Anda di halaman 1dari 13

 

                        KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penusun, sehingga penusun  dapat
menyelesaikan makalah “PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DALAM
KAJIAN TRANSPORTASI DAN TATA GUNA LAHAN”  dengan baik.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan para
pembaca  tentang pemanfaatan citra penginderaan jauh.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru pembina Geografi pak Esron
Rajagukguk M,Pd yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menyusun
makalah ini dengan baik. Dan pada Akhirnya kepada Allah jualah penyusun mohon taufik
dan hidayah, semoga usaha penyusun mendapat manfaat yang baik. Serta mendapat ridho
Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penginderaan jarak jauh adalah suatu ilmu, seni, dan teknik dalam
usahamengetahui benda, dan gejala dengan cara menganalisis objek dan arah tanpa adanya
kontak langsung dengan benda dan objek yang dikaji.Pengambilan data dalam pengindraan
jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan. Tidak adanya kontak
dengan objek yang dikaji maka pengindraan dilakukan dari jarak jauh sehingga disebut
pengindraan jauh.
            Ada beberapa istilah dalam bahasa asing yang sering digunakan untuk pengindraan
jauh. Di negara Inggris, pengindraan jauh dikenal dengan remote sensing, di negara Prancis
dikenal dengan teledection, di negara Spanyol disebut sensoria remote, di negara Jerman
disebut femerkundung, dan di negara Rusia disebut distansionaya. Di Indonesia
pengindraan jauh juga lebih dikenal dengan remote sensing.
Penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa terakhir ini.
Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan pembawa sensor, jenis
citra serta liputan dan ketersediaannya, alat dan analisis data, dan jumlah pengguna serta
bidang penggunaannya.
Di Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan sumber daya telah
dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat ini telah beredar banyak jenis
satelit sumber daya. Mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis,
Jepang, Rusia, hingga negara-negara besar namun dengan pendapatan per kapita yang
rendah seperti India dan Republik Rakyat Cina. Berbagai satelit sumberdaya yang
diluncurkan itu menawarkan kemampuan yang bervariasi, dari resolusi spasial 0,6 meter
(QuickBirth milik Amerika) hingga sekitar 1,1 kilometer (NOAA-AVHRR juga milik
Amerika Serikat).  Berbagai negara di Eropa,  Amerika Utara,  Amerika
Latin, Asia  dan  bahkan  Afrika telah banyak memanfaatkan satelit itu untuk
pembangunan.
1.2 Rumusan masalah

a.Apa pengertian sistem inderaja?

b.bagaimana fungsi inderaja terhadap pengolahan kajian transportasi?

c.bagaimana fungsi inderaja terhadap pengolahan tata guna lahan?

d.apasajakah hal-hal yang harus dipahami dalam pengolahan tata guna lahan?

1.3 Tujuan pembuatan makalah

a.untuk mengetahui pengertian system inderaja

b.untuk mengetahui bagaimana fungsi inderaja terhadap pengolahan kajian transportasi

c.untuk mengetahui fungsi inderaja terhadap pengolahan tata guna lahan

d.untuk mengetahui hal-hal yang harus dipahami dalam pengolahan tata guna lahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.SISTEM INDERAJA

Sistem ialah serangkaian obyek atau komponen yang saling berkaitan dan bekerja
sama secara terkoordinasi untuk melaksanakan tujuan tertentu. Sistem penginderaan jauh
ialah serangkaian komponen yang digunakan untuk penginderaaan jauh. Rangkaian
komponen itu berupa tenaga, obyek, sensor, data, dan pengguna data.
Penginderaan jauh sering dinamakan sebagai suatu sistem karena melibatkan
banyak komponen. Gambaran objek permukaan bumi merupakan hasil interaksi antara
tenaga dan objek yang direkam. Tenaga yang dimaksud adalah radiasi matahari, tetapi jika
perekaman tersebut dilakukan pada malam hari dibuat tenaga buatan yang dikenal sebagai
tenaga pulsar. Penginderaan jauh yang hanya menggunakan sumber tenaga matahari sering
pula dinamakan sistem penginderaan jauh pasif.

a. Sumber Tenaga untuk Penginderaan Jauh


Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan. Oleh karena itu, diperlukan tenaga peng hubung yang
membawa data objek ke sensor. Data tersebut di kumpulkan dan direkam melalui tiga cara
dengan variasi sebagai berikut.
1) Distribusi daya (force), contohnya Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan
dengan gaya tarik bumi.
2) Distribusi gelombang bunyi, contohnya Sonar digunakan untuk mengumpulkan data
gelombang suara dalam air.
3) Distribusi gelombang elektromagnetik, contohnya kamera untuk mengumpulkan data
yang berkaitan dengan pantulan sinar.

Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan disebut sistem penginderaan


jauh aktif. Hal ini didasarkan bahwa perekaman objek pada malam hari diperlukan bantuan
tenaga di luar matahari. Proses perekaman objek tersebut melalui pancaran tenaga buatan
yang disebut tenaga pulsar yang berkecepatan tinggi karena pada saat pesawat bergerak
tenaga pulsar yang dipantulkan oleh objek direkam. 
Oleh karena tenaga pulsar memantul, pantulan yang tegak lurus memantulkan
tenaga yang banyak sehingga rona yang terbentuk akan berwarna gelap. Adapun tenaga
pantulan pulsa radar kecil, rona yang terbentuk akan cerah. Sensor yang tegak lurus dengan
objek membentuk objek gelap disebut near range, sedangkan yang membentuk sudut jauh
dari pusat perekaman disebut far range.
Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan
sumber utama tenaga elektro magnetik alami. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan
tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif.
Radiasi matahari yang terpancar ke segala arah akan terurai menjadi berbagai
panjang gelombang, mulai panjang gelombang dengan unit terkecil (pikometer) sampai
dengan unit terbesar (kilometer).
b. Atmosfer
Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang sehingga hanya sebagian kecil
tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk
penginderaan jauh. Bagian spektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan
dapat mencapai permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang paling
dikenal orang dan digunakan dalam penginderaan jauh hingga sekarang spektrum tampak
yang dibatasi oleh gelombang 0,4 m hingga 0,7 m.
Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak seluruhnya dapat mencapai
permukaan bumi secara utuh karena sebagian terhalang oleh atmosfer. Hambatan ini
terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer, seperti debu, uap air, dan
berbagai macam gas. Proses penghambatannya dapat terjadi dalam bentuk serapan,
pantulan, dan hamburan.
c. Alat Pengindera
Alat pengindera disebut juga sensor. Sensor adalah alat yang diguna kan untuk
melacak, mendeteksi, dan merekam suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Setiap
sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik.
Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial.
Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh suatu sensor, semakin baik kualitas sensor
tersebut dan semakin baik pula resolusi spasial dari citra.
Jika memperhatikan proses perekamannya, sensor dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
1) Sensor Fotografi
Pada sensor fotografi proses perekamannya berlangsung secara kimiawi. Tenaga
elektromagnetik diterima dan direkam pada emulsi film yang jika diproses akan
menghasilkan citra. Jika pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya,
citranya disebut foto udara. Jika pemotretannya dilakukan melalui antariksa, citranya
disebut citra orbital atau foto satelit.
2) Sensor Elektrik
Sensor elektrik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat
penerima dan perekamannya berupa pita magnetik atau detektor lainnya. Sinyal elektrik
yang direkam pada pita magnetik, kemudian diproses menjadi data visual maupun menjadi
data digital yang siap diolah dengan menggunakan komputer.
Proses perubahan data digital menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut.
a) Memotret data yang direkam dengan pita magnetik yang diwujudkan secara visual pada
layar monitor.
b) Menggunakan film perekam khusus, hasil akhirnya dinamakan citra penginderaan jauh.
c. Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan interpretasi
secara visual dan dapat pula dengan cara digital, yaitu dengan menggunakan alat bantu
komputer. Citra udara pada umumnya ditafsirkan secara manual, sedangkan data hasil
penginderaan jauh secara elektronik dapat ditafsirkan secara manual maupun secara digital.
d. Pengguna Data
Pengguna (user) merupakan komponen penting dalam penginderaan jauh karena pengguna
data ini dapat menentukan diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh tersebut.
2.2 Interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh terkait
jaringan transportasi dan tata guna lahan

a.Jaringan Transportasi

Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi


oleh negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia baik di bidang transportasi perkotaan (urban) maupun transportasi antar
kota (regional). Terciptanya suatu sistem transportasi atau perhubungan yang menjamin
pergerakan manusia atau barang secara lancar, aman, cepat, murah dan nyaman merupakan
tujuan pembangunan di sektor perhubungan (transportasi).
Istilah tata-guna lahan (land use) berawal dari ilmu ekonomi pertanian. Istilah ini
mengacu pada sebidang lahan dan manfaat ekonomi yang dimiliki oleh lahan tersebut-
peternakan, pembudidayaan tanaman, pertambangan, atau pembangunan gedung.
Standar pembagian ruang dalam tata guna lahan biasanya mengacu ada zona.
Pembagian zona adalah peranti hukum yang tertua dan paling banyak digunakan untuk
implementasi rencana tata-guna lahan setempat. Pada dasarnya pembagian zona adalah
suatu jaminan bahwa tata-guna lahan dalam suatu unit geografis sesuai dengan zona
lainnya.
Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya
dianggap membentuk satu land use transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud
dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem
transportasi yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya.
Sebaliknya, transportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia,
tidak ter manfaatkan.
Hubungan antara transportasi dan pengembangan lahan dapat dijelaskan dalam tiga
konteks, yaitu:
1. hubungan fisik dalam skala makro, yang memiliki pengaruh jangka panjang dan
umumnya dianggap sebagai bagian dari proses perencanaan;
2. hubungan fisik dalam skala mikro, yang memiliki pengaruh jangka-pendek dan
jangka-panjang dan umumnya dianggap sebagai masalah desain wilayah perkotaan
(sering kali pada skala lokasi-lokasi atau fasilitas-fasilitas tertentu);
3. hubungan proses, yang berhubungan dengan aspek hukum, administrasi, keuangan,
dan aspek-aspek institusional tentang pengaturan lahan dan pengembangan
transportasi.
Jaringan jalan terdiri dari banyak jalan terdiri dari jalan arteri, jalan kolektor dan
jalan lokal, yang membentuk suatu sistem jaringan jalan secara keseluruhan. Jaringan jalan
memiliki fungsi yang sangat penting dalam meningkatkan kelancaran pelayanan
transportasi dari berbagai tempat asal menuju ke berbagai tempat tujuan yang tersebar di
berbagai pelosok wilayah.

Penyusunan jaringan transportasi yang mantap harus memperhatikan dan


memperhitungkan banyak aspek, misalnya:
1. distribusi penduduk dan kegiatan pembangunan sektoral yang tersebar di berbagai
daerah;
2. rencana pemanfaatan tata ruang wilayah yang telah ditetapkan;
3. kebutuhan jasa transportasi antar wilayah dan pusat kegiatan (kota);
4. penyediaan jumlah dan kapasitas sarana transportasi;
5. karakteristik dan klasifikasi jaringan jalan menurut fungsinya (jalan arteri, kolektor
dan lokal); dan
6. strategi kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional dan regional.
Perencanaan pembangunan jaringan transportasi bersifat dinamis dan antisipatif ke
depan, melibatkan peran serta berbagai instansi yang terkait.

Transportasi merupakan kekuatan yang membentuk wajah dan perkembangan suatu


daerah atau wilayah dalam jangka panjang mendatang (transportation as the formative
power).
Moda Transportasi
Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi jalan, kereta api, sungai
dan danau, penyeberangan, laut, udara, dan pipa. Masing-masing moda memiliki
karakteristik teknis yang berbeda, pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi geografis
daerah layanan.
Moda transportasi jalan mempunyai karakteristik utama yakni fleksibel, dan
mampu memberikan pelayanan dari pintu ke pintu.
Moda transportasi kereta api memiliki keunggulan yaitu daya angkut tinggi,
polusi rendah, keselamatan tinggi, dan hemat bahan bakar.
Moda transportasi sungai dan danau mempunyai karakteristik kecepatan rendah
dan murah dengan tingkat polusi rendah.
Moda transportasi penyeberangan mempunyai karakteristik mampu mengangkut
penumpang dan kendaraan dalam jumlah besar serta kecepatan relatif rendah dengan
tingkat polusi rendah.
Moda transportasi laut mempunyai karakteristik mampu mengangkut penumpang
dan barang dalam jumlah besar, kecepatan rendah dan jarak jauh dengan tingkat polusi
rendah.
Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan tinggi dan dapat
melakukan penetrasi sampai ke seluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda
transportasi lain.
Moda transportasi pipa tidak digunakan untuk transportasi umum, sifat
pelayanannya terbatas hanya untuk angkutan komoditas curah cair dan gas, dengan sifat
pergerakan hanya satu arah.
Jaringan transportasi
Jaringan transportasi terdiri dari jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Jaringan
prasarana terdiri dari simpul dan ruang lalu lintas. Keterpaduan jaringan prasarana moda-
moda transportasi mendukung penyelenggaraan transportasi antarmoda atau multimoda
dalam penyediaan pelayanan angkutan yang berkesinambungan.
Jaringan prasarana transportasi jalan terdiri dari simpul, yang berwujud
terminal penumpang dan terminal barang, dan ruang lalu lintas yang berupa ruas jalan yang
ditentukan hirarkinya menurut peranannya. Pembagian setiap ruas jalan pada jaringan jalan
primer terdiri dari:
1. jalan arteri primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional, atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah;
2. jalan kolektor primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
wilayah, atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan
lokal;
3. jalan lokal primer, menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat
kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, dan antarpusat kegiatan
lingkungan;
4. jalan lingkungan primer, menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol.
2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, atau antaribukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan PKL, antar-PKL, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Jaringan pelayanan angkutan umum meliputi pelayanan angkutan orang dan atau


barang.
Jaringan prasarana transportasi kereta api terdiri dari simpul yang berwujud
stasiun, dan ruang lalu lintas yang berupa jalur kereta api.
Jaringan pelayanan transportasi kereta api meliputi jaringan pelayanan
angkutan orang dan atau barang.
Jaringan prasarana transportasi sungai dan danau terdiri dari simpul yang
berwujud pelabuhan sungai dan danau, dan ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran.
Jaringan pelayanan transportasi sungai dan danau meliputi jaringan pelayanan angkutan
orang dan atau barang.
Jaringan prasarana transportasi penyeberangan terdiri dari simpul yang
berwujud pelabuhan penyeberangan, dan ruang lalu lintas yang berwujud alur
penyeberangan. Jaringan pelayanan transportasi penyeberangan disebut lintas
penyeberangan.
Jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berwujud
pelabuhan laut, dan ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran. Jaringan pelayanan
transportasi laut dibedakan menurut hirarki dan sifat pelayanannya.
Jaringan prasarana transportasi udara terdiri dari bandar udara sebagai simpul,
dan ruang lalu-lintas udara. Jaringan pelayanan transportasi udara terdiri dari rute
penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan luar negeri.

b.Tata Guna Lahan

Kaiser et al (1995: 196) menguraikan beberapa perspektif yang harus diperhatikan


dalam memahami penggunaan lahan (land use), antara lain:
1. Lahan adalah ruang fungsional yang diperuntukkan untuk mewadahi
beragam penggunaan. Dalam perspektif ini lahan mengakomodasi pertumbuhan
kawasan yang didorong oleh pertumbuhan penduduk dan ekspansi ekonomi.
Meningkatnya jumlah penduduk dan ekspansi ekonomi meningkatkan kompleksitas
fungsi kawasan, sebagai contoh: kawasan pedesaan dengan penduduk relatif sedikit
hanya didominasi kegiatan agraria dan beberapa fungsi pendukung agraria
(koperasi, perdagangan bibit dan obat-obatan, dan lain-lain) serta fungsi pendukung
permukiman (puskesmas, sekolah dasar sampai menengah, dan lain sebagainya.
2. Lahan sebagai setting dari sistem aktivitas. Kompleksitas fungsi kawasan
sebagaimana dijelaskan di atas terjadi karena adanya sistem aktivitas yang
menggambarkan pola kegiatan penghuni kawasan dalam menjalankan urusan
hariannya. Disebut sistem karena ada pola saling keterhubungan antara aktivitas
yang satu dengan aktivitas lainnya yang kemudian memicu timbulnya aktivitas
pergerakan. Sebagai contoh: lahan dengan fungsi perumahan memiliki interaksi
yang tinggi dengan lahan dengan fungsi pendidikan, kesehatan, perdagangan dan
fungsi jasa (perkantoran).
3. Lahan adalah komoditas. Penggunaan lahan harus memperhatikan kemampuan
fisik alamiah dan daya dukungnya. Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan bermukim dan ekonomi, seperti kawasan pegunungan dan sempadan
sungai yang harus dijaga sebagai kawasan lindung.

4. Lahan sebagai sumber daya citra dan estetika kawasan. Selain aspek fungsional
dan aspek ekonomi, lahan juga memiliki aspek estetika. Aspek ini penting dalam
memberi kualitas lingkungan yang mendukung kegiatan rekreatif. Lahan yang
memenuhi aspek ini akan memiliki nilai guna lahan yang cocok untuk kegiatan
wisata, pendidikan dan hunian.
Penggunaan lahan perlu meninjau potensi alamiah yang dimiliki kawasan tersebut.

Ada beberapa komponen analisis yang harus dipahami untuk dapat merencanakan
penggunaan lahan, antara lain:
1. Kemampuan lahan. Analisis ini pada prinsipnya untuk mengidentifikasi potensi
tanah secara umum dengan cara mengklasifikasikan lahan berdasarkan faktor
pembatas ke dalam beberapa kelas kemampuan.
2. Kesesuaian lahan. Analisis ini bertujuan untuk menilai tingkat kesesuaian lahan
terhadap penggunaan tertentu dengan tingkat pengelolaan yang wajar.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek,
daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.
Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang
dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik dan dipasang
pada wahana.
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumber daya alam
dan lingkungan
Komponen Penginderaan Jauh yaitu : sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan
objek di permukaan bumi, sensor, sistem pengolahan data, dan dan berbagai penggunaan
data.
penginderaan jauh dapat dibedakan menjadu dua bentuk yaitu penginderaan jauh system
pasif yang menggunakan energi yang berasal dari obyek. Energi dapat berupa pantulan dari
sumber lain, yang dalam hal ini umumnya adalah matahari dan penginderaan jauh system
aktif yang menggunakan energi yang berasal dari sensor tersebut.
interpretasi citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra)
untuk digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi
dan disiplin ilmu lainnya.
Dalam menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
·         Deteksi ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh  sensor.
·         Identifikasi ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.
·         Analisis ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terinci.
Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut
unsur interpretasi citra yang meliputi : rona/ warna, ukuran, bentuk, pola, tekstur, bayangan,
situs, asosiasi, dan konvergensi bukti.

3.2 Saran
Teknologi sudah semakin maju, penginderaan jauh yang awalnya hanya menggunakan citra
foto udara dengan wahana balon udara kini telah banyak dikembangkan dengan munculnya
citra satelit yang tentu saja cara kerjanya lebih canggih. Penggunaan citra satelit hendaknya
lebih di dikembangkan lagi dan pemanfaatanya lebih dioptimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://nurhakimramdani.blogspot.com/2013/07/manfaat-sistem-informasi-
geografi-sig.htm
http://calvintarrapa.blogspot.com/2013/06/contoh-kasus-gis-pada-bidang-kesehatan.html
http://forester-untad.blogspot.co.id/2012/12/makalah-sig-lengkap.html
http://dokumen.tips/documents/makalah-sistem-informasi-geografis.htm
PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DALAM
KAJIAN TRANSPORTASI DAN TATA GUNA LAHAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA :DINA LESTARI SARAGIH
KELAS : XII-ISOS 3
MATA PELAJARAN :GEOGRAFI
PEMBINA :BAPAK ESRON RAJAGUKGUK M,Pd
SMA N 1 RAYA

DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………….………………..i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang…………………………………………………………..ii
1.2 rumusan masalah………………………………………………...…….iii
1.3 tujuan penulisan makalah…………………………………………...…iv

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem inderaja…………………………………………………….…v
2.2 interpretaasi peta dan pengolahan citra penginderaan jauh terkait jaringan transportasi dan
tata guna lahan………………………………………………………..vi
a) Jaringan transportasi…….………………………………….……vii
b) Tata guna lahan………………………………………………….viii

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..ix
3.2 Saran………………………………………………………………….x

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai