraan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan selain BIG
meliputi pengumpulan data, pengolahan,penyimpanan data dan informasi, dan
penggunaan informasi geospasial tematik;
 Penyelenggaraan infrastruktur informasi geospasial meliputi penyimpanan,
pengamanan, penyebarluasan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial

Anda mungkin juga menyukai