Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
penulis ajukan sebagai tugas pada mata kuliah Kepemimpinan Strategi.

Harapan kami semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman maupun petunjuk
bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini dapat menambah wawasan
para pembaca mengenai materi yang kami bahas dalam makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan banyak perbaikan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang
membangun sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah-makalah
kami yang akan datang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
membalas jasa-jasanya dan senantiasa meridhai kita semua. Aamiin

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, penulis
menyadari keterbatasan kemampuan pada diri penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga menjadi sumbangan yang berarti bagi kita semua pada masa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Pekanbaru, April 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB 1: PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. RUMUSAN MASALAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. TUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

D. METODE PENULISAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB 2: PEMBAHASAN

A. KONSEP KEPEMIMPINAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. PENGERTIAN PEMIMPIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

D. BUDAYA ORGANISASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

 PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


 PENTINGNYA BUDAYA ORGANISASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
 PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BUDAYA ORGANISASI . . . . . . . . . . . . . . . . . .

E. PEMIMPIN YANG KULTURAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

F. LANGKAH-LANGKAH MENJADI PEMIMPIN YANG KULTURAL . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB 3: PENUTUP

KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kepemimpinan adalah suatu hal yang sangat urgen dalam suatu organisasi,
kerena kepemimpinan merupakan
kekuatan aspirasional, semangat dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu
mempengaruhi anggota untuk mengubah sikap, tingkah laku kelompok atau organisasi
menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin oleh interpersonal pemimpin
terhadap anak buahnya (Kartini Kartono, 1998: IX).

Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi.
Kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya, sebab
pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa mempengaruhi secara
konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta prilaku yang benar yang harus
dilakukan secara bersama. Dia juga mampu membawa organisasi kepada sasaran dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan, sehingga pemimpin mempunyai kesempatan paling
banyak untuk mengubah “jerami menjadi emas” atau justru sebaliknya bisa mengganti
“setumpuk uang menjadi abu” jika pemimpin salah langkah.

Keberhasilan para pemimpin bukan merupakan fenomena kebetulan, melainkan salah satunya
karena memiliki kompetensi untuk membangun budaya organisasi. Budaya organisasi
membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini bila
diamati lebih seksama merupakan karakteristik utama yang dihormati oleh organisasi
tersebut. Budaya organisasi adalah watak, karakter, dan kepribadian
organisasi yang dibangun oleh para anggota komunitas organisasi atau sebaliknya justru
budaya organisasi menentukan prilaku para anggota organisasi.

Pembentukan budaya organisasi salah satunya melalui seorang pemimpin dengan gaya dan
prilakunya bisa menciptakan nilai, aturan kerja yang dipahami dan disepakati
bersama serta mampu mempengaruhi atau mengatur prilaku individu yang ada di
dalamnya. Sehingga nilai-nilai tersebut menjadi prilaku panutan bersama Selain itu, pendiri dan
pemilik organisasi juga dapat mempengaruhi pembentukan
budaya organisasi, sehingga dapat kita ketahui bahwa pemimpin dan pendiri dalam
suatu organisasi memiliki peran besar dalam membangun budaya organisasi, maka
dibutuhkan kepemimpinan yang positif dan inovatif dalam suatu organisasi, sehingga
budaya organisasi tersebut menjadi kuat.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah pemimpin yang kultural itu dan bagaimana ciri-ciri pemimpin yang mempunyai
sifat kultural?

b. Bagaimana langkah untuk menjadi pemimpin yang kultural?

c. Bagaimana pengaruh pemimpin terhadap budaya organisasi?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui ciri-ciri pemimpin yang mempunya sifat kultural

b. Untuk mengetahui langkah menjadi pemimpin yang kultural

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemimpin terhadap budaya organisasi.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan untuk menyusun makalah ini adalah studi literatur
yang bersumber dari buku ilmiah, internet, dan sumber-sumber bacaanya lainnya.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kepemimpinan

Masalah kepemimpinan adalah hal yang amat menarik untuk di kaji, peranan pemimpin
dalam suatu organisasi sebagai steakholder akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi secara mutlak. Pemimpin harus mampu menghadapi perubahan zaman yang kian
kompleks dan merambah kedalam berbagai dimensi. Pemimpin harus mampu sebagai manajer
yang bisa mengemudikan laju jalannya organisasi dalam mengarumi bahtera untuk mencapai
visi dan misi dengan baik. Seluruh instrument organisasi adalah sebuah system yang harus
berjalan untuk menjalankan tugas dan fungsinya dari instruksi yang baik oleh seorang
pemimpin.

Dalam bahasa Inggris, pemimpin disebut leader dari akar kata to lead. Dalam kata kerja itu
terkandung beberapa arti yang saling berhubungan erat: bergerak lebih awal, berjalan di depan,
mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan
pikiran/pendapat orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui
pengaruhnya. Dengan demikian, seorang pemimpin adalah seorang yang bergerak lebih awal,
berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori,
mengarahkan pikiran/pendapat/tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan
orang lain melalui pengaruhnya.

2.1.1 Pengertian Pemimpin

Secara etimologi pemimpin berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti
bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalamnya terdapat dua pihak yaitu yang
dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi
“pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui
proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat bekerja
sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hendry Pratt Fairchild dalam Kartini
Kartono (2006:38-39) mengemukakan bahwa pemimpin dalam pengertian yang luas adalah
seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah
laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisir atau mengontrol
usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Sedangkan dalam
pengertian yang terbatas pemimpin ialah seseorang yang membimbing, memimpin dengan
bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para
pengikutnya.

Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih
dahulu harus memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengerti kekuatan
dan kelemahan bawahannya, dan mengerti bagaimana cara memanfaatkan kekuatan
bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki.

Selanjutnya Sudriamunawar (Harbani, 2008:3) mengemukakan bahwa Pemimpin adalah


seseorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para
pengikutnya untuk melakukan kerja sama ke arah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.

Seorang pemimpin (leader) dalam penerapannya mengandung


konsekuensi terhadap dirinya, antara lain; harus berani mengambil keputusan
sendiri secara tegas dan tepat (decision making), harus berani menerima resiko
sendiri; dan harus berani menerima tanggung jawab sendiri (the principle of
absoluteness of responsibility).

Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
pemimpin merupakan pribadi yang spesial, terpilih, berwibawa, memiliki kelebihan sehingga
mampu memotivasi serta mempengaruhi individu atau kelompok untuk hal-hal tertentu.

2.1.2 Pengertian Kepemimpinan

Anagora (1992) dalam Harbani (2008:5) mengemukakan, bahwa kepemimpinan


adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan maksud untukmenggerakkan orang-orang agar dengan penuh
pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.
Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkanberbagai tugas yang
berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.

Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan


tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai
tujuan bersama; dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi,
memelihara danmengembangkan budaya organisasi (Stogdill
dalam Stoner dan Freeman 1989: 459-460). Unsur-unsur kepemimpinan menurut Stogdill
adalah:

a. Adanya keterlibatan anggota organisasi sebagai pengikut.

b. Distribusi kekuasaan di antara pemimpin dengan anggota organisasi.

c. Legitimasi diberikan kepada pengikut.

d. Pemimpin mempengaruhi pengikut melalui berbagai cara.

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain


agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan
diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar secara
serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian tujuannya.
Kepemimpinan juga merupakan proses menggerakkan grup atau kelompok dalam arah yang
sama tanpa paksaan.

Dari pengertian di atas, maka pemimpin pada hakikatnya merupakan seorang yang
mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain sekaligus
mampu mempengaruhi orang tersebut untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.

2.2 Budaya Organisasi

2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisai adalah sistem nilai, norma-norma aturan, falsafah kepercayaan


dan sikap yang dianut bersama para anggota yang berpengaruh terhadap pola kerja
serta pola manajemen organisasi. Budaya organisasi tercermin pada pola pikir,
berbicara dan prilaku yang konsisten pada anggota/ karyawan yang terlibat atau terikat dalam
pengelolaan organisasi. Misalnya cara mengambil keputusan, cara berkomunikasi dan
cara berinteraksi dalam lingkungan internal maupun eksternal organisasi.

Terdapat kesepakatan luas bahwa budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian
bersama yang dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang
membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya.

2.2.2 Pentingnya Budaya Organisasi

Budaya organisasi sangat berpengaruh pada efektifitas organisasi, karena


hal tersebut berpengaruh pada perilaku anggota atau individu kelompok dalam
pencapaian prestasi untuk mewujudkan tujuan orgnisasi tersebut.

Budaya yang ada dalam suatu organisasi ada yang kuat ada yang lemah. Suatu
budaya yang kuat ditandai oleh nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh dan
disepakati secara luas. Semakin banyak anggota organisai yang menerima nilai-nilai inti
dan semakin besar komitmen mereka terhadp nilai tersebut, samakin kuat budaya
organisasi.

Sedangkan budaya organisasi yang lemah tercermin pada kurangnya


komitmen anggota terhadap nilai-nilai dan kepercayaan serta sikap bersama yang
biasa dilakukan atau disepakati. Sejalan dengan pernyataan ini, suatu budaya
organisasi yang kuat jelas sekali akan memiliki pengaruh yang besar dalam sikap anggota
organisasi dibandingkan dengan budaya yang lemah.
2.2.3 Pembentukan dan Pengelolaan Budaya Organisasi

Pengelolan budaya tidak saja diarahkan pada penciptaan budaya produktif, tetapi
juga berupaya merekayasa dan mengubah budaya negatife yang menjadi counterproduktive
dalam upaya mencapai efektifitas organisasi. Upaya pengubahan budaya tersebut menjadi
tanggungjawab bersama di bawah kendali pemimpin organisasi.

Mengubah budaya bukan pekerjaan yang mudah karena budaya terkait dengan
self reinforcing, namun pemimpin dapat melakukan perubahan melalui manajemen,
yaitu dengan menetapkan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi yang
dipandu oleh nilai-nilai yang diinginkan.
Dalam mengubah budaya negatif, seorang pemimpin harus memahami bahwa
budaya organisasi (system dari nilai bersama, kepercayaan, dan norma-norma) adalah
produk dari interaksi antara proses seleksi, fungsi manajerial, prilaku organisasi,
struktur dan proses lingkungan yang lebih luas sebagai tempat organisasi berada dan
proses pemindahan. Kultur dalam setiap organisasi merefleksi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan aktivitas pengendalian.

Pengubahan budaya organisasi diarahkan pada pencapaian efektifitas organisasi


yang tinggi. Apabila budaya dirasakan menghambat gerak langkah anggota karena
terdapat beberapa tatacara yang tidak relevan lagi dengan tuntutan kerja masa kini.
Pimpinan harus responsive menata manajemen guna mencapai efektifitas organisasi.

2.3 Pemimpin Yang Kultural

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang selalu mendedikasikan dirinya untuk kepentingan
umum, ia senantiasa berupaya untuk menjadi contoh dan teladan yang terdepan, agar setiap
orang yang dipimpinnya terdorong untuk melakukan hal-hal yang benar. Kesadaran pemimpin
akan hal ini perlu untuk selalu ditumbuhkan melalui kepekaan nurani yang bersih yang ada
pada setiap diri pemimpin, mengingat budaya kita lebih pada budaya paternalistik di mana
rakyat selalu melihat dan meniru apa yang dilakukan oleh pemimpinnya.

Kepemimpinan Kultural sangat terkait dengan budaya atau tradisi organisasi. Perilaku yang
diterapkan akan mewarnai budaya organisasinya baik dengan menemukan berbagai budaya
baru (inovatif) maupun dengan mempertahankan (maintenance) berbagai budaya lama yang
sudah ada. Beberapa ciri dari Kepemimpinan Kultural antara lain :

1. Memiliki visi dan misi yang mengarah pada ideologi baik yang radikal dengan mengubah
budaya yang sudah ada maupun konservatif dengan memepertahankan budaya sebelumnya.

2. Kualitas pribadi, dimana pemimpin memiliki rasa percaya diri, kepribadian yang dominan,
ekspresif atau sebaliknya percaya pada kelompok, fasilitator dan persuasif.

3. Perilaku kepemimpinan, dimana pemimpin memberikan peran yang efektif kepada


bawahan, pandai memotivasi, selalu meningkatkan rasa percaya diri pegawai, memperhatikan
kompetensi bawahan, pandai mengartikulasikan idiologi, dan menyerukan cita-cita yang tinggi.
4. Tindakan administratif yang mengarah pada perubahan struktur organisasi dengan
strategi-strategi baru atau memperkuat struktur yang ada dengan mengubah struktur sedikit
demi sedikit.

5. Penggunaan nilai/tradisi dengan menciptakan berbagai tradisi baru atau meneruskan


tradisi yang sudah ada yang dinilai baik.

6. Para pengikut memiliki kepercayaan bahwa pimpinan memiliki berbagai kemampuan yang
luar biasa yang dibutuhkan terutama pada saat krisis atau transisi.

Melihat perspektif diatas, maka pemimpin kultural adalah pemimpin yang mempunyai ideologi
keperpihakan terhadap budaya atau nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya. Jika nilai itu sudah
kurang menarik atau cendrung menghambat ia akan memodifikasinya tanpa merubah identitas
aslinya sehingga akar jatidiri budayanya tidak akan hilang.

Kepemimpinan kultural sangat terkait dengan budaya organisasi. Trice & Beyer telah
menformulasikan sebuah model kepemimpinan yang membandingkan
perubahan budaya dan kepemimpinan yang mempertahankan budaya. Kondisi dan
kemampuan kepemimpinan tersebut menciptakan sebuah kesan mengenai kompetensi,
mengartikulasikan idiologi, mengkomunikasikan pendirian yang kuat dan harapan-
harapan yang tinggi serta kepercayaan terhadap pengikutnya, bertindak sebagai model
peran dan selain itu memotivasi komitmen pengikut terhadap sasaran-sasaran dan strategi
organisasi.

Pemimpin yang mempertahankan kultural menegaskan nilai-nilai dan tradisi yang


berlaku dan cocok bagi keberhasilan secara terus menerus dari organisasi
tersebut, dan hanya membuat perubahan sedikit demi sedikit dalam strategi tersebut.
Sebaliknya kepemimpinan yang melakukan inovasi cultural mengajukan sebuah idiologi dengan
nilai-nilai baru untuk menghadapi sebuah krisis yang serius.

Sebagai salah satu contoh konkrit mengenai pemimpin yang memiliki sifat kultural adalah Umar
bin Khatab, ketika ia dicerca secara langsung oleh warganya yang menderita kelaparan, Umar
menangis dan kemudian memanggul sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada
warganya tadi dan ia selalu intropeksi diri atas segala apa yang ia perbuat untuk rakyatnya,
Umar juga sosok yang senang mendapat kritikan, padahal ia dikenal sebagai pemimpin yang
keras dan tegas, misalnya ia tersenyum dan bangga pada seorang pemuda yang mengancamnya
dengan kata-kata yang keras “jika Umar menyimpang maka akan aku luruskan dengan
pedangku”. Umar juga pernah mendapat kritikan yang mengarah pada dugaan bahwa ia telah
melakukan korupsi melalui kekuasaan yang ia miliki dan kritikan itu datang dari seorang
Abdurahman bin ‘Auf “ hai Umar, aku tidak akan mendengar Khutbahmu sebelum engkau
jelaskan tentang baju yang kamu pakai”, luar biasa umar menjawab dengan santun mengenai
kritikan itu, yang membuat semua orang terpuaskan dengan jawabannya, padahal bisa saja
Umar menghukum setiap orang yang mengkritik dan mencercanya dengan kekuasaan yang ia
miliki, tapi Umar adalah pemimpin yang bijak yang memiliki sifat kultural yang baik, yang
menempatkan kekuasaan adalah “amanah dan hukum adalah panglima untuk
menyelenggarakan kesejahteraan dan keadilan bagi setiap masyarakat. Umar juga seorang
pemimpin yang tidah pernah kompromi dengan segala bentuk KKN, Umar menolak dengan
tegas usulan para penasihatnya agar mengangkat salah seorang putranya untuk menjadi
pejabat pada pemerintahan yang ia pimpin.

2.4 Langkah-langkah Menjadi Pemimpin yang Kultural

Menurut Schein (19921) para pemimpin mempunyai potensi paling besar dalam
menanamkan dan memperkuat aspek budaya dengan lima langkah yaitu

1. Perhatian (attentiona1), para pemimpin mengkomunikasikan prioritas-prioritas


nilai perhatian melalui pilihan mereka mengenai sesuatu untuk menanyakan, mengukur,
memberi pendapat, memuji, mengkritik. Hal tersebut dikomunikasikan selama kegiatan
memantau dan merencanakan.

2. Reaksi terhadap krisis, krisis ini disignifikansikan karena emosionalitas disekelilingnya,


meningkatkan potensi untuk mempelajari nilai-nilai dan asumsi.

3. Pemodelan peran, karena pemimipin dapat mengkomunikasikan nilai-nilai


dan harapan melalui tindakan mereka sendiri khususnya tindakan yang
memperlihatkan kesetiaan yang istimewa, pengorbanan diri dan pelayanan yang melebihi
apa yang ditugaskan.

4. Alokasi imbalan, criteria yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan imbalan
seperti peningkatan upah atau promosi yang
mengkomunikasikan apa yang dinilai oleh pemimpin dan organisasi tersbut.
Pengakuan formal dan pujian yang tidak formal mengkomunikasikan juga perhatian serta
prioritas seorang pemimpin.

5. Kriteria menseleksi dan memberhentikan, para pemimpin dapat


mempengaruhi budaya dengan merekrut orang-orang yang mempunyai nilai,
keterampilan dan cirri-ciri tertentu dengan mempromosikan mereka dengan posisi
kekuasaan.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan

Pemimpin merupakan pribadi yang spesial, terpilih, berwibawa, memiliki kelebihan sehingga
mampu memotivasi serta mempengaruhi individu atau kelompok untuk hal-hal tertentu.

Kepemimpinan kultural sangat terkait dengan budaya organisasi. Pemimpin kultural adalah
pemimpin yang mempunyai ideologi keperpihakan terhadap budaya atau nilai-nilai yang sudah
ada sebelumnya. Jika nilai itu sudah kurang menarik atau cendrung menghambat ia akan
memodifikasinya tanpa merubah identitas aslinya sehingga akar jatidiri budayanya tidak akan
hilang.

Pada hakikatnya budaya adalah kesatuan nilai dan asumsi yang dipegang oleh kesatuan sumber
daya manusia. Budaya juga merupakan sebuah sistem progresif yang terus berkembang.
Berbeda dengan peraturan yang bersifat kognitif, budaya pada umumnya lebih mengakar dan
lebih berpengaruh pada tingkah laku karyawan. Mengingat bahwa organisasi adalah kesatuan
sebagai suborganisasi, maka selalu ada kemungkinan bahwa budaya yang dominan di bagian-
bagian tertentu bisa berbeda dengan budaya yang dominan di bagian lainnya.

Budaya organisasi dapat diperkuat dengan mewariskan nilai inti dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Organisasi dapat mencapai efektivitas hanya ketika karyawan-karyawannya berbagi
nilai. Nilai dari tenaga kerja yang semakin beragam dibentuk jauh sebelum seseorang memasuki
organisasi. Oleh karena itu merekrut, memilih, dan mempertahankan karyawan yang nilainya
paling cocok dengan nilai perusahaan merupakan hal yang penting.

Ditingkat berikutnya, budaya organisasi terdiri dari kepercayaan, dan nilai-nilai. Ditingkatan
yang paling dalam, budaya organisasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
permasalahan dalam organisasi. Asumsi dasar ini biasanya mendasari kepercayaan dan niali-
nilai anggota organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/56862890/Kepemimpinan-Kultural-Dalam-Organisasi

http://mazhabpakupatan.blogspot.com/2008/12/pemimpin-kultural.html

http://www.geocities.ws/endang.komara/Pemimpin_dan_Pembentukan_Budaya_Organisasi.htm

http://byrifos.blogspot.com/2012/01/gaya-kepemimpinan-budaya-organisasi.html

http://dakwah-lkimbunm.blogspot.com/2012/01/gaya-kepemimpinan-kultural-solusi.html

http://www.kemalstamboel.com/blog-manajemen/membangun-pemimpin-berkarakter.html
MAKALAH
PEMIMPIN MULTIKULTURAL
KEPEMIMPINAN STRATEGI

DISUSUN OLEH :
AYU HAKERI (175210895)

FEBRIAN DWI ARISANDI

HELENA PUSPITA

JIHAN

FAKULTAS EKONOMI
T.A 2019/2020
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Anda mungkin juga menyukai