NAMA KELOMPOK :
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang telah memberi kemudahan
dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Perilaku keorganisasian di
Universitas Mahasaraswati Denpasar,
Walupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai manusia biasa
yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat mengharapkan bimbingan dan kritik
dari berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat menyempurnakan segala kesalahan dan
kekurangan dari makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang mampu membangkitkan jiwa kami, sangat diharapkan. Mudah-mudahan
makalah ini mamapu memberi manfaat serta menunjang ilmu pengetahuan bagi penullis
khususnya dan bagi para generasi yang akan datang.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar belakang masalah.................................................................................. 1
B. Batasan Masalah............................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
D. Tujuan............................................................................................................ 2
E. Manfaat.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
A. Definisi Budaya Organisasi............................................................................ 3
B. Sumber dan Proses Penciptaan Budaya Organisasi....................................... 3
C. Karaktiristik Budaya Organisasi.................................................................... 4
D. Fungsi Budaya Organisasi.............................................................................. 4
E. Budaya Organisasi Sebagai Hambatan.......................................................... 5
F. Penciptaan Budaya Organisasi Yang Etis Model Peran Yang Visibel.......... 5
G. Ciri - Ciri Budaya Organisasi......................................................................... 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 9
A. Kesimpulan.................................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................................... 9
C. Daftar Pustaka................................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap organisasi mempunyai budayanya masing-masing yang menjadi ciri khas suatu
organisasi. Budaya sebuah organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam
organisasi tersebut karena budaya yang baik akan dapat memberikan kenyamanan yang
kemudian menunjang peningkatan kinerja anggotanya. Sebaliknya, budaya organisasi yang
kurang baik atau yang kurang sesuai dengan pribadi anggotanya akan memicu penurunan
kinerja setiap anggota.
Dewasa ini banyak perusahaan yang mengubah budayanya agar dapat menunjang
kemajuan perusahaan tersebut. Hal ini semakin membuktikan bahwa budaya suatu
organisasi dapat sedemikian mempengaruhi sebuah organisasi. Keberlangsungan suatu
organisasipun sedikit- banyak terpengaruh oleh budaya organisasi. Sebagai contoh, budaya
nepotisme di suatu organisasi atau perusahaan sudah tentu akan mengantarkan organisasi
atau perusahaan tersebut ke gerbang kehancuran. Bagaimana tidak, dengan merekrut orang-
orang yang hanya satu ras saja atau satu keluarga dalam perusahaan tersebut tanpa merujuk
pada prestasi, kredibilitas, kemampuan serta kesetiaan pada perusahaan sudah pasti akan
menurunkan kualitas suatu perusahaan yang lama kelamaan akan tersingkir oleh
perusahaan lain yang lebih merekrut karyawan dengan kualitas yang baik tanpa melihat ras,
agama atau warnakulit.
Namun, dalam hal menciptakan serta menumbuhkan sebuah budaya organisasi tidak
hanya bertitik tumpu pada kenyamanan anggota saja. Ada banyak faktor-faktor lain yang
harus diperhatikan. Diperlukan pemikiran yang matang untuk dapat menciptakan dan
menumbuh- kembangkan budaya yang akan dapat berdampak baik perusahaan.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat lebih terarah dan tidak memasuki ranah yang tidak
semestinya, maka penelitian ini kami batasi dan hanya berfokus pada Budaya Organisasi
yang ada dalam dunia kerja.
1
C. Rumusan Masalah
Berpijak pada latang belakang masalah yang telah kami paparkan di atas, maka
rumusan masalah yang ada adalah: Bagaimanakah cara menciptakan budaya organisasi
yang baik, etis serta dapat menunjang peningkatan kinerja karyawan?
D. Tujuan
- Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai budaya yang ada di suatu
perusahaan
E. Manfaat
Membantu para pekerja untuk dapat berbudaya dengan baik di dalam lingkungan
pekerjaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada begitu banyak definisi mengenai Budaya organisasi, salah satunya adalah seperti
yang dikemukakan oleh Michael Amstrong dalam bukunya yang berjudul Handbook of
Human Resource Management Practice bahwa Budaya organisasi adalah nilai, norma,
keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam
organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan. Selain itu, adapula
ahli yang mendeskripsikan bahwa budaya organasasi merupakan sebuah pola asumsi dasar
yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan dalam berperilaku berorganisasi, dimana akan diturunkan kepada anggota baru
sebagai cara bagaimana melihat, berpikir, dan merasa dalam organisasi.
Seorang ahli lain pula mendeskripsikan budaya organisasi sebagai sebuah sistem aturan
informal yang menjelaskan bagaimana seseorang berperilaku dalam sebagian besar
waktunya di dalam sebuah organisasi. Dari beberapa definisi tersebut, penyusun mencoba
menarik kesimpulan bahwa budaya organisasi merupakan suatu habbit atau kebiasaan atau
tata cara yang biasanya dilakukan oleh hampir seluruh anggota organisasi/perusahaan
dimana tata cara tersebut tidak tertulis namun telah melekat erat pada setiap anggotanya
dan merupakan ciri khas organisasi tersebut.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada
di sebuah perusahaan dewasa ini merupakan suatu hasil dari apa yang telah dilakukan oleh
anggota- anggota sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa
lalu. Hal ini merujuk pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.
Para pendiri perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
suatu budaya organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
3
karyawan untuk mengidentifikasi diri dan dengan demikian menginternalisasi
keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut.
Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk
bersikap inovatif dan berani mengambilrisiko.
Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada
teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasiltersebut.
Batas
Identitas
4
Komitmen
Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial
yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar
mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta
kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan. Fungsi
terakhir inilah yang paling menarik. Sebagaimana dijelaskan oleh kutipan berikut,
budaya mendefinisikan aturan main:
Merekrut karyawan baru yang, karena faktor ras, usia, jenis kelamin,
ketidakmampuan, atau perbedaan-perbedaan lain, tidak sama dengan mayoritas
anggota organisasi lain akan menciptakan sebuah paradoks.
Mengomunikasikan harapan yang etis adalah salah satu cara menciptakan budaya
organisasi yang etis. Karyawan akan melihat perilaku manajemen puncak sebagai acuan
standar untuk menentukan perilaku yang semestinya diambil.
5
Komunikasi harapan etis
Pelatihan etis
Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi
inovatif dan mengambil resiko
Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada
teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasiltersebut.
Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya
individu.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh
gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk
perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu,
bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku
(Robbins, 1996 : 289)
6
Mempertahankan Budaya Organisasi
Mempertahankan budaya organisasi merupakan suatu perilaku yang mudah. Sekali suatu
budaya terbentuk, praktik-praktik di dalam organisasi bertindak mempertahankan budaya
dengan memberikan kepada para karyawan seperangkat pengalaman yang serupa.
Robbins (2003) menyatakan bahwa terdapat tiga kekuatan yang merupakan bagian yang
sangat penting dalam mempertahankan budaya organisasi, yaitu:
Praktik Seleksi
Tujuan utama dari proses seleksi adalah mengidentifikasi dan mempekerjakan individu-
individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dengan sukses di dalam suatu organisasi. Proses seleksi memberikan informasi
kepada para pelamar mengenai organisasi itu. Para calon belajar mengenai organisasi
yang akan dimasuki, dan jika mereka merasakan suatu konflik antara nilai mereka dengan
nilai organisasi, maka mereka dapat menyeleksi diri keluar dari kumpulan pelamar. Oleh
karena itu, seleksi menjadi jalan dua-arah, dengan memungkinkan pemberi kerja atau
pelamar untuk memutuskan kehendak hati mereka jika tampaknya terdapat kecocokan.
Dengan cara ini, proses seleksi mendukung suatu budaya organisasi dengan menyeleksi
keluar individu-individu yang mungkin menyerang atau menghancurkan nilai-nilai
intinya.
Manajemen Puncak
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak besar pada budaya organisasi.
Lewat apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka berperilaku, eksekutif senior
menegakkan norma-norma yang mengalir ke bawah sepanjang organisasi, misalnya
apakah pengambilan risiko diinginkan, berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan
oleh para manajer kepada bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas dan tindakan
apakah akan dihargai dalam kenaikan upah, promosi, dan ganjaran lain.
Sosialisasi
Tidak peduli betapa baik yang telah dilakukan suatu organisasi dalam perekrutan dan
seleksi, karyawan baru tidak sepenuhnya diindoktrinasi dalam budaya organisasi itu.
Yang paling penting, karena para karyawan baru tersebut tidak mengenal baik budaya
organisasi yang ada. Oleh karena itu, organisasi tampaknya akan berpotensi membantu
karyawan baru menyesuaikan diri dengan budayanya. Proses penyesuaian ini disebut
sosialisasi.
Sosialisasi dapat dikonsepkan sebagai suatu proses yang terdiri atas tiga tahap yaitu:
1. Tahap prakedatangan: yaitu periode pembelajaran di mana proses sosialisasi yang
dilakukan sebelum karyawan baru bergabung dalam organisasi.
7
2. Tahap perjumpaan: yaitu tahap dalam proses sosialisasi di mana karyawan baru
melihat apa yang sesungguhnya organisasi itu dan persimpangan yang mungkin
dan kenyataan yang ada.
3. Tahap metamorfosis: yaitu tahap dalam proses sosialisasi di mana karyawan baru
berubah dan menyesuaikan pekerjaan kelompok kerja dan organisasi.
1. Cerita
Cerita-cerita ini khususnya berisi dongeng dari peristiwa mengenai pendiri
organisasi, pelanggaran aturan, sukses dari miskin ke kaya, pengurangan angkatan
kerja, lokasi karyawan, reaksi terhadap kesalahan masa lalu, dan mengatasi masalah
organisasi. Cerita-cerita ini menghubungkan masa kini, masa lampau dan
memberikan penjelasan dan pengesahan untuk praktek-praktek dewasa ini.
2. Ritual
Ritual merupakan deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan
memperkuat nilai-nilai utama organisasi, tujuan apakah yang paling penting, orang -
orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan.
3. Lambang Materi
Lambang materi ukuran dan tata letak kantor, keanggunan perabot, penghasilan
tambahan eksekutif dan pakaian. Misalnya Tata letak dari perusahaan, tipe mobil
yang diberikan kepada eksekutif puncak. Lambang materi ini menyampaikan kepada
para karyawan siapa yang penting, sejauh mana egalitarianism yang diinginkan oleh
eksekutif puncak dan jenis perilaku. Misalnya : pengambilan resiko, konservatif,
otoritas, partisipatif, individu, sosial.
4. Bahasa
Dengan berjalannya waktu, organisasi-organisasi sering mengembangkan istilah
yang unik untuk mendeskipsikan peralatan kantor, personal utama, pemasok,
pelanggan atau produk yang berkaitan dengan bisnisnya. Karyawan baru sering
dibanjiri dengan akronim dan jorgan yang setelah enam bulan pada pekerjaan itu,
telah menjadi bagian dari bahasa mereka. Sekali diserap, peristilahan ini bertindak
sebagai suatu sebutan persamaan yang menyatukan anggota-anggota dari suatu
budaya atau sub-budaya tertentu.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa budaya organisasi merupakan
elemen penting dalam suatu perusahaan karena merupakan ciri khas suatu perusahaan.
B. Saran
C. Daftar Pustaka
http://www.sarjanaku.com/2012/07/pengertian-budaya-organisasi-
definisi.htmlhttp://www.psychologymania.com/2013/01/indikator-budaya-
organisasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_organisasi