Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MAKALAH

Jika dilihat dari penjelasan dimakalah menurut penjelasan dari KBBI,


Terminologi, dan penjelasan dari Pasal 1 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 19
Tahun 2009 Tentang Tata Tertib Persidangan.

Menurut penulis persidangan adalah suatu proses penyelesaian masalah


yang dihadiri dua atau lebih orang untuk menyelesaiakan masalah dengan cara
memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang dilakukan di pengadilan
dimana persidangan tersebut digunakan untuk mencapai suatu mufakat.

Jaminan keamanan bagi hakim pada saat menjalankan tugas di ruang sidang
maupun jaminan keamanan pada saat berada di luar pengadilan selama ini
dilakukan melalui koordinasi dengan pihak kepolisian namun terhadap penanganan
perkara terorisme, Hakim, keluarganya dan orang-orang yang tinggal serumah
mendapatkan perlindungan dengan tiga tahap yakni sebelum, selama proses
maupun sesudah proses pemeriksaan perkara terorisme. Dalam praktik peradilan,
tingkat ancaman yang serius juga dialami ketika Hakim mengadili perkara selain
terorisme sehingga idealnya terdapat bentuk perlindungan yang sama bagi Hakim,
keluarganya dan orang-orang yang tinggal serumah. Protokol keamanan
memberikan ruang kepada pengadilan membentuk Forum Komunikasi Keamanan
yang dapat menjembatani kebutuhan jaminan keamanan dan bentuk-bentuk
perlindungan yang dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

https://jdih-dprd.bangkaselatankab.go.id/publikasi/detail/2-pengertian-hukum
Nyoman A.Martana, SH., MH.,Hukum acara dan praktek peradilan perdata,hal.1
http://eprints.umm.ac.id/44527/3/BAB%20II%20.pdf, hal.1

Rivo Chairun Siddiq. 2021. “Isi Surat Kuasa Dan Batasan Wewenang Penerima Kuasa Di Pengadilan
Tata Usaha Negara”, https://osf.io/x2y6t/download/?format=pdf. 30 Januari 2022.pukul 14.00 WIB.

Mishbahul Munir. 2019. “Buku Ajar Praktek Peradilan perdata”, Surabaya: Scopindo Media Pustaka.

Mardios. 2020. “Pengertian Gudatan Dan Bentuk Gugatan Dan Tuntutan Di Pengadilan Tata Usaha
Negara”, https://osf.io/x983h/download/?format=pdf#:~:text=Yang%20dimaksud%20dengan
%20gugatan%20adalah,penggugat%20kepada%20tergugat%20melalui%20pengadilan.&text=Oleh
%20karena%20itu%2C%20syarat%20mutlak,Hutagalung%2C%202011%3A%201). 30 Januari 2022.
Pukul 18.05 WIB.

Abdul Manan. 2005. “Penerapan hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama”, Jakarta:
Kencana.

Prof.Dr.Sudikno Mertokusumo,S.h. 2019. “Hukum Acara Perdata Indonesia”. Jogjakarta: liberty.

H.Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL. 2017. “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara”. Kasihan Bantul:
Laboratorium Ilmu Hukum Fakultas Hukum UMY.

Ifdal Tanjung. 2020. “Gugatan Asesor Dan Gugatan Rekovensi”. Artikel. Lihat: https://pa-
padang.go.id/gugatan-asesor-dan-gugatan-rekonvensi/. 30 Januari 2022 Pukul 23.00 WIB.

Wahyu Muljono. 2012. “Teori dan Praktik Peradilan Perdata di Indonesia”. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.

Lihat: https://gubukhukum.blogspot.com/2014/11/teknik-menyusun-replik-duplik-perkara.html. 30
Januari 2022. Pukul 04.00 WIB.

Ery Agus Priyono. 2018. “Duplik Sebagai Upaya Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi Dalam
Mempertahankan Argumentasi Dalam Jawaban Atas Gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat
Rekovensi”. Vol. 1. Universitas Diponogero. Web:
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/lj/article/download/3822/2141#:~:text=Duplik%20yaitu
%20adalah%20jawaban%20tergugat,tertulis%20maupun%20dalam%20bentuk%20lisan.

Hetterziene in Landcsh Regerment

Kitab Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana)
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Bambang Waluyo, 19996, Sistem Pembuktian Dalam Peradilan Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

R.Soesilo, 1996, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya


Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia.

Lihat: https://fdokumen.com/document/teori-dan-hukum-pembuktian-oleh-hs-brahmanashmh-1-
danhukumpembuktianpdf.html?page=2, Senin 31 Januari 2022, Pukul 19.08 WIB.

Lihat: https://gubukhukum.blogspot.com/2013/05/definisi-istilah-konklusi.html, Senin 31 Januari 2022, Pukul


19.11 WIB.

Nyoman A.Martan , SH., MH,. 2016. “Hukum Acara Dan Praktek Peradilan Perdata”. Denpasar:
Fakultas Hukum Universitas Udayana. Lihat:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/0bb2aa409fb85b3bcc965c1f563780db.pdf
2.1. Persidangan ...................................................................................
2.1.1. Pengertian Persidangan.....................................
2.1.2. Protokol Persidangan dan Keamanan................
2.1.3. Perangkat Persidangan......................................
2.2. Surat kuasa...................................................................
2.2.1. Pengertian Surat kuasa......................................
2.2.2. Jenis-Jenis Surat Kuasa.....................................
2.2.3. Isi Surat Kuasa...................................................
2.2.4. Unsur Surat Kuasa.............................................
2.2.5. Sifat Pemberian Surat Kuasa.............................
2.3. Gugatan.........................................................................
2.3.1. Pengertian Gugatan...........................................
2.3.2. Bentuk Gugatan..................................................
2.3.3. Prinsip-Prinsip Gugatan.....................................
2.4. Jawaban Gugatan.........................................................
2.4.1. Pengertian Jawaban Gugatan............................
2.4.2. Unsur-Unsur Jawaban Gugatan.........................
2.5. Rekovensi......................................................................
2.5.1. Pengertian Rekonvensi......................................
2.5.2. Unsur-Unsur Gugatan Rekonvensi.....................
2.5.3. Prosedur Pengajuan Gugatan Rekonvensi........
2.6. Replik ...........................................................................
2.6.1. Pengertian Replik...............................................
2.6.2. Unsur-Unsur Replik............................................
2.6.3. Teknik Menyusun Replik dan Duplik...................
2.7. Duplik ...........................................................................
2.7.1. Pengertian Duplik...............................................
2.7.2. Unsur-Unsur Duplik............................................
2.7.3. Duplik dan Replik Dalam Perkara Perdata.........
2.8. Bukti ...........................................................................
2.8.1. Teori Pembuktian...............................................
2.8.2. Pengertian Alat Bukti dan Barang Bukti..............
2.8.3. Perbedaan Alat Bukti dan Barang Bukti.............
2.8.4. Jenis Alat Bukti...................................................
2.8.5. Jenis Barang Bukti..............................................
2.9. Konklusi.........................................................................
2.9.1. Pengertian Konklusi............................................
3.1. Putusan.........................................................................
3.1.1. Pengertian Putusan............................................
3.1.2. Jenis-Jenis Putusan...........................................
3.1.3. Kekuatan Putusan Pengadilan...........................
BAB III : PENUTUP............................................................................
4.1. Kesimpulan....................................................................
4.2. Saran.............................................................................

Dalam pendekatan filsafat, berpikir radikal justru sangat diperlukan. Sebab,


berpikir radikal dalam berfilsafat bermakna berpikir mendalam (mendasar) sampai pada
akar objek yang dikaji. Hal ini juga dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyebutkan radikal dalam arti “secara mendasar (sampai kepada hal yang perinsip) ;
atau maju dalam berpikir atau bertindak”. Dalam konteks ini, berfikir radikal merupakan
proses berfikir secara mendalam sampai pada makna kebenaran yang tertinggi. Melalui
proses berfikir secara radikal, manusia mampu memperoleh kebenaran dan
menemukan sejumlah penemuan ilmiah (ilmu pengetahuan). Berfikir secara radikal
dapat pula dimaknai sebagai upaya berfikir sampai pada akar persoalan yang ada,
sehingga diharapkan sebuah keputusan benar-benar bijak dan tidak salah dalam
mengambil keputusan.
Berbeda dengan istilah “radikalisme”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa “radikalisme merupakan paham atau aliran yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan (sikap ekstrem)
atau drastis”. Demikian pula dalam berbagai kamus ditemukan bahwa makna
radikalisme merupakan aksi mencolok untuk menyerukan paham ekstrem agar diikuti
oleh banyak orang.

Dengan demikian sejalan dengan pendapat Djoko Sarwoko bahwa system


pembukian bertujuan :
1. untuk mengetahui bagaimana cara meletakkan suatu hasil pembuktian
terhadap perkara yang sedang diperiksa.
2. Hasil dan kekuatan pembuktian yang bagaimana yang dapat dianggap
1
cukup proporsional guna membuktikan kesalahan terdakwa.
Apakah kelengkapan pembuktian dengan alat alat bukti masih diperlukan
keyakinan hakim.

1
Lihat: https://fdokumen.com/document/teori-dan-hukum-pembuktian-oleh-hs-brahmanashmh-1-
danhukumpembuktianpdf.html?page=2, Senin 31 Januari 2022, Pukul 19.08 WIB.

Anda mungkin juga menyukai