Dosen Pengampu:
Nur Laila, M.Pd
Disusun Oleh :
SITI ZAENAB
MINATUL BADIAH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi sempurnanya penyusunan makalah ini di
masa yang akan datang. Semoga Allah SWT Membalas dan Melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam
penyusunan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta bagi
pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................ 8
B. Penutup ..................................................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak dari lahir hingga mati manusia tidak akan dapat hidup sendiri dan
tak akan lepas dari yang namanya hubungan saling bantu membantu antar
manusia oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial yang dalam
kehidupannya saling berkelompok.
Dalam suatu kelompok pastilah ada salah satu diantara beberapa orang
tersebut untuk dijadikan sebagai pacuan atau sebagai panduan dalam menghadapi
semua masalah-masalah yang mungkin timbul dalam realita kehidupan. Dimana
orang tersebut diharapkan mampu memimpin dirinya sendiri keluarga dan
anggota – anggotanya ke jalan yang baik. Disinilah dituntut kearifan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan
baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kepemimpinan Pendidikan Yang Profesional ?
2. Bagaimana Ciri-Ciri Kepemimpinan Masa Depan ?
3. Bagaimana Kepemimpinan Yang Efektif Dalam Penentuan Kebijakan ?
4. Bagaimana Kompetensi Kepemimpinan Kepala Sekolah ?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk Mengetahui Kepemimpinan Pendidikan Yang Profesional.
2. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Kepemimpinan Masa Depan
3. Untuk Mengetahui Kepemimpinan Yang Efektif Dalam Penentuan
Kebijakan
4. Untuk Mengetahui Kompetensi Kepemimpinan Kepala Sekolah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung : Remaja Rosdakarya
1991), hlm. 86
2
Miftah, Toha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta 2003: PT Raja Grafindo), hlm. 5
3
Kusnandar. Guru Profesional. (Jakarta 2007: PT Raja Grafindo), hlm.46
4
Musakabe, Herman. Mencari Kepemimpinan Sejati, di Tengah Krisis dan Reformasi. ( Jakarta :
Penerbit Citra Insan Pembaru 2004 ), hlm. 182
v
karyawannya, tetapi ikut berperan serta, bekerja, atau terlibat dalam
seluruh pekerjaan.
2. Jangan jadikan kerajaan.
Pemimpin yang bijaksana berarti (seakan-akan) Kita telah mempunyai
bakat untuk menduduki posisi tersebut. Tapi ingat, jangan ciptakan sebuah
kerajaan. Pemimpin yang secara kebetulan jadi bos, sering juga secara
kebetulan membentuk suatu sistem aturan yang tidak perlu dan terlalu
mengekang. Aturan bagi karyawan memang perlu, tapi tak perlu
berlebihan.
3. Selalu terbuka mencari bentuk baru.
Salah satu kunci keberhasilan dari menjalankan bisnis adalah mengulang-
ulang sesuatu yang terbukti berhasil. Masalahnya, seorang pemimpin yang
secara kebetulan jadi pemimpin, cenderung terus saja mengulang metode
tadi dan tak berani melakukan terobosan baru. Sebaliknya, pemimpin
sejati mengakui keberhasilannya tetapi juga menyadari bahwa selalu ada
jalan lain untuk membuat sesuatu lebih baik lagi.
4. Kepribadian kuat & tanggung jawab.
Memang benar Kita yang memegang kekuasaan. Tapi itu tak berarti Kita
boleh melakukan apa saja tanpa memikirkan tanggung jawabnya. Jangan
hanya menuntut bawahan untuk menyelesaikan tugas dengan baik, tapi
Kita pun harus memberi contoh yang baik. Jangan lupa, Kita adalah
panutan mereka.
5. Menuntaskan pekerjaan.
Banyak pemimpin berkata, “permainannya” telah selesai. Padahal, seorang
pemimpin sejati, tidak akan pernah merasa selesai bekerja. Tiap hari pasti
ada masalah baru yang harus segera dituntaskan. Entah komplain dari
klien atau bawahan yang membuat ulah.
6. Beri penghargaan selayaknya.
Pemimpin sejati harus mempunyai tangan yang kuat sepertisi Popeye
setiap kali habis makan bayam. Prestasi yang baik menuntut timbal baik
yang riil. Pemimpin yang mempunyai mata jauh ke depan sangat dikagumi
dan dihargai, tetapi haruslah dengan sesuatu tindakan yang nyata pula,
vi
misalnya memberi promosi, bonus, dan bentuk penghargaan yang nyata
atas prestasi karyawan.
7. Tak berhenti belajar.
Jauh sebelum para eksekutif ber-pendapat bahwa keahlian memimpin
berasal dari semacam anugerah yang menakjubkan, tetap saja seorang
pemimpin yang dapat dipercaya juga berarti harus terus dan banyak
belajar.
5
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), 152
vii
Merumuskan masalah
penerapan keputusan
Evaluasi keputusan
b. Gaya pengambilan keputusan, Gaya adalah kebiasaan yang dipelajari.
Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh
dimensi: Cara berpikir, terdiri dari:
Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
Toleransi terhadap ambiguitas
Kebutuhan yang tinggi untuk menata informasi dengan cara
meminimalkan ambiguitas
Kebutuhan yang rendah untuk menata informasi, sehingga dapat
memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
6
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005),
106
viii
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
ix
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan
tindak lanjutnya.
3. Kompetensi kewirausahaan, meliputi:
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang efektif.
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah.
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah.
e. Memiliki naluri kewirausahaan dan mengelola kegiatan produksi atau
jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.
4. Kompetensi supervise, meliputi:
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
5. Kompetensi sosial, meliputi:
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.7
7
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Educa, 2010), 117-
118.
x
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan
sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan
sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka
mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak
terpaksa.
Profesionalisme adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi
untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang
bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dapat tercapai secara
berkesinambungan.
2. Pengambilan kebijakan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter
bagi seorang pemimpin. Untuk mengetahui baik tidaknya kebijakan yang
diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya,
melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
3. Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan
seseorang ketika melakukan sesuatu. Memahami visi dan misi serta
memiliki integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala
sekolah harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat
mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan benar
B. PENUTUP
Demikian makalah ini kami sampaikan, semoga semakin menambah
wawasan kepada kita mengenai kemampuan profesional pemimpin pendidikan.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Kartini, Kartono. Dr. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 1998
xii