Mata pencaharian orang Betawi bisa dibedakan. Antara lain sebagai berikut :
Mereka yang berada di tengah kota menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi,
misalnya sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti
membuat meubel.
Mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai petani sawah, buah-buahan,
pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara mereka banyak yang menjadi
buruh pabrik, guru, dan lain-lain.
untuk dikatakan, tetapi masyarakat Betawi merupakan konsumen yang memiliki sifat konsumtif
yang secara langsung mempengaruhi negara kita. Perkembangan global atau modernisasi yang
ingin selalu diikuti oleh masyarakat membuat masyarakat Jakarta melakukan adaptasi
dengan cara mengonsumsi barang-barang yang diproduksi oleh negaranegara asing, dan bukan
menggunakan produk lokal atau produk dalam negri.
Sistem Mata Pencaharian
Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa
profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung
Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek,
kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik
semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh
kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga betawi
Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara,
Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan
pada cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.
Organisasi Sosial Suku Betawi
Masyarakat Betawi atau Jakarta asli dalam hal susunan masyarakat dan sisitem
kekerabatanya, pada umumnya menganut sisitem patrilineal yaitu menghitung hubungan
kekerabatan melalui garis keturunan laki-laki saja. Karena itu mengakibatkan tiap-tiap individu
dalam masyarakat memasukan semua kaum kerabat ayah dalam hubungan kekerabatannya,
sedangkan semua kaum kerabat ibu diluar garis hubungan kekerabatannya.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi
masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi yang ironisnya terjadi di daerah atau tanah
masyarakat Betawi sendiri. Namun, tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi bahwa
masyarakat generasi mendatang akan mampu menopang modernisasi tersebut.
Sistem Pengetahuan
Di Jakarta sebelum era pembangunan orde baru, orang Betawi terbagi atas beberapa
profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Misalnya di kampung
Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek,
kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik
semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh
kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
2.Senjata
Senjata digunakan masyarakat Banjar untuk melindungi dirinya dari musuh dan bisa
juga berfungsi sebagai alat produktif seperti untuk mengangkap ikan,berburu di
hutan,jerat perangkap,dll. Contohnya Mandau, Sumpit, serapang (tombak lima mata),
tiruk (tombak panjang lurus untuk berburu ikan haruan atau ikan gabus dan tomat
disungai), pengambangan ( tombak lurus bermata satu), duha ( pisau bermata dua untuk
berburu babi)
Alat-alat Transportasi
Yang menjadi alat transportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi
sarana trasportasi sungai. Dari ke-8 sistem teknologi tersebut menandakan bahwa
masyarakat Banjar telah peka terhadap perkembangan teknologi yang sangat
mereka perlukan untuk mempermudah pekerjaan mereka
Yang menjadi alat transportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi sarana
trasportasi sungai. Dari ke-8 sistem teknologi tersebut menandakan bahwa masyarakat
Banjar telah peka terhadap perkembangan teknologi yang sangat mereka perlukan untuk
mempermudah pekerjaan mereka
Sistem kekerabatan suku Banjar pada umumnya adalah sama, untuk daerah seluruh
Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendasarkan kekerabatan mereka menurut garis dari
keturunan ayah dan garis keturunan ibu atau bilateral.Tetapi di akui bahwa dalam hal-hal
tertentu terutama yang menyangkut masalah kematian, perkawinan yang menjadi wali
asbah adalah garis dari pihak ayah. Dalam hal masalah keluarga besar dan pengertian
keluarga besar, maka berlaku garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu, keduanya
diberlakukan sama.
Bahasa Banggai
Bahasa Banggai atau Silingan Banggai, merupakan anak cabang Malayo-Polinesia, yang
dituturkan oleh suku Banggai dan suku Sea Sea yang disebut juga suku banggai pegunungan.
Penuturan bahasa ini berpusat di provinsi Sulawesi Tengah, yakni di kabupaten Banggai
Kepulauan, Banggai Laut dan kabupaten Banggai. Di samping wilayah-wilayah inti suku ini,
mereka juga tersebar di pesisir Maluku dan Maluku Utara.