Oleh :
I MADE BAGAS ADHITYA
2022010461052
Summary ......................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................
Latar Belakang Masalah .................................................
1.1. Rumusan Masalah ....................................................
1.2. Tujuan Penelitian .....................................................
1.3. Manfaat Penelitian ...................................................
1.6. Kerangka Teoritik ....................................................
1.7. Metode Penelitian ....................................................
1.8. Definisi Konsep .......................................................
1.9. Sistimatika Penulisan ...............................................
1.10. Desain Penelitian ...........................................................
1.11. BAB II ...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
1
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Undang- Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
2
Selanjutnya disingkat UUJN
3
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
dan kewenangan lainnya.
4
Kode etik profesi notaris dalam Pasal 1 Angka 2 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia ialah
seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya
akan disebut ”Perkumpulan” berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang
ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kode etik ini berlaku bagi serta
wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan
3
tugas jabatan sebagai notaris, termasuk di dalamnya para pejabat sementara notaris, notaris
pengganti dan notaris pengganti khusus.
5
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
menyebutkan bahwa kewenangan notaris adalah membuat akta. Di dalam Pasal 1870 dan 1871
fungsi akta autentik dalam hal pembuktian tentunya diharapkan dapat menjelaskan secara lengkap
dalam proses pembuktian di persidangan karena pada proses peradilan berdasarkan hukum acara
pidana di dalamnya terdapat proses pembuktian. Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2001), hlm. 23-24.
6
Grosee adalah salinan dari suatu pengadilan atau akta autentik (akta notaris) yang
mempunyai kekuatan eksekutorial, yang berarti bahwa grosse itu harus memakai kepala di atasnya
kata- kata “Demi Keadilan Berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa”, sebagaiman setiap vonis
pengadilan harus memakai kepala putusan kata-kata tersebut, berdasarkan pasal 4 Undang-Undan
Nomor 14 Tahun 1970 (L.N.1970 No.74 L.N. No.2951). Victor M.Situmorang dan Cormentyana
4
kutipannya, semua sepanjang akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada Pejabat atau orang lain.7
Sedangkan didalam perubahan Undang-undang Jabatan Notaris,
memberikan pengertian bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang ini atau berdasarkan Undang- undang
lainnya.8Artinya bahwa akta Notaris itu berkaitan secara langsung dengan
nilai martabat para pihak yang berjanji. Janji-janji yang telah dinyatakan
dalam akta merupakan cerminan kehendak yang tulus disampaikan oleh para
pihak.
Kebutuhan hukum dalam masyarakat dapat dilihat dengan semakin
banyaknya bentuk perjanjian yang dituangkan dalam suatu akta Notaris,
dimana Notaris merupakan salah satu pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksudkan
dalam Undang-undang.9
Mengetahui pentingnya tugas dan kedudukan Notaris di tengah-tengah
masyarakat dan kekuatan pembuktian dari akta otentik yang dibuatnya, dapat
dikatakan bahwa jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan. Jabatan
kepercayaan yang diberikan Undang-undang dan masyarakat ini mewajibkan
seseorang yang berprofesi sebagai Notaris bertanggung jawab untuk
Sitanggang, , Grosse Akta dalam Pembuktian dan Eksekusi,( Cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta, 1993),
hal 39
7
Peraturan Jabatan Notaris, Pasal 1 Stb 1860-31 disusun oleh GHS Lumban Tobing,
didalam Muchlis Fatahna dkk, 2003, Notaris Bicara Soal Kenegaraan, Watampone Pers, Jakarta, hal
253.
8
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
9
Santia Dewi dan R.M Fauwas Diradja, 2011, Panduan Teori dan Praktik Notaris,
Pustaka Yustika, Yogyakarta, hlm 9.
5
10
Mulyoto, Kesalahan Notaris dalam Pembuatan Akta Perubahan Dasar
Akhir akhir ini banyak Notaris yang dipanggil ke kantor polisi, baik
dalam kapasitasnya sebagai saksi atau diindikasikan menjadi tersangka,
maupun yang sudah berstatus sebagai tahanan POLRI.13 Notaris yang
melanggar hukum dalam melaksanakan jabatannya baik disengaja maupun
karena kelalaian kini tidak bisa tenang lagi. Pihak pihak yang merasa
dirugikan dapat membuat pengaduan ke Majelis Pengawas Notaris dan
kepolisan. Apabila Notaris mengabaikan tugas jabatannya dan keluruhandari
martabatnya dan melakukan pelanggaran terhadap undang-undang Nomor 2
Tahun 2014, tentang perubahan Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan peraturan perundag- undangan lainya
yang berlaku maka Majelis Pengawas dapat bertindak tegas mengenakan
sanksi. Bahkan dapat memberikan rekomendasi kepada MenteriHukum dan
Hak Asasi Manusia untuk mencabut izin operasionalnya. Kepada Notaris
yang bersangkutan tidak tertutup kemungkinan untuk dituntut ke pengadilan,
baik dalam perkara perdata maupun pidana.
Sebagai bukti dari pernyataan tersebut diatas ada contoh kasus yang
dikemukakan : Contoh Kasus
Notaris EA, SH, yang berkedudukan di Kota Bukitttinggi Provinsi
Sumatera Barat, yang ditahan oleh Polda Sumatera Barat pada hari selasa,
tanggal 4 Mei 2016, terkait kasus dugaan penggelapan sertifikat sebidang tanah
diKota Bukittinggi salah satu Aset PT.RT (dalam likuidasi). Notaris E A, SH
ditahan setelah melewati proses peyelidikan dan penyidikan, penyidik
mengumpulkan bukti-bukti dan keterangan-keterangan saksi sehingga cukup
13
Muchlis Patahna, Apa Akar Masalahnya Banyak Notaris Tersandung Kasus, RenvoiNomor
1.37.IV, Juni 2006, hlm 14.
7
14
Notaris dapat berhenti dan diberhentikan dari jabatannya baik diberhentikan secara
hormat, di berhentikan sementara dan juga diberhentikan secara tidak hormat. Dalam pasal 8
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris dijelaskan bahwa : 1. Notaris berhenti atau diberhentikan dari
jabatannya dengan hormat karena : a. Meninggal dunia b. Telah berumur 65 ( enam puluh lima )
tahun c. Permintaan sendiri d. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan
tugas jabatan notaris secara terus menerus lebih dari 3 ( tiga ) tahun; atau e. Merangkap jabatan
sebagaimana dimakhsud dalam pasal 3 huruf g 2. Ketentuan umur sebagaimana dimakhsud pada
ayat ( 1 ) huruf b dapat diperpanjang sampai berumur 67 ( enam puluh tujuh ) tahun dengan
mempertimbangkan kesehatan yang bersangkutan
15
Pasal 9 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menjelaskan bahwa : 1. Notaris
diberhentikan sementara dari jabatannya karena : 6 a. Dalam proses pailit atau penundaan
kewajiban pembayaran utang b. Berada dibawah pengampuan c. Melakukan perbuatan tercela d.
Melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan serta kode etik notaris atau e.
Sedang menjalani masa penahanan 2. Sebelum pemberhentian sementara sebagaimana
dimakhsudpada ayat ( 1 ) dilakukan, notaris diberi kesempatan untuk membela diri dihadapan
Majelis Pengawas secara berjenjang 3. Pemberhentian sementara notaris sebagaimana
dimakhsud pada ayat ( 2 ) dilakukan oleh menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat 4.
Pemberhentian sementara berdasarkan alasan sebagaimana dimakhsud pada ayat ( 1 ) huruf c
dan huruf d berlaku paling lama 6 ( enam ) bulan. Sedangkan di dalam pasal 12 Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris menjelaskan bahwa menjelaskan bahwa : 7 Notaris diberhentikan dengan tidak
hormat dari jabatannya oleh menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat apabila : a. Dinyatakan pailit
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap b. Berada
dibawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 ( tiga ) tahun c. Melakukan perbuatan
yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan notaris, atau d. Melakukan pelanggaran
berat terhadap kewajiban dan larangan jabatan
8
b. Penahanan rumah;
c. Penahanan Kota;
Identifikasi tujuan yang hendak dicapai dalam suatu penelitian adalah sangat
penting mengingat tujuan penelitian dengan manfaat yang akan diperoleh dari
penelitian sangat erat hubungannya. Oleh sebab itu, tujuan dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa Apakah pemberhentian sementara
untuk notaris yang sedang menjalani masa penahanan pada pasal 9 ayat 1
huruf e (UU No. 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris) berlaku untuk
semua jenis penahanan pada pasal 22 KUHAP.
11
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini baik secara teoritis maupun
secara praktis, adalah :
1. Secara Teoritis
Atribusi ialah wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Atribusi ini
diperlihatkan dalam wewenang yang dimiliki oleh organ-organ
pemerintahan dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kewenangan
yang dibentuk oleh Undang-Undang. Atribusi ini menunjuk pada
kewenangan asli berdasarkan konstitusi dan peraturan perundang-
undangan.
b. Pelimpahan wewenang
16
menurut Soerjono Soekanto terdapat perbedaan antara kekuasaan dan kewenangan
yaitu setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak yang lain dapat dinamakan kekuasaan,
sedangkan kewenangan adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang
mendapat pengakuan dari sekelompok masyarakat. Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi
Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hlm.91
14
1) Kewenangan Atributif
17
Lutfi Effendi, Pokok-pokok Hukum Administrasi, (Malang :Bayumedia 2004) hlm.
77
18
Ibid.
19
Ibid.
15
dan memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya, yang
20
Untuk mengembalikan tertib kehidupan bermasyarakat, keadilan harus ditegakkan.
Setiap pelanggaran akan mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran itu sendiri.
Penegakan Hukum DanTata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Keadilan memang merupakan
konsepsi yang abstrak. Namun demikian di dalam konsep keadilan terkandung makna
perlindungan hak, persamaan derajat dan kedudukan di hadapan hukum, serta asas
proporsionalitasantara kepentingan individu dan kepentingan sosial. Sifat abstrak dari keadilan
adalah karena keadilan tidak selalu dapat dilahirkan dari rasionalitas, tetapi juga ditentukan oleh
atmosfir sosial yang dipengaruhi oleh tata nilai dan norma lain dalam masyarakat. Oleh karena itu
keadilan juga memiliki sifat dinamis yang kadang-kadang tidak dapat diwadahi dalam hukum
positif. Moh. Mahfud MD, Penegakan Hukum DanTata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Bahan
padaAcara Seminar Nasional “Saatnya Hati Nurani Bicara” yang diselenggarakan oleh DPP Partai
HANURA. Mahkamah Konstitusi Jakarta, 8 Januari 2009. Bahan pada Acara Seminar Nasional
“Saatnya Hati Nurani Bicara” yang diselenggarakan oleh DPP Partai HANURA.
16
didasarkan pada suatu asas bahwa semua orang sama kedudukannya di muka
hukum (equality before the law). Penekanan yang lebih cenderung kepada asas
keadilan dapat berarti harus mempertimbangkan hukum yang hidup di
masyarakat, yang terdiri dari kebiasaan dan ketentuan hukum yang tidak
tertulis.
Keadilan, dalam literatur sering diartikan sebagai suatu sikap dan
karakter. Sikap dan karakter yang membuat orang melakukan perbuatan dan
berharap atas keadilan adalah keadilan, sedangkan sikap dan karakter yang
membuat orang bertindak dan berharap ketidakadilan adalah ketidakadilan.
Secara umum dikatakan bahwa orang yang tidak adil adalah orang yang tidak
patuh terhadap hukum (unlawful, lawless) dan orang yang tidak fair (unfair),
maka orang yang adil adalah orang yang patuh terhadap hukum (law- abiding)
dan fair.
Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan
dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya,
dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan,
yang berdasarkan filsafat umum Aristoteles mesti dianggap sebagai inti dari
filsafat hukumnya karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya
dengan keadilan.21yang sangat penting dari pandangannya ialah pendapat
bahwa keadilan mesti dipahami dalam pengertian kesamaan.
Namun Aristoteles membuat pembedaan penting antara kesamaan
numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan numerik mempersamakan
setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang sekarang biasa kita pahami
21
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Bandung, Nuansa dan
Nusamedia, 2004) hlm 24
17
tentang kesamaan dan yang kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa
semua warga adalah sama di depan hukum. Kesamaan proporsional memberi
tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya,
prestasinya, dan sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan
banyak kontroversi dan perdebatan seputar keadilan.
Lebih lanjut Aristoteles membedakan keadilan menjadi jenis keadilan
distributif dan keadilan korektif. yang pertama berlaku dalam hukum publik
yang kedua dalam hukum perdata dan pidana. Kedailan distributif dan korektif
sama-sama rentan terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa
dipahami dalam kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang
penting ialah bahwa imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang
sama rata. Pada yang kedua yang menjadi persoalan ialah bahwa
ketidaksetaraan yang disebabkan oleh, misalnya pelanggaran kesepakatan,
dikoreksi dan dihilangkan.
Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi, honor,
kekayaan, dan barang-barang lain yang sama-sama bisa didapatkan dalam
masyarakat. Dengan mengesampingkan pembuktian matematis jelaslahbahwa
apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang berharga
lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan warga. Distribusi yang adil
boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai dengan nilai kebaikannya yakni
nilainya bagi masyarakat.22
Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang
salah. Jika suatu pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan maka
22
Carl Joachim Friedrich, Op.Cit, hlm 17
18
23
ibid
24
Carl Joachim Friedrich, Op.Cit, hlm 18
19
sosial dan ekonomis harus diatur agar memberikan manfaat yang palingbesar
bagi mereka yang paling kurang beruntung.25
Istilah perbedaan sosil-ekonomis dalam prinsip perbedaan menuju pada
ketidaksamaan dalam prospek seorang untuk mendapatkan unsur pokok
kesejahteraan, pendapatan, dan otoritas. Sementara itu, the principle of fair
equality of opportunity menunjukkan pada mereka yang paling kurang
mempunyai peluang untuk mencapai prospek kesejahteraan, pendapat dan
otoritas. Mereka inilah yang harus diberi perlindungan khusus.
Rawls mengerjakan teori mengenai prinsip-prinsip keadilan terutama
sebagai alternatif bagi teori utilitarisme sebagaimana dikemukakan Hume,
Bentham dan Mill. Rawls berpendapat bahwa dalam masyarakat yang diatur
menurut prinsip-prinsip utilitarisme, orang-orang akan kehilangan harga diri,
lagi pula bahwa pelayanan demi perkembangan bersama akan lenyap. Rawls
juga berpendapat bahwa sebenarnya teori ini lebih keras dari apa yang
dianggap normal oleh masyarakat. Memang boleh jadi diminta pengorbanan
demi kepentingan umum tetapi tidak dapat dibenarkan bahwa pengorbanan
ini pertama-tama diminta dari orang-orang yang sudah kurang beruntung
dalam masyarakat.26
Menurut Rawls, situasi ketidaksamaan harus diberikan aturan yang
sedemikian rupa sehingga paling menguntungkan golongan masyarakat yang
paling lemah. Hal ini terjadi kalau dua syarat dipenuhi. Pertama, situasi
ketidaksamaan menjamin maximum minimorum bagi golongan orang yang
25
John Rawls, A Theory of Justice, London, Oxford University Press, 1973, terjemahan
dalam Bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2006) hlm. 50
26
Ibid hlm 51
20
27
Ibid..
21
28
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang:
Bayumedia, 2012), hlm. 57.
29
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), hlm. 24.
22
30
Ibid, hlm 93
23
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas hukum
yang ditetapkan dan memiliki kekuatan yang mengikat, yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan, antara lain:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014, Tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004, Tentang
Jabatan Notaris Pasal 9 ayat (1) huruf e dan Pasal 9 ayat 2
b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana;
31
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm 116.
24
Bahan hukum tersier yaitu adalah bahan hukum yang dapat membetikan
petunjuk ataupun penjelasann untuk memperkuat bahan hukum primer dan
sekunder, seperti yang berasal dari ensiklopedia dan kamus hukum. Bahan
hukum tersier mendukung proses analisis hukum yang dipergunakan, juga yang
berkaitan langsung dengan materi penelitian ini.
1.7.4. Teknik pengumpulan Bahan Hukum
32
Ph Visser’Hoft..Penemuan Hukum (Judul asli :Rechtvinding, Penerjemah B. arief
Sidharta. (Bandung: Laboratorium Hukum FH Universitas Parahiyangan,2001) , Hal.25
26
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang akan dipergunakan. Untuk
memudahkan dan mencegah terjadinya kesalahpahaman dalam uraian, maka
dibawah ini akan dijelaskan beberapa istilah tersebut yaitu :
1.8.1. Analisa Yuridis
Bagian pendahuluan ini berisi uraian latar belakang masalah yang menjadi
isu hukum untuk meneliti tentang masalah penahanan sementaraNotaris. Uraian
dalam bab ini meliputi juga tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisinalitas
penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, desain penelitian, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan secara runtut mengenai kajian umum tentang
pengertian Notaris, Kewenangan Notaris, Kewajiban Notaris, Larangan Jabatan
Notaris, Tempat Kedudukan dan Wilayah jabatan Notaris, Pengertian
Penahanan, syarat-syarat penahanan, lamanya waktu penahanan, dan Bentuk-
bentuk penahanan.
BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dipaparkan hasil hasil penelitian dan pembahasan yang
akan menunjukkan hasil analisa terhadap rumusan masalah pertama dan kedua
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini merupakan bagian penutup yang akan menguraikan
mengenai kesimpulan yang akan ditarik dari serangkaian analisa hasil
penelitian dan pembahasan yang dilakukan di bab ketiga, serta dalam bab ini
akan diuraikan saran yang berguna bagi para pemangku kepentingan ataupun
penelitian yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Munculnya lembaga Notaris dilandasi kebutuhan akan suatu alat bukti yang
mengikat selain alat bukti saksi. Adanya alat bukti lain yang mengikat, mengingat
alat bukti saksi kurang memadai lagi sebab sesuai dengan perkembangan
Istilah Notaris pada dasarnya berasal dari kata “notarius” (bahasa latin), yaitu
pekerjaan menulis atau orang-orang yang membuat catatan pada masa itu. Ada juga
pendapat yang mengatakan bahwa nama “Notaries” itu berasal dar perkataan “nota
literaria” berarti tanda (letter mark atau karakter) yang menyatakan sesuatu
perkataan. 1Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Notaris adalah orang yang
mendapat kuasa dari pemerintah (dalam hal ini Departemen Kehakiman) untuk
mengesahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, surat wasiat, akta, dan
sebagainya2.
1
Notodisoerjo, soegondo, R, Hukum Notarial di Indonesia suatu penjelasan, (Jakarta;
Rajawali,1982),hlm.13
2
Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Penerbit Balai Pustaka, cetakan ke-3, Jakarta
30
31
1860 : 3 yang mulai berlaku 10 Juli 1860. Yang sekarang dikenal dengan PJN, dalam
kurun waktu itu PJN mengalami beberapa kali perubahan. dan saat ini, Notaris telah
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang kemudian dirubah dengan Undang-
yang dapat diangkat oleh Negara untuk melakukan tugas-tugas Negara dalam
pejabat pembuat akta otentik dalam hal keperdataan. Pengertian Notaris terdapat
dalam bentuk tertulis dan format tertentu, sehingga merupakan suatu akta otentik.
perdata. Notaris sebagai salah satu pejabat umum mempunyai peranan penting
3
Pengertian Notaris terdapat dalam ketentuan UU Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan
atas UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Bab I Pasal 1 ayat (1) yaitu, Notaris adalah
pejabat umum yang berwenang dan mewakili kekuasaan umum untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasrkan undang-
undang lainnya, untuk kepentingan pembuktian atau sebagai alat bukti.
4
Tan Thong Kie, Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris, Buku I (Jakarta :PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2000), hal. 159
32
hukum melalui akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapannya, mengingat akta
otentik sebagai alat bukti terkuat dan memiliki nilai yuridis yang esensial dalam
Notaris sebagai salah satu penegak hukum karena Notaris membuat alat bukti
bahwa akta notaris dapat diterima dalam pengadilan sebagai bukti yang mutlak
bukti sebaliknya oleh saksi-saksi, yang dapat membuktikan bahwa apa yang
diterangkan oleh Notaris dalam aktanya adalah benar. 5 Dalam Pasal 2 Undang-
undang Jabatan Notaris disebutkan bahwa Notaris diangkat dan diberhentikan oleh
diberhentikan oleh pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk dapat
5
Liliana Tedjosaputro, Malpraktek Notaris dan Hukum Pidana, (Semarang : CV.
Agung,1991), hlm. 4
6
Syarat tersebut antara lain : 1. warga negara Indonesia; 2. bertakwa kepada Tuhan
YangMaha Esa; 3.berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh tahun); 4. sehat jasmani dan rohani;
5.berijasah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan; 6. telah menjalani magang atau
nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut
pada kantor notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata
dua kenotariatan; 7.tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat atau tidak sedang
memangku jabatan lain yang oleh Undang-Undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris.
33
Meskipun disebut sebagai pejabat umum, namun Notaris bukanlah Pegawai Negeri
tidak menerima gaji dan pensiun dari pemerintah, tetapi memperoleh gaji dari
gaji dari pemerintah, Notaris dipensiunkan oleh pemerintah, akan tetapi tidak
menerima pensiun dari pemerintah. Oleh karena itu, bukan saja Notaris yang harus
dilindungi tetapi juga para konsumennya, yaitu masyarakat pengguna jasa Notaris.8
dalam hal ini publik yang bermakna hukum. Notaris sebagai pejabat publik tidak
berarti sama dengan Pejabat Publik dalam bidang pemerintahan yang dikategorikan
sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, hal ini dapat dibedakan dari produk
akhirnya yaitu akta otentik, yang terikat dalam ketentuan hukum perdata terutama
7
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, (UII Press, Yogyakarta,2009),
hlm. 16.
8
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, (Sinar Grafika, Jakarta, 2006), hlm. 34.
9
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris sebagai Pejabat
Publik, (Bandung : Refika Aditama, 2008), hlm. 31.
34
dan moral yang tinggi serta pelaksanaan terhadap tugas jabatannya maupun nilai-
nilai dan etika, sehingga dapat menjalankan tugas jabatannya sesuai dengan
tidak berpihak dan penuh rasa tanggungjawab dan memberikan pelayanan hukum
Notaris harus berpegang teguh pada Kode Etik Jabatan Notaris sebab tanpa itu,
Hukum dan Hak Asasi Manusia, maka dari itu yang dapat mengangkat dan
persyaratan tertentu. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 3 Undang-Undang
10
Pasal 3 UU No 2/2014 yang menyatakan bahwa yang dapat diangkat menjadi Notaris
35
di hadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
tidak terpenuhi maka keputusan pengangkatan sebagai Notaris dapat dibatalkan oleh
Menteri.11
Notaris sebagai pejabat umum atau organisasi profesi dalam menjalankan tugasnya
a. meninggal dunia
c. permintaan sendiri
adalah : a) warga negara Indonesia. b) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. c) berumur paling
sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun; d) sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat
keterangan sehat dari dokter dan psikiater; e) berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua
kenotariatan; f) telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris
dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas
prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan; g)
tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak sedang memangku jabatan
lain yang oleh undang- undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris dan h) tidak pernah
dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
11
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 7 UUJN Perubahan dinyatakan bahwa dalam jangka
waktu paling lamabat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah/janji jabatan
Notaris , yang bersangkutan wajib : a) menjalankan jabatannya dengan nyata b) menyampaikanberita
acara sumpah/janji jabatan Notaris kepada Menteri, Organisasi Notaris , dan Majelis Pengawas
Daerah; dan c) menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta teraan cap
atau stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri dan pejabat lain yang bertanggung
jawab di bidang pertanahan, Organisasi Notaris , Ketua Pengadilan Negeri, Majelis Pengawas Daerah,
serta Bupati/Walikota di tempat Notaris diangkat.
36
Sementara itu dalam kaitannya dengan ketentuan pasal 9 ayat (1) UUJN
karena:
Sejalan dengan ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 diatas maka Notaris dapat
diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh menteri atas usul Majelis
b. Berada dibaah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
Notaris;
12
Roni, Pelaksanaan Kewenangan Pemberian Sanksi Terhadap Notaris Oleh Majelis
Pengawas Wilayah Notaris Sumater Barat. (Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010
),hal 38.
37
publik, bukan untuk kepentingan diri pribadi Notaris. 13 Oleh karena itu kewajiban-
wajib melakukan perintah tugas jabatannya itu, sesuai dengan isi sumpah pada
b. Hak untuk mendapat honorarium atas jasa hukumnya (Pasal 36 ayat (1))
(1)
13
Mulyoto, Kesalahan Notaris dalam Pembuatan Akta Perubahan Dasar (Yogyakarta:CV,
Cakrawala Media, 2010) , hlm 1
14
Simon, Implementasi Sanksi Kode Etik Dalam Jabatan Notaris Di Kota Tanjung
Pinang, (Tesis, Universitas Dipenogoro, Semarang 2011), hlm 16.
15
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum danEtika,
(Yogyakarta : UII Press, 2009), hlm 177.
16
Habib Adjie, Aspek Pertanggung Jawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta,(Bandung :
CV. Mandar Maju, 2011), hlm 91-92.
38
sumpah/janji jabatan, alamat kantor, contoh tanda tangan dan paraf serta
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum (Pasal 16 ayat (1)
huruf a)
e. Melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari pengahadap pada Minuta
f)
j. Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak
k. Membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu
5 (lima) hari pada minggu pertama tiap bulan berikutnya (Pasal 16 ayat (1)
huruf j)
r. Wajib memberikan jasa hukum kepada orang yang tidak mampu (Pasal
37 ayat (1))
Perubahan, yaitu :
1. Notaris dilarang :
2. Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
a. peringatan tertulis
b. pemberhentian sementara
Kode etik merupakan norma atau peraturan yang praktis mengenai suatu
profesi, baik tertulis maupun tidak tertulis. Kode etik memuat etika yang berkaitan
dengan sikap yang didasari pada nilai dan standar perilaku orang yang dinilai baik
profesionalnya. Oleh sebab itu diperlukan kaidah perilaku sebagai pedoman yang
harus dipatuhi dalam mengemban profesi Notaris yang muncul dari dalam
Pada dasarnya kode etik Notaris bertujuan untuk menjaga martabat profesi
yang bersangkutan dan juga untuk melindungi klien dari penyalahgunaan keahlian
atau otoritas profesional di lain pihak.17 Standar kode etik Notaris telah
dijabarkan dalam Kode Etik Notaris yang wajib dipatuhi oleh segenap Notaris.
17
Herlien Budiono, Op.Cit, hlm. 170
41
Kode Etik Notaris memuat kewajiban serta larangan bagi Notaris yang sifatnya
tanggung jawab secara moril terhadap citra Notaris, baik sekarang maupun
Pasal 1 Kode Etik Notaris menjelaskan bahwa kode etik adalah seluruh
kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia (INI)
berdasarkan keputusan kongres dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu. Kode Etik Notaris
ini berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan
dan semua orang yang menjalaankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk di
Pengganti Khusus.
setiap orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan Notaris di Indonesia
1022.HT.01.06 Tahun 1995. Oleh karena itu INI merupakan Organisasi Notaris
sebagai mana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 UUJN beserta perubahannya.
Kode etik Notaris memuat kewajiban Notaris yang dapat dibagi menjadi:19
18
Herlien Budiono, Op.Cit, hlm. 164.
19
Herlien Budiono, Op.Cit, hlm. 166-168.
42
1. Kewajiban umum
c. Notaris tidak memuji diri sendiri, dan tidak memberikan imbalan atas
kebenarannya;
dan
a. Notaris wajib bersikap tulus ikhlas terhadap klien dan mempergunakan segala
keilmuan yang dimilikinya. Dalam hal Notaris tidak cukup menguasai bidang
masalah klien. Hal ini terkait dengan kepercayaan yang telah diberikan
diperlakukan;
b. Notaris tidak boleh merebut klien atau karyawan dari rekan Notaris.
Selain kode etik, Notaris sebagai suatu bentuk profesi mengharuskan dirinya
20
Bunyi Pasal 1 butir 21 KUHAP adalah sebagai berikut: Penahanan merupakan penempatan
tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakimdengan
penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
44
tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik, penuntut umum atau
Sebagaimana hal tersebut diatur dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP yang
pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih;
b. tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal 296,
Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal372, Pasal
378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459 Pasal 480
dan Pasal 506 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal
21
Andi Hamzah,Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2001), hlm. 19
22
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti, (Bandung,
1996), hlm. 16.
23
Syarat subyektif : Syarat Subyekti diatur di dalam Pasal 20 ayat (3) dan Pasal 21 ayat (1)
KUHAP. Syarat Subyektif tersebut hanya tergantung pada orang yang memerintahkan penahanan tadi,
apakah syarat itu ada atau tidak
24
Syarat Obyektif : syarat obyektif tersebut dapat diuji ada atau tidak boleh orang lain.
45
dan Cukai, terakhir diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor 471),
1955 Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41 Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47
Nomor 3086).”
25
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm.134
46
dan mengatur jabatan yang bersangkutan. Wewenang yang diperoleh suatu jabatan
undang Jabatan Notaris sendiri. Setiap wewenang harus ada dasar hukumnya,
Kewenangan Notaris tersebut dalam Pasal 15 ayat (1) sampai dengan ayat
47
48
satu kewenangan Notaris, yaitu membuat akta secara umum1, hal ini disebut sebagai
Undang.
b. Menyangkut akta yang harus dibuat atau berwenang membuat akta otentik
Menurut Pasal 15 ayat (1) bahwa wewenang Notaris adalah membuat akta,
bukan membuat surat, seperti surat pada umumnya atau membuat surat lain.ada
beberapa akta otentik yang merupakan kewenangan Notaris dan juga menjadi
1227 KUHPPerdata)
1
Menurut Lubbers, bahwa notaris tidak hanya mencatat saja (kedalam bentuk akta), tetapi
juga mencatat dan menjaga artinya mencatat saja tidak cukup harus dipikirkan juga bahwa akta itu
harus berguna di kemudian hari jika terjadi keadaan yang khas,Tan Thong Kie,studi notariatt, serba-
serbi praktek notaris, hal 452
49
para pihak kedalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukun yang
berlaku.
sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti
lainnya, jika ada orang atau pihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta
tersebut tidak benar, maka orang atau pihak yang menilai atau menyatakan
2
M.J.A. Van Mourik, Civil Law and the Cicil law Notary in a modern world, Media
Notariat, hlm 26
50
dengan tata cara yang sudah ditentukan oleh undang-Undang Jabatan Notaris, hal
dengan pembuatan akta otentik mengenai perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan
akta. Semua tugas pembuatan akta- akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang- undang
khusus;
c. Membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang
bersangkutan;
yaitu akta :
d. Akta kuasa;
e. Keterangan kepemilikan;
membetulkan kesalahan tulis atau kesalahan ketik yang terdapat dalam minuta
akta yang telah ditandatangani, dengan cara membuat Berita Acara Pembetulan, dan
Salinan atas Berita Acara Pembetulan tersebut Notaris wajib menyampaikan kepada
para pihak.
wewenang yang telah ditentukan maka Notaris telah melakukan tindakan di luar
wewenang, maka akta Notaris tersebut tidak mengikat secara hukum atau tidak
dapat dilaksanakan dan pihak yang merasa dirugikan oleh tindakan Notaris tersebut,
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, bahwa :
undang ini ialah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang
atau pejabat tata usaha Negara, baik ditingkat pusat maupun ditingkat
3
Pasal 1 angka 2 undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara
53
yang jika tidak dilakukan atau dilanggar maka akan dikenakan sanksi terhadap
b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan akta dalam bentuk original.
3. Akta original sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) adalah akta :
d. akta kuasa
4. Akta originali sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat lebih
dari 1 (satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang
55
sama dengan ketentuan pada setiap akta tertulis kata-kata “berlaku sebagai
5. Akta Originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama penerima kuasa
6. Bentuk dan ukuran cap/stempel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
7. Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l tidak wajib
dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta
pada setiap halaman minuta akta diparaf oleh penghadap, saksi dan notaris.
8. Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l dan ayat
9. Ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (8) tidak berlaku untuk
Perubahan, yaitu :
1. Notaris dilarang :
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
Notaris adalah orang yang mendapat kuasa dari pemerintah (dalam hal ini
kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia) untuk mengesahkan dan menyaksikan
berbagai suarat perjanjian, surat wasiat, akta dan sebagainya. 4 Sejak berlakunya
UUJN maka Notaris berada di bawah kewenangan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, maka dari itu yang dapat mengangkat dan memberhentikan Notaris
memenuhi persyaratan tertentu. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 3
4
Muchlis Fatahna dan Joko Purwanto, Notaris Bicara Soal Kenegaraan, Watampone
Pers, Jakarta, 2003. Op.cit, hal 258-256.
57
di hadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Hukum danHak Asasi
tidak terpenuhi maka keputusan pengangkatan sebagai Notaris dapat dibatalkan oleh
Menteri.6
Notaris sebagai pejabat umum atau organisasi profesi dalam menjalankan tugasnya
Di dalam pasal 8 ayat (1) UUJN Perubahan dinyatakn bahwa Notaris berhenti
a. meninggal dunia
5
Pasal 3 UU No 2/2014 yang menyatakan bahwa yang dapat diangkat menjadi Notaris
adalah : a) warga negara Indonesia. b) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. c) berumur paling
sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun; d) sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat
keterangan sehat dari dokter dan psikiater; e) berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata
duakenotariatan; f) telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan
Notarisdalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturut-turut pada kantor Notaris
atasprakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan;
g)tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak sedang memangku
jabatanlain yang oleh undang- undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris dan h)
tidak pernahdijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetapkarena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
6
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 7 UUJN Perubahan dinyatakan bahwa dalam jangka
waktu paling lamabat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah/janji jabatan
Notaris , yang bersangkutan wajib : a) menjalankan jabatannya dengan nyata b) menyampaikan berita
acara sumpah/janji jabatan Notaris kepada Menteri, Organisasi Notaris , dan Majelis Pengawas
Daerah; dan c) menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta teraan cap
atau stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri dan pejabat lain yang bertanggung
jawab di bidang pertanahan, Organisasi Notaris , Ketua Pengadilan Negeri, Majelis Pengawas Daerah,
serta Bupati/Walikota di tempat Notaris diangkat.
58
c. permintaan sendiri
Sementara itu dalam kaitannya dengan ketentuan pasal 9 ayat (1) UUJN
karena:
Sejalan dengan ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 ayat 2 yang berbunyi “ sebelum
berjenjang”. maka Notaris dapat diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya
7
Roni, Pelaksanaan Kewenangan Pemberian Sanksi Terhadap Notaris Oleh Majelis
Pengawas Wilayah Notaris Sumater Barat. (Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010) hal38.
59
tahun;
Notaris;
Kemudian pada pasal 14 ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara
pasal 9, pasal 10, pasal 11, pasal 12, dan pasal 13 diatur dalam Peraturan Menteri
yaitu Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik IndonesiaNomor
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014, diuraikan pada
Pasal 66
Pasal 67
1). Dalam hal Notaris diberhentikan sementara dari jabtannya karena alasan
sementara.
2). Notaris yang diberhentikan sementara dari jabatannya dan Notaris lain sebagai
dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
3). Dalam hal serah terima protokol tidak dilaksanakan tanpa alasan yang sah, MPP
Pemegang protocol
suatu perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang- undang, tetapi
juga bertentangan dengan ketetapan peraturan lainnya baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis, walaupun akibat itu memang tidak dikehendaki oleh yang
Sesuai dengan unsur – unsur yang terkandung dalam pasal 1365 Kitab
undang-undang hukum Perdata maka dapat diuraikan unsur – unsur yang dapat
a. Perbuatan aktif
b. Perbuatan pasif/negative
pasif
hukum telah :
lain sebagainya.
Hak subyektif terdiri dari hak kebendaan dan absolut, hak pribadi
pergaulan masyarakat.
bermasyarakat.
8
M.A. Moegni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum,( Jakarta : Pradnya Paramita, 1982),
Hal 21
9
Ibid, hlm 36
64
pemandangan sebelahnya.
Pengadilan Negeri.
Ganti rugi yang diminta dapat berupa ganti rugi yang bersifat materiil
menderita kerugian itu harus dibayar ganti ruginya, sekalipun pihak yang
mengalami kerugian menuntut ganti rugi dalam jumlah yang tidak pantas.
a. Hubungan kausal.
b. Schutznorm Theorie.
dilanggar.10
a. Kesengajaan
b. Kelalaian
10
Ibid, Hal 106
66
yang lalai itu menyebabkan anjingnya lari dan menggigit orang lain
antara lain11 :
11
http://herman-notary.blogspot.com/2009/06/perbedaan-wanprestasi-dengan-
perbuatan.ht
ml
67
Notaris, yang menentukan bahwa Notaris dalam pembuatan akta yang meliputi
pembacaan dan penandatangan akta harus dihadiri palin sedikit 2 (dua) orang
dimkasud pada pasal 40 ayat (1) tersebut mengakibatkan akta hanya mempunyai
terlebih dahulu keseluruhannya kepada para penghadap dan saksi- saksi, baik itu
akta pihak maupun akta pejabat. Pada pasal 16 ayat (7) Undang- Undang Jabatan
Notaris dijelaskan lebih lanjut bahwa pembacaan akta tidak wajib dilakukan
jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah
tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman minuta akta
minuta akta tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan
Notaris, bahwa semua akta Notaris harus ditandatangani oleh masing- masing
penhadap dihadapan Notaris, segera setalah ata dibacakan oleh Notaris. Akta
dari suatu akta tidak dapat dilakukan pada hari-hari lainnya. Pembacaan dan
salah satu syarat pada pasal 16 ayat (1) huruf l dan ayat (7) tidak dipenuhi, maka
tangan.
70
pelanggaran terhadap terhadap kode etik Notaris yang dilakukan oleh Notaris
lain: dikantor perusahaan, kantor bank yang menjadi klien Notaris tersebut
perusahan real estate berperilaku sangat tidak etis atau melanggar harkat
sendiri.
Menetapkan honorium atas jasa hukum yang lebih rendah dari yang berlaku
umum dikalangan para Notaris dengan maksud untuk menarik klien-klien dari
71
yang lain.
2. Perdata
Perbuatan melawan hukum dalam bidang Perdata diatur dalam Buku III
Pasal 1352 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Perbuatan melanggar
hukum timbul, semata-mata berasal dari undang-undang, bukan karena
dari perjanjian yang berdasarkan persetujuan dan perbuatan melawan
hukum murni merupakan akibat pelanggaran perbuatan manusia yang
sudah ditentukan sendiri oleh undang-undang.
Pelanggaran Notaris yang berakibat perbuatan melawan hukum dalam
bidang perdata yaitu Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan
bukan lagi akta otentik akan tetapi menjadi akta dibawah tangan, sehinnga
3. Pidana
Seperti halnya pelanggaran norma perdata, seorang Notaris juga dapat
dikenakan tindakan Pidana atas perbuatan yang melanggar kaedah
peraturan larangan yang diterbitkan oleh Negara. Hukum pidana adalah
suatu kumpulan aturan menyangkut langsung ketertiban umum. setiap
perbuatan pidana selalu dirumuskan secara seksama dalam undang-
undang sehingga sifatnya terbatas.
Yang mana apabila seorang Notaris menerangkan didalam aktanya
72
melakukan tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal 263 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana. Notaris tersebut dapat dihukum tidak hanya apabila
dari penggunaan akta itu timbul suatu kerugian akan tetapi timbul juga
akta otentik
1. Perdata
Akta notaris, sebagai alat bukti yang sangat kuat, memiliki kekhususan bahwa
apa yang dinyatakan dalam suatu akta Notaris harus diterima, karenanya
penggantian biaya, ganti rugi dan bunga, tidak dapat secara otomatis
Pengadilan Negeri.
Adapun gugatan yang diajukan adalah gugatan melawan hukum dan yang
2. Pidana
73
dimaksud adalah keterangan notaris pada bagian akhir akta yang menyatakan
para penghadap, saksi-saksi, dan saya Notaris”. Dengan asumsi bahwa kata-
lebih setelah akta dibacakan oleh notaris. Namun penafsiran kata-kata “segera
setelah” tersebut harus dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam hal ini
13
Pasal 242 : barang siapa dalam hal-halnya menurut peraturan perundang-undanagan
menuntut suatu keterangan dengan sumpah atau jika keterangan itu membawa akibat bagi hukum
dengan sengaja memberi keterangan palsu, yang ditanggung dengan sumpah baik lisan ataupun tulisan
, maupun oleh dia sendiri atau kuasanya yang istimewa ditunjuk untuk itu dihukum penjara selama-
lamanya 7 (tujuh) tahun ... Moeljatno. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, ( Jakarta : PT. Bumi
Aksana, 2001)
14
Ibid, Pasal 263-266 dan Pasal 418-419
15
Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan
sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang atau yang diperuntukan sebagai bukti daripada
sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-
olah isinya benar dan tidak palsu, diancam jika pemakai tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena
pemalsuan surat, denan pidana penjara paling lama enam tahun
16
Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai surat palsu
atau yang dipalsukan seolah-oleh sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian
74
sertifikat hutang, talon, tanda buktideviden, surat kredit atau surat dagang
(pasal 264).
2618
(pasal 266).
263 ayat (1) dan (2) atau pasal 264 atau pasal 266).
sebelumnya;20 (pasal 56 jo pasal 263 ayat (1) dan (2) atau pasal 264 atau
pasal 266)
17
(1) Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika
dilakukan terhadap : 1. akta-akta otentik; 2. surat hutang atau sertifikat hutang dari suatu
Negara atau bagiannya ataupun dari suatu lembaga umum; 3. surat sero atau hutang atau sertifikat
sero atau hutang dari suatu perkumpulan, yayasan, perseroan atau maskapai; 4. talon, tanda bukti
deviden atau bunga dari salah satu sebagai pengganti surat-surat itu; 5. surat kredit atau surat dagang
yang diperuntukkan untuk diedarkan. (2) diancam dengan pidana yang sama, barang siapa yang dengan
sengaja memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau yang dipaluskan
seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemalsu surat itu dapat menimbulkan kerugian.
18
1) barang siapa menyuruh memasukkan keterangan palsu kedalam suatu akta otentik
mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud untuk
memakai aau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan
kebenaran, diancam, jika pemakaian itu dapat menimbulkan kerugian, dengan pidana penajra paling
lama tujuh tahun; 2) diancam denagan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai surat
tersebut dalam ayat pertama, yang isinya sejati atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan tidak
dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan kerugian.
19
(1)dipidana sebagai pelaku tindak pidana: ke-1 mereka yang melakukan, yang menyuruh
melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan; ke-2 mereka yang dengan memberi
ataumenjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan,
ancaman atau penyesatan, atau dengan meberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.(2) terhadap penganjur, hanya perbuatan yang
sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
20
Dipidana sebagai pembantu kejahatan (maksimum pidana pokok terhadap kejahatan
dikurangi satu per tiga ): ke-1 mereka yang sengaja memberikan bantuan pada waktu kejahatan
dilakukan; ke-2 mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan
kejahatan.
75
oleh Menteri dengan alasan notaris telah terbukti bersalah dan dikenakan
ancaman pidana penjara, yang diatur dalam Keputusan Menteri tahun 2003
Tentang Kenotariatan, Pasal 21 ayat (2) sub b, yaitu : notaris terbukti bersalah
21
Seorang pejabat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau sepatutnya
harusdiduganya, bahwa hadiah atau janji itu diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabarannya atau yang menurut pikiran orang yang memberi hadiah atau janji itu
ada hubungan dengan jabatannya, diancam dengan pidana penjara paling lama 3(tiga) tahun 6 (enam)
bulan.
22
Diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun, seorang pejabat : 1. yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahuinya hadiah atau janji itu diberikan untuk
menggerakkannyasupaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu dlam jabatannya yagn
bertentangandengan kewajibannya; 2.yang menerima hadiah mengetahui bahwa hadiah itu diberikan
sebagai akibat atau oleh karena si penerima telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya
76
jabatannya atau tindak pidana lain dengan ancaman pidana 5 (lima) tahun
penjara.
3. Administrasi
hormat.24
a. Pemberhentian sementara
23
Indonesia, Pasal 73 ayat (1) butir e
24
Ibid, Pasal 77 butir C
77
karena :
1) meninggal dunia.
3) permintaan sendiri.
tugas jabatan notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun,
tahun.
dan berzina.
jabatan.25
Tabel 1.2
Kategori pemberian sanksi pemberhentian notaris
25
Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal 16 mengatur mengenai kewajiban notaris,
sedangkan Pasal 17 mengatur mengenai larangan notaris
79
Sumber diolah dari UU No.30 tahun 2004 jo UU No.2 tahun 2014, tentang Jabatan Notaris
4. Kode etik
Bagi notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat dikenakan sanksi
yang diatur dalam Kode Etik Notaris.26 Sanksi yang dapat dikenakan
26
Sanksi menurut kode etik notaris dalam Pasal 1 angka (12) yaitu, sanksi adalah suatu
hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota
Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris dalam menegakkan
Kode Etik dan disiplin organisasi.
80
terhadap notaris yang melakukan pelanggaran diatur pada Pasal 6 Kode Etik
Notaris, yaitu :
a. Teguran.
b. Peringatan.
anggota.
(1) menyatakan bahwa Organisasi Notaris menetapkan dan menegakan Kode Etik
Notaris, kemudian Bab XII (ketentuan Peralihan) Pasal 89, menyatakan bahwa
Kode Etik Notaris yang baru harus berdasarkan Undang- Undang Jabatan Notaris,
karenanya berdasarkan 2 (dua) ketentuan pasal diatas, Ikatan Notaris Indonesia telah
27
Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia, terakhir ditetapkan di Bandung pada tanggal
28 Januari 2005 oleh Komisi Kode Etik, dirumuskan oleh Tim Perumus Kode Etik yaitu : R Muhammad
Hendarman, S.H., DR. Muhammad Affandhi Nawawi,S.H., DR. Perlien Budiiono,S.H., Darwani Sidi
Bakaroeddin, S.H; terdiri dari VII Bab dan 15 pasal. Dalam ketentuan Bab I (ketentuan umum) Kode Etik
Notaris Pasal 1 memberikan definisi bahwa kode etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan
oleh perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut“perkumpulan” berdasarkan
keputusan kongres perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh
setiap dan semua anggota perkumpulan san semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai
notaris, termasuk didalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris
Pengganti Khusus, karenanya dapat disimpulakn bahwa kode etik adalah kaidah moral, baik yang
terdapat dalam Kode Etik Notaris maupun dalam Undang-Undang Jabatan Notaris serta dalam
peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai kaidah moral, kode etik dalam Kode Etik Notaris, dirumuskan dalam bentuk
kewajiban, larangan dan pengecualian, yaitu ketentuan Bab III (Kewajiban, Larangan dan Pengecualian)
Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5.
81
a. Kewajiban
kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas
b. Larangan
terkait dengan syarat formal akta notaris, yaitu mengenai penandatangan, dimana
82
Atas pelanggaran Kode Etik Notaris, sanksi yang diberikan dapat berupa
mengatur tentang prosedur atau tata cara maupun penjatuhan sanksi secara
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Pengurus Pusat
a. Pengertian Penahanan
83
atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, penuntut umum atau hakim dengan
penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
dikacaukan lagi dengan berbagai istilah-istilah seperti yang tercantum dalam H.I.R.,
sementara, dan tahanan sementara yang dalam istilah Belanda disebut deverdachte
aan te hauden yang berarti menangkap tersangka, dan untuk menahan sementara
digunakan istilah voopige aan houding. Serta untuk perintah penahanan digunakan
28
Pengertian penahanan menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah perbuatan penahanan,
yaitu mengurung atau memenjarakan sementara. Penahanan adalah suatu tindakan untuk
menghentikan kemerdekaan tersangka atau terdakwa dan menempatkannya ditempat tertentu,
biasanya ditempatkandi rumah tahanan negara yang dahulu disebut dengan Lembaga Pemasyarakatan
MartimanProdjohamidjojo, Penangkapan dan Penahanan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 15
29
Ansorie Sabuan, Syarifuddin Pettanase, dkk, Hukum Acara Pidana, (Bandung: Angkasa,
1990), hlm. 122.
30
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 164.
84
b. Dasar Penahanan
Yang dimaksud dengan landasan atau dasar penahanan meliputi dasar hukum,
penahanan. Diantara unsur-unsur itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Sehingga apabila salah satu unsur tersebut tidak ada, maka tindakan penahanan
tindakan yang tidak sah. Misalnya, yang di penuhi hanya unsur landasan hukum saja
unsur objektif, tetapi tidak didukung dengan unsur keperluan unsur subyektif, serta
c. Jenis Penahanan
tersangka atau terdakwa ditahan. Berdasarkan Pasal 22 ayat (1) KUHAP, jenis
31
Menurut pendapat Kuffal, dasar penahanan tersangka atau terdakwa yang melakukan
tindak pidana dilandaskan pada bukti atau alat bukti yang sah yang cukup, harus pula pada persyaratan
lain sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP, yaitu: 1) Dasar Hukum (Dasar Obyektif)
Tindakan penahanan yang dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak
pidana atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih, atau tindak pidana seperti yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) huruf
b KUHAP. 2) Dasar kepentingan (Dasar Subyektif) Selain didasarkan pada ketentuan hukum yang
berlaku sebagai dasar obyektif, maka tindakan penahanan terhadap tersangka atau terdakwa juga
didasarkan pada tindakan penyidikan untuk kepentingan penuntutan, dan untuk kepentingan
pemeriksaan disidang pengadilan, serta didasarkan pula pada keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau
mengulangi tindak pidana yang diatur dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP. Kuffal H.M.A., Penerapan KUHAP
Dalam Praktik Hukum, (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 71--72.
85
sidang pengadilan.32
tersangka atau terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan (Pasal 22
Ketiga jenis penahanan di atas merupakan istilah resmi dari ketentuan Undang-
segala aktifitasnya dan pembinaannya dilakukan oleh para petugas rutan, sedangkan
kebutuhan dan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa apakah harus dikawal
terus menerus atau pengawasannya dilimpahkan terhadap kepada kepala desa atau
kepala RT/RW dan pengawasan terdakwa yang mendapat penahanan kota maka
hanya memberi kewajiban untuk melapor pada waktu yang telah ditentukan dalam
32
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia tentang Kitab Undang-UndangHukum
Acara Pidana, UU No. 8 Tahun 1981, Pasal 22 ayat (2).
86
yang hanya dapat dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa yang diduga keras
diatur dalam pasal 24, pasal 25, pasal 26, dan pasal 27 KUHAP.
Untuk dapat diketahui dengan jelas inilah gambaran singkat lamanya penahanan
sesuai yang tercantum dalam Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 KUHAP34
Tabel 1. 3
Lamanya penahanan
33
Dalam KUHAP, masalah yang berkaitan dengan jangka waktu penahanan dilandasi dengan
adanya tiga prinsip, yaitu: 1) Prinsip pembatasan jangka waktu penahanan yang diberikan kepada
setiap instansi penegak hukum, telah ditentukan secara limitatif. Tidak bisa diulur dan dilenturkan
dengan dalih apapun. Sekali jangka waktu penahanan lewat, tidak bisa dipermasalahkan dan
dipermainkan. Bagi instansi yang berani mempermainkan dapat dihadapkan dalam praperadilan atau
dalam sidang pengadilan, sehubungan dengan tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh tersangka atau
terdakwa. 2) Prinsip perpanjangan tahanan terbatas waktunya serta terbatas permintaan
perpanjangannya. Pada setiap tingkat dan instansi, hanya diperkenankan sekali saja meminta
perpanjangan masa tahananan, jika yang dimintakan maksimum perpanjangan. 3) Prinsip pelepasan
atau pengeluaran demi hukum apabila masa tahanan telah lewat dari batas jangka waktu yang telah
ditentukan. Siap atau tidak pemeriksaan, apabila telah terlampaui jangka waktu penahanan yang telah
ditentukan, tanpa ampun, tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan, harus dikeluarkan
demi hokum. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan
Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hlm. 385.
34
Karjadi dan R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Beserta
Penjelasannya, (Bogor: Politeia, 1998), hlm. 28.
87
dalam Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 memberikan ketentuan
paling lama 30 hari dan dalam hal penahanan masih diperlukan dapat diperpanjang
untuk paling lama 30 hari sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
KUHAP. Dalam ayat (3) Pasal 29 KUHAP juga dinyatakan bahwa perpanjangan
penahanan tersebut atas dasar permintaan dan laporan pemeriksaan dalam tingkat
35
Ada dua alasan yang menjadi dasar perpanjangan penahanan yakni: 1) Tersangka atau
terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter, atau, 2) Perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun atau
lebih.
88
pelanggaran terhadap etika dan profesinya maka Notaris dapat dikenai atau
maupun sekarang dalam UUJN dan kode etik Notaris, akan tetapi apabila terjadi
pelanggaran pidana baik yang berkaitan dengan jabatannya maupun yang tidak
:36
1. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahiriah, formal dan
direncanakan bahwa akta yang akan dibuat dihadapan Notaris atau oleh
36
Sjaifurrachman, Op. Cit., hal. 208
89
2. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta dihadapan atau
oleh Notaris yang apabila diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan
UUJN.
berwenang untuk menilai tindakan suatu Notaris, dalam hal ini Majelis
Pengawas.
rumusan pelanggaran yang tersebut dalam UUJN, kode etik Jabatan Notaris
UUJN)
52 ayat (1)
37
Indonesia (a), Op. Cit., Ps. 9 ayat (1).
90
c. Melakukan perbuatantercela
penambahan butir pada pasal 9 ayat 1 yang mana pada Undang-undang Nomor
30 tahun 2004, tentang jabatan Notaris hanya sampai pasal 9 huruf d yang
pasal 9 ayat 1 ditambahkan 1 (satu) butir yaitu pasal 9 ayat 1 menjadi huruf e
dianggap sangat tepat untuk mengantisipasi praktik yang selama ini terjadi
pada Pasal 9 ayat 1 huruf e berlaku untuk semua jenis penahanan pada Pasal 22
Notaris tersebut dan masih melekat kewenangannya maka Notaris tersebut tetap
tidak dapat menjalankan tugas jabatannya, karena sesuatu hal yang tidak etis
seorang Notaris menjalakankan tugas dan jabatannya dari rumah tahanan Negara,
sebab akan memberikan dampak yang tidak baik bagi Notaris tersebut yang mana
Integritas, moral, citra, harkat dan martabat itu menjadi buruk dimata masyarakat
sehingga tidak ada lagi kepercayaan masyarakat terhadap Notaris dan hal ini pula
merupakan pelanggaran kode etik profesi dan UUJN yang pada pasal 17 ayat (1)
diperoleh Notaris adalah kewenangan atribusi yang mana menjalankan tugas dan
kewenangan Notaris dalam melaksanakan tugas dan jabatannya akan tetap ada
sepanjang tidak ada pemberhentian dari tugas dan jabatannya baik itu
Dengan dasar seperti ini mereka yang diangkat sebagai Notaris harus mempunyai
yang telah merasa dilayani oleh Notaris sesuai dengan tugas jabatannya, dapat
a. Sebagai Jabatan
Jabatan Notaris, artinya satu-satunya aturan hukum dalam bentuk Undang- undang
yang mengatur jabatan Notaris diindonesia, sehingga segala hal yang berkaitan
tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu
pekerjaan tetap.
38
Habieb Adjie, “Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN) sebagai unifikasi Hukum
Pengaturan Notaris”, Renvoi, Nomor 28. Th.III, 3 September 2005, hlm. 38.
39
Suatu lembaga yang dibuat atau diciptakan oleh Negara, baik kewenangan atau materi
muatannya tidak berdasarkan pada Peraturan perundang-undagan, delegasi atau mandate melainkan
berdasarkan wewenang yang timbul dari freis ermessen yang dilekatkan pada administrasi Negara
untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang dibenarkan oleh hukum (Beleidsregel atau Policyrules).
Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2004,hlm. 15.
93
hukumnya. Sebagai batasan agar jabatan dapat berjalan dengan baik, dan tidak
Wewenang Notaris hanya dicantumkan dalam Pasal 15 ayat (1), (2), dan
(3) UUJN. Menurut Pasal 15 ayat (1) bahwa wewenang Notaris adalah membuat
akta, namun ada beberapa akta otentik yang merupakan wewenang Notaris dan
kemudian berdasarkan aturan hukum lain yang akan datang kemudian (ius
40
Ketentuan Pasal 1227 BW tersebut terdapat dalam Buku II BW. Menurut Pasal 29
Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, ketentuan mengenai Hipotik
dinyatakan tidak berlaku lagi.
41
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 338/KMK.01/2000, tanggal
18 Agustus 2000, dalam Pasal 7 ayat (3): Pejabat Lelang dibedakan dalam dua tingkat, yaitu: a) Pejabat
Lelang Kelas I; dan b) Pejabat Lelang Kelas II. Selanjutnya dalam Pasal 8: (1) Pejabat Lelang Kelas I
adalah pegawai BUPLN pada Kantor Lelang Negara yang diangkat untuk jabatan itu. (2) Pejabat Lelang
Kelas II adalah orang-orang tertentu yang diangkat untuk jabatan, yang berasal dari:
a) Notaris; b) Penilai; dan c) Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) BUPLN diutamakan yang pernah
menjadi Pejabat Lelang Kelas 1 yang berkedudukan di wilayah kerja tertentu yang ditetapkan oleh
Kepala Badan.
94
tindakan di luar wewenang yang telah ditentukan, maka produk atau akta Notaris
(nonexecutable). Pihak atau mereka yang merasa dirugikan oleh tindakan Notaris
Pengadilan Negeri.
sebagai pejabat publik yang berwenang untuk membuat akta autentik. Banyak sektor
kehidupan transaksi bisnis dari masyarakat yang memerlukan peran serta dari
notaris. Pentingnya akta notaris dapat dalam suatu transaksi atau kegiatan tersebut
dan diberhentikan oleh pemerintah, dalam hal ini menteri yang membidangi
jabatannya :
Notaris diberi tugas dari negara dalam bentuk sebagai jabatan dari negara,
diangkat oleh “Menteri dan diberhentikan oleh Menteri” sebagaimana yang diatur
dalam pasal 2 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-
sumpah/atau janji dihadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk, lalu kemudian
setelah mengucapkan sumpah diberi jangka waktu sampai 30 (tiga puluh) hari
42
Selanjutnya disebut UUJN-P
96
kewajiban dan larangan jabatan serta kode etik Notaris dan sedang menjalani masa
itu dikarenakan telah meninggal Dunia, atau telah berumur 65 (enam puluh lima)
Tahun, atau atas Permintaan Sendiri, Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani
untuk melaksanakan tugas jabatan Notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga)
Advokat atau sedang memangku jabatan lain yang oleh Undang-undang dilarang
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, atau berada dibawah
43
UU Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas UU no. 30 tahun 2004 tentang jabatan
Notaris Bab II Pasal 3. Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 adalah: a. warga negara Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. berumur paling
sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun; d. sehat jasmani dan rohani; e. berijazah sarjana hukum dan lulusan
jenjang strata dua kenotariatan; f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai
karyawan Notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa
sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan; dan g. tidak
berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak sedang memangku jabatan lain
yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris.h. tidak pernah dijatuhi
pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hokum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
97
melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan jabatan, atau bisa
juga Notaris tersebut langsung diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri itu
telah memperoleh kekuatan Hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, yaitu Peraturan Menteri
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang
44
UU Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas UU no. 30 tahun 2004 tentang jabatan
Notaris Bab II Pasal 9 Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena: a. dalam proses pailit
atau penundaan kewajiban pembayaran utang; b. berada di bawah pengampuan; c. melakukan
perbuatan tercela d. melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan.e. sedang
menjalani masa penahanan (2) Sebelum pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) dilakukan, Notaris diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan Majelis Pengawas secara
berjenjang. (3) Pemberhentian sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat. (4) Pemberhentian sementara berdasarkan alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku paling lama 6 (enam) bulan.
98
kabupaten dan kota . bahwa pada tempat kedudukan Notaris berarti Notaris
kantor pada daerah kota atau kabupaten (pasal 19 ayat (1) UUJN).
Notaris tidak hanya dapat membuat akta untuk masyarakat yang datang ke
tempat kedudukan Notaris, tapi Notaris juga dapat membuat akta dengan
datang ke kota atau kabupaten lain dalam propinsi yang sama, dan pada
akhir akta wajib dicantumkan kota atau kabupaten akta dibuat dan
selesaikan.
4. Tindakan Notaris semacam ini bersifat incidental saja, bukan secara teratur
oleh Notaris (pasal 19 ayat (2) UUJN). Substansi pasal 1 angka 4 UUJN
dan Notaris tersebut ingin mebuat akta untuk dirinya maka Notaris yang
lain atau kota lain sepanjang masih dalam propinsi yang sama, sehingga
5. Dalam pasal 23 ayat (1) dan (2) UUJN bahwa Notaris dapat pindahwilayah
mereka itu tidak terdapat sesuatu perjanjian (hubungan hukum perjanjian), maka
berdasarkan undang undang juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara orang
tersebut yang menimbulkan kerugian itu.45 Hal tersebut diatur dalam pasal 1365
kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
45
AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, cet.2, (Diapit Media, Jakarta, 2002),
hlm.77.
10
0
melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh
seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu
sebagai berikut:46
maupun kelalaian)
: 47
lain;
menimbulkan kerugian;
46
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, cet.1, (Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002),
hlm.3.
47
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Terjemahan Raisul Mutaqien, Nuansa & (Nusamedia,
Bandung, 2006), hlm. 140.
101
pelaksanaan tugas dan jabatannya. Notaris tidak bertanggung jawab atasisi akta
bentuk formal akta otentik sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang- undang.48
Notaris tidak hanya berwenang untuk membuat akta otentik dalam arti
dalam arti membuat akta dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang
berdasarkan ketentuan terdapat dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN, yaitu
48
Ima Erlie Yuana, Tanggungjawab Notaris Setelah Berakhir Masa Jabatannya terhadap Akta
yang Dibuatnya Ditinjau dari Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Tesis,
Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,
kebenaran materil, maka tanggung jawab notaris selaku pejabat umum dibedakan
lain. Perbuatan melawan hukum yang bersifat pasif dalam arti tidak
menderita kerugian. Oleh karena itu, dalam hal ini unsur dari perbuatan
49
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika,
(UII Press Yogyakarta 2009 ),hlm. 16
103
jabatannya tidak luput dari kesalahan, baik yang disengaja maupun yang
maka akta tersebut batal demi hukum, artinya hukum memandang tidak
pernah terjadi perjanjian atau batal dengan sendirinya tanpa harus ada
perjanjian. Dalam hal ini berarti harus dibuktikan dulu apakah ada unsur
akta yang dibuat oleh notaris tidak memiliki kekuatan otentik atau hanya
50
Putri A.R., Perlindungan Hukum Terhadap Notaris (Indikator Tugas-tugas Jabatan
Notaris yang Berimplikasi Perbuatan Pidana). (PT. Softmedia, Medan, 2011), hlm. 108.
104
dalam
tindakan
(1) huruf k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51,
menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara;
unsur pidana, sebab pengenaan sanksi pidana tidak diatur dalam UUJN.
diatur dalam Pasal 263 dan Pasal 264 KUHP yang dikaitkan dengan
Pasal 55 KUHP.51
berdasarkan kode etik notaris. Hubungan kode etik notaris dan UUJN
memberikan arti terhadap profesi notaris itu sendiri. UUJN dan kode
selain harus tunduk pada UUJN juga harus taat pada kode etik profesi
jawab, artinya :
51
Putri A.R., Op.Cit, hlm. 109.
52
Abdul Ghofur Anshori, Op.Cit, hlm. 49.
106
itu.
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dapat ditemui pada pasal – pasal antara
tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau
hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
Selanjutnya pada penjelasan dari pasal 1 butir 21 itu ternyata memuat “cukup
jelas”, demi kepastian hukum untuk terlaksananya penahanan secara sah haruslah
dikeluarkan oleh penyidik, penuntut umum atau hakim. Dengan kata lain
penahanan terhadap tersangka atau terdakwa baru sah apabila didasarkan pada
adanya penetapan dari penyidik, penuntut umum atau oleh hakim. Penetapan
yang ditahan. Jadi penahanan yang dilakukan tanpa penetapan dari penegak hukum
yang berwenang atau penetapan dikeluarkan oleh penegak hukum yang tidak
berwenang adalah tidak sah dan batal demi hukum. Penetapan penahanan yang
hukum.
dari yang berwenag melakukan penahanan, aturan ini dapat dibaca pada Petunjuk
melarikan diri, merusak atau akan menghilangkan barang bukti dan atau
tentang penahannan itu sendiri dan bagaimana mekanismenya diatur pada pasal
b. Penahanan rumah;
c. Penahanan kota;
belum ada rumah tahanan negara ditempat yang bersangkutan, penahanan dapat
pemasyarakatan, di rumah sakit dan dalam keadaan yang memaksa ditempat lain;
terdakwa hanya boleh keluar rumah atau kota dengan izin dari penyidik, penuntut
tempat kediaman tersangka atau teredakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau
dalam status mejalani tahanan dirumah tahanan negara tiba-tiba sakit dan harus
dirawat dirumah sakit, baik atas dasar dilakukan pembantaran atau tidak. Dengan
merujuk pada penjelasan pasal 22 ayat 1 KUHAP diatas menurut hukum, maka
status tersangka yang dalam menjalani tahanan dirumah tahanan negara dankarena
harus dirawat dirumah sakit, maka statusnya adalah tetap sama dengan status
dalam tahanan rumah tahanan negera dan selama masa menjalani perawatan
Pendapat tersebut seiring dengan apa yang dikemukakan oleh ahli hukum
acara pidana antara lain : Dr. Andi Hamzah, S.H. yang menyatakan : 53 karena
tahanan dirumah sakit itu menurut penjelasan pasal 22 ayat 1 KUHAP tersebut
berhak untuk melakukan penahanan diatur secara tegas pada pasal 24 s/d 28
KUHAP, dalam setiap pasal itu salalu dibunyikan : …. Setelah waktu ….. belum
53
Hamzah, Andi.. Pengantar Hukum acara pidana Indonesia.( Jakarta: Sinar Grafika.
2008), Hlm 139
110
juga selesai atau diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi
pelanggaran HAM seyogyanya aparat penegak hukum (penyidik, jaksa dan hakim)
yang diberi kewenangan untuk melakukan upaya paksa (penahanan dan atau
penyitaan) oleh KUHAP, perlu bertindak selektif dan yuridis untuk penahanan
misalnya dengan bukti yang cukup untuk melakukan penahanan bagi terdakwa,
tersangka yang diduga keras akan melanggar ketentuan pasal 21 ayat 1 KUHAP,
jika alasan untuk itu tidak cukup kuat, maka upaya paksa tidak perlu dilakukan.
Pertanyaannya sekarang adalah dalam praktek terkesan upaya paksa yang bernama
penahanan lebih dirasakan sebagai bahan untuk menaikkan bergining position dari
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori kewenangan dan teori
Setiap wewenang harus ada dasar hukumnya, sehingga jika seorang pejabat
penghadap atau para pihak dalam suatu akta notaris dapat dibedakan dalam 3 (tiga)
hal. Pertama, para penghadap atau para pihak bertindak untuk dirinya sendiri.
Kedua, para penghadap atau para pihak bertindak untuk mewakili orang lain
atau para pihak bertindak dalam jabatannya dan atau kedudukannya berdasarkan
ketentuan undang-undang.
menuangkan keinginannya pada suatu akta autentik. Para pihak ingin dengan akta
autentik yang dibuat oleh Notaris tersebut akan menjamin bahwa akta yang dibuat
tersebut sesuai dengan aturan hukum yang sudah ditentukan, sehingga kepentingan
para pihak terlindungi dengan adanya akta tersebut. Akta autentik menjamin adanya
yang akan terjadi dikemudian hari. Dengan hubungan hukum seperti itu, kedudukan
penghadap yang telah membuat akta autentik di hadapan Notaris tidak dapat
ditentukan pada awal pertemuan atau hubungan antara Notaris dan parapenghadap.
Karena pada saat pertemuan tersebut harus sesuai dengan UUJN. Notaris hanya
Dalam rangka pembuatan akta autentik oleh Notaris, masyarakat wajib dilindungi.
112
jika terjadi "malpraktik" oleh Notaris. Pengawasan ini tujuannya adalah pencegahan
diberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku dengan melihat pelanggaran yang
dilakukannya. UUJN menyebutkan bahwa sanksi yang paling ringan adalah teguran
lisan. Sanksi kedua adalah teguran tertulis, dan yang ketiga, sanksinya adalah
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tidak mengatur bagaimana
hakim dan belum ada putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
sebelum terbit putusan tetap dari persidangan. Notaris belum dapat disebut bersalah
dan status dari Notaris tersebut masih sebagai Notaris aktif, dan akta yang dibuat
seorang Notaris aktif memiliki kekuatan hukum yang sah terhadap para pihak
54
Habib Adjie, Hukum Notaris … ., Op . C i t . , hlm. 22.
113
tersebut berada dalam status skors, atau kewenangan Notaris tersebut telah dicabut
karena sanksi (dipecat) ataupun telah pensiun. Pada hakikatnya tidak ada aturan
untuk membuat akta, kecuali telah ada surat keputusan menteri untuk
memberhentikannya.
Dalam hal Notaris yang dikenkan penahanan rumah atapun penahanan kota
dalam menjalankan tugas jabatannya, dapat kita analisa bahwa pada Pasal 22 ayat
terdakwa hanya boleh keluar rumah atau kota dengan izin dari penyidik, penuntut
umum atau hakim yang memberi perintah penahanan. Sedangkan pada Pasal 22
ayat 3 : Penahanan kota dilaksanakan di kota tempat tinggal atau tempat kediaman
tersangka atau terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor
Dan jika melihat penjelasan pasal 22 Kuhap ayat 2 dan 3 tentang penahanan
rumah dan penahanan kota, seorang Notaris yang mempunyai tempat kedudukan
didaerah kabupaten atau kota, memungkinkan bagi dirinya untuk dapat menjalankan
tugas dan jabatannya walaupun dalam status penahanan rumah atau penahanan kota,
apabila Notaris tersebut tidak diberhentikan oleh menteri dan masih memiliki
jabatannya walaupun dalam status tersangka, karena pada dasarnya Notaris sebagai
tersangka belum tentu bersalah dan harus menjunjung tinggi asas praduga tidak
dimaksud pada ayat (1) dilakukan, Notaris diberi kesempatan untuk membela
2004 tentang Jabatan Notaris. Notaris dapat melakukan pembelaaan diri pada
semua jenjang yakni MPD, MPW sampai pada MPP, dan apabila MPP
penahanan rumah atau penahanan kota masih dapat menjalankan tugas dan
jabatannya apabila tidak ada keputusan menteri dberhentikan dari tugas dan
jabatannya.
115
tujuan hukum adalah memberikan hak yang dimiliki oleh seseorang tentang mana
yang adil dan mana yang tidak, keadilan menurut Aristoteles dibagi lagi menjadi
keadilan dalam bentuk yang sama kepada setiap orang, sedangkan keadilan
menjalani sanksi sebagai tahanan rumah maupun tahanan kota maka memenuhi
keadilan sebagaimana yang di utarakan oleh Aristoteles dalam hal ini keadilan
yang komulatif .
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
masa penahanan pada Pasal 9 ayat 1 huruf e berlaku untuk semua jenis
4.2. Dalam hal Notaris yang dikenakan penahanan rumah atau penahanan kota
tentu bersalah dan harus menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah
(presumption of innocence).
114
115
4.3. Saran
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat diberikan rekomendasi
Notaris yang sedang menjalani masa penahanan, hal itu diperlukan agar
2. Notaris dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus selalu teliti dan
penahanan pada pasal 22 KUHAP tidak dialami lagi bagi Notaris, sehingga
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia
Angkasa, 1990
2013)
(Jakarta, 2003)
2005)
(Jakarta : 1982)
April 1992,
Martiman Prodjohamidjojo, Penangkapan dan Penahanan, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982
Moch. Faisal Salam, Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, Mandar
Maju (Bandung: 2001)
Jurnal
Adrianti Aga Pratiwi, Tanggung Jawab Notaris Sebagai Pejabat Umum Terhadap
AktaYang dibuat dan Berindikasi Perbuatan pidana, Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 2014
Arief Rachmat Mahmoed , Implikasi Bagi Notaris yang Tidak Melekatkan Sidiki
Jari Para Penghadap Pada Minuta Akta, Jurnal, Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya Malang, 2012.
Karina Prasetyo Putri, Tanggung Jawab Dan Perlindungan Hukum Bagi Notaris
Purna Bakti Terhadap Akta Yang Pernah Dibuatnya.Jurnal
Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya Malang,2014.
Undang-Undang
Undan
TESIS