Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

“PENGINDERAAN JAUH DALAM BIDANG KELAUTAN”

OLEH:

HARIF RAHMAN HAKIM


2104124861
ILMU KELAUTAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan
kehendaknya penulis mampu menyelesaikan penulisa Makalah Sistem Informasi
Geografis “Penginderaan Jauh Dalam Bidang Kelautan” dapat terselesaikan tepat pada
waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan makalah ini merupakan proses dimana penyusun telah melakukan


pembelajaran mengenai penginderaan jauh yang melibatkan berbagai pihak dan asisten
pengajar yang telah memberikan kesempatan beserta pengarahan kepada penulis dalam
penulisan makalah ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
yang telah banyak membantu, memberi saran, bimbingan serta petunjuk selama
pembelajaran dilaksanakan dan penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, penulis mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan kepada pembaca.

Pekanbaru, 23 November 2022

Harif Rahman hakim


DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan Dan Manfaat.................................................................... 1
II. PENGINDERAAN JAUH KELAUTAN
2.1 Definisi Penginderaan Jauh.......................................................... 2
2.2 Penginderaan Jauh Untuk Pembangunan Sektor
Kelautan............................................................................................. 2
2.3 Penerapan Teknologi Penginderaan Jauh di Bidang Kelautan
Indonesia............................................................................................ 4

III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan .................................................................................. 6
3.2 Saran ............................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam sejarah, laut terbukti telah mempunyai berbagai-bagai fungsi, antara lain sebagai
sumber makanan bagi umat manusia, sebagai jalan raya perdagangan, sebagai sarana untuk
penaklukan, sebagai tempat pertempuran- pertempuran, sebagai tempat bersenang-senang dan
rekreasi dan sebagai alat pemisah dan pemersatu bangsa.1 Semakin berkembang pesatnya
ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang pada abad ini, mengakibatkan fungsi laut telah
meningkat dengan ditemukannya bahan-bahan tambang dan galian yang berharga didasar laut
dan setiap usaha mengambil dan mengeruk kekayaan alam baik yang ada di permukaan laut
maupun kekayaan yang ada di dasar laut dibawahnya.

Indonesia sebagai suatu Negara Kepulauan dengan penduduk pantai yang besar
jumlahnya,2 serta begitu luasnya wilayah pantai Indonesia menjadi alasan yang kuat bagi
penduduk Indonesia sendiri secara maksimal memanfaatkan kekayaan laut yang ada di setiap
wilayah kepualauannya. Kekayaan berupa Sumber daya hayati yang terdapat di dalam laut
tersebut sangat beragam mulai dari berbagai jenis ikan yang kaya protein, terumbu karang,
aneka bahan tambang, dan masih banyak lagi

.Potensi sumberdaya alam ini perlu dikelola denganbaik agar dapat dimanfaatkan
secara optimal bagi kesejahteraan Indonesia dengan tetap memperhatikan dan melakukan
usaha untuk menjaga kelestariannya. Penginderaanjauh yang diperlukan dengan Sistem
Informasi Geografi (SIG) dapat digunakan sebagai alat teknologi untuk memperoleh
informasi tentang
suatu objek secaracepat dan akurat, termasuk objek-objek di wilayah pesisir dan lautan.
Penginderaanjauh menjadi salah satu alternatif memperoleh informasi yang cepat, tepat
dan murah. Penginderaanjauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi fenomena alampada
objek (permukaan bumi) yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan objek permukaan
bumi, tetapi melalui pengukuran pantulan (reflection) ataupun pancaran (emision) oleh media
gelombang elektromagnetik (Suwargana, 2013). Aplikasi pengindraan jauh mampu dalam
menyadap informasi secara detail, karena memberikan resolusi spasial yang cukup tinggi.
Informasi tersebut dapat berupa liputan vegetasi, kepadatan bangunan, jarak permukiman
terhadap jalan utama dan industri yang merupakan beberapa parameter penentu tingkat
kenyamanan pemukiman. Pemnfaatan SIG digunakan untuk menganalisis paramter yang
berpengaruh dalam memvisualisasikan ke bentuk peta (Maru, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari penginderaanjauh?
2. Bagaimana penginderaanjauhuntuk pembangunan sektorkelautan?
3. Apapenerapan teknologi penginderaanjauh di bidang kelautan indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat

Penulisan makalah ini bertujuan umtuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Informasi Geografi, juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta bahan
referensibagi pembaca.
II. PENGINDERAAN JAUH KELAUTAN

2.1 Definisi Penginderaan Jauh

Penginderaan adalah upaya untuk mengetahui suatu objek dengan


menggunakan sensor (alat pengindera), baik sensor alamiah maupun sensor buatan. Sensor
alamiah berupa mata,telinga,hidung, lidah dan kuit. Sedangkan sensor buatan seperti
kamera, sinar, radiometer dan scanner.
Penginderaan jauh menurut Lindgren adalah berbagai teknik yang dikembangkan
untuk memperoleh dan menganalisis tentang bumi. Menurut Welsin dan Bufon, penginderaan
jauh adalah suatuilmu, seni, danteknik untuk memperoleh informasitentangobjek, area, dan
gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek area
maupun gejala tersebut. Sedangkan menurut Lillesand dan Kiefer Penginderaanjauh adalah
ilmu dan seni untuk memperoleh data dan informasi dari suatu objek dipermukaan
bumi dengan menggunakan alat yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang
dikajinya.
Jadi penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala
yang dikaji
(Lillesand dan Kiefer,1979) .

2.2 Pengindraan Jauh dan SIG untuk Pembangunan Sektor Kelautan

Optimalisasi pembangunan sektor kelautan di Indonesia masih belum termaksimalkan


dengan baik, meliputi dari pemanfaatan hasil perikanan yang belum tergali dengan baik,
pemanfaatan aktifitas laut dan perairan untuk tenaga pembangkit listrik yang aman,
optimalisasi kandungan mineral dan minyak bumi yang menyebar diberbagai lokasi perairan,
transpurtasi laut yang cepat dan aman, hingga pemanfaatan potensi bahari lainnya yang
tersebar di pesisir, kepulauan dan pulau-pulau kecil dengan membawa ciri khas yang
berbeda-beda. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan tersebut belum optimal
dikarenakan ketidaktauan akan potensi dari masing-masing pulau yang dimiliki Indonesia,
dengan hadirnya Penginderaan Jauh dan SIG diharapkan mampu membantu mengenali
potensi yangada.
Dan berikut ini diulas kembali beberapa hasil penemuan dari pemanfaatan teknologi
Penginderaan Jauh dan SIG untuk mendukung pembangunan sektor kelautan yang telah
3

dikaji dan dianalisis oleh pakarnya .


1. Pemetaaan, Identifikasi dan inventarisasi Sumberdaya Pesisir dan Laut.
Langkah optimalisasi pengembangan atau eksploitasi sumberdaya pesisir dan kelautan
dengan dilakukannya kegiatan inventarisasi, yang berguna untuk mengetahui jenis,letak dan
nilai ekonomis sumberdaya (Pigawati, 2005).
Inventarisasi sumberdaya pesisir dan kelautan sangat diperlukan mengingat kompleksitas
ekosistem yang ada dimasing-masing pulau berbeda, misal ekosistem terumbu karang,
padang lamun, pantai, teluk, selat, muara, delta, mangrove, daerah pasang surut dan
samudera. Inventarisasi dilakukan dengan cara pemetaan pulau dan identifikasi sumberdaya
yangada dengan teknologi penginderaanjauh dan atau survey lapangan.
Ekosistem tersebut merupakan sumberdaya yang potensial untuk perikanan,
pertambangan, pertanian, kehutanan, perhubungan, dan pariwisata (Murti BS, 2011). Untuk
itu hal pertama yang perlu dilakukan adalah inventarisasi pulau secara spasial beserta
diskripsi potensi pulau tersebut, dan tentunya inventarisasi yang dilakukan sejumlah pulau
yang dimiliki negara Indonesia. Contoh penelitian mengenai lnventarisasi pulau terluar telah
dilakukan oleh Sarno (2013) khususnya inventarisasi pulau-pulau terluar denganjudul Model
Diseminasi Informasi Geospasial Pulau-Pulau Kecil Terluar Berbasis Pemanfaatan
Penginderaan Jauh dan google mapping system. Penelitian tersebut memberikan wawasan
terkait dengan pemanfaatan penginderaanjauh dan google mapping system untuk penyajian
informasi geospasial pulau-pulau terluar yang dapat ditampilkan secara visualisasi dan
disebar luaskan denganjaringan elektronik. Informasi geospasial yang ditampilkan tentunya
tidak hanya sekedar informasi letak dan koordinat namun disertakan pula informasi
penggunaan lahan, kondisi pasang surut, potensi perikanan, potensi tambang, potensi
penduduk, kebudayaan dan informasi lainnya. Penelitian yang dilakukan Sarno (2013)
tersebut dapat dikembangkan untuk pulau-pulau lainnya di seluruh wilayah perairan
Indonesia, sehinggapemetaan pulau, identifikasipotensi sumberdaya pulau akan lebih mudah
diinventarisasikan dan mudah dalamperencanaan dan pengembangannya.
Selain pemanfaatan penginderaan jauh dan SIG untuk desiminasi informasi geospasial
pulau dapat pula data satelit penginderaan jauh untuk inventarisasi sumberdaya kelautan
adalah pengukuran suhu permukaan laut atau yang sering disebut SPL. SPL merupakan salah
satu parameter geofisika yang diperlukan untuk berbagai aplikasi seperti untuk klimatologi,
perubahan suhu permukaan laut global, respon atmosfer terhadap anomali suhu permukaan
laut, prediksi cuaca, pertukaran gas antarudara dengan permukaan laut, pergerakan massa air,
studi polusi, perikanan, dan dinamika oseanografi seperti fenomena eddi, gyre, front dan up
4

welling. Suhu permukaan laut dapat diperoleh dari pengukuran langsung atau dari ekstraksi
data satelit penginderaanjauh (Winarso, dkk, 2014).
Dengan adanya data SPL dapat dimungkinkan prediksi pergerakan ikan dan kondisi aman
saat penangkapan ikan, informasi yang demikian sangat diperlukan bagi nelayan agar dapat
memperoleh hasil penangkapan ikan yang maksimal saat kondisi cuaca laut yang aman untuk
berlayar. Dapat pula digunakan bagi armada kapal laut yang membawa penumpang untuk
melakukan perjalanan sehingga lebih aman dan mengurangi terjadinya kecelakaan
transportasi laut.
2. Kesesuaian Pemanfaatan Pesisir dan Pengembangan Budidaya Laut
Dengan kepemilikian lautan yang luas dan pulau-pulau yang memilki karakter tersendiri,
mengandung potensi perikanan dan potensi hasil laut lainnya yang melimpah, dan untuk
menjaga keberlanjutannya diperlukan pembudidayaan yang tepat. Informasi yang berkaitan
dengan pengembangan budidaya laut diantaranya adalah informasi lokasi ideal bagi
pengembangan budidaya laut (Sulma, 2005).

2.3 Penerapan Teknologi Penginderaan Jauh di Bidang Kelautan Indonesia

Penerapan teknologi penginderaan jauh di bidang kelautan Indonesia saat ini sangat
banyak dilakukan, salah satunya adalah metode pendeteksian karakteristik atau habitat dasar
perairan dangkal. Penggunaan dengan metode konvensional menyebabkan pemetaan dasar
perairan dangkal memerlukan waktu yang lama, dan biaya yang relatif mahal. Contoh
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang pernah menggunakan penginderaanjauh dalam
pemetaannya adalah Siregar (2010) menggunakan citra QuickBird adalah untuk memetakan
dasar perairan dangkal di Kepulauan Seribu; Restuning & Handayani (2007) dengan
menggunakan data citra dari USGS tahun 1973-2006 dalam hasilpemetaan pola gempa bumi
di Indonesia; Usman et al., (2005) dengan menggunakan citra Lansat TM dalam penelitian
sedimentasi perairan lagoon Segara Anakan; dan Simbolon (2010) menggunakan data citra
modis dalam menentukan daerah penangkapan ikan cakalang melalui analisis Suhu
Permukaan Laut (SPL) di Teluk Pelabuhan Ratu. Penelitian tentang Pemanfaatan Citra
Landsat 8 pernah dilakukan untuk memetakan persebaran lamun di wilayah pesisir Pulau
Batam oleh Sari & Lubis (2017). Pemetaan parameter oseanografi fisik menggunakan citra
landsat 8 di wilayah perairan Nongsa Pulau Batam oleh Lubis & Daya (2017), dan Pemetaan
potensi kekeringan lahan seluruh Pulau Batam, dengan menggunakan teknik Sistem
Informasi Geografis dan penginderaanjauh oleh Aprilliyanti & Zainuddin (2017).
Pendekatan penginderaan jauh kelautan dengan parameter oseanografi sangat sering
5

dilakukan di Indonesia, yakni dengan melihat pengaruh gelombang laut. Pengembangan


kawasan pantai yang tidak dilandasi oleh prinsip perlindungan dan pelestarian lingkungan,
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada fungsi ekologis yang berakibat terjadinya
kerusakan kawasan pantai (Angkotasan, 2012). Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam
mengkaji kondisi suatu kawasan pantai adalah melalui studi mengenai perubahan garis pantai
(Sakka et al., 2011). Sebagai contoh adalah untuk menganalisis perubahan garis pantai,
melaluitumpang susun (overlay) citra satelit. Beberapapenelitian sebelumnya yang mengkaji
tentang perubahan garis pantai di berbagai kawasan pantai menggunakan citra satelit
dilakukan oleh Yulius & Ramdhan (2013). Kemudian Purba & Jaya (2004) melakukan
penelitian mengenai perubahan garis pantai yang dilakukan di lokasi pesisir Kabupaten
Lampung Timur, dengan menggunakan citra satelit Landsat, dengan menyebutkan faktor
morfologi pantai, variasi arah angin dan karakteristik gelombang laut, yang ditelaah sebagai
faktoryang berperanterhadapperubahangaris pantai dipesisir Kabupaten Lampung Timur.
Kemajuan teknologi di bidang penginderaanjauh kelautan juga dirasakan dalam bidang
pemetaan di Indonesia. Teknologi pemetaan saat ini sudah menggunakan jasa satelit,
sehingga sangat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan data Citra Modis (Simbolon,
2010). Restuning & Handayani (2007) mendapatkan data citra gempa bumi yang dapat
diambil dari katalog gempa bumi milik United States Geological Survey (USGS).
III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauhtelah banyak digunakan analisis dankajian


terkait dengan pembangunan sektorkelautan dan masih perlupengembangan untuk
penerapan sistempertahanan negara maritim. Penginderaanjauhuntuk kelautan/perikanan
juga dapat membantuberbagai penelitian untuk memahami dinamika lingkungan pesisir dan
lautan termasuk memahami dinamika sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya,
khususnya yang berkaitan dengan perikanan.

3.2 Saran

Banyaknya penelitian pesisir dan kelautan yang memanfaatkan Penginderaan Jauh dan
SIG telah menandakanbahwa negara Indonesia memilikipakar-pakaryang handal dalam
kemaritiman, untuk itu perluaplikasinyata dari hasil penelitian-penelitian tersebut dalam
bentuk kegiatanyang aplikatif bagimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Angkotasan, A.M., I.W. Nurjaya dan N.M.N. Natih. 2012. Analisis perubahan garis pantai di
pantai barat daya Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. JurnalIlmudan
Teknologi Kelautan Tropis. 3 (1): 11-22.
Aprilliyanti, T. dan M. Zainuddin . 2017. Pemetaan Potensi Kekeringan Lahan se-pulau
Batam menggunakan Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
Penginderaan Jauh. Majalah Geografi Indonesia, 31(1), 91-94.
Lillesand and Kiefer, (1979), Remote Sensing and Image Interpretation, John Wiley and
Sons, New York.
Lubis, M.Z.Z. dan A.P. Daya. 2017. Pemetaan Parameter Oseanografi Fisik Menggunakan
Citra Landsat 8 di Wilayah Perairan Nongsa Pulau Batam. Jurnal Integrasi,
9(1), 9-15.
Murti BS, S.H., (2011). Kajian Data Penginderaan Jauh Multiresolusi untuk Identifikasi Fitur
Tipologi Pesisir. Laporan Penelitian. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah
Mada
Pigawati, B. (2005). Identifikasi Potensi dan Pemetaan Sumberdaya Pesisir Pulau - Pulau
Kecil dan Laut Kabupaten Natuna - Provinsi Kepulauan Riau. JurnalIlmu
Kelautan. Desember 2005. Vol. 10 (4) : 229 -236. Universitas Diponegoro
Purba M dan I. Jaya. 2004. Analisis perubahan garis pantai dan penutupan lahan antara Way
Penet dan Way Sekampung, Kabupaten Lampung Timur. JurnalIlmu-ilmu
Perairandan Perikanan Indonesia. 11 (2): 109-121.
Restuning, D.G dan L. Handayani. 2007. Pemetaan Pola Terjadinya Gempa Bumi di
Indonesia Dengan Metode Fraktual. Jurnal Riset Geologi Dan Pertambangan.
17(2): 51-56.
Sakka, M. Purba, I.W. Nurjaya, H. Pawitan dan V.P. Siregar. 2011. Studi perubahangaris
pantai di Delta Sungai Jeneberang, Makassar. JurnalIlmudan Teknologi
Kelautan Tropis. 3 (2): 112-126.
Sari, D.P. dan M.Z. Lubis. 2017. Pemanfaatan CitraLandsat 8 Untuk Memetakan
Persebaran Lamundi Wilayah Pesisir Pulau Batam. Jurnal Enggano, 2(1), 39-
45.
Sarno. (2013). Model Diseminasi Informasi Geospasial Pulau-Pulau Kecil Terluar Berbasis
Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Google Mapping System. Jurnal
PenginderaanJauh. Vol. 10 No. 2 Desember 2013 :59-70.
8

Simbolon, D. 2010. EksplorasiDaerah PenangkapanIkan Cakalang Melalui Analisis Suhu


Permukaan Lautdan Hasil TangkapanDi Perairan Pelabuhan Ratu. Jurnal
Mangrove Dan Pesisir. 10(1): 42-49.
Sulma, S., dkk. (2005). Pemanfaatan PenginderaanJauh untuk Penentuan Kesesuaian
Lokasi BudidayaLaut diKepulauan Seribu. Prossiding. Pertemuan Ilmiah
Tahunan MAPIN XIV ”Pemanfaatan Efektif
Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”.
Usman. E. dan L. Sarmili. 2005. RekontruksiProses Sedimentasi Perairan Lagoon Segara
Anakan. Jurnal Geologi Kelautan. 3(3):15-25.
Winarso, G., dkk (2014). Aplikasi PenginderaanJauh untuk Mendukung Program
Kemaritiman. Publikasi ilmiah. Diakses tanggal 22 September 2014.
Yulius dan M. Ramdhan. 2013. Perubahangaris pantai di Teluk Bungus Kota Padang,
Provinsi Sumatera Barat berdasarkan analisis citrasatelit. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. 5 (2): 41-72.

Anda mungkin juga menyukai