Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Makalah ini dibuat dengan judul “Gugatan
Sederhana”, dibuat dengan harapan dapat memberikan informasi terkait gugatan sederhana dan
implementasinya dalam pengadilan Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih banyak pada
dosen pengampu, yang memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan. Penulis mengucapkan terima kasih pada orang tua dan
anggota keluarga, yang menjadi motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
Terakhir penulis menyampaikan terima kasih pada teman – teman, yang sudah membantu
penulis dan menyemangati untuk menyelesaikan penelitian ini. Keterbatasan penulis membuat
penelitian ini, masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah dibutuhkan.

23 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5

2.1 Gugatan ........................................................................................................................ 5

2.2 Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan .................................................................. 5

2.3 Gugatan Sederhana ...................................................................................................... 7

BAB 3 PEMBAHASAN ................................................................................................... 8

3.1 Gugatan Sederhana ..................................................................................................... 8

3.1.1 Penyelesaian Gugatan Sederhana ............................................................................. 8

3.2 Penerapan Gugatan Sederhana (Small Claim Court) dalam Penyelesaian Perkara Wanprestasi
di Pengadilan Negeri Selong ............................................................................................. 10

BAB 4 PENUTUP ........................................................................................................... 12

4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang berdaulat dan mempunyai tatanan hukum dalam
menjaga perdamaian, keamanan, dan norma kehidupan sehari – hari. Hukum ada sebagai penjaga
keadilan dan keseimbangan dalam masyarakat yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional
Indonesia. Hukum sebagai landasan dalam menjalankan sebuah negara, memiliki lembaga
peradilan yang bertujuan sebagap penjagaan dalam penegakan hukum dan keadilan. Tempat
penyelesaian suatu perjara atau permasalahan yang bersifat perdata atau tindak pidana, disebut
sebagai lembaga peradilan. Masyarakat sebagai individu atau manusia memiliki sifat individual
dan memiliki karakter yang berbeda – beda, perbedaan karakter dapat menyebabkan perselisihan
atau konflik dalam masyarakat. Perselisihan tersebut memiliki berbagai bentuk, salah satunya
merupakan perselisihan terkait sengketa. Dalam perselisihan sengketa, maka disebut sebagai
sengketa perdata dalam ranah hukum. Ketimpangan kewajiban dan hak dari pihak atau individu
yang terlibat dalam suatu perjanjian, yang berdampak pada kerugian nyata atau hilangnya
keuntungan yang diharapkan dalam suatu perjanjian, merupakan latar belakang dari terjadinya
sengketa perdata yang disebut sebagai wanprestasi atau cidera janji.

Penumpukan perkara dapat menjadi salah satu masalah terbesar dalam lingkungan
peradilan yang menyebabkan ketidakefektifan pelaksanaan peradilan yang sesuai dengan asas
trilogi peradilan sebagai dampak dari penumpukan perkara. Asas Trilogi Peradilan berisi biaya
ringan, cepat, dan sederhana. Kebijakan strategis dikeluarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
antisipasi masalah mengenai penumpukan perkata atau sengketa perdata dengan menerapkan
sistem gugatan sederhana sebagai adopsi dari penerapan small claim court di beberapa negara
yang salah satunya merupakan Amerika Serikat dan Australia. Mahkamah Agung Republik
Indonesia meregulasinya dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 2 Tahun 2015,
yang telah diundangkan pada tanggal 7 Agustus Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian
Gugatan Sederhana jo Perma Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Perma Nomor 2

1
Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana yang telah diundangkan pada
tanggal 20 Agustus 2019. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 mengenai rencana
pembangunan jangka menenga, pemerintah menetapkan keputusan dalam arah kebijakan dengan
tujuan memperbaiki substansi (materii) hukum, struktur (kelembagaan) hukum, dan kultur
(budaya hukum) melalui berbagai upaya (Friedman, 2004). Kepastian dan kebermanfaatan
hukum, merupakan upaya dalam pembaharuan hukum (Segama, 2016). Pengadilan memiliki
sifat independen, berintegritas, dan memberikan keadilan bagi seluruh masyarakat bahkan dari
semua lapisan masyarakat. Dalam penyelesaian permasalahan sengketa, memiliki hambatan yang
dikemukakan dalam penelitian Bank Dunia di Indonesia, sebagai berikut:

1. Penyelesaian sengketa pendagilan tingkat pertama yang tidak efisien


2. Jangka waktu penyelesaian yang lama
3. Biaya perkara yang tinggi
4. Serta biaya pengacara yang tinggi

Dalam Pasal 1 angka 1 PERMA Nomor 2 Tahun 2015 disebutkan Penyelesaian Gugatan
Sederhana diartikan sebagai tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata
dengan nilai gugatan materiil paling banyak Rp.200 juta yang diselesaikan dengan tata cara dan
pembuktiannya sederhana. Jangka waktu penyelesaian perkara ini tidak lebih dari 25 hari selain
itu, dua jenis perkara yang tidak bisa diselesaikan dalam Small Claim Court yakni perkara yang
penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan khusus dan perkara sengketa hak atas
tanah. Sistem ini mengenal dismissal process, dimana dalam sidang pendahuluan hakim
berwenang menilai dan menentukan apakah perkara tersebut masuk kriteria gugatan sederhana
dan apabila hakim berpendapat perkara bukanlah gugatan sederhana, maka dikeluarkan
penetapan perkara tidak berlanjut.

Secara teoritis Small Claim Court merupakan langkah yang tepat dalam membenahi
permasalahan terkait penumpukan perkara di peradilan. Kenyatannya penerapan sistem gugatan
sederhana belum menjadi pilihan, karena masyarakat mayoritas tidak tahu terkait gugatan
sederhana sehingga masyarakat tetap memilih menggunakan jalur litigasi konvensional dalam
penyelesaian sengketa.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan inti dari makalah ini sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan gugatan sederhana?


2. Bagaimana penerapan gugatan sederhana di dalam pengadilan negeri selong?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari dibentuknya makalah ini sebagai
berikut:

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan gugatan sederhana


2. Menjelaskan bagaimana penerapan gugatan sederhana di dalam pengadilan negeri selong

1.4 Manfaat Penelitian

Pengertian akan ilmu dan pemahaman akan ilmu dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang
berbeda dengan pemahaman yang berevolusi pada setiap perkembangan hidup kita, individu
yang memiliki banyak ilmu akan memiliki beragam pandangan terhadap pada setiap
permasalahan, pengambilan keputusan, dan penentuan tujuan. Dengan menambah ilmu kita akan
menerima informasi baru yang akan memberikan pengalaman, serta pemahaman baru. Maka dari
itu peneliti menentukan manfaat dari makalah ini sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis sebagai informasi dalam memahami pengertian dari gugatan,
gugatan sederhana, dan implementasi gugatan sederhana atau small claim court di
Indonesia.

2. Makalah dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi pembaca, tenaga pendidik, dan
perserta didik dalam mengeatahui ilmu hukum mengenai gugatan sederhana.

3. Manfaat Praktis, makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bacaan bagi pemerintah
untuk menganalisis kebijakan yang dipakai dalam pengadilan Indonesia, dalam mengatasi
permasalahan sengketa.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gugatan

Gugatan merupakan suatu tuntutan hak dari setiap orang atau pihak (kelompok) atau badan
hukum yang merasa hak dan kepentingannya dirugikan dan menimbulkan perselisihan, yang
ditujukan kepada orang lain atau pihak lain yang menimbulkan kerugian itu melalui pengadilan
(Hutagalung, 2011). Peraturan mengenai gugatan diatur dalam Pasa 118 HIR/Pasal 142 Rbg dan
Pasal 120 HIRL/Pasal 144 Rbg, merupakan peraturan gugatan di Indonesia. Gugatan dilakukan
dengan pengajuan surat gugatan yang ditandatangani oleh penggugat atau wakilnya, dalam surat
permintaan. Dalam praktinya surat permintaan disebut sebaga surat gugatan, dan bagaimana
mereka yang memiliki kekurangan atau buta huruf maka permintaan surat gugatan dilakukan
secara lisan yang disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang mempunyai wewenang
untuk mengadili perkara tersebut. Pengawasan dan pemantauan proses berjalannya perundang –
undangan serta penegakan hukum di Indonesia merupakan tugas utama dari badan yudikatif,
Mahkamah Agung. Uni Eropa mempunyai lembaga atau badan, yang berfungsi sebagai pembuat
hukum yang disebut sebagai Parlemen Eropa. Parlemen Eropa dipilih langsung oleh warga
negara sebagai pemilih dalam kegiatan pemilihan di Uni Eropa setiap 5 (lima) tahun sekali. 3
(tiga) peran utama Parlemen Eropa, sebagai berikut:

1. Legislatif
2. Pengawas
3. Anggaran

5
2.2 Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan

Asas merupakan dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat, di
dalam hukum acara perdata di Indonesia dikenala beberapa asas salah satunya merupakan asas
sederhana, cepat, dan biaya ringan. Kata sederhana adalah acara peradilan dilaksanakan dengan
jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Kata cepat menunjuk kepada jalannya peradilan
yang dilaksanakan dengan cepat tanpa adanya penundaan, karena pihak-pihak yang tidak
menghadiri persidangan membuat persidangan menjadi lama. Biaya ringan yaitu biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat. Makna dan tujuan asas peradilan asas sederhana, cepat dan
biaya ringan bukan hanya menitik beratkan unsur kecepatan dan biaya ringan, bukan berarti
dalam pemeriksaan perkara dilakukan seperti ban beredar (lopende ban), tak ubahnya seperti
mesin pembuat skrup. Di dalam penerapan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan
mempunyai nilai keadilan yang hakiki, tidak terlepas kaitannya dengan fungsi pelayanan, hakim
harus benar-benar menyadari dirinya sebagai pejabat yang mengabdi bagi kepentingan
penegakan hukum (Harahap, 2003). Prosedur yang panjang dalam pemeriksaan perkara perdata
tidak mencerminkan asas sederhana, cepat dan biaya ringan. Selain itu, penyelesaian yang
dihasilkan memposisikan adanya pihak menang dan pihak kalah yang saling berhadapan,
meskipun dituangkan dalam bentuk putusan hakim yang memiliki kekuatan hukum mengikat
bagi para pihak.

Salah satu asas keadilan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman adalah asas kemudahan, kecepatan, dan keekonomisan. Perangkat lunak
yang sederhana adalah perangkat lunak yang tidak rumit, jelas, dan mudah dipahami, merupakan
asas sederhana. Terlalu banyak formalitas yang rumit meninggalkan ruang untuk interpretasi
yang berbeda, memberikan sedikit kepastian hukum, dan membuat orang enggan membawa
kasus ke pengadilan. Singkatnya, terlalu banyak formalitas menjadi penghalang bagi
berfungsinya peradilan.

Sidang yang dipercepat akan memperkuat kekuatan pengadilan dan meningkatkan


kepercayaan publik di dalamnya. Biaya rendah dimaksudkan agar terjangkau oleh masyarakat
umum, tetapi biaya pengadilan yang besar dapat membuat pihak yang berkepentingan enggan
mengajukan klaim hak ke pengadilan. Proses pemeriksaan perkara melalui pengadilan yang
diuraikan di atas dianggap tidak efektif dan tidak efisien jika digunakan untuk menyelesaikan

6
sengketa yang memerlukan penyelesaian segera dan prosedur yang lebih sederhana sehingga
biayanya relatif lebih rendah dan hasilnya tidak win-win solution bagi para pihak. (win-win
solution), seperti perselisihan bisnis.

2.3 Gugatan Sederhana (Small Claim Court)

Mahkamah Agung melakukan penyempurnaan pada aturan sebelumnya dengan menerbitkan


PERMa Nomor 4 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas PERMA Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana, dimana Ketentuan Pasal 1 angka 1 dan Pasal 3 ayat
(1) diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Penyelesaian gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap


gugatan perdata dengan nilai gugatan materiil paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana.” PERMA Nomor 2
(dua) Tahun 2015 ini terdiri dari 9 (sembilan) BAB dan 33 (tiga puluh tiga) pasal, pada tahun
2019 Ketua Mahkamah Agung telah menetapkan Perma No. 4 Tahun 2019 tentang Perubahan
atas Perma No. 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana dan
diundangkan pada tanggal 20 Agustus 2019.

Baik negara dengan sistem hukum common law maupun negara dengan sistem hukum civil
law telah lama memiliki pengadilan klaim kecil. Bahkan meluas dan berkembang pesat di
negara-negara berkembang, termasuk di Amerika Latin, Afrika, dan Asia, serta di negara-negara
industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, dan Belanda. Pengadilan
didedikasikan untuk melindungi supremasi hukum dan memperluas akses keadilan untuk
menyelesaikan kasus secara efisien dan adil. Pengadilan klaim kecil digambarkan sebagai
pengadilan informal (di luar sistem pengadilan biasa) dengan pemeriksaan cepat untuk
memutuskan klaim ganti rugi atau utang dengan nilai klaim kecil menurut Black's Law
Dictionary (Fakriah, 2014). Adapun tujuan small claim court baik di negara Indonesia maupun di
Eropa adalah untuk dapat menyelesaikan perkara gugatan dengan waktu yang cepat, biaya murah
dan menghindari proses berperkara yang kompleks dan formal. Mekanisme beracara (prosedur)
small claim court bervariasi dari satu negara ke negara yang lain.

6
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Gugatan Sederhana

3.1.1 Penyelesaian Gugatan Sederhana

Ada berbagai langkah penyelesaian gugatan langsung yang harus dilakukan selama
persidangan. Dalam Perma No. 2 Tahun 2015 dan Perma No. 4 Tahun 2019, masing-masing
diatur mengenai tata cara dan tata cara pelaksanaan hukum acara. Pemeriksaan dimulai
dengan pengajuan gugatan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang mengadili
perkara, dan diakhiri dengan pembacaan putusan hakim. Panitera terlebih dahulu
mengevaluasi kualifikasi perkara dengan memeriksa dan menilai apakah pengaduan itu
dapat diselidiki dengan menyelesaikan gugatan sederhana atau yang diselidiki dalam acara
perdata biasa. Perkara tersebut akan dilanjutkan dengan pemeriksaan pendahuluan jika
ternyata merupakan pokok gugatan sederhana; sebaliknya, jika tidak, Ketua Pengadilan
Negeri akan mengeluarkan penetapan pemberhentian (permulaan).

Berdasarkan (Republik Indonesia, 2015) menurut Pasal 5 ayat (2) Perma Nomor 2
Tahun 2015 dan Perma Nomor 4 Tahun 2019, langkah dan alur hukum acara dalam
penyelesaian perkara perkara sederhana adalah sebagai berikut:

1. Gugatan sederhana diperiksa dan diputus oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh
Ketua Pengadilan.
2. Tahapan Penyelesaian Gugatan Sederhana meliputi:
(1) Pendaftaran;
(2) Pemeriksaan kelengkapan gugatan sederhana;
(3) Penetapan Hakim Tunggal dan Penunjukan Panitera Pengganti;
(4) Pemeriksaan Pendahuluan;
(5) Penetapan Hari Sidang dan Pemanggilan Para Pihak;
(6) Pemeriksaan Sidang dan upaya perdamaian

8
(7) Pembuktian, dan
(8) Putusan.

Khusus mengenai pedaftaran gugatan, berdasarkan Perma No. 1 Tahun


2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sidang Eleketronik (e-court) yang mengatur
semua perkara didaftarkan melalui melalui e-court, baik itu perkara perdata biasa
maupun perkara gugatan sederhana. Terkait dengan itu, dalam Pasal 6A Perma
No. 4 Tahun 2019 menyebutkan: “Penggugat dan tergugat dapat menggunakan
administrasi perkara di pengadilan secara elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan”.

3. Penyelesaian gugatan sederhana paling lama 25 (dua puluh lima) hari sejak
hari sidang pertama.

Setelah perkara diputus pihak yang kalah dalam mengajukan penyelesaian upaya
hukum keberatan dilakukan dalam waktu 24 hari kerja. Jangka waktu dihitung sejak
pembacaan atau pemberitahuan putusan sampai dengan pemberitahuan putusan keberatan.
dengan perincian sebagai berikut:

1. Para pihak yang tidak setuju atau keberatan dengan hasil putusan, mengajukan
keberatan beserta alasan atau memori keberatan kepada Ketua Pengadilan Negeri
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak putusan tersebut dibacakan, atau
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pemberitahuan isi putusan. Apabila upaya
hukum keberatan diajukan lewat dari jangka waktu tersebut akan dinyatakan tidak
dapat diterima melalui Penetapan Ketua Pengadilan Negeri berdasarkan Surat
Keterangan Panitera.
2. Panitera memeriksa kelengkapan berkas permohonan keberatan dan menyerahkan
Memori Keberatan kepada Termohon paling lambat tiga (3) hari sejak permohonan
keberatan diajukan.
3. Termohon menyampaikan Kontra Memori Keberatan paling lambat tiga (3) hari sejak
menerima Memori Keberatan Pemohon.
4. Ketua Pengadilan menetapkan Majelis Hakim dalam waktu 1 (satu) hari setelah
permohonan dinyatakan lengkap.

9
5. Majelis Hakim mengucapkan putusan dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
Penetapan Majelis.
6. Panitera menyampaikan salinan Putusan Keberatan kepada para pihak paling lambat 3
(tiga) hari sejak putusan keberatan dibacakan.

3.2 Penerapan Gugatan Sederhana (Small Claim Court) dalam Penyelesaian Perkara
Wanprestasi di Pengadilan Negeri Selong

Sejak dikeluarkannya Perma No. 2 Tahun 2015 dan Perma No. 4 Tahun 2019, Pengadilan
Negeri Selong telah membuka dan memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan
untuk menyelesaikan permasalahannya melalui jalur gugatan sederhana. Dari tahun 2016 sampai
dengan bulan juli tahun 2020, jumlah perkara gugatan sederhana yang diajukan di Pengadilan
Negeri Selong sebanyak 94 perkara. Dari 94 jumlah perkara tersebut gugatan sederhana
klasifikasi Perbuatan Melawan Hukum (PMH) sebanyak 34 perkara dan klasifikasi wanprestasi
sejumlah 60 perkara. Berikut ini penulis sajikan dalam bentuk tabel jumlah keseluruhan perkara
gugatan sederhana di Pengadilan Negeri Selong sejak dikeluarkannya Perma No. 2 Tahun 2015
terakhir dirubah dengan Perma No. 4 Tahun 2019.

Klasifikasi Gugatan Total Ket


No Tahun Sederhana
Wanprestasi PMH
1. 2016 1 1
2. 2017 5 5
3. 2018 21 4 25
4. 2019 27 26 53
5. 2020 6 4 10 Sampai bulan
Juli 2020
Total 60 34
Tabel 1.1 Perkara Gugatan Sederhana di Pengadilan Negeri Selong dari Tahun 2016 – Juli 2020

Sumber: Kepaniteraan Pengadilan Negeri Selong

10
1. Pelaksanaan Putusan Gugatan Sederhana di PN Selong
Ketentuan Pasal 31 ayat (2) dan ayat (3) Perma Nomor 2 Tahun 2015 memberikan
petunjuk dan pedoman pelaksanaan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Putusan yang telah inkracht dilaksanakan secara sukarela, dan dalam hal ketentuan pada ayat
(2) tidak diikuti, putusan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata yang
bersangkutan. Kekurangan putusan atau eksekusi dalam gugatan langsung ini adalah
eksekusinya. Dinyatakan bahwa pihak yang menang harus bertemu terlebih dahulu dengan
pihak yang kalah sebelum melaksanakan keputusan. Merupakan kebiasaan bagi kedua belah
pihak untuk bersama-sama menjual agunan, misalnya untuk melunasi tunggakan yang
terutang oleh debitur, baik debitur maupun pihak yang kalah secara sukarela mengizinkan.
Ketika mereka tidak setuju dengan keputusan tersebut, masalah berkembang, memerlukan
pemberitahuan dan kadang-kadang meminta pengadilan untuk dieksekusi.
2. Efektivitas Gugatan Sederhana dalam Penyelesaian Perkara Wanprestasi di PN Selong
Berdasarkan Tabel 1.1, terdapat 60 klaim sederhana untuk klasifikasi default dan 34
klaim sederhana untuk klasifikasi PMH (Tabel 1.1). Jumlah perkara boleh dibilang masih
sedikit, tetapi jika jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun, dapat dikatakan bahwa
jumlah sengketa yang diselesaikan dengan jalur hukum langsung meningkat. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa Perma No 2 Tahun 2015 dan 4 Tahun 2019 sangat
membantu dalam membimbing hakim dalam penyelesaian gugatan langsung dan klasifikasi
wanprestasi yang diajukan ke Pengadilan Negeri Selong. Hal ini sesuai dengan tujuan uji
coba yang dibangun di atas prinsip kemudahan, kecepatan, dan keterjangkauan. Sembari
menunggu, penting untuk menilai dampak dari Perpres No. 4 tahun 2019 dan Perpres No. 2
Tahun 2015, khususnya.

11
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyelesaian perkara perdata melalui gugatan sederhana di Pengadilan Negeri Selong sangat
membantu masyarakat untuk menyelesaikan perkaranya dengan cara sederhana, cepat, dan biaya
ringan. Perma No. 2 Tahun 2015 dan Perma No. 4 Tahun 2019 menjadi terobosan baru dan
mengisi kekosongan hukum untuk menyelesaikan perkara-perkara sederhana yang sebelumnya
diselesaikan secara biasa. Gugatan sederhana bersifat limitative mengartikan jika salah satu
syarat yang telah ditentukan tidak dipenuhi makaperkara tersebut tidakdapat diselesaikan melalui
gugtan sederhana. Penyebarluasan Perma No. 2 Tahun 2015 dan Perma No. 4 tahun 2019 kepada
semua pihak, baik aparatur penegak hukum maupun masyarakat secara menyeluruh perlu
ditingkatkan. Agar masyarakat luas mengetahui adanya sistem dan tata cara penyelesaian
perkara-perkara yang lebih sederhana, cepat terselesaiakan, dan biaya lebih ringan daripada
proses peradilan biasa terhadap permasalahan-permasalahan hukum keperdataan khususnya
klasifikasi wanprestasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, V. N. (2018). Gugatan Sederhana dalam Sistem Peradilan di Indonesia (Small Claim
Lawsuit in Indonesia Justice System). Jurnal Penelitian Hukum: De Jure , 18 (3).

Fakhriah, E. L. (2014). Eksistensi Small Claim Court dalam Mewujudkan Tercapainya Peradilan
Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan. Repository UNPAD .

Friedman, L. (2001). American Law: An Introduction, Terjemahan Wishnu Basuki. Jakarta:


Tatanusa.

Harahap, M. Y. (2003). Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (No,7 Tahun
1989). Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Hutagalung, S. M. (2001). Praktik Peradilan Perdata. Jakarta: Sinat Grafika.

Purnawati, E. (2020). Penerapan Gugatan Sederhana (Small Claim Court) dalam Penyelesaian
Perkara Wanprestasi di Pengadilan Negeri Selong. JURIDICA: Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Gunung Rinjani .

Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penyelesaian Gugatan Sederhana

Republik Indoesia,Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Mahkamah AgungNomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian
Gugatan Sederhana

Segama, S. (2016). Analisa Konsep Keadilan, Kepastian Hukum dan Kemanfaatan dalam
Pengelolaan Lingkungan. Mazahib , 1.

Anda mungkin juga menyukai