Anda di halaman 1dari 140

NASKAH AKADEMIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA


NOMOR TAHUN
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2022 – 2042

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA


TAHUN 2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1-1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1-1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 1-3
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik ...................................... 1-4
1.4. Metode Penyusunan Naskah Akademik ............................................................. 1-4

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS................................................... 2-1


2.1. Kajian Teoretis RTRW Kabupaten ...................................................................... 2-1
2.1.1. Ruang dan Penataan Ruang ................................................................ 2-1
2.1.2. Struktur Ruang ..................................................................................... 2-3
2.1.3. Pola Pemanfaatan Ruang .................................................................... 2-4
2.1.4. Teori Perencanaan Wilayah ................................................................. 2-4
2.2. Asas Teori Pembentukan Peraturan Daerah ...................................................... 2-6
2.3. Praktik Empiris RTRW Di Dalam Proses Penataan Ruang ................................. 2-9
2.3.1. Kedudukan RTRW dalam Sistem Penataan Ruang ............................. 2-9
2.3.2. Fungsi dan Manfaat RTRW Kabupaten ................................................ 2-10
2.3.3. Format Penyajian ................................................................................. 2-11
2.3.4. Masa Berlaku RTRW Kabupaten ......................................................... 2-11

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN........... 3-1


3.1. Kajian Peraturan Perundang-Undangan Terkait ................................................. 3-1
3.1.1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 .............................................. 3-1
3.1.2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 .............................................. 3-4
3.1.3. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004.................................................... 3-5
3.2. Keterkaitan Perda RTRW Kabupaten Jepara Dengan Peraturan Perundang-
Undangan Lain ................................................................................................... 3-8
3.3. Harmonisasi Secara Vertikal dan Horizontal ....................................................... 3-19

i
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS................................... 4-1
4.1. Landasan Filosofis.............................................................................................. 4-1
4.2. Landasan Sosiologis .......................................................................................... 4-5
4.3. Landasan Yuridis ................................................................................................ 4-8

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI


MUATAN PERDA RTRW KABUPATEN JEPARA TAHUN 2022 – 2042........... 5-1
5.1 Jangkauan .......................................................................................................... 5-1
5.2 Arah Pengaturan ................................................................................................ 5-1
5.3 Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah ............................................... 5-2
5.3.1. Ketentuan Umum ................................................................................. 5-2
5.3.2. Materi yang Akan Diatur ....................................................................... 5-13

BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 6-1


6.1. Simpulan ............................................................................................................ 6-1
6.2. Saran.................................................................................................................. 6-2

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis. Pernyataan ini merupakan
pernyataan politik hukum Bangsa Indonesia dan tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 1 Ayat (1) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik” ayat (2) “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”,1 dan ayat (3) yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara
2
hukum”.
Indonesia sebagai Negara Hukum sudah berdiri sejak dinyatakan kualifikasinya sebagai
negara hukum pada tahun 1945, yang terbaca dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar.
Penjelasan mengenai “Sistem Pemerintahan Negara” menjelaskan bahwa “Indonesia ialah
negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat)”. Berkenaan dengan hal tersebut maka Negara
Hukum (Rechtstaat) Indonesia memiliki ciri-ciri khas Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila
harus diinternalisasi sebagai norma dasar dan sumber hukum, sehingga Negara Hukum
Indonesia dapat pula dinamakan ‘Negara Hukum Pancasila’.
Negara Hukum Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan

1
Jimly Asshiddiqie, Islam dan Keadilan Rakyat, Gema Insani Press, Jakarta, 1995 dan lihat juga Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok
Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, BIP Kelompok Gramedia, Jakarta, Hlm. 143; Kedaulatan atau souvereiniteit
(sovereignty) merupakan konsep mengenai kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaraan Negara. Kata ‘daulat’ dan ‘kedaulatan’
berasal dari bahasa arab ‘daulah’. Maka aslinya seperti yang dipakai dalam Al-Quran adalah peredaran dalam konteks
kekuasaan.
2
Ibid, Hlm. 297; dalam konsep Negara hukum tersebut, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika
kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik atau ekonomi.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 1-1
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk yang berada di
dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemahaman tersebut sejalan dengan pendapat Sri Soemantri yang mengatakan bahwa
Demokrasi Pancasila mempunyai dua macam pengertian yaitu formal dan material. Realisasi
pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam arti formal, yaitu terlihat dalam UUD 1945 yang
menganut paham indirect democracy, yaitu suatu demokrasi di mana pelaksanaan kedaulatan
rakyat tidak dilaksanakan oleh rakyat secara langsung melainkan melalui lembaga-lembaga
perwakilan rakyat, seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD); dan demokrasi dalam arti pandangan hidup atau
demokrasi sebagai falsafah bangsa (democracy in philosophy).3
Pengaturan mengenai penataan ruang yang berkualitas yang mempunyai tujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional dengan:
a. Terwujudnya keharmonisan anatara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Dengan disusunnya RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011 - 2031 yang telah
mengakomodasi Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang tersebut, maka RTRW Kabupaten dapat ditinjau kembali sebagaimana tersebut dalam
Pasal 16 ayat (1) Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali dan ayat (2) Peninjauan kembali
rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menghasilkan rekomendasi
berupa:
a. rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; atau
b. rencana tata ruang yang ada perlu direvisi.
Ayat (3) Apabila peninjauan kembali rencana tata ruang menghasilkan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, revisi rencana tata ruang dilaksanakan dengan
tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali
rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
pemerintah.

3
Sri Soemantri, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, 1971, hlm. 26

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 1-2
Pemerintah Kabupaten Jepara pada tahun 2016 telah menyusun Materi Teknis RTRW
Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 berdasarkan hasil evaluasi RTRW yang dilakukan pada
tahun 2015. Dengan adanya Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, terdapat
banyak turunan peraturan teknis baru sebagai pendukung undang-undang tersebut. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan nomenklatur dan tata cara penyusunan rencana
tata ruang. Berdasarkan hal tersebut maka hasil peninjauan kembali RTRW Kabupaten Jepara
Tahun 2011-2031 dinyatakan dicabut, dan terhadap Materi Teknis RTRW Kabupaten Jepara
Tahun 2011-2031 dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang No.11 Tahun 2021. Selanjutnya dokumen tersebut perlu ditindaklanjuti untuk disusun
draft kebijakan yang berupa rancangan peraturan daerah. Seperti halnya produk dokumen
rencana tata ruang lainya, ketentuan mengenai pengesahan perda RTRW Kabupaten Jepara
Tahun 2022-2042 harus memenuhi ketentuan yang terkandung dalam UU Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan Permendagri Nomor 28
Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata
Ruang Daerah. Mempertimbangkan ketentuan tersebut diatas maka Pemerintah Kabupaten
Jepara menyusun Naskah Akademik sebagai pendukung dalam legalisasi Rancangan
Peraturan Daerah (Raperda) RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2022-2042.
Merujuk pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Perundang-undangan, dinyatakan Naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan
hukum masyarakat.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat permasalahan yang dapat
diidentifikasi untuk kebutuhan penyusunan Naskah Akademik ini, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan teori tentang penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah) Kabupaten yang digunakan dalam penyusunan Perda RTRW
Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042?
2. Bagaimana peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyusunan
Perda RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042?

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 1-3
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis
dari pembentukan Perda RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042?
4. Apa yang menjadi sasaran, jangkauan, arah pengaturan, dan materi muatan
yang perlu diatur dalam penyusunan Perda RTRW Kabupaten Jepara Tahun
2022 – 2042?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik


Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan
Naskah Akademik adalah sebagai berikut:
1. mengetahui perkembangan teori tentang perencanaan tata ruang wilayah dan praktik
empiris serta urgensi pembentukan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 dalam menjawab kebutuhan;
2. mengetahui kondisi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan RTRW
Kabupaten Jepara Tahun 2022 - 2042;
3. merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis, pembentukan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun
2022–2042;
4. merumuskan sasaran, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, arah pengaturan, dan
materi muatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Jepara Tahun 2022 – 2042.
Naskah Akademik Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
Tahun 2022 – 2042 diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi penyusunan Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 yang
akan menggantikan (seluruh atau sebagian materi muatan) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011 – 2031.

1.4. Metode Penyusunan Naskah Akademik


Penyusunan NA dilakukan dengan metode pengumpulan data dan analisis data. Data
yang diperlukan dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung dari sumber pertama. Sedangkan, data sekunder adalah data yang
diperoleh dari hasil penelusuran pustaka, yang terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier. Metode pengumpulan data dilakukan secara kualitatif yaitu

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 1-4
melalui studi kepustakaan/literatur, workshop, focus group discussion (FGD), diskusi panel,
seminar, dan wawancara.
1. Studi kepustakaan/literatur adalah penelaahan terhadap peraturan perundang-
undangan, putusan pengadilan/Mahkamah Konstitusi, perjanjian internasional,
buku, kamus, ensiklopedia, atau hasil penelitian/pengkajian yang ada
hubungannya dengan permasalahan dalam NA.
2. Focus Group Discussion (FGD) adalah bentuk diskusi yang didesain untuk
memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang,
kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta terhadap materi NA.
3. Diskusi panel adalah pertemuan untuk melakukan pertukaran pemikiran dengan
mendengarkan percakapan antara 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) orang
panelis yang mengemukaan topik tertentu atau spesifik yang terkait dengan
substansi NA.
4. Seminar adalah suatu pertemuan ilmiah yang membahas substansi NA yang
diikuti banyak peserta dan mereka yang ahli di bidangnya untuk memperoleh
pandangan mengenai substansi NA.
5. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan melalui tanya jawab dengan
tatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara.
Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 dilakukan melalui studi kepustakaan/literatur
dengan menelaah berbagai data sekunder seperti hasil-hasil penelitian atau kajian, literatur,
serta peraturan perundang-undangan terkait, baik di tingkat undang-undang maupun peraturan
pelaksanaannya dan berbagai dokumen hukum terkait. Guna melengkapi studi kepustakaan
dan literatur dilakukan pula diskusi (focus group discussion) dan wawancara dengan
mengundang beberapa pakar serta kegiatan uji konsep di hadapan berbagai stakeholder,
pakar, akademisi, maupun LSM, serta dengan melakukan pengumpulan data lapangan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 1-5
Contents
1.1. Latar Belakang................................................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah .......................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik ..................................................................... 4
1.4. Metode Penyusunan Naskah Akademik ........................................................................................... 4

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 1-6
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

2.1. Kajian Teoretis RTRW Kabupaten


2.1.1. Ruang dan Penataan Ruang
Pengertian ruang atau space berasal dari bahasa Latin spatium yang berarti ruangan atau
luas (extent) dan bahasa Yunani yaitu tempat (topos) atau lokasi (choros) di mana ruang
memiliki ekspresi kualitas tiga dimensional. Kata oikos dalam bahasa Yunani yang berarti pejal,
massa dan volume, dekat dengan pengertian ruang dalam arsitektur, sama halnya dengan kata
oikos yang berarti ruangan (room). Dalam pemikiran Barat, ruang adalah suatu yang terukur
dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami
keberadaanya dengan jelas dan mudah.
Ruang pada dasarnya terjadi akibat adanya hubungan antara sebuah obyek dengan
pengamat. Hubungan ini awalnya ditentukan oleh penglihatan, tetapi bila ditinjau secara
arsitektur, maka hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran, atau
rabaan. Ruang arsitektural dapat diartikan sebagai area fisikal yang terbentuk atau dibatasi oleh
tiga elemen arsitektural. Elemen ini berupa lantai, dinding, dan langit-langit (Ashihara, 1983).
Secara umum ruang dipandang dalam makna sebagai wadah kehidupan pribadi dan
sosial manusia yang menjalankan kegiatannya untuk meningkatkan kesejahteraan, mutu
kehidupan, dan kebanggaan kultural. Ruang adalah wadah kehidupan ini juga. dalam berbagai
skala, ruang merupakan tempat aktualisasi bagi manusia, sebagai aktor utama penggunaan
ruang dengan perilaku dan sifat sosialnya.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-1
Selain sebagai wadah pendukung kehidupan pribadi dan sosial, ruang dimanfaatkan
untuk mewadai sistem lingkungan (ekosistem). Sebagai wadah ekosistem, ruang ini dibentuk
oleh unsur-unsur biotik (manusia, hewan dan tumbuhan) dan abiotik (tanah, dan bebatuan, air
dan sebagainya), tempat dimana unsur tersebut membentuk dan menberikan sifat alam yng
khas dan berbeda dari tempat yang lainnya (specific local site).
Keanekaragaman bentang alam/lansekap dan biota juga meningkatkan kenyamanan
suatu ruang ruang kawasan. Sehingga dalam perencanaan ruang kawasan, perlu memahami
sifat dan karakter, serta kualitas dari bentang alam. Hal ini penting untuk menghindari
kerusakan dan kehancuran yang berdampak negatif trehadap kelangsungan kehidupan
ekonomi (misal banjir, longsor dan kehilangan keindahan alam) dan budaya ruang tersebut.
Ruang dari sudut pandang antropologi merupakan sebuah urusan yang merujuk pada
berbagai model pangaturan ruang atau spatial organitation. Pengaturan ruang ini dilakukan oleh
kelompok individu, komunitas atau masyarakat sesuai dengan budayanya. Dari sisi yang sama,
kajian hakekat ruang secara antropologi adalah masalah bagaimana individu mengatur ruang
sebagai teritorinya, atau kognitif domain dari masing-masing individu yang berfungsi sebagai
mental map, menentukan kegunaan, fungsi dan batas dari wilayah (Rapoport, 1994).
Sementara penataan ruang pada hakekatnya dikenal manusia semenjak manusia
membentuk komunitas, bahkan sejak terbentunya komunitas kecil yang disebut dengan
‘keluarga’. Penataan ruang ini dilakukan pada saat hendak melakukan berbagai kegiatan hidup
maupun kegiatan usaha. Pembantukan ruang dimulai dengan dipilihnya lokasi kegiatan.
Sedang ukuran dan intensitas kegiatan lebih lanjut akan menjadi atribut bagi ruang tersbut.
Berbagai kegiatan yang memanfaatkan ruang tersebut akan membentuk pola ruang yang
saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Pola pemanfaatan ruang dengan
demikian juga mencerminkan hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan
lingkungan. Tatanan ruang memiliki makna tertentu pada suatu masyarakat. Tatanan ini
kemudian akan membentuk sebuah struktur ruang. Hal ini dapat diartikan bahwa tatanan yang
sama tetapi memiliki makna yang berbeda akan memiliki struktur yang berbeda pula. Dengan
demikian ruang dalam sebuah kawasan akan selalu memiliki makna yang unik, sebab hal ini
sangat tergantung pada masyarakat mana yang mengatur, melihat dan merasakan. Hubungan
antara ruang dan budaya ini tidaklah sederhana, akan tetapi sangat komplek dan sangat
tergantung pada determinasi pada sosio kultural yang berkembang dan ada di setiap tempat
(Rapoport, 1986).

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-2
2.1.2. Struktur Ruang
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem
prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-
ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Tata ruang merupakan wujud struktural
dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan ataupun tidak. Wujud struktural
pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan
sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirearkis dan struktural berhubungan satu dengan
yang lainnya membentuk tata ruang. Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem
pusat pelayanan kegiatan internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa
perencanaan, yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi
kegiatan yang ada/ direncanakan dalam wilayah kota pada skala kota, yang merupakan satu
kesatuan dari sistem regional, provinsi, nasional bahkan internasional. Rencana sturktur ruang
kota mencakup: rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kota, dan rencana sistem
prasarana kota. Rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kegiatan kota
menggambarkan lokasi pusat-pusat pelayanan kegiatan kota, hierarkinya, cakupan/ skala
layanannya, serta dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan
tersebut. Sedangkan rencana sistem prasarana kota mencakup sistem prasarana yang
mengintegrasikan kota dalam lingkup yang lebih luas maupun mengitegrasikan bagian wilayah
kota serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada/ direncanakan dalam wilayah
kota, sehingga kota dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tujuan penataan
ruang kota yang ditetapkan (Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan, 2008).
Unsur pembentuk struktur tata ruang terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional,
dan jaringan jalan. Kota atau kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai
suatu sistem spasial, yang secara internal mempunyai unsur-unsur yang menjadi
pembentuknya serta keterkaitannya satu sama lain. Kota sebagai suatu sistem/tata ruang
merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak,
yang mencirikan kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian. Wujud struktural
pemanfaatan ruang kota adalah unsur-unsur pembentuk kawasan perkotaan secara hierarkis
dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang kota. Wujud
struktural pemanfaatan ruang kota di antaranya meliputi hierarki pusat pelayanan kegiatan
perkotaan, seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan, yang ditunjang
dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal. Selain pusat-pusat
pelayanan kegiatan perkotaan dan kawasan fungsional perkotaan, unsur pembentuk struktur
tata ruang kota adalah sistem prasarana dan sarana. Prasarana perkotaan adalah kelengkapan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-3
dasar fisik yang memungkinkan kawasan permukiman perkotaan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Jenis prasarana: Transportasi, Air bersih, Air limbah, Drainase, Persampahan, Listrik,
dan Telekomunikasi. Sarana perkotaan adalah kelengkapan kawasan permukiman perkotaan,
yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Pemerintahan dan Pelayanan umum, Perdagangan
dan Industri, dan sarana olahraga serta ruang terbuka hijau (Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan,
2008).

2.1.3. Pola Pemanfaatan Ruang


Pemanfaatan ruang adalah persebaran kegiatan-kegiatan budidaya dan perlindungan
beserta keterkaitannya untuk mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan sosial, ekonomi dan
budaya sesuai potensi sumber daya alam, manusia dan buatan (Chamdany, 2004). Sementara
penggunaan lahan menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur tangan
manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya. Penggunaan
lahan merupakan unsur penting dalam perencanaan wilayah. Pola pemanfaatan ruang adalah
bentuk hubungan antar berbagai aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber
daya buatan, sosial, budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, pertahanan
keamanan, fungsi lindung budidaya dan estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu yang
dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas membentuk tata ruang. Rencana
pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah
kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi
(Permen ATR No.11 Tahun 2021):
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang antara kawasan budidaya
dengan kawasan lindung;
c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun; dan
d. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

2.1.4. Teori Perencanaan Wilayah


Perencanaan wilayah merupakan suatu upaya dalam membuat suatu formula bagi
pusat-pusat pertumbuhan dengan mengabaikan dimensi-dimensi lain dari kebijakan wilayah.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-4
Wilayah atau teritorial kebijakan-kebijakan khusus menjadi latar belakang diskusi akademik.
Sebagai kesimpulan dalam perencanaan wilayah perhatian tidak hanya diberikan sebatas pada
sumberdaya alam, impelementasi politik dan organisasi administrasi bagi pembangunan
pedesaan. Definisi perencanaan wilayah yang lebih komprehensif dan mungkin dengan
orientasi yang berbeda diberikan oleh Profesor Kosta Mihailovic dalam Faridad (1981), yang
menyebutkan “pembangunan wilayah diartikan sebagai perubahan sosial ekonomi dalam
berbagai tipe wilayah, hubungan interregional yang dinamis dan faktor-faktor relevan yang
memiliki keterkaitan dengan tujuan dan hasil dari pembangunan.”
Definisi ini menurut Faridad memiliki kelemahan kurang detail penjelasan secara ilmiah
dan terlalu luas serta tidak menyentuh faktor- faktor yang relevan dalam pembangunan
(Tarigan, 2005).
Berdasarkan penerapan perencanaan wilayah menurut Archibugi (2008) dapat dibagi
atas empat komponen yaitu :
a. Physical Planning (Perencanaan fisik).
Perencanan yang perlu dilakukan untuk merencanakan secara fisik pengembangan
wilayah. Muatan perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota
dengan jaringan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori
perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif.
Dalam perkembangannya teori ini telah memasukkan kajian tentang aspek lingkungan.
b. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro).
Dalam perencanaan ini berkaitan perencanaan ekonomi wilayah. Mengingat ekonomi
wilayah menggunakan teori yang digunakan sama dengan teori ekonomi makro yang berkaitan
dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan, distribusi pendapatan,
tenaga kerja, produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi
makro wilayah adalah dengan membuat kebijakan ekonomi wilayah guna merangsang
pertumbuhan ekonomi wilayah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan bidang
aksesibilitas lembaga keuangan, kesempatan kerja, tabungan.
c. Social Planning (Perencanaan Sosial).
Perencanaan sosial membahas tentang pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi
tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial
diarahkan untuk membuat perencanaan yang menjadi dasar program pembangunan sosial di
daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-5
d. Development Planning (Perencanaan Pembangunan).
Perencanaan ini berkaitan dengan perencanaan program pembangunan secara
komprehensif guna mencapai pengembangan wilayah.

2.2. Asas Teori Pembentukan Peraturan Daerah


Pembentukan peraturan perundang-undangan setidaknya ada beberapa pegangan yang
harus dikembangkan guna memahami asas-asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik (algemene beginselen van behorlijke regelgeving) secara benar, meliputi:
a. Pertama, asas yang terkandung dalam Pancasila selaku asas-asas hukum umum bagi
peraturan perundang-undangan;
b. Kedua, asas-asas Negara berdasar atas hukum selaku asas-asas hukum umum bagi
perundang-undangan;
c. Ketiga, asas-asas pemerintahan berdasar sistem konstitusi selaku asas-asas umum
bagi perundang-undangan; dan
d. Keempat, asas-asas bagi perundang-undangan yang dikembangkan oleh ahli.1
Berkenaan dengan hal tersebut, maka pembentukan peraturan daerah yang baik selain
berpedoman pada asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik
(beginselen van behoorlijke wetgeving), juga perlu dilandasi oleh asas-asas hukum umum
(algemene rechtsbeginselen), yang didalamnya terdiri dari asas Negara berdasarkan atas
hukum (rechtstaat), pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi dan Negara berdasarkan
kedaulatan rakyat.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, disebutkan bahwa dalam membentuk peraturan perundang-
undangan termasuk Perda, harus berdasarkan pada asas-asas pembentukan yang baik yang
sejalan dengan pendapat Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto2, meliputi:
a. Asas Kejelasan Tujuan adalah bahwa setiap pembentukan Peraturan Perundang-
undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai;

1
Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang Baik; Gagasan Pembentukan Undang-undang
Berkelanjutan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, Hlm. 115
2
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Ikhtiar Antinomi Aliran Filsafat Sebagai Landasan Filsafat Hukum, Rajawali,
Jakarta, 1985, Hlm. 47; memperkenalkan enam asas undang-undang yaitu :
a. Undang-undang tidak berlaku surut;
b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula;
c. Undang-undang yang bersifat khuhus mengenyampingkan Undang-undang yang bersifat umum;
d. Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu;
e. Undang-undang tidak dapat di ganggu gugat;
f. Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil bagi
masyarakat maupun individu, melalui pembaharuan dan pelestarian (Asas Welvaarstaat)

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-6
b. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap jenis
peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga atau pejabat pembentuk
peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut
dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga atau pejabat yang
tidak berwenang;
c. Asas Kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang
tepat dengan jenis Peraturan Perundang-undangannya;
d. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-
undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut, baik
secara filosofii, yuridis maupun sosiologis.
1) Aspek Filosofis adalah terkait dengan nilai-nilai etika dan moral yang berlaku di
masyarakat. Perda yang mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi dibentuk berdasarkan
semua nilai-nilai yang baik yang ada dalam masyarakat;
2) Aspek Yuridis adalah terkait landasan hukum yang menjadi dasar kewenangan
pembuatan perda.
3) Aspek Sosiologis adalah terkait dengan bagaimana Perda yang disusun tersebut dapat
dipahami oleh masyarakat, sesuai dengan kenyataan hidup masyarakat yang
bersangkutan.
e. Asas hasil guna dan daya guna adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan
dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
f. Asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus
memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan. Sistematika
dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti,
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaanya;
g. Asas keterbukaan adalah bahwa dalam proses pembentukan peraturan perundang-
undangan mulai perencanaan, persiapan, penyusunan dan pembahasan bersifat
transparan. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang
seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan
perundang-undangan;
h. Asas materi muatan adalah materi muatan peraturan perundang-undangan menurut UU
Nomor 10 Tahun 2004 harus mengandung asas-asas sebagai berikut :

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-7
1) Asas kekeluargaan adalah mencerminkan musyawarah untuk mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan;
2) Asas Kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan daerah senantiasa
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan
perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum
nasional yang berdasarkan Pancasila;
3) Asas Bhinneka Tunggal Ika adalah bahwa materi muatan peraturan daerah harus
memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan golongan, kondisi khusus
daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
4) Asas Keadilan adalah mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga
Negara tanpa kecuali;
5) Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah bahwa setiap
materi muatan peraturan daerah tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan
berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender atau status
sosial;
6) Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi muatan peraturan
daerah harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya
kepastian hukum;
7) Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap materi
muatan peraturan daerah harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa
dan Negara;
8) Asas pengayoman adalah memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman masyarakat;
9) Asas Kemanusiaan adalah mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia serta hakekat dan martabat setiap warga Negara secara proporsional;
dan
10) Asas Kebangsaan adalah mencerminkan sifat dan watak Bangsa Indonesia yang
pluralistik dengan tetap menjaga prinsip Negara kesatuan RI.
Menurut Sudikno Mertokusumo3, asas-asas hukum peraturan perundang-undangan
tersebut sesuai Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

3
Sudikno Mertokusumo dalam Y. Sari Murti Widiyastuti, Ringkasan Disertasi untuk Ujian Promosi Doktor Dari Dewan Penguji
Sekolah Pascasarjana UGM, 12 Desember 2007, Hlm. 17; asas hukum bukan merupakan hukum konkrit melainkan merupakan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-8
Perundang-undangan, dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yakni Pertama, asas yang
berkaitan dengan pembentukan atau proses Peraturan Perundang-undangan dan; Kedua,
asas yang berkaitan dengan materi muatan atau substansi Peraturan Perundang-undangan.

2.3. PRAKTIK EMPIRIS RTRW DI DALAM PROSES PENATAAN RUANG


2.3.1. Kedudukan RTRW dalam Sistem Penataan Ruang
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang disusun
berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki terdiri atas rencana tata
ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional, keseimbangan dan
keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sektor, serta keharmonisan antar lingkungan
alam dengan lingkungan buatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari RTRW
Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui optimasi pemanfaatan
sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan
sektor, serta pembagian perandan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah
secara keseluruhan. Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW
provinsi ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai
dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara
keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang operasional.
Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci
tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan
kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok
yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan
ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang
dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang
kawasan strategis dan rencana detail tata ruang.
Kawasan strategis adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,

pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat dalam dan di belakang
setiap sistem hukum sebagaimana terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-9
pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia. Rencana tata ruang kawasan strategis adalah upaya
penjabaran rencana umum tata ruang ke dalam arahan pemanfaatan ruang yang lebih spesifik
sesuai dengan aspek utama yang menjadi latar belakang pembentukan kawasan strategis
tersebut. Tingkat kedalaman rencana tata ruang kawasan strategis sepenuhnya mengikuti
luasan fisik serta kedudukannya di dalam sistem administrasi.
Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang sudah diatur atau
menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada jenjang di atasnya maupun di
bawahnya. Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu kawasan
terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik mengikat dan
bersifat operasional. Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai instrumen perwujudan ruang
khususnya sebagai acuan dalam permberian keterangan rencana kabupaten/kota (KRK) dalam
pengaturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

Sumber: Permen ATR No 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan
Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang

Gambar 2. 1
Kedudukan RTRW Kabupaten Dalam Sistem Penataan Ruang danSistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
2.3.2. Fungsi dan Manfaat RTRW Kabupaten
Fungsi RTRW Kabupaten adalah sebagai:
1) Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-10
2) Acuan dalam pemanfaatan ruang/ pengembangan wilayah kabupaten;
3) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten;
4) Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan pemerintah, masyarakat,
dan swasta;
5) Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten;
6) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah
kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
7) Acuan dalam administrasi pertanahan.
Manfaat RTRW Kabupaten:
1) Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten;
2) Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kabupaten dengan wilayah sekitarnya; dan
3) Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kabupaten yang berkualitas.

2.3.3. Format Penyajian


Naskah Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang RTRW kabupaten, terdiri atas:
1) Raperda yang merupakan rumusan pasal per pasal dari buku rencana dan disajikan dalam
format A4; dan
2) Lampiran yang terdiri atas peta rencana struktur ruang, peta rencana pola ruang, dan peta
penetapan kawasan-kawasan strategis kabupaten yang disajikan dalam format A3, serta
tabel indikasi program utama.

2.3.4. Masa Berlaku RTRW Kabupaten


RTRW Kabupaten berjangka waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun.
RTRW kabupaten dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima) tahun jika:
a. Terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategis yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten; dan/atau
b. Terjadi perubahan lingkungan strategis dan dinamika internal kabupaten yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar, seperti bencana alam skala besar
atau pemekaran wilayah yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan.
Peninjauan kembali dan revisi RTRW kabupaten dilakukan bukan untuk pemutihan
terhadap penyimpangan pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-11
1.1.1. Skala dan Muatan Peta
Berdasarkan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, berikut skala dan
muatan peta yang ada dalam RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042:
Tabel II. 1
Skala dan Muatan Peta RTRW Kabupaten

No Nama Peta Muatan Peta


A. Peta Profil Tata Ruang Wilayah
Peta Peta skala kecil (mengikuti ukuran kertas) yang menunjukkan kedudukan
1
Orientasi geografis kabupaten dalam wilayah yang lebih luas.
Deliniasi wilayah kecamatan yang ada di dalam wilayah kabupaten:
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas;
Peta Batas
2 b. Setiap kabupaten dan kota diberi warna berbeda;
Administrasi
c. Setiap deliniasi kecamatan diberi nama kecamatan bersangkutan; dan
d. Setiap deliniasi kecamatan diberi titik pusat kabupaten.
Deliniasi jenis tutupan lahan yang ada di seluruh wilayah kabupaten:
Peta Guna a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
3
Lahan b. Klasifikasi pemanfaatan ruangnya bebas sesuai dengan kondisi
eksisting (tidak harus mengikuti klasifikasi untuk rencana pola ruang).
Deliniasi kawasan-kawasan rawan bencana menurut tingkatan bahayanya:
Peta Rawan
4 a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
Bencana
b. Tingkatan bahaya bencana alam dinyatakan dengan gradasi warna.
Pola kepadatan penduduk per desa/kelurahan di seluruh wilayah kabupaten
untuk menggambarkan di mana terdapat konsentrasi penduduk:
Peta a. Skala peta mengikuti ukuran kertas;
5 Sebaran b. Klasifikasi kepadatan peduduk disesuaikan dengan kondisi data,
Penduduk sekurangnya 3 interval dan sebanyak-banyaknya 5 interval; dan
c. Gradasi kepadatan penduduk (interval) digambarkan dalam gradasi
warna yang simultan.
Peta-Peta Profil Tata Ruang Kabupaten lainnya yang dirasa perlu untuk ditampilkan dalam
6
album peta
B. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
b. Kandungan peta, meliputi:
Peta 1) Sistem permukiman;
Rencana 2) Sistem jaringan transportasi;
Struktur 3) Sistem jaringan energi;
1
Ruang 4) Sistem jaringan sumber daya air;
Wilayah 5) Sistem jaringan prasarana lainnya;
Kabupaten 6) Nama-nama pusat permukiman, bandara, pelabuhan, dsb; dan
7) Nama-nama tempat (kecamatan, kelurahan/desa)

a. Skala 1:50.000, bila tidak dapat disajikan secara utuh dalam 1 lembar
kertas, peta disajikan dalam beberapa lembar. Pembagian lembar
penyajian peta harus mengikuti angka bujur dan lintang geografis yang
Peta berurutan, seperti halnya pada peta rupa bumi;
Rencana b. Pada setiap lembar peta harus dicantumkan peta indeks dan nomor
2 Pola Ruang lembar peta yang menunjukkan posisi lembar peta yang disajikan di
Wilayah dalam wilayah kabupaten secara keseluruhan;
Kabupaten c. Kandungan peta, meliputi:
1) Delinasi rencana peruntukan pemanfaatan ruang sesuai dengan
klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten;
2) Sungai, jaringan kolektor primer dan lokal primer;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-12
No Nama Peta Muatan Peta
3) Rel kereta api; dan
4) Nama-nama tempat (kecamatan, kelurahan/desa).
a. Skala peta mengikuti ukuran kertas; dan
Peta
b. Kandungan peta, meliputi:
Penetapan
1) Deliniasi kawasan strategis kabupaten;
3 Kawasan
2) Sungai, jaringan jalan arteri primer, kolektor primer 1 dan kolektor
Strategis
primer 2, rel kereta api; dan
Kabupaten
3) Nama-nama tempat (kecamatan, kelurahan/desa).
Sumber:
Permen ATR No 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-13
Contents
2.1.1. Ruang dan Penataan Ruang ...................................................................................................... 1
2.1.2. Struktur Ruang .......................................................................................................................... 3
2.1.3. Pola Pemanfaatan Ruang .......................................................................................................... 4
2.1.4. Teori Perencanaan Wilayah ...................................................................................................... 4
2.3.1. Kedudukan RTRW dalam Sistem Penataan Ruang .................................................................... 9
2.3.2. Fungsi dan Manfaat RTRW Kabupaten ................................................................................... 10
2.3.3. Format Penyajian .................................................................................................................... 11
2.3.4. Masa Berlaku RTRW Kabupaten ............................................................................................. 11

Tabel II. 1 Skala dan Muatan Peta RTRW Kabupaten ....................................................................... 12

Gambar 2. 1 Kedudukan RTRW Kabupaten Dalam Sistem Penataan Ruang danSistem


Perencanaan Pembangunan Nasional ................................................................................................. 10

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 2-14
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

3.1. Kajian Peraturan Perundang-Undangan Terkait


3.1.1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja merupakan undang-undang
yang bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan tetap
memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antar daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.
Penyusunan RTRW Kabupaten Jepara merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Jepara untuk
melakukan penataan ruang terhadap wilayah Kabupaten Jepara agar tercipta peningkatan iklim
ekosistem investasi dan kegiatan berusaha yang seimbang dengan kemampuan lingkungan.
Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha meliputi kegiatan penerapan
perizinan berusaha berbasis resiko, penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha,
penyederhanaan perizinan berusaha sektor, dan penyederhanaan persyaratan investasi. Salah
satu bagian dalam upaya penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha adalah
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang yang dituangkan ke dalam bentuk rencana tata ruang.
Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang merupakan kesesuaian rencana lokasi
kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR. Dalam hal pemerintah daerah belum menyusun
dan menyediakan RDTR, maka pelaku usaha mengajukan permohonan persetujuan
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan usahanya kepada pemerintah pusat
melalui sistem perizinan berusaha secara elektronik. Pemerintah pusat memberikan
persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang salah
satunya adalah rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-1
Berdasarkan Undang-Undang No.11 tahun 2020, terdapat beberapa pasal dalam
Undang-Undang terkait yang dihapus, diubah, atau ditetapkan pengaturan baru. Salah satu
undang-undang yang dilakukan penyesuaian adalah Undang-Undang No.26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
Pemerintah Kabupaten berdasarkan Undang-Undang No.11 tahun 2020 pada bagian
perubahan Undang-Undang No.26 Th 2007 Pasal 11 ayat (1) memiliki kewenangan dalam
penyelenggaraan penataan ruang, meliputi: a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan
terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota; b. pelaksanaan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota; c. kerja sama penataan ruang antar kabupaten/ kota.
Dalam Undang-Undang No.11 tahun 2020 pada bagian perubahan Undang-Undang
No.26 Th 2007 Pasal 14 dijelaskan bahwa perencanaan penataan ruang akan menghasilkan
dua jenis rencana, yaitu rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana
umum tata ruang tersebut secara hierarki terdiri atas Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN),
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota (RTRW Kab/Kota). Sedangkan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) terdiri atas
rencana tata ruang pulau/ kepulauan dan kawasan strategis nasional; serta rencana detail tata
ruang kabupaten/ kota.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pasal 6 ayat (6) Penataan
ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dalam Pasal 25 ayat (1) disebutkan
bahwa penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi;
b. pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan
c. rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Secara linear, dari atas kebawah, penyusunan RTRW Kabupaten harus memperhatikan
kebijakan tata ruang di atasnya, baik RTRWN, RTRWP, pedoman dan petunjuk pelaksanaan
bidang penataan ruang serta RPJPD (termasuk didalamnya RPJMD).
Ayat (2) Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan:
a. perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang
kabupaten;
b. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
c. keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-2
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. rencana pembangunan jangka panjang daerah; dan
f. rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan;
Ruang lingkup atau muatan yang harus tercakup dalam penyusunan RTRW Kabupaten
disebutkan dalam Pasal 26 ayat (1) Rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya
yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten;
c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan
kawasan budi daya kabupaten;
d. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan; dan
e. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi.
Ayat (2) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor; dan
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.
Ayat (3) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang dan administrasi pertanahan.
Ayat (4) Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.
Ayat (5) Rencana tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Ayat (6) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas
teritorial negara, wilayah daerah, atau perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis
yang ditetapkan dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten dapat ditinjau
kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Ayat (7) Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-3
3.1.2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Mengacu pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
penyusunan RTRW Kabupaten merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Jepara untuk
melakukan penataan ruang terhadap wilayah Kabupaten Jepara dalam skala rencana umum.
Penataan ruang itu sendiri memiliki pengertian sebagai suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Penataan ruang tersebut diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan; keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; perlindungan kepentingan umum; kepastian hukum
dan keadilan; dan akuntabilitas.
Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung
lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan sub sistem. Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas
ruang yang ada. Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang
lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara
keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem
keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu adanya suatu kebijakan nasional tentang
penataan ruang yang dapat memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring
dengan maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, baik oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun pada
tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, pemanfaatan ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan
rencana tata ruang.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah
administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang. Pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui perizinan
pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perizinan
pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga
setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Izin
pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya masing‐masing.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-4
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi
dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara,
dan/atau sanksi pidana denda. Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang,
baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif
tersebut, antara lain, dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana
(infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan pemberian
penghargaan.
Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain
dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana,
serta pengenaan kompensasi dan penalti.
Rencana rinci tata ruang merupakan penjabaran rencana umum tata ruang yang dapat
berupa rencana tata ruang kawasan strategis yang penetapan kawasannya tercakup di dalam
rencana tata ruang wilayah. Rencana rinci tata ruang merupakan operasionalisasi rencana
umum tata ruang yang dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan aspirasi masyarakat
sehingga muatan rencana masih dapat disempurnakan dengan tetap mematuhi batasan yang
telah diatur dalam rencana rinci dan peraturan zonasi.
Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan
dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan
blok dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai
operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah
satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.

3.1.3. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004


Selain mengacu pada UU No. 26 Tahun 2007, penyusunan RTRW Kabupaten juga
memperhatikan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-5
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
ini memiliki tujuan yaitu: 1) mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan; 2) menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah, antar ruang, antar waktu,
antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; 3) menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; 4)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan 5) menjamin tercapainya penggunaan
sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan
perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara
terpadu dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Perencanaan Pembangunan Nasional itu
sendiri terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/
Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya. Adapun hasil dari Perencanaan Pembangunan Nasional antara lain adalah 1)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (20 tahun); 2) Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (5 tahun); dan 3) rencana pembangunan tahunan (yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Undang-Undang ini mencakup lima
pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:
(1) politik;
(2) teknokratik;
(3) partisipatif;
(4) atas-bawah (top-down); dan
(5) bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah adalah
proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan
program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala
Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda
pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam
rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik
dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau
satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-6
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah
untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-
bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
Rencana hasil proses atas-bawah danbawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan baik ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
Terdapat empat tahapan dalam Perencanaan Pembangunan Nasional. Tahap pertama adalah
penyusunan rencana. Bertujuan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang
siap untuk ditetapkan. Tahap pertama ini terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama
adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh,
dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan
rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah
disiapkan.
Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan
rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan
rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap kedua adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat
semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini, rencana pembangunan
jangka panjang Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/ Peraturan Daerah,
rencana pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah, dan rencana pembangunan tahunan Nasional/Daerah ditetapkan
sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.
Tahap ketiga adalah Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan
untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana
melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh
pimpinan Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Selanjutnya, Menteri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Kementerian/
Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Tahap
terakhir yaitu tahap keempat adalah evaluasi pelaksanaan rencana. Merupakan bagian dari
kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis
data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-7
Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam
dokumen rencana pembangunan.
Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil
(result), manfaat (benefit) dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan,
setiap Kementerian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah, berkewajiban untuk melaksanakan
evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggung
jawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, Kementrian/ Lembaga,
baik Pusat maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja
untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing
jangka waktu sebuah rencana.

3.2. Keterkaitan Perda RTRW Kabupaten Jepara Dengan Peraturan Perundang-


Undangan Lain
Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Jepara
tahun 2022 – 2042 dimaksudkan sebagai dasar untuk menyusun Peraturan Daerah tentang
RTRW Kabupaten Jepara tahun 2022 – 2042.
Penyusunan Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Jepara tahun 2022 – 2042 ini
merujuk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mempermudah pemahaman
tentang peraturan perundangan yang termuat dalam Peraturan Daerah tentang RTRW
Kabupaten Jepara tahun 2022 – 2042. Adapun klasifikasi peraturanperundang-undangan
tersebut dibagi menjadi 5, yaitu 1) berdasarkan pembentukan dan pemerintahan daerah; 2)
berdasarkan penataan ruang; 3) berdasarkan pengaturan kawasan dan kegiatan; 4)
berdasarkan pelanggaran dan sanksi; dan 5) berdasarkan kebijakan provinsi dan
kabupaten/kota.
Peraturan perundangan tentang pembentukan dan pemerintahan daerah, yaitu :
1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 24, Berita Negara Tanggal 8 Agustus 1950;
2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Perpu Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5589);

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-8
3) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747);
Catatan eveluasi:
Berkaitan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, ada beberapa
perubahan terkaitan dengan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten, yang di tarik ke
provinsi diantaranya terkait dengan penambangan dan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil, perbaikan permukiman kumuh diatas 15 ha, pengelolaan terminal tipe B.
Sedangkan permasalahan yang menjadi urusan kabupaten adalah:
1) Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan dengan pengelolaan taman
hutan raya kabupaten/kota menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota;
2) Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan dengan
pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah kabupaten/kota menjadi kewenangan
Daerah kabupaten/kota;
3) Pembagian urusan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang;
4) Sumber Daya Air (SDA). Pengelolaan SDA dan bangunan pengaman pantai pada
wilayah sungai dalam satu daerah kabupaten/kota; pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya kurang dari 1000
ha dalam satu kabupaten/kota;
5) Air Minum. Pengelolaan dan pengembangan SPAM di daerah kabupaten;
6) Persampahan. Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan dalam daerah
kabupaten;
7) Air Limbah. Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah dalam daerah
kabupaten/kota;
8) Drainase. Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase yang terhubung langsung
dengan sungai dalam daerah kabupaten;
9) Permukiman. Penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di daerah kab.
10) Bangunan Gedung. Penetapan bangunan gedung di wilayah daerah kabupaten.
11) Jalan. Penyelenggaraan jalan kabupaten;
12) Kawasan Permukiman. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman
kumuh dengan luas dibawah 10 ha.
Peraturan perundangan yang terkait dengan penataan ruang, antara lain sebagai berikut:

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-9
1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377 telah dicabut dan dikembalikan ke Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan;
2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4411);
3) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4385);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4489) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019);
5) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4655);
6) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
7) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118);
8) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6042); dan
9) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6).
Catatan evaluasi:
Berkaitan dengan dicabutnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-10
Negara Republik Indonesia Nomor 4377 yang telah dicabut dan dikembalikan ke Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan banyak nomenklatur
dan aturan yang berubah, yang dijelaskan di beberapa peraturan menteri PUPR yang
diterbitkan pada tahun 2015, di antaranya berkaitan dengan:
1) Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai;
2) Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan Pengairan;
3) Pengamanan Pantai;
4) Penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi;
5) Penggunaan Sumber Daya Air;
6) Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air dan Tata Pengairan;
7) Kriteria dan Penetapan Daerah Irigasi;
8) Ekspoitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak;
9) Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
10) Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya Rusak Air; dan
11) Sempadan sungai, bendungan/waduk dan pantai.
Peraturan perundangan tentang pengaturan kawasan dan kegiatan, antara lain sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 22043);
2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan;
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3478);
5) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3647);
6) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-11
Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
7) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136);
8) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073);
9) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5214);
10) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490);
12) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
13) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
14) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5512);
15) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5585);
16) Undang-undang Nomor 37 tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 299, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5608);

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-12
17) Undang-undang Nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5613);
18) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
19) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4242);
20) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4385);
21) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4453) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5056);
22) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4489) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019);
23) Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 345, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5802);
24) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4624);
25) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4655);
26) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-13
Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
27) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747);
28) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
29) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4779);
30) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2008 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
20Tahun 2008 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208);
31) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
32) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
33) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4858);
34) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4859);

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-14
35) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan
Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4861);
36) Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4947);
37) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4987);
38) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
39) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkereta Apian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5048);
40) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5070);
41) Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5083);
42) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 176, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086);
43) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan
dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
44) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
45) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-15
46) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5110);
47) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111);
48) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5112);
49) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di
Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5116);
50) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5117);
51) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5142);
52) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5149);
53) Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5154);
54) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
55) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5172);

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-16
56) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5185);
57) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5199);
58) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217);
59) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5230);
60) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5279);
61) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292);
62) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Keteliitian Peta
Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
63) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5404);
64) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5244);
65) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468);
66) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-17
Indonesia Tahun 2014 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5502);
67) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indoneia Nomor 5594);
68) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 Tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 344, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5801);
69) Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
70) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2008 Tentang
Kegiatan Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi.
Catatan evaluasi:
Berkaitan dengan peraturan yang langsung terkait dengan pengembangan kegiatan dan
peruntukan pemanfaatan lahan, yang sangat penting untuk dicermati adalah adanya rencana
pengembangan kawasan industri yang berkaitan erat dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian, di mana di dalamnya terdapat aturan-aturan yang harus
diperhatikan dalam proses perencanaannya. Pada kasus peruntukan ini PP 142 tahun 2015
tentang kawasan industri juga ada, termasuk kabupaten juga harus memperhatikan rencana
pengembangan industri nasional yang ditetapkan dalam bentuk peraturan presiden. Selain itu
kebijakan tentang ketahanan pangan (berkaitan dengan lahan pertanian pangan berkelanjutan,
juga harus menjadi perhatian kabupaten, berkaitan dengan jumlah luasan yang ditetapkan oleh
provinsi dan kemampuan cadangan pangan untuk 20 tahun mendatang. Sementara untuk
kegiatan perkebunan dalam perencanaannya juga harus memperhatikan daya dukung dan
daya tampung juga kebijakan tata ruang yang ada di atasnya.
Peraturan perundangan yang terkait dengan pelanggaran dan sanksi meliputi:
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3274); dan
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-18
Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 90, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145).
Peraturan perundangan yang terkait dengan kebijakan provinsi dan kabupaten/kota meliputi:
1) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2003 Nomor 134);
2) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis
Sempadan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 Nomor 46 Seri E
Nomor 7) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 11 Tahun 2004 Tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013 Nomor 9);
3) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007 Nomor 5 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 4);
4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 28);
5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 48);
dan
6) Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Pengendalian Ruang
Terbuka Hijau (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 60).
Catatan Evaluasi:
Secara umum, semua aturan di atas mulai undang-undang sampai ke peraturan pemerintah
memiliki kontribusi pengaruh yang akan mewarnai rancangan peraturan daerah Kabupaten
Jepara, sehingga semua dasar hukum di atas akan dijadikan konsideran mengingat.

3.3. Harmonisasi Secara Vertikal dan Horizontal


Harmonisasi secara vertikal mengandung pengertian yaitu penyusunan Peraturan
Daerah tentang RTRW Kabupaten Jepara tahun 2022 – 2042 ini sesuai dengan peraturan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-19
perundang-undangan di atasnya atau peraturan perundang-undangan yang setara. Maksud
peraturan perundang-undangan di atasnya adalah peraturan perundang-undangan yang secara
hukum memiliki posisi lebih tinggi maupun setingkat di atas peraturan daerah. Sedangkan
maksud dari peraturan perundang-undangan yang setara adalah perda di lingkungan
Kabupaten Jepara yang mengatur objek yang terkait dengan raperda RTRW Kabupaten Jepara
tahun 2022-2042.
Harmonisasi secara horizontal mengandung pengertian yaitu penyusunan Peraturan
Daerah RTRW Kabupaten Jepara tahun 2022-2042 ini harus menyesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
Pola harmonisasi raperda RTRW Kabupaten Jepara tahun 2022-204231 terhadap
peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
a. Peraturan perundang-undangan di atasnya yang perlu diacu:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan lainnya yang ditetapkan oleh :
a) Majelis Permusyawaratan Rakyat,
b) Dewan Perwakilan Rakyat,
c) Dewan Perwakilan Daerah,
d) Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
e) Badan Pemeriksa Keuangan,
f) Komisi Yudisial,
g) Bank Indonesia,
h) Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang.
b. Peraturan perundang-undangan setara yang perlu perhatikan dan disinkronkan:
1) Perda Bersama Bupati/ Walikota yang melibatkan Kabupaten Jepara
2) Perda Kabupaten
c. Peraturan perundang-undangan di bawahnya yang perlu perhatikan dan disinkronkan:
1) Peraturan Bupati
2) Keputusan Bupati

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-20
Perda Kabupaten Jepara yang meliputi:
1) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara Tahun 2005-
2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1);
2) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor
1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 1);
3) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2010
Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Jepara Nomor 2);
4) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Penataan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Jepara Nomor 3);
5) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Penataan,
Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi di Kabupaten
Jepara (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 4);
6) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 5);
7) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010
Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 6);
8) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil (Lembaran
Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Nomor 7);
9) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Retribusi
Tempat Pelelangan Ikan (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor
8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 8);

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-21
10) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara Nomor 14
Tahun 1998 Tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Jepara Nomor 9);
11) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Retribusi
Pelayanan Pasar (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 10);
12) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Retribusi
Tempat Rekreasi (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11);
13) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Kerjasama
Desa;
14) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun
2010 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 12);
15) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 14 Tahun 2010
Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Nomor 14);
16) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha
Milik Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 15,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 15);
17) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010
Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 16);
18) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Nomor 18);
19) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-22
Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Nomor 19);
20) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Pajak Air
Tanah (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 20);
21) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 21);
22) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara
Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor
22);
23) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pertanggung
jawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2009 (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 23);
24) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010 (Lembaran
Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Nomor 24);
25) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 25 Tahun 2010 Tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2011 (Lembaran
Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Nomor 25);
26) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 26 Tahun 2010 Tentang Retribusi
Tempat Rekreasi (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 26,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 26);
27) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 27 Tahun 2010 Tentang Retribusi
Pengendalian Menara Telekomunikasi (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara
Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor
27);
28) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 28 Tahun 2010 Tentang Irigasi
(Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 28);

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-23
29) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
Air Tanah (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 29);
30) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 30 Tahun 2010 Tentang Pencabutan
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun
2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 30);
31) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 31 Tahun 2010 Tentang Pembentukan
Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2010 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 31);
32) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten
Jepara Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara
Nomor 2);
33) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017
(Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2012 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 9); dan
34) Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah
Kabupaten Jepara Tahun 2013 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Jepara Nomor 6).
Peraturan Bupati Jepara yang meliputi:
1) Peraturan Bupati Jepara Nomor 37 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Penganggaran,
Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Serta
Monitoring dan Evaluasi Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-24
Contents
3.1. Kajian Peraturan Perundang-Undangan Terkait ................................................................. 1
3.1.1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 ...................................................................... 1
3.1.2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ...................................................................... 4
3.1.3. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 ........................................................................... 5
3.2. Keterkaitan Perda RTRW Kabupaten Jepara Dengan Peraturan Perundang-Undangan
Lain 8
3.3. Harmonisasi Secara Vertikal dan Horizontal .................................................................... 19

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 3-25
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,
DAN YURIDIS

4.1. Landasan Filosofis


Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
RUU Rencana Tata Ruang Wilayah mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita
hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara
kepulauan berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu
ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan
berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat
terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai
dengan landasan konstitusional Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang
terhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penyelenggaraan penataan ruang
yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan. Penataan ruang harus menjadi bagian dari upaya memperkukuh Ketahanan
Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang
memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-1
keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan
antar daerah sebagai bagian dari asas keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu
secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan bencana
sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya
meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan juga harus
dipertimbangkan dalam penataan ruang dan sekaligus untuk memperkukuh Ketahanan
Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara.
Rencana Tata Ruang Wilayah didasari oleh kerangka nilai yaitu nilai-nilai, asas-asas,
prinsip-prinsip, standar-standar perilaku yang diangkat dari nilai-nilai luhur, falsafah hidup dan
pandangan hidup serta nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya bangsa Indonesia dimana
Rencana Tata Ruang Wilayah dilaksanakan. Pancasila adalah sumber nilai yang menjadi
falsafah hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki tekad yang
tunggal untuk melaksanakan lima kehendak yakni untuk melaksanakan kelima sila dari
Pancasila. Dikatakan tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak tergoyahkan
lagi, sehingga disepakati dan dicantuman di dalam setiap peraturan perundangan-undangan
yang dibuat termasuk dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah. Pancasila
adalah dasar dari semua urusan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan
dan menjadi pedoman, penuntun sikap dan tingkah laku manusia Indonesia di dalam
melaksanakan urusan-urusan pemanfaatan ruang. Nilai sila-sila dalam Pancasila di dalam
upaya dan proses penataan ruang ini diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:
A. Keyakinan pada sila Ketuhahan Yang Maha Esa diwujudkan dalam kehidupan beragama,
memberikan landasan yang penting untuk membentuk kehidupan beragama dan
bernegara. Ajaran-ajaran agama yang sangat luhur merupakan faktor kunci kesuksesan
dalam membentuk sistem kenegaraan di Indonesia, seperti ajaran agama tentang
keikhlasan dan tanggung jawab. Ikhlas adalah unsur penting dalam membentuk sistem
yang mandiri. Dan orang-orang yang bertanggung jawab adalah orang yang bermanfaat
bagi sistem masyarakat. Berketuhanan adalah hal yang asasi dan merupakan hak asasi
manusia yang paling utama. Berketuhanan adalah urusan hati, yang menyangkut
hubungan pribadi antara manusia dengan penciptanya, sehingga manusia lain tidak bisa
dan tidak berhak mencampuri. Negara tidak bisa mencampuri urusan agama, tetapi
berkewajiban memfasilitasi agar agama bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Negara melindungi agama atau kepercayaan apapun, selama tidak mengganggu
kehidupan beragama dan bernegara yang seharusnya, yaitu kerukunan bersama, saling
menghormati dan tidak ada pemaksaan. Wujud nyata urusan negara untuk melindungi

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-2
agama dan kepercayaan ini diwujudkan dalam perncanaan kebutuhan fasilitas
peribadatan, yang jumlahnya proporsional sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pendukungnya.
B. Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjukkan bahwa kemanusiaan adalah sifat yang
dimiliki setiap manusia. Manusia pada dasarnya adalah sama dan mempunyai nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal. Segala perbedaan yang nampak tidak boleh
dijadikan alasan untuk bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan tersebut, termasuk
perbedaan agama, karena agama pada dasarnya menjunjung tinggi persamaan derajat
manusia. Salah satu faktor utama dari peri kemanusiaan adalah sikap toleransi yang
positif, yaitu toleransi dalam hal kebaikan. Toleransi merupakan hal krusial di Indonesia
mengingat keragaman yang luar biasa dari suku, bahasa, budaya, agama, adat istiadat
dan lain-lain. Toleransi positif akan menyuburkan sikap berperikemanusiaan seperti
menjunjung tinggi persamaan kewajiban asasi setiap manusia tanpa melihat apapun
perbedaannya, mengembangkan sikap tenggang rasa, empati dan sebainya. Adil adalah
satu faktor terpenting dalam hubungan antar manusia.
Tidak ada satu manusiapun yang mau diperlakukan dengan tidak adil. Di dalam hubungan
antar manusia dalam pemanfaatan ruang sering terjadi gesekan-gesekan yang
menimbulkan permasalahan dan nilai keadilan merupakan poin utama yang digunakan
dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Hubungan antar manusia
akan harmonis sesuai dengan yang seharusnya dengan memegang prinsip adil. Prinsip-
prinsip lain di dalam penataan ruang dapat dikembangkan dengan prinsip keadilan
seperti tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, menghargai hak orang
lain, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain, tidak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, dan
lain-lain. Upaya menjaga keadilan ini menjadi dasar pengaturan fungsi-fungsi ruang di
atas lahan yang merupakan hak pribadi masyarakat Kabupaten Jepara, sehingga
gesekan ego kepentingan dalam pemanfaatan lebih bisa diminimumkan.
Beradab menunjuk kepada tingkatan kemajuan kehidupan, baik dalam bermasyarakat
maupun secara individual. Beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi
pekerti, tata karma, sopan santun, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Semua aturan tersebut untuk menjaga agar manusia tetap
beradab dan menghindari kezaliman. Adab diperlukan agar manusia bisa meletakkan diri
pada tempat yang sesuai. Sesuatu tidak pada tempatnya akan cenderung menyebabkan
ketidaksadaran, kebodohan, dan kerusakan pada sistem kemasyarakatan. Tanpa

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-3
keberadaban upaya penyelesaian permasalahan dalam penataan ruang dan
pembangunan di kabupaten Jepara tidak mungkin tercapai.
C. Persatuan yang semakin kuat akan memberikan efek sinergi yang semakin besar,
sehingga sebesar apapun permasalahan yang dihadapi akan jauh lebih mudah untuk
diselesaikan. Hal ini telah disadari bangsa Indonesia sejak dahulu kala, dan diwujudkan
dalam bentuk gotong royong. Gotong royong dengan kata lain adalah bentuk kesadaran
bersinergi dari bangsa Indonesia untuk menyelesaikan segala bentuk pembangunan
secara bersama. Bhineka tunggal ika adalah hakikat dari bangsa Indoensia, sehingga
tidak perlu dipecah kembali, karena perpecahan akan menimbulkan mudharat yang lebih
besar dibandingkan manfaat. Persatuan Indonesia adalah proses penataan ruang yang
terus menerus dilakukan, karena keragaman di bumi Kartini.
D. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah identik dengan demokrasi, yaitu dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kerakyatan atau demokrasi diwarnai oleh watak asli
bangsa Indonesia yakni kekeluargaan, gotong royong, tenggang rasa, tepa selira, santun,
penuh kerukunan, tolong menolong dalam kebaikan, dan lain-lain. Bentuk nyata
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
di bidang penataan ruang adalah upaya pelibatan masyarakat Jeparan dalam proses
penataan ruang, mulai dari perencanaan, pemanfaatan sampai dengan pengendalian.
Dipimpin menyiratkan adanya pemimpin, yang berarti dua, pertama, bersifat semangat,
kedua, berupa manusia pemimpin. Semangat dimaksud adalah hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Sedangkan manusia pemimpin adalah orang yang
diliputi semangat dan mampu menjadi yang terdepan didalam pelaksanaannya. Seorang
pemimpin sebaiknya adalah yang terbaik dari kaumnya. Secara intelektual seorang
pemimpin sebaiknya mempunyai kemampuan yang mumpuni. Pemimpin adalah figure
manusia ideal yang bisa menjadi panutan dan contoh bagi masyarakat dalam
pemanfaatan ruang di Jepara.
E. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan harus menjadi syarat dan tolak
ukur keberhasilan dari seluruh rencana penataan ruang dalam rencana tata ruang wilayah
kabupaten Jepara. Sosial bukan berarti faham sosialisme melainkan berarti rakyat
banyak. Keadilan sosial berarti suatu hirarkhi, bahwa keadilan untuk rakyat banyak dan
lebih penting dibandingkan kedilan untuk kelompok tertentu. Seluruh rakyat Indonesia
berarti bahwa keadilan sosial berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, di manapun tanpa
terkecuali. Tidak boleh ada diskriminasi keadilan terhadap siapapun, terhadap kelompok

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-4
manapun, juga terhadap minoritas. Diskriminasi akan memicu perpecahan dalam
masyarakat, yang bisa menggerus nilai-nilai luhur yang dimiliki rakyat Indonesia sejak
dahulu. Disinilah tata ruang harus adil, tata ruang harus bisa menyentuh kepentingan
semua golongan, dan tata ruang tidak berpihak. Tata ruang harus bisa menjadi alat
dalam upaya pemerataan pembangunan, melalui perencanaan struktur dan pola ruang
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung ruang, pemerataan sarana dan prasarana
sesuai dengan penduduk yang dilayani serta pertimbangan lain sebagai wujud keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4.2. Landasan Sosiologis


Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan
masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.
Negara menyelenggarakan penataan ruang yang pelaksanaan wewenangnya dilakukan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan tetap menghormati hak yang dimiliki oleh
setiap orang. Hal ini dimaksudkan agar peraturan perundang-undangan yang dibuat dapat
diterima secara wajar oleh masyarakat dan akan berlaku efektif. Peraturan perundang-
undangan yang dibentuk Negara diharapan dapat diterima dan dipatuhi oleh seluruh
masyarakat secara sadar tanpa kecuali. Harapan ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap
peraturan perundang-undangan harus memperhatikan secara lebih seksama setiap gejala
sosial masyarakat yang berkembang.
Masing-masing masyarakat akan memiliki sistematika ruang sendiri karena ruang
memiliki logika sosial-kultural sendiri-sendiri. Guna melihat tatanan ruang beserta maknanya ini
harus dilakukan dengan pengamatan dan merasakan pengalamanya pada objek yang diamati
dan dikaji, baik dengan cara melihat, mendengar dan merasakan. Dalam prakteknya,
kebudayaan berfungsi untuk membuat-mengklasifikasikan-menyeleksi-menyikapi dan
menciptakan sistem peralatan yang sesuai terhadap berbagai unsur yang ada di dalam
penataan ruang, yang kemudian ruang dapat dimanfaatkan secara optimal dengan tanpa
melanggar aturan dan norma yang berlaku pada kebudayaan yang bersangkutan. Dengan
demikian penataan ruang dalam kehidupan manusia sangat tergantung pada kebudayaannya.
Dalam konteks ini persoalan penataan ruang dapat dipahami sebagai persoalan budaya, yaitu

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-5
bagaimana sebuah komunitas menafsirkan makna suatu ruang dan memutuskan untuk
menggunakannya sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan oleh kebudayaannya.
Berangkat dari kajian hubungan antara sosial-kultural dan penataan ruang, manusia
telah menciptakan suatu demensi baru, di mana penataan dan penggunaan ruang disesuaikan
dengan konsep-konsep sosial-kultural. Sebagai satu kesatuan antara manusia dan
lingkungannya, manusia dan lingkungan secara bersama berada dalam kondisi saling
membentuk satu dengan lainnya. Dari sudut pandang sosial kultural, yang menjadi titik awal
dalam pembatasan tentang ruang ialah hubungan antara manusia dan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Ruang adalah ekologi manusia dipandang sebgai
sarana pemenuhan kebutuhan atau kelang sungan hidup manusia yang dipandang sebagai
sarana pemenuhan kebutuhan atau kelangsungan hidup manusia yang terditi dari kebutuhan
atau kelangsungan hidup, yang terdiri dari kebutuhan –kebutuhan yang bersifat prifat atau
sosial yang bersifat kolektif, yang pemanfaatannya didefiniskan oleh kebudayaan/ masyarakat
setempat.
Pembagian ruang ini terbentuk melalui pendekatan tentang jarak sosial, yang
menunjukkan atau menggambarkan kedekatan hubungan atara manusia dengan manusia yang
lain. Dalam konsep ini semakin dekat jarak orang berinteraksi berarti ada hubungan dianta
keduanya semakin dekat. Ruang yang digunakan untuk berhubungan secara dekat, intim
disebut dengan ruang pribadi (privat) sementara ruang yang digunakan untuk hubungan sosial
yang jauh, yang menunjukkan indikasi tidak akrab, disebut ruang publik.
Manusia pada hakekatnya menciptakan suatu lingkungan budaya yang fungsional untuk
struktur-struktur kegiatan tertentu, yaitu guna pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya
(kebutuhan primer, sekunder dan kebutuhan untuk beradaptasi). Hal ini disebabkan setiap
pemenuhan kebutuhan memerlukan kegiatan yang meruang dan dilakukan dalam sebuah
ruang. Dengan kondisi ini maka ruang juga akan diseleksi dan dikategorisasikan, berdasarkan
pada kegiatan yang dilakukan manusia sebagai pribadi maupun sebagai golongan masyarakat.
Pada sisi yang lain, dari budaya, yaitu evolusi budaya, perkembangan peradaban
manusia ternyata juga turut menentukan dalam penataan ruang, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam evolusi kebudayaan. Pada komunitas sederhana, yang merupakan tahap
awal dari perkembangan peradaban manusia, perkembangan teknologi dan perkembangan
sistem ekonomi masih dalam tahap sederhana. Usaha ekonominya sangan tergantung pada
sumber daya alam, yang ada dan bersifat interaktif, manusia baru pada tahap meramu
tumbuhan dan berburu binatang untuk kehidupan manusia. Pada tahap kebudayaan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-6
pengumpulan bahan makanan teritori ruang hidup yang diperlukan oleh seorang manusia harus
seluas mungkin untuk memastikan perolehan bahan makanan.
Pada tahap berikutnya, di mana manusia mulai mengenal teknologi yang lebih tinggi
manusia mulai memanipulasi sumber daya agar berproduksi sesuai dengan kebutuhannya.
Tahap ini disebut dengan tahap kebudayaan produksi bahan pangan yang ditandai dengan
budidaya berbagai jenis bahan tanaman, ternak serta berkembangnya sistem perladangan dan
persawahan, serta dikuasainya teknik pengelolaan air (irigasi). Kedua hal terakhir ini membuat
manusia menjadi hidup menetap di suatu tempat, tidak lagi berpindah-pindah untuk mengikuti
hewan buruannya, atau kesuburan tanah. Akibatnya kebutuhan ruang menjadi tidak seluas
tahap sebelumnya, sepanjang kebutuhan ladang atau sawah sudah terpenuhi dan
kemungkinan besar individu akan berdiam diri di wilayah tersebut dan mengembangkan
permukiman. Permukiman seperti ini dalam antropologi disebut dengan desa.
Perkembangan permukiman seiring dengan meningkatnya populasi sebagai akibat
jaminan keamanan pangan yang tercukupi, oleh sistem perladangan atau sistem persawahan
(dibanding dengan sistem berburu dan meramu) menjadi berkembang sistem ekonomi, politik
pemerintahan dan organisasi sosial. Selanjutnya kesejahteraan masyarakat mulai meningkat
dan hal itu meningkatkan pula sistem pengetahuan, seni dan teknologi manusia. Di bidang
ekonomi perubahan spesifikasi bidang kerja yang mengakibatkan manusia menjadi spesialis
untuk satu bidang tertentu. Sementara di bidang sosial politik muncul perbedaan strata atas
dasar perbedaan surplus pangan yang ujungnya adalah perbedaan kekuasaan, muncul
stratifikasi sosial, dan sistem kepemimpinan. Dalam masyarakat yang mempengaruhi
munculnya spesifikasi dalam penggunaan ruang.
Kompleksitas ini menyebabkan lahirnya bidang pekerjaan baru yang tidak bersentuhan
lagi dengan sumber daya alam secara langsung yaitu bidang jasa. Dalam bidang teknologi
berbagai penemuan manufaktur dan mesin menyebabkan manusia bekerja untuk produktifitas
masal yang menuntut efektivitas dan efisiensi dalam sebuah kompleks industri. Orientasi
ekonomi pada pengembangan capital atas dasar industri dan jasa menjadi ciri dari
perkembangan permukiman yang lebih komplek dari desa yang disebut kota.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penyusunan revisi RTRW kabupaten Jepara,
kepentingan dan kebutuhan perkembangan peradaban manusia pertimbangan antara
kebutuhan lingkungan hidup untuk terus sustain, perkembangan teknologi, kebutuhan ekonomi,
sosial dan budaya serta kepentingan politik menjadi pertimbangan yang penting. Hanya saja
pertimbangan keberlanjutan yang menjadi isu utama menjadi pertimbangan utama yang

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-7
diwujudkan dalam pengukuran daya dukung dan daya tampung dalam penetapan peruntukan
lahannya.
Sementara itu pengaturan mengenai ruang diwarnai dengan batas tapak yang boleh jadi
terbentuk material (fisk) tapi juga non fisik atau berada dalam peta kognitif (imajiner) anggota
mayarakat saja (Rapoport, 1986). Ruang juga menunjukkan atau mencerminkan keunikan
dengan aturan lokal (local wisdom) suatu masyarakat. Ruang-ruang yang memiliki budaya
tinggi seperti ruang lokal yang unik, situs cagar budaya dan lokasi warisan budaya harus dapat
dilestarikan keberadaanya dalam suatu kawasan perencanaan sebagai suatu warisan budaya
yang dapat merupakan simbol kota tersebut. Sense and spirit of place dari suatu
ruang/kawasan yang ditata harus dilestarikan atau direkayasa untuk memberi roh makna dan
pesan budaya pada kawasan tersebut. Kawasan terlebih kota seharusnya memiliki hal tersebut
sehingga nilai etnik dan bangsa dapat tercermin dalam penataannya. Isu ini dalam RTRW Kota
Jepara juga akan diwadai dalam penetapan kawasan strategis Sosial Budaya.
Masyarakat dari uraian di atas sangat penting perannya di dalam penataan ruang
merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Pendekatan konvensional yang melihat
masyarakat sebagai objek sudah harus ditinggalkan. Pendekatan baru yang memandang
masyarakat sebagai subyek pengaturan dengan keanekaragaman kehendak dan kepentingan
harus lebih ditekankan. Rencana tata ruang wilayah kabupaten Jepara harus membuka
kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berperan dalam tiap tahap perencanaan
seperti yang telah diatur dalam PP Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang.
Masyarakat dalam tahap perencanaan tahu apa yang mereka butuhkan. Masyarakat
dengan demikian dapat memberikan masukan melalui forum curah gagas, untuk memberikan
masukan agar rencana tata ruang optimal dan proporsional untuk berbagai kegiatan, agar
terhindar dari spekulasi dan alokasi ruang yang berlebih untuk kegiatan tertentu. Jika dalam
perencanaa masyarakat sudah dilibatkan secara optimal maka harapannya dalam pemanfaatan
ruang masyarakan akan menjaga penggunaan ruang sesuai dengan peruntukannya, alokasi
dan waktu yang direncanakan sehingga terhindar dari konflik pemanfaatan ruang. Pada tahap
pengendalian masyarakat akan memiliki dan bertangungjawab dalam menjaga kualitas ruang
yang nyaman dan berkelanjutan.

4.3. Landasan Yuridis


Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-8
hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan
dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis
menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur
sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan
hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau
tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya
berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang
sama sekali belum ada.
Beberapa peraturan baru yang akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan
Rancanan Peraturan Derah Kabupaten Jepara tentang RTRW Kabupaten Jepara diantaranya
adalah:
A. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Undang-undang ini menjadi pedoman dalam upaya penciptaan lapangan pekerjaan dan
perlindungan terhadap ruang. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2011 tentang Cipta
Kerja mengamanatkan perubahan terhadap undang-undang lain yang terkait dengan
penataan ruang.
B. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
Undang-undang ini menjadi pedoman dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Perda RTRW Kabupaten Jepara).
C. Undang-Undang RI No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana diubah
dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Undang-Undang RI No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Pasal 25 ayat (1) huruf a, b dan huruf c; Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten mengacu pada: (1) a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana
tata ruang wilayah provinsi; (1) b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang
penataan ruang; dan (4) c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.
2) Pasal 25 ayat (2) huruf a, b, c, d, e, f, dan g. Penyusunan rencana tata ruang wilayah
kabupaten harus memperhatikan: (2) a. perkembangan permasalahan provinsi dan
hasil pengkajian implikasi penataan ruang kabupaten; 2 (b). upaya pemerataan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten; 2 (c). keselarasan aspirasi
pembangunan kabupaten; (2) d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; (2)

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-9
e. rencana pembangunan jangka panjang daerah; dan (2) f. rencana tata ruang
wilayah kabupaten yang berbatasan.
3) Pasal 26 ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f. Rencana Tata ruang Kabupaten memuat: (1) a.
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; (1) b. rencana
struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang
terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten;(1) c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan
lindung kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten; (1) d. arahan pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan; dan (1) e. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
4) Pasal 26 ayat (2) huruf a, b, c, d, e. Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten menjadi
pedoman untuk: (2) a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; (2)
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah; (2) c. pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten; (2) d. pewujudan
keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor; dan (2) e. penetapan lokasi
dan fungsi ruang untuk investasi.
5) Pasal 26 ayat (3). Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dan administrasi pertanahan.
6) Pasal 26 ayat (4). Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah 20 (dua
puluh) tahun.
7) Pasal 26 ayat (5) Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
8) Pasal 26 ayat (6). Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas teritorial negara, batas wilayah daerah yang ditetapkan
dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
9) Pasal 26 ayat (7). Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan dengan
peraturan daerah kabupaten.
10) Pasal 78 ayat (4) huruf c; (4) c. Semua peraturan daerah kabupaten/kota tentang
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota disusun atau disesuaikan paling lambat 3
(tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-10
D. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan diubah kembali
dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Terjadi beberapa perubahan dalam pembagian urusan pemerintahan antara lain:
a. Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan dengan pengelolaan taman
hutan raya kabupaten menjadi kewenangan Daerah kabupaten.
b. Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan dengan
pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah kabupaten/kota menjadi kewenangan
Daerah kabupaten.
c. Pembagian urusan Pemerintah Daerah Kabupaten bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang:
1) Sumber Daya Air (SDA)  Pengelolaan SDA dan bangunan pengaman pantai pada
wilayah sungai dalam satu daerah kabupaten/kota; pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya kurang dari 1000
ha dalam satu kabupaten.
2) Air Minum  Pengelolaan dan pengembangan SPAM di daerah kabupaten/kota.
3) Persampahan  Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan dalam
daerah kabupaten.
4) Air Limbah  Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah dalam daerah
kabupaten.
5) Drainase  Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase yang terhubung
langsung dengan sungai dalam daerah kabupaten.
6) Permukiman  Penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di daerah kab/kota.
7) Bangunan Gedung  Penetapan bangunan gedung di wilayah daerah
kabupaten/kota.
8) Jalan  Penyelenggaraan jalan kabupaten.
9) Kawasan Permukiman  Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman
kumuh dengan luas dibawah 10 ha.
d. Pembagian urusan pemerintahan bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ):
1) Terminal tipe A  kewenangan pengelolaan Pemerintah Pusat.
2) Terminal tipe B  kewenangan pengelolaan Pemerintah Provinsi.
3) Terminal tipe C  kewenangan pengelolaan Pemerintah Kab/Kota.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-11
e. Pembagian urusan pemerintahan bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (esdm):
Daerah kabupaten/kota hanya memiliki kewenangan dalam sub urusan Energi Baru
Terbarukan yaitu dalam hal penerbitan izin pemanfaatan langsung panas bumi dalam
Daerah kabupaten/kota.
E. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
a) Menggunakan istilah kawasan cagar budaya.
b) Cagar budaya terdiri dari Benda Cagar Budaya, Situs dan Kawasan.
c) Kawasan cagar budaya memiliki 2 atau lebih situs didalam satu kawasan atau tempat
yang berdekatan.
d) Menambahkan teknik pelestarian cagar budaya yang dapat menjadi program pelestarian
dalam RTRW Kabupaten/Kota.
F. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air sebagaimana diubah
dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Pemerintah bertugas :
a) menyusun kebijakan pengelolaan sumber daya air,
b) menyusun pola pengelolaan sumber daya air,
c) menyusun rencana pengelolaan sumber data air,
d) mengelola kawasan lindung sumber air,
e) menyelenggarakan proses perizinan penggunaan sumber daya air,
f) mengembangkan dan mengelola sistem penyediaan air minum,
g) menjamin penyediaan air baku yang memenuhi kualitas untuk pemenuhan kebutuhan
pokok minimal sehari-hari masyarakat pada wilayah sungai,
h) mengembangkan dan mengelola sistem irigasi,
i) menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air.
G. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan sebagaimana diubah dalam
Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Perencanaan Perkebunan dilakukan berdasarkan:
a) rencana pembangunan nasional;
b) rencana tata ruang wilayah;
c) kesesuaian Tanah dan iklim serta ketersediaan lahan untuk Usaha Perkebunan;
d) daya dukung dan daya tampung lingkungan;
e) kinerja pembangunan Perkebunan;
f) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-12
g) kondisi ekonomi dan sosial budaya;
h) kondisi pasar dan tuntutan globalisasi; dan
i) aspirasi daerah dengan tetap menjunjung keutuhan bangsa dan negara.
H. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
sebagaimana diubah dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
a) Penambahan unsur ekologis dalam penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum.
b) Definisi kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
I. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan sebagaimana diubah dalam
Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
a) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama mengembangkan sarana Perdagangan berupa:
a. Pasar rakyat;
b. Pusat perbelanjaan;
c. Toko swalayan;
d. Gudang
b) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan
pengaturan tentang pengembangan, penataan dan pembinaan yang setara dan
berkeadilan terhadap pasar rakyat, pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan perkulakan
untuk menciptakan kepastian berusaha dan hubungan kerja sama yang seimbang
antara pemasok dan pengecer dengan tetap memperhatikan keberpihakan kepada
koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.
c) Pengembangan, penataan, dan pembinaan dilakukan melalui pengaturan perizinan, tata
ruang, zonasi dengan memperhatikan jarak dan lokasi pendirian, kemitraan, dan kerja
sama usaha
J. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian sebagaimana diubah dalam
Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Rujukan undang-undang ini sangat dibutuhkan berkaitan dengan adanya rencana
Kabupaten Jepara untuk membangun Kawasan Indistri, dimana dalam undang-undang ini
terdapat beberapa poin penting berupa:

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-13
a) Kepala Daerah menyusun Rencana Pembangunan Industri Kabupaten yang menginduk
kepada Rencana Pembangunan Industri Nasional dan Rencana Pembangunan Industri
Provinsi yang disusun dengan tetap memperhatikan RTRW Kabupaten.
b) Menggunakan istilah perwilayahan industri.
c) Perwilayahan industri dibagi menjadi:
1) Pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri.
2) Pengembangan kawasan peruntukan industri.
3) Pembangunan kawasan industri.
4) Pengembangan sentra industri kecil dan menengah.
d) RTRW Kabupaten Jepara mengalokasikan kegiatan industri dalam zona kawasan
peruntukan industri sesuai dengan pedoman Permen ATR Nomor 11 Tahun 2021
tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan
Rencana Detail Tata Ruang.
e) Dalam penyusunan rencana kawasan Industri Kabupaten Jepara akan mengikuti
turunan undang-undang tersebut seperti:
1) PP 142/2015 tentang Kawasan Industri
2) Menperin 41/2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri
3) Ripin 2015.
K. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dalam Undang-
Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
a) Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat.
b) Penyebutan Desa atau Desa Adat disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di
daerah setempat.
c) Mendukung adanya Kawasan Perdesaan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-14
Contents
4.1. Landasan Filosofis ............................................................................................................................. 1
4.2. Landasan Sosiologis .......................................................................................................................... 5
4.3. Landasan Yuridis ............................................................................................................................... 8

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 4-15
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERDA
RTRW KABUPATEN JEPARA TAHUN 2022 – 2042

5.1 Jangkauan
Jangkauan pengaturan Peraturan Daerah Kabupaten Jepara bersifat sebagai arahan
dan payung bagi perizinan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten terkait dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara. Raperda ini nantinya setelah menjadi perda
akan berperan sebagai dasar untuk kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dan
administrasi pertanahan. Sesuai dengan UU No. 11 tahun 2011 tentang Cipta Kerja tentang
perubahan UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 26 ayat (3) Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten menjadi dasar untuk kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dan
administrasi pertanahan.
Pasal 26 Ayat (2) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;
d. pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor; dan
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.

5.2 Arah Pengaturan


Arah Pengaturan Perda RTRW Kabupaten Jepara adalah untuk pengendalian
pemanfaatan ruang yang berperan sebagai alat penertiban penataan ruang. Pengendalian
pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Jepara diarahkan untuk:

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-1
a. Mengendalikan perkembangan kawasan.
b. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
c. Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang telah
sesuai dengan rencana tata ruang.
d. Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
e. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan.
f. Melindungi kepentingan umum.

5.3 Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah


Materi yang akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jepara tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara meliputi:
a. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa;
b. materi yang akan diatur;
c. ketentuan sanksi; dan
d. ketentuan peralihan.
5.3.1. Ketentuan Umum
Ketentuan umum meliputi pengertian berbagai istilah yang tercakup dalam rancangan
peraturan daerah ini. Ketentuan umum disesuaikan dengan kapasitas dan kedudukan RTRW
sebagai produk kebijakan di tingkat kabupaten, sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat adalah Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan Perangkat Daerah Provinsi sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
4. Kabupaten adalah Kabupaten Jepara.
5. Bupati adalah Bupati Jepara.
6. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administrasi dan/atau aspek fungsional.
7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-2
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.
8. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
9. Struktur Ruang adalah susunan pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
10. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
11. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil Perencanaan
Tata Ruang.
12. Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
13. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil
perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif.
14. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses Perencanaan Tata Ruang,
Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
15. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan Penataan Ruang.
16. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat.
17. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja Penataan
Ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
Masyarakat dalam Penataan Ruang.
18. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan Penataan Ruang
melalui pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
19. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan Struktur Ruang
dan Pola Ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan RTR.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-3
20. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan Struktur Ruang dan Pola
Ruang sesuai dengan RTR melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
21. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib Tata
Ruang.
22. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar Penyelenggaraan Penataan
Ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
23. Kawasan Strategis Kabupaten adalah Wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
24. Kawasan adalah Wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
25. Kawasan Lindung adalah Wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.
26. Kawasan Budi Daya adalah Wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
27. Kawasan Perkotaan adalah Wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
28. Kawasan Perdesaan adalah Wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi Kawasan
sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
29. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dengan mempertimbangkan aspek
fungsi ekologis, resapan air, ekonomi, sosial budaya, dan estetika.
30. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
31. Pusat Pelayanan Kawasan adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-4
32. Pusat Pelayanan Lingkungan adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antardesa.
33. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana
secara terperinci tentang Tata Ruang Wilayah kabupaten yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten.
34. Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
35. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga.
36. Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan
lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.
37. Jalan Lokal Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
38. Jalan Lingkungan Primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat
kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan
perdesaan.
39. Jalan Lingkungan Sekunder adalah jalan yang menghubungkan antarpersil
dalam kawasan perkotaan.
40. Terminal Penumpang Tipe A adalah terminal penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi
(AKAP), angkutan lintas batas antarnegara, angkutan antarkota dalam provinsi
(AKDP), angkutan kota (AK), serta angkutan perdesaan (ADES).
41. Terminal Penumpang Tipe B adalah terminal penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi
(AKDP), angkutan kota (AK), serta angkutan perdesaan (ADES).
42. Terminal Penumpang Tipe C adalah terminal penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan kota (AK) dan angkutan
perdesaan (ADES).

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-5
43. Jembatan Timbang adalah alat dan tempat yang digunakan untuk pengawasan
dan pengamanan jalan dengan menimbang muatan kendaraan angkutan.
44. Jembatan adalah jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas
permukaan tanah.
45. Lintas Penyeberangan Antarkabupaten/Kota dalam Provinsi adalah suatu alur
perairan di sungai dan/atau danau yang ditetapkan sebagai lintas penyeberangan
antarkabupaten/kota yang menghubungkan antarjaringan jalan provinsi.
46. Lintas Penyeberangan dalam Kabupaten adalah suatu alur perairan di sungai
dan/atau danau yang ditetapkan sebagai lintas penyeberangan dalam kabupaten
yang menghubungkan simpul pada jaringan jalan.
47. Pelabuhan Penyeberangan Kelas I adalah pelabuhan yang digunakan untuk
kegiatan angkutan penyeberangan Kelas I.
48. Pelabuhan Penyeberangan Kelas III adalah pelabuhan yang digunakan untuk
kegiatan angkutan penyeberangan Kelas III.
49. Pelabuhan Pengumpan Regional adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya
melayani angkutan dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam
jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan
pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarkabupaten/ kota
dalam provinsi.
50. Pelabuhan Pengumpan Lokal adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
angkutan dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan
pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarkabupaten/ kota
dalam kabupaten/kota.
51. Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan bagian dari
pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha
pokoknya.
52. Pelabuhan Perikanan Pantai adalah tempat yang terdiri atas daratan dan
perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-6
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan kelas C.
53. Pangkalan Pendaratan Ikan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan kelas
D.
54. Bandar Udara Pengumpan adalah bandar udara yang mempunyai cakupan
pelayanan dan mempengaruhi ekonomi terbatas.
55. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan tenaga uap.
56. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan tenaga diesel.
57. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan tenaga matahari.
58. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan tenaga angin.
59. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan tekanan mikro hidro.
60. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik
yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan nominal di
atas 230 kV.
61. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan nominal 35 kV
sampai dengan 230 kV.
62. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara bertegangan di bawah 35 kV
sesuai standar di bidang ketenagalistrikan.
63. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat (penghantar) di udara bertegangan di 220 volt sampai
dengan 1000 volt sesuai standar di bidang ketenagalistrikan.
64. Jaringan Pipa/ Kabel Bawah Laut Penyaluran Tenaga Listrik adalah
Penyaluran Tenaga Listrik adalah jaringan tabung berongga dengan diameter dan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-7
panjang bervariasi serta kabel untuk penyaluran tenaga listrik yang
terletak/tertanam di bagian bawah laut.
65. Gardu Listrik adalah bangunan sebagai tempat distribusi arus listrik.
66. Jaringan Tetap adalah satu kesatuan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi
untuk layanan telekomunikasi tetap, termasuk pipa/kabel bawah laut
telekomunikasi.
67. Jaringan Bergerak Seluler adalah jaringan yang melayani telekomunikasi
bergerak dengan teknologi seluler di permukaan bumi.
68. Jaringan Irigasi Primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
69. Jaringan Irigasi Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
70. Jaringan Irigasi Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan
pelengkapnya.
71. Jaringan Pengendalian Banjir adalah jaringan yang dapat memperlambat waktu
tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir.
72. Bangunan Pengendalian Banjir adalah bangunan yang dapat memperlambat
waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir.
73. Unit Air Baku adalah sarana pengambilan dan/atau penyedia air baku.
74. Unit Produksi adalah infrastruktur yang dapat digunakan untuk proses
pengolahan air baku menjadi air minum melalui proses fisika, kimia, dan/atau
biologi, termasuk pipa/ kabel bawah laut air minum.
75. Unit Pelayanan adalah titik pengambilan air terdiri atas sambungan langsung,
hidran umum, dan/atau hidran kebakaran, yang harus dipasang alat pengukuran
berupa meter air.
76. Sumur Dangkal adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah yang
digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum.
77. Sumur Pompa adalah sarana berupa sumur yang bertujuan untuk mendapatkan
air baku untuk air minum yang dibuat dengan mengebor tanah pada kedalaman
tertentu.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-8
78. Terminal Air adalah sarana pelayanan air minum yang digunakan secara komunal
berupa bak penampung air yang ditempatkan dia atas permukaan tanah atau
pondasi dan pengisian air dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau
kapal tangki air.
79. Bangunan Penangkap Mata Air adalah sarana yang dibangun untuk
mengumpulkan air pada sumber mata air dan melindungi sumber mata air
terhadap pencemaran.
80. Sistem Pengelolaan Air Limbah Non Domestik adalah serangkaian kegiatan
pengelolaan air limbah non domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan
sarana pengelolaan air limbah non domestik, termasuk pipa/kabel bawah laut air
limbah.
81. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah serangkaian kegiatan
pengelolaan air limbah domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan
sarana pengelolaan air limbah domestik, termasuk pipa/kabel bawah laut air
limbah.
82. Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah satu
kesatuan sarana dan prasarana pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
83. Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R) adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan
pendauran ulang skala kawasan.
84. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan.
85. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
86. Jalur Evakuasi Bencana adalah jalan yang dikhususkan untuk jalur evakuasi bila
terjadi bencana.
87. Tempat Evakuasi Bencana adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan
memindahkan korban bencana dari lokasi bencana ke tempat yang aman atau
penampungan pertama untuk mendapatkan tindakan penanganan lebih lanjut.
88. Jaringan Drainase Primer adalah jaringan untuk menampung dan mengalirkan
air lebih dari saluran drainase sekunder dan menyalurkan ke badan air penerima.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-9
89. Jaringan Drainase Sekunder adalah jaringan untuk menampung air dari saluran
drainase tersier dan membuang air tersebut ke jaringan drainase primer.
90. Jaringan Drainase Tersier adalah jaringan untuk menerima air dari saluran
penangkap dan menyalurkannya ke jaringan drainase sekunder.
91. Badan Air adalah air permukaan bumi yang berupa sungai, danau, embung,
waduk, dan sebagainya.
92. Kawasan Hutan Lindung adalah Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
93. Kawasan Perlindungan Setempat adalah Kawasan yang diperuntukkan bagi
kegiatan pemanfaatan lahan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam tata
kehidupan masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari, serta dapat menjaga kelestarian jumlah, kualitas penyediaan tata air,
kelancaran, ketertiban pengaturan, dan pemanfaatan air dari sumber-sumber air.
Termasuk didalamnya kawasan kearifan lokal, sempadan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung antara lain sempadan pantai, sungai, mata air, situ, danau,
embung, dan waduk, serta kawasan lainnya yang memiliki fungsi perlindungan
setempat.
94. Cagar Alam adalah suatu Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
95. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi.
96. Taman Wisata Alam adalah Kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan
terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi.
97. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan Ruang geografis yang memiliki dua situs
cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri
Tata Ruang yang khas, dan ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan rekomendasi tim ahli cagar budaya.
98. Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah Kawasan hutan dengan faktor-faktor
kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125 (seratus dua puluh

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-10
lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat) di luar kawasan hutan
lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru.
99. Kawasan Hutan Produksi Tetap adalah Kawasan hutan dengan faktor-faktor
kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125 (seratus dua
puluh lima) di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian
alam, dan taman buru.
100. Kawasan Perkebunan Rakyat adalah hutan rakyat yaitu hutan yang dimiliki oleh
rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar, penutupan tajuk tanaman berkayu atau
jenis lainnya lebih dari 50% atau jumlah tanaman pada tahun pertama minimal 500
tanaman tiap hektar.
101. Kawasan Tanaman Pangan adalah Kawasan lahan basah beririgasi, rawa
pasang surut dan lebak dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering
potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman pangan.
102. Kawasan Perkebunan adalah Kawasan yang memiliki potensi untuk
dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada lahan basah dan atau lahan kering
untuk komoditas perkebunan.
103. Kawasan Peternakan adalah Kawasan yang secara khusus diperuntukkan untuk
kegiatan peternakan atau terpadu dengan komponen usaha tani (berbasis
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi
dan berakses dari hulu sampai hilir.
104. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah Wilayah budi daya pertanian
terutama pada Wilayah perdesaan yang memiliki hamparan lahan pertanian
pangan berkelanjutan dan/atau hamparan lahan cadangan pertanian pangan
berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
105. Kawasan Perikanan Budi Daya adalah Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk budi daya ikan atas dasar potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan kondisi lingkungan serta kondisi prasarana sarana umum yang ada.
106. Kawasan Pergaraman adalah Kawasan yang berkaitan dengan praproduksi,
produksi, pascaproduksi, pengolahan, dan pengolahan garam.
107. Kawasan Peruntukan Pertambangan Batuan adalah bagian dari wilayah
pertambangan yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi
geologi yang secara dominan terdapat komoditas tambang batuan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-11
108. Kawasan Pembangkitan Tenaga Listrik adalah Kawasan yang mendukung
kegiatan memproduksi tenaga listrik.
109. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi
kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
110. Kawasan Pariwisata adalah Kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata baik alam, buatan, maupun
budaya.
111. Kawasan Permukiman Perkotaan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan di Kawasan Perkotaan.
112. Kawasan Permukiman Perdesaan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan di Kawasan Perdesaan.
113. Kawasan Transportasi adalah Kawasan yang dikembangkan untuk menampung
fungsi transportasi skala regional dalam upaya untuk mendukung kebijakan
pengembangan sistem transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang
yang meliputi transportasi darat, udara, dan laut.
114. Kawasan Pertahanan dan Keamanan adalah Kawasan yang dikembangkan
untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan
seperti instalasi pertahanan dan keamanan, termasuk tempat latihan, kodam,
korem, koramil, dan sebagainya.
115. Kawasan Strategis Kabupaten adalah bagian Wilayah Kabupaten yang penataan
ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup Wilayah Kabupaten di bidang ekonomi, sosial budaya, sumberdaya alam
dan/atau teknologi tinggi, dan/atau lingkungan hidup.
116. Ketentuan Umum Zonasi adalah penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya yang mencakup seluruh Wilayah administratif.
117. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat KKPR
adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian rencana kegiatan Pemanfaatan
Ruang yang didasarkan pada kebijakan nasional yang bersifat strategis dan belum

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-12
diatur dalam RTR dengan mempertimbangkan asas dan tujuan Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
118. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan
RDTR.
119. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan
RTR selain RDTR.
120. Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen
yang menyatakan kesesuaian rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
didasarkan pada kebijakan nasional yang bersifat strategis dan belum diatur dalam
RTR dengan mempertimbangkan asas dan tujuan Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
121. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/ atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.
122. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses Perencanaan
Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
123. Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat dan daerah yang bertugas
untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan
pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.

5.3.2. Materi yang Akan Diatur


Materi yang akan diatur sesuai dengan ruang lingkup RTRW Kabupaten yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Wilayah Kabupaten.
Ruang lingkup RTRW Kabupaten ditetapkan pada pasal 26 Ayat (1), tentang muatan RTRW
Kabupaten. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten memuat:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya
yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten;
c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan
kawasan budidaya kabupaten;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-13
d. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan
e. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, ketentuan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Lingkup Wilayah perencanaan RTRW Kabupaten merupakan seluruh Wilayah
administrasi Kabupaten dengan luas kurang lebih 102.057,21 (seratus dua ribu lima puluh tujuh
koma dua satu) hektar yang terletak di antara 110° 9' 48, 02" sampai 110° 58' 37,40" Bujur
Timur, 5° 43' 20,67" sampai 6° 47' 25,83" Lintang Selatan dengan batas Wilayah meliputi:
a. sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa;
b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Demak;
c. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa.

5.3.2.1. Tujuan, Kebijakan, Strategi dan Arahan Pengembangan


Tujuan penataan ruang Kabupaten Jepara adalah “mewujudkan kota jasa pariwisata yang
didukung oleh potensi perikanan, pertanian dan industri yang inklusif dan
berkelanjutan”.
Untuk mencapai tujuan penataan ruang, maka kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah
Kabupaten Jepara dirumuskan sebagai berikut:
1. Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten, meliputi:
a. Pengembangan sistem pusat permukiman yang berhierarkI, melalui strategi sebagai
berikut:
1) menetapkan Pusat Kegiatan Lokal sesuai peran pusat kegiatannya;
2) menetapkan Pusat Pelayanan Kawasan sesuai peran pusat kegiatannya;
3) menetapkan Pusat Pelayanan Lingkungan sesuai peran pusat kegiatannya;
4) mendorong perkembangan semua pusat pelayanan dengan melengkapi sarana dan
prasarana sesuai hierarkinya.
b. Pengembangan sistem dan pemantapan fungsi jaringan transportasi untuk
meningkatkan keterkaitan spasial antar pusat kegiatan pelayanan Kabupaten, melalui
strategi sebagai berikut:
1) menata sistem jaringan transportasi untuk mendukung pengembangan pusat-pusat
pelayanan Wilayah yang terhierarki;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-14
2) mengembangkan sistem jaringan transportasi yang mampu mengkoneksikan sistem
transportasi darat dengan sistem jaringan transportasi laut dan udara;
3) meningkatkan dan menetapkan jalan sesuai dengan fungsi, kapasitas dan tingkat
pelayanannya;
4) memantapkan peran dan fungsi pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan laut; dan
5) mengembangkan bandar udara umum.
c. Pengembangan sistem jaringan prasarana Wilayah untuk memantapkan peran dan
fungsi pusat kegiatan yang ada di Wilayah Kabupaten, melalui strategi sebagai berikut:
1) meningkatkan sistem jaringan energi ke seluruh Wilayah Kabupaten, terutama untuk
pusat-pusat kegiatan baru dan pulau pulau kecil berpenghuni;
2) mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi ke seluruh Wilayah;
3) meningkatkan sistem jaringan sumber daya air;
4) meningkatkan cakupan pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);
5) meningkatkan Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL);
6) meningkatkan Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
7) meningkatkan pelayanan sistem jaringan persampahan;
8) menetapkan sistem jaringan evakuasi bencana; dan
9) mengembangkan sistem drainase di wilayah kabupaten.
2. Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah kabupaten, meliputi:
a. Pemantapan fungsi dan kelestarian kawasan lindung, melalui strategi sebagai berikut:
1) memelihara dan menjaga kelestarian Kawasan hutan lindung;
2) memelihara dan menjaga kelestarian Kawasan Perlindungan Setempat;
3) memelihara dan menjaga kelestarian Kawasan konservasi;
4) melestarikan Kawasan Cagar Budaya;
5) mengembalikan dan meningkatkan fungsi Kawasan Lindung yang mengalami
penurunan akibat Kegiatan Budi Daya;
6) mengendalikan perkembangan Kegiatan Budi Daya di Kawasan Lindung; dan
7) mengembangkan Ruang Terbuka Hijau di perkotaan dengan persentase minimal
20% (dua puluh persen) Ruang Terbuka Hijau publik dan 10% (sepuluh persen)
Ruang Terbuka Hijau privat.
b. Pemanfataan lahan Kawasan Budi Daya sesuai daya dukung, daya tampung dan
kesesuaian lahan, melalui strategi sebagai berikut:
1) mengoptimalkan ruang bagi Kegiatan Budi Daya sesuai daya dukung lingkungan
hidup dan daya tampung lingkungan hidup;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-15
2) membatasi perkembangan Kegiatan Budi Daya terbangun di Kawasan rawan
bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat
bencana;
3) mengembangkan Kawasan Perkotaan dengan kecenderungan pertumbuhan
aktivitas dan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan/atau padat; dan
4) mengembangkan Kawasan nonproduktif untuk kegiatan pembangunan non
pertanian guna mempertahankan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
c. Pengembangan Kawasan Pariwisata yang berkelanjutan dengan bertumpu pada budaya
lokal, melalui strategi sebagai berikut:
1) mengembangkan kegiatan pariwisata alam, buatan, dan budaya;
2) mempercepat pembangunan simpul pariwisata didukung dengan penyediaan
prasarana dan sarana pendukung pariwisata;
3) mengembangkan desa wisata; dan
4) mengembangkan obyek wisata andalan.
d. Pengembangan Kawasan perikanan berkelanjutan, melalui strategi sebagai berikut:
1) mengembangkan kawasan minapolitan;
2) mengembangkan sentra-sentra produksi dan usaha berbasis perikanan dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang memadai sebagai pendukung keanekaragaman
aktivitas ekonomi;
3) mengembangkan Kegiatan Perikanan yang ramah lingkungan; dan
4) mengembangkan pusat penelitian dan pengembangan perikanan.
e. Pengembangan Kawasan pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan, melalui
strategi sebagai berikut:
1) menetapkan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
2) mempertahankan dan mengintensifikasikan Kegiatan Tanaman Pangan di lahan
yang ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan
3) mengembangkan kawasan agropolitan.
f. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri yang inklusif, melalui strategi sebagai
berikut:
1) menetapkan kawasan peruntukan industri yang berwawasan lingkungan;
2) mengembangkan kegiatan industri ramah lingkungan;
3) mengembangkan prasarana dan sarana pendukung industri.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-16
3. Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten yang memiliki pengaruh sangat penting
dalam lingkup Kabupaten terhadap pengembangan kegiatan ekonomi, sosial budaya,
dan/atau lingkungan di kabupaten, melalui strategi sebagai berikut:
1) menetapkan kawasan strategis ekonomi di kawasan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL), kawasan peruntukan industri prioritas, kawasan agropolitan, kawasan
minapolitan dan kawasan strategis pariwisata;
2) menetapkan kawasan strategis pelestarian sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
3) menetapkan kawasan strategis sosial budaya di kawasan permukiman berkarakter unik;
dan
4) menetapkan kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.

5.3.2.2. Rencana Struktur Ruang


A. Sistem Pusat Permukiman
Sistem pusat permukiman di Kabupaten Jepara terdiri atas
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pelayanan
sosial dan ekonomi, permukiman perkotaan, perdagangan, industri, perikanan, pendidikan
tinggi, perhubungan, dan pariwisata dengan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Jepara meliputi:
1. Kawasan Perkotaan Jepara terdiri atas Kecamatan Jepara;
2. Kawasan Perkotaan Kalinyamatan terdiri atas:
a) Kecamatan Kalinyamatan; dan
b) Kecamatan Pecangaan.
3. Kawasan Perkotaan Bangsri terdiri atas:
a) Kecamatan Bangsri; dan
b) Kecamatan Kembang.
b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan
pusat pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di
Kabupaten Jepara meliputi:
1. Kawasan Perkotaan Mlonggo;
2. Kawasan Perkotaan Tahunan;
3. Kawasan Perkotaan Mayong;
4. Kawasan Perkotaan Welahan;
5. Kawasan Perkotaan Keling;
6. Kawasan Perkotaan Batealit; dan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-17
7. Kawasan Perkotaan Karimunjawa.
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) berfungsi sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi
skala lingkungan. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di Kabupaten Jepara meliputi:
1. Pusat Pelayanan Lingkungan Kedung;
2. Pusat Pelayanan Lingkungan Pakis Aji;
3. Pusat Pelayanan Lingkungan Donorojo; dan
4. Pusat Pelayanan Lingkungan Nalumsari.
B. Sistem Jaringan Prasarana
Sistem jaringan prasarana di Kabupaten Jepara terdiri atas sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber
daya air, dan sistem jaringan prasarana lainnya.
B.1. Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi di Kabupaten Jepara meliputi sistem jaringan jalan, sistem
jaringan sungai, danau, dan penyeberangan, sistem jaringan transportasi laut, dan bandar
udara umum dan bandar udara khusus.
a. Sistem jaringan jalan terdiri atas:
1. Jalan umum meliputi:
a) Jalan kolektor terdiri atas:
1) Jalan kolektor primer meliputi:
 Jln. A. Yani / Jalan Shima (Jalan Kyai Ronggo Mulyo-Jalan Lingkar
Cumbring);
 Bts. Kab. Demak/ Bts. Kab. Jepara-Margoyoso;
 Margoyoso – Bts. Kota Jepara
 Jln. Soekarno-Hatta;
 Kudus-Margoyoso/ Bts. Kab. Jepara
 Bts. Kab. Kudus – Margoyoso
 Jepara – Kedungmalang - Pecangaan
 Jepara-Keling/ Bts. Kab. Pati;
 Jl. Lingkar Cumbring;
 Keling/ Bts. Kab. Jepara- Tayu
 Jalan Ngasirah;
 Jalan RA Kardinah;
 Jalan RMP. Sosrodiningrat;
 Jalan Rukmini;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-18
 Jalan AE Suryani;
 Jalan Bangsri-Watulumpang;
 Jalan Bulu Jobokuto;
 Jalan Cik Lanang;
 Jalan Cipto Mangunkusumo (MT. Haryono-Kyai Mojo);
 Jalan ke Pelabuhan;
 Jalan Kyai Mojo (MT. Haryono-Kyai Mojo);
 Jalan Kyai Ronggo Mulyo (Jalan Sidik Harun-Jalan Ahmad Yani/ Jalan
Shima);
 Jalan Letjend. Suprapto (Jalan Wahidin-AE Suryani);
 Jalan Lingkar Bangsri;
 Jalan MT. Haryono;
 Jalan Pecangaan-Damarjati (Jalan Soekarno Hatta-Jalan Lingkar);
 Jalan Rengging-Pulodarat (Jalan Lingkar);
 Jalan Sidik Harun (TPI);
 Jalan Suwawal-Mororejo (Jalan Jepara-Keling ke rencana Jalan Coastal
Road);
 Jalan Tubanan-Kaliaman (Jalan Wedelan-Kaliaman ke akses jalan PLTU);
 Jalan Wahidin;
 Jalan Wedelan-Kaliaman;
 Jalan akses masuk PLTU; dan
 Jalan Sisir Pantai.
2) Jalan kolektor sekunder meliputi:
 Jalan Lingkar Jepara/Dr. Wahidin;
 Jalan Lingkar Jepara/Komisaris Moh. Sukri;
 Jalan Semarang – Demak – Jepara;
 Jalan Ahmad Yani/Jalan Shima (Jalan Kartini – Kyai Ronggo Mulyo);
 Jln. Kartini;
 Jln. Pemuda;
 Jln. Wahid Hasyim;
 Jalan HOS Cokroaminoto;
 Jalan Jambu-Bondo;
 Jalan Jend. Sudirman;
 Jalan Kaliaman-Bondo;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-19
 Jalan KH Fauzan; dan
 Jalan KH Yassin.
b) Jalan lokal terdiri atas:
1) Jalan lokal primer meliputi:
 Jalan A. Yani (Kecamatan Karimunjawa)
 Jalan Ahmad Dahlan (Karimunjawa)
 Jalan Bakalan - Pendosawalan - Pancur
 Jalan Bandengan - Mororejo
 Jalan Bangsri - Jerukwangi
 Jalan Bangsri - Tengguli
 Jalan Banjaragung - Pendem
 Jalan Banjaragung - Wedelan
 Jalan Banyumanis - Beteng
 Jalan Bategede - Tulaksoro
 Jalan Bawu - Mindahan
 Jalan Bendanpete - Buaran
 Jalan Beteng - Pantai
 Jalan Beteng - Ujungwatu
 Jalan Bondo - TPI
 Jalan Brigjend. Katamso
 Jalan Bringin - Bantrung (depan balai desa Bringin)
 Jalan Bringin - Mindahan
 Jalan Bringin - Tanjung
 Jalan Bucu - Sumanding
 Jalan Bugel - Bulakbaru
 Jalan Bugel - Jondang
 Jalan Bugel - Sowan Lor
 Jalan Bulungan - Lebak ( Jalur Selatan )
 Jalan Bulungan - Lebak ( Jalur utara )
 Jalan Bulungan - Pakis
 Jalan Bumi Perkemahan - Lebak
 Jalan Bumi Perkemahan - Tuk Songo
 Jalan Bumiharjo - Ngandong
 Jalan Bungu - Tumut

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-20
 Jalan Cepogo - Bucu
 Jalan Cepogo - Pendem
 Jalan Cepogo - Siculik
 Jalan Cipto Mangunkusumo (ruas II)
 Jalan Citrosomo
 Jalan Clering - Pasokan
 Jalan Cobaan - Jerukwangi
 Jalan Cobaan - Tengguli - Guyangan
 Jalan Cs Tubun
 Jalan CT Winarso
 Jalan CT Winarso
 Jalan CT Winarso
 Jalan Damaran - Batealit
 Jalan Damaran - Somosari
 Jalan Damarjati - Damaran
 Jalan Damarjati - Gotri
 Jalan Damarwulan - Batas Pati
 Jalan Damarwulan - Dodol
 Jalan Danang Mojo
 Jalan Daren - Bts Kudus
 Jalan Datar - Bategede
 Jalan Datar - Pancur
 Jalan Diponegoro (Kecamatan Jepara)
 Jalan Dr. Sutomo (Kec. Karimunjawa)
 Jalan Gedangan - Dorang
 Jalan Gemulung - Banyuputih
 Jalan Geneng - Rengging
 Jalan Gerdu - Kaliombo/Bts. Demak (Bungpis)
 Jalan Gerdu - Purwogondo
 Jalan Gudang Sawo
 Jalan Guwosobokerto - Ujung Pandan
 Jalan Guwosobokerto - Welahan
 Jalan Guyangan - Lebak
 Jalan Guyangan - Plajan ( Jalur Selatan )

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-21
 Jalan Guyangan - Plajan ( Jalur Utara )
 Jalan HM Sahid
 Jalan Imam Bonjol
 Jalan Jambu - TPI
 Jalan Jebol - Datar
 Jalan Jebol - Pule
 Jalan Jend. Anton Soejarwo
 Jalan Jend. Sudirman (Kecamatan Karimunjawa)
 Jalan Jeruk Wangi - Kedungleper
 Jalan Jerukwangi - Bondo
 Jalan Jinggotan - Balong
 Jalan Jinggotan - Dudakawu
 Jalan Jinggotan - Kancilan
 Jalan Jlegong - Damarwulan
 Jalan Jugo - Sumberejo
 Jalan Kajok - Bomo
 Jalan Kaliaman - Persil
 Jalan Kaliombo - Tempur
 Jalan Kalipucang - Teluk
 Jalan Kalipucang - Tigojuru
 Jalan Kaliwuloh - Tamansari
 Jalan Kamojan - Batulawang (Kecamatan Karimunjawa)
 Jalan Kamojan - Mrican (Kecamatan Karimunjawa)
 Jalan Kancilan - Tubanan
 Jalan Kapuran (Kecamatan Karimunjawa
 Jalan Karanggondang - Mpu Rancak
 Jalan Karanggondang - Pailus
 Jalan Karangkebagusan - Bergat
 Jalan Karimun Jawa - Kemojan
 Jalan Kawak - Guyangan
 Jalan Kecapi - Bringin
 Jalan Kecapi - Bulungan
 Jalan Kedungcino - Bandengan
 Jalan Kelet - Blingoh

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-22
 Jalan Keling - Bumiharjo
 Jalan Keling - Ngandong
 Jalan Keling - Tunahan
 Jalan Keongsari - Blebak
 Jalan Kerso - Tanggul Tlare
 Jalan KH. Faqih
 Jalan KH. Kathi
 Jalan Ki Hajar Dewantara
 Jalan Kol. Sugiyono
 Jalan Krapyak - Karangkebagusan
 Jalan Krasak - Guyangan
 Jalan Kuanyar - Pelang
 Jalan Kuwasen - Bandengan
 Jalan Kuwasen - Bandengan
 Jalan Kuwasen - Bandengan
 Jalan Kuwasen - Bandengan
 Jalan Kuwasen - Bandengan
 Jalan Kuwasen - Bandengan
 Jalan Kuwasen - Bandengan
 Jalan Kuwasen - Bandengan
 Jalan Kyai Ali Muhammad
 Jalan Kyai Mojo (Jl. Diponegoro-MT. Haryono)
 Jalan Kyai Ronggo Mulyo (Pasar Jepara-Jln Sidik Harun (TPI))
 Jalan Langon - Sukosono
 Jalan Lebak - Bringin
 Jalan Lebuawu - Banyuputih
 Jalan Letjend. Suprapto (AE Suryani-Hos. Cokrominoto)
 Jalan Lingkar Kelet
 Jalan Lingkar Kembang
 Jalan Lingkar Pasar Mindahan
 Jalan Mambak - Mororejo
 Jalan Mambak - Pakis
 Jalan Mambak-Pakis
 Jalan Mantingan - Bugel

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-23
 Jalan Manyargading - Guwosobokerto
 Jalan Manyargading - Sendang
 Jalan Mayong - Jebol
 Jalan Mayong - Paren
 Jalan Mayong Kidul - Dorang
 Jalan Mindahan - Batealit
 Jalan Mindahan - Damaran
 Jalan Mindahan - Raguklampitan
 Jalan Nalumsari - Daren
 Jalan Nalumsari - Kedungsari
 Jalan Nalumsari - Ngetuk
 Jalan Nalumsari - Papringan
 Jalan Nalumsari - Tunggulpandean
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Batealit - Setro)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Bategede - Kedungsari / Bts
Kudus)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Bucu - Sumanding)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Bungu - Tumut)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Cepogo - Pendem)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Damaran - Batealit)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Damaran - Somosari)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Dodol - Kajang)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Doplak - Tempur)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Kajang - Kaliombo)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Pancur - Kedawung -
Suwengan)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Pancur - Kedawung -
Suwengan)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Papasan - Banjaragung)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Srikandang - Papasan)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Sumanding - Doplak)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Sumanding - Doplak)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Tempur - Batas Pati)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Tumut - Bategede)

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-24
 Jalan Ngabul - Mindahan
 Jalan Ngabul - Ngeling
 Jalan Ngabul - Raguklampitan
 Jalan Ngabul - Troso
 Jalan Ngandong - Dermolo
 Jalan Ngetuk - Bategede
 Jalan Pakis - Guyangan
 Jalan Pancur - Bungu
 Jalan Pancur - Kedawung - Suwengan
 Jalan Pancur - Kedawung - Suwengan
 Jalan Pancur - Rejekwesi
 Jalan Panggung - Surodadi
 Jalan Papasan - Banjaragung
 Jalan Paren - Welahan
 Jalan Pasar Lebak - Tanjung
 Jalan Patekean - Platar
 Jalan Patimura
 Jalan Pecangaan - Damarjati (Jalan Rengging-pulodarat/Lingkar- ke
Damarjati-Damaran)
 Jalan Pecangaan - Pendosawalan
 Jalan Pecangaan - Sowan Lor
 Jalan Pecangaan Kulon - Sowan Kidul
 Jalan Pelabuhan
 Jalan Pelabuhan Lama (Karimunjawa)
 Jalan Pemandian Kartini
 Jalan Perintis
 Jalan Plajan - Gronggong
 Jalan Plajan - Lebak
 Jalan Plajan - Tanjung
 Jalan Pringtulis - Balekambang - Buaran
 Jalan Pringtulis - Dorang
 Jalan Pringtulis - Nalumsari
 Jalan Pulodarat - Gemulung
 Jalan Pulodarat - Pecangaan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-25
 Jalan Purwogondo - Manyargading
 Jalan Raguklampitan - Pancur
 Jalan Ratu Kalinyamat
 Jalan Raya Karimun (Kecamatan Karimunjawa)
 Jalan Rengging - Ngasem
 Jalan RMP Sosrokartono
 Jalan Sambungoyot - Tulakan (alan Jepara ΓÇô Keling/ Batas Kabupaten
Pati-Jln Tulakan Ngemplak)
 Jalan Sebagor - Cepogo
 Jalan Sebagor - Tunahan
 Jalan Segawe - Pendem
 Jalan Sekuro - Jambu - Kawak
 Jalan Semat - Rau
 Jalan Sinanggul - Slagi
 Jalan Slagi - Guyangan
 Jalan Slagi - Jambu Timur
 Jalan Slamet Riyadi
 Jalan Sowan Kidul - Surodadi
 Jalan Sowan Lor - Sowan Kidul - Tedunan
 Jalan Srikandang - Papasan
 Jalan Srobyong - Karanggondang
 Jalan Sukosono - Dongos
 Jalan Sultan Hadlirin
 Jalan Sumanding - Songgolangit
 Jalan Sumanding Jihan - Kunir
 Jalan Sumberejo - Clering
 Jalan Suwawal - Mororejo (Bandengan Mororejo- Rencana Jalan Coastal
Road)
 Jalan Suwawal Timur - Slagi
 Jalan Tahunan - Bergat
 Jalan Tahunan - Langon
 Jalan Taman Siswa
 Jalan Tamansari - Pepe
 Jalan Tanjung

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-26
 Jalan Tanjung - Jurang Nganten
 Jalan Tanjung - Lebak
 Jalan Tegalsambi - Mantingan
 Jalan Tegalsambi - Telukawur
 Jalan Tempur - Batas Kudus
 Jalan Terminal
 Jalan Tubanan - Kaliaman (Jln. Kancilan Tubanan ke Akses Jalan PLTU)
 Jalan Tubanan - PLTU
 Jalan Tulakan - Bandungharjo
 Jalan Tulakan - Banyumanis
 Jalan Tulakan - Ngemplak
 Jalan Tunahan - Kaligarang
 Jalan Tunahan - Kunir
 Jalan Tunahan - Sumanding
 Jalan Tunggul Pandean - Blimbingrejo
 Jalan Ujungwatu - Clering
 Jalan Wedelan - Kancilan
 Jalan Wedelan - Srikandang
 Jalan Wonorejo - Bulungan
 Karanganyar - Karangpandan
 Jalan Bangkelen
 Jalan Batealit - Bringin
 Jalan Bendanpete- Ngetuk- Bategede
 Jalan Bringi Dusun Dukuh-Kedungdawu
 Jalan Bucu - Cepogo
 Jalan Damarwulan - Kelet
 Jalan Damarwulan-Tempur
 Jalan Daren-Dusun Sidomulyo-Batas Kudus
 Jalan Dusun Segembrang-Gumuk (Bringin tanjung ke Tanjung
Jurangnganten)
 Jalan Karangnongko-Karangduren - Daren
 Jalan Muryolobo - Bategede
 Jalan Muyolobo - Pule
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Batealit-Tanjung)

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-27
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Bucu)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Papasan (Dusun Gluntang-
Gimbal-Nglontar))
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Somosari (Dusun
Kedawung-Krajan))
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Srikandang (dusun
kampunayar) - Bucu (Dusun Larangan))
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Sumanding - Tempur)
 Jalan Nalumsari-Tempur/Sisir Gunung (Jalan Tanjung - Papasan)
 Jalan Ngetuk - Karangnongko-Daren
 Jalan Papasan - Srikandang
 Jalan Plajan - Gronggong
 Jalan Poros Baling-Tuhanan
 Jalan Poros Balong-Bumiharo
 Jalan Poros Balong-Bumiharo
 Jalan Poros Balong-Bumiharo
 Jalan Poros Clering
 Jalan Poros Damarjati-Pendosawalan
 Jalan Poros Jebol-Sengonbugel
 Jalan Poros Tigajuru-Kuanyar
 Jalan Raya Kawak
 Jalan Tengguli - Papasan
 Jalan Tengguli - Tanjung
 Jalan TPI Bayuran
 Jalan Tunggulpandean
 Jalan Poros Clering
2) Jalan lokal sekunder meliputi:
 Jalan Alun - Alun Tengah
 Jalan Amarta III (Sebelah Kec.Tahunan)
 Jalan AR Hakim
 Jalan Balai Desa Kaliaman
 Jalan Bangsri - Jerukwangi
 Jalan Bangsri - TPA Krasak
 Jalan Bapangan - Krapyak

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-28
 Jalan Batukali - Bandungrejo
 Jalan Bawu - Ngasem
 Jalan Belakang Pasar Bangsri
 Jalan Blingoh - Sambunggoyot
 Jalan Blingoh-Tulakan
 Jalan Bringin - Cangkring
 Jalan Bugel - Wanusobo
 Jalan Bumi Perkemahan - Tuk Songo
 Jalan Cemoro cilik - Ngasem
 Jalan Chairil Anwar
 Jalan Cobaan - Tengguli - Guyangan
 Jalan Damarjati - Datar
 Jalan Damarjati - Pendosawalan
 Jalan Damarjati - Rejekwesi
 Jalan Demangan - Mantingan
 Jalan Dermolo - Balong
 Jalan Diponegoro (Kecamatan Karimunjawa)
 Jalan Dr. Sutomo (Jl Cipto Mangkusumo-Mangun Srkoro)
 Jalan Gerdu - Purwogondo
 Jalan Gidanglo - Guwosobokerto
 Jalan Jambu - Pasar
 Jalan Jambu - Srobyong
 Jalan Jend. Sudirman (Kecamatan Karimunjawa)
 Jalan Kalipucang - Paren
 Jalan Kalipucang - Sidigede
 Jalan Kalipucang - Tigojuru
 Jalan Kayu Tangan
 Jalan Keling - Gelang
 Jalan Kemuning Raya
 Jalan Kerso - Dongos
 Jalan KH Moliki
 Jalan KH Yassin
 Jalan Ki Mangun Sarkoro
 Jalan Kopral Sapari

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-29
 Jalan Krapyak - Senenan
 Jalan Krasak - Kawak
 Jalan Krasak - Tengguli
 Jalan Kusumo Utomo
 Jalan Kuwasen - Kopen
 Jalan Kuwasen - Mulyoharjo
 Jalan Kuwasen - TPA Bandengan
 Jalan Kuwasharjo
 Jalan Lemah Abang
 Jalan Lingkar Karangkebagusan
 Jalan Lingkar Kembang
 Jalan Lingkar Pasar Baru 2
 Jalan Lingkar Pasar Baru II
 Jalan Makam Citrosomo
 Jalan Mantingan - Dukoh
 Jalan Masuk Pemda
 Jalan Mayong Kidul - Paren
 Jalan Menganti - Dongos - Sowan Lor
 Jalan Mindahan - Mindahan Kidul
 Jalan Moh Tamrin
 Jalan Mulyaharjo - Bulungan
 Jalan Mulyoharjo - Sekembu
 Jalan Museum Kartini
 Jalan Ngabul - Sukosari
 Jalan Ngabul - Sukosono
 Jalan Ngeling - Rengging
 Jalan Pahlawan
 Jalan Pakis Haji
 Jalan Pangeran Syarif
 Jalan Patiunus
 Jalan Pecangaan Wetan - Pecangaan Kulon
 Jalan Pelemkerep - Singorojo
 Jalan Pemuda (Kecamatan Karimunjawa)
 Jalan Pesajen

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-30
 Jalan PLN Ngabul
 Jalan Prihatin
 Jalan Puskesmas - Kec. Bangsri
 Jalan Rengging - Raguklampitan (depan Kantor SAR)
 Jalan Sabilan Abdul Rahman
 Jalan Sambungoyot - Tulakan (Tulakan-ngemplak ke tulakan banyumanis)
 Jalan Sebagor - Tunahan
 Jalan Senenan - Pekalongan
 Jalan Senenan - Tahunan
 Jalan Senenan-Tahunan
 Jalan Seroja
 Jalan Sersan Sumirat
 Jalan Sinanggul - Jambu
 Jalan Slagi - Guyangan
 Jalan SMP - Terminal
 Jalan Sukosono - Kerso
 Jalan Suwawal - Slagi
 Jalan Tahunan - Bawu
 Jalan Tahunan - Mantingan
 Jalan Tahunan - Pekalongan
 Jalan Tahunan - Sukodono
 Jalan Terminal - Pasar Welahan
 Jalan Terminal Lama Jepara 1
 Jalan Terminal Lama Jepara 2 (Duta Mode)
 Jalan U. Suropati
 Jalan Veteran
 Jalan W. Monginsidi
 Jalan Waluyo
 Jalan Wedelan - Kedung Leper
 Jalan Welahan - Bugo
 Jalan WR Supratman
 Jalan Yos Sudarso
 Jalan Masjid
 Jalan Pangan Raya

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-31
 Jalan Samping DPRD
 Jalan Samping Puskesmas Jepara
 Jalan Saripan gang Syarif
 Jalan Sayyid Abdurahman I
 Jalan Sisir Pantai Demaan
 Jalan Taman Kyai Ringgo Mulyo
 Dusun Kedungmulyo
 Jala Dusun Sedan-Boro Welahan
 Jalan Balai Desa Pecangaan Wetan
 Jalan Balai Desa Pecangaan Wetan
 Jalan Balai Desa Rengging
 Jalan Balai Desa Sukodono
 Jalan Bantrung Dusun Krajan
 Jalan Bantrung-Bawu
 Jalan Bapangan (Dusun Jontrol)-Kecapi (Dusun Juwaten)
 Jalan Bategede
 Jalan Bategede - Tulaksoro
 Jalan Belakang SMA Walisongo Pecangaan
 Jalan Bringin-Bantrung (Dusun Tanggul)
 Jalan Desa Dusun tegal
 Jalan Dusun Baling-Ngemplik
 Jalan Dusun Baling-Ngemplik
 Jalan Dusun Bandung-Salak
 Jalan Dusun Beduk-Rimong
 Jalan Dusun Bengklik-Ngemplak Mlonggo
 Jalan Dusun Brantak-Dusun Tiga (Welahan)
 Jalan Dusun Cokares
 Jalan Dusun Jambean
 Jalan Dusun Jemewek-Dusun Ngtanggan
 Jalan Dusun Jokosari
 Jalan Dusun Jrak As=hsari
 Jalan Dusun Karangpanggung
 Jalan Dusun Karangpanggung
 Jalan Dusun Karangpanggung

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-32
 Jalan Dusun Kauman
 Jalan Dusun Kauman II
 Jalan Dusun Kauman ke Pasar
 Jalan Dusun Kelet-Klepu (Poros Keling)
 Jalan Dusun Krajan 1
 Jalan Dusun Krajan 2
 Jalan Dusun Krajan Nalumsari
 Jalan Dusun Krajan-Krenteng Nalumsari
 Jalan Dusun Kramat-Sirahan Kodono
 Jalan Dusun Kramat-Sirahan Kodono
 Jalan Dusun Ngacar-Sekuto Bantrung
 Jalan Dusun Ngacir-Puru
 Jalan Dusun Ngancar
 Jalan Dusun Ngasem-Krajan
 Jalan Dusun Ngebon-Tegalsambi
 Jalan Dusun Ngebon-Tegalsambi
 Jalan Dusun Ngebon-Tegalsambi
 Jalan Dusun Ngelo-Karangpanas
 Jalan Dusun Ngendong-Setro Bangsri
 Jalan Dusun Ngendong-Setro Bangsri
 Jalan Dusun Sedran Barat-Sedran Timur Welahan
 Jalan Dusun Selentreng I Bangsri
 Jalan Dusun Selentreng II Bangsri
 Jalan Dusun Seminding-Dusun Kedungmulyo
 Jalan Dusun Sengon-Pelang Kidul
 Jalan Dusun Setro Kawak
 Jalan Dusun Sinanggul Timur-Demeling
 Jalan Dusun Surodadi Kecapi
 Jalan Dusun Tingsing-Jambu Timur
 Jalan Dusun Tuhanan
 Jalan Dusun Tukepel-Sicengkring Pecangaan
 Jalan Dusun Wetan Kali Jambu
 Jalan Geneng (Dusun Kedungguwo)-Pulodarat (Dusun Jatibarat)
 Jalan Kabul-SMPN 2 Pecangaan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-33
 Jalan Kampung Krasak Bangsri (Dusun Segebuk)
 Jalan Kulon Godang- Bringin
 Jalan Lapangan Kenari-Tiara Park
 Jalan Lingkar Dusun Sidomulyo Daren
 Jalan Lingkar Dusun Sidomulyo Daren
 Jalan Lingkar Dusun Sidomulyo Daren
 Jalan Lingkar Kuwasharjo (Kuwasen-mulyoharjp-Kuwasharjo)
 Jalan Lingkar Pasar Mayong
 Jalan Lingkar Pringtulis
 Jalan Makam Citrosomo
 Jalan Makam Tanjung-SMA Pecangaan
 Jalan Mambak
 Jalan Masuk Kriyan-Pombensin
 Jalan Masuk Kriyan-Pombensin
 Jalan Ngasem (Dusun Sukodono TAtas)
 Jalan Pasar Kalinyamatan
 Jalan Pasar Kalinyamatan
 Jalan Pasar Kalinyamatan
 Jalan Poros Blimbingrejo
 Jalan Poros Pancur-Datar
 Jalan Puskesmas-SKB Batealit
 Jalan Rengging (Dussun Kauman-Breo-Karangrejo)
 Jalan Samping Masjid Gede Bugel
 Jalan Samping Pasar Bangsri
 Jalan Sampng Makam Kedunglemper
 Jalan Sayyid Abdurahman IV
 Jalan Sokolimo
 Jalan Tiara Park Kalinyamatan
 Jl. Dusun Ngecop-Dusun Bakdowo
 Jln Dusun Karangpanas-Kedungsarimulyo
 Jln Kedungsarimulyo
 Jln Panjunan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-34
c) Jalan lingkungan meliputi
1) Jalan lingkungan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a meliputi
seluruh jalan lingkungan primer yang ada di wilayah Kabupaten.
2) Jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf b
meliputi seluruh jalan lingkungan sekunder yang ada di seluruh wilayah
Kabupaten.
2. Terminal penumpang meliputi:
a) Terminal penumpang tipe A di Kecamatan Jepara.
b) Terminal penumpang tipe B di Kecamatan Welahan;
c) Terminal penumpang tipe C meliputi:
1) terminal penumpang tipe C di Kecamatan Pecangaan;
2) terminal penumpang tipe C di Kecamatan Bangsri;
3) terminal penumpang tipe C di Kecamatan Keling; dan
4) terminal penumpang tipe C di setiap kecamatan, sesuai kajian teknis.
3. Jembatan timbang yang berada di Kecamatan Pecangaan.
4. Jembatan yang berada di seluruh kecamatan.
b. Sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan terdiri atas:
1. Lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi meliputi:
a) lintas penyeberangan Karimunjawa – Kendal (PP); dan
b) lintas penyeberangan Karimunjawa – Semarang (PP).
2. Lintas penyeberangan dalam kabupaten meliputi:
a) lintas penyeberangan Jepara–Karimunjawa;
b) lintas penyeberangan Karimunjawa-Pulau Genting;
c) lintas penyeberangan Kemujan-Pulau Genting;
d) lintas penyeberangan Kemujan-Pulau Parang;
e) lintas penyeberangan Karimunjawa-Pulau Nyamuk;
f) lintas penyeberangan Pulau Nyamuk-Pulau Parang; dan
g) lintas penyeberangan Kemujan-Pulau Nyamuk.
3. Pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a) Pelabuhan Penyeberangan Kelas I berupa Pelabuhan Penyeberangan Jepara
berada di Kecamatan Jepara.
b) Pelabuhan Penyeberangan Kelas III meliputi:
1) pelabuhan penyeberangan Karimun Jawa berada di Kecamatan Karimunjawa;
2) pelabuhan penyeberangan Parang berada di Kecamatan Karimunjawa;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-35
3) pelabuhan penyeberangan Genting berada di Kecamatan Karimunjawa; dan
4) pelabuhan penyeberangan Nyamuk berada di Kecamatan Karimunjawa.
c. Sistem jaringan transportasi laut berupa pelabuhan laut yang terdiri atas:
a) Pelabuhan pengumpan regional meliputi:
1) Pelabuhan Jepara di Kecamatan Jepara;
2) Pelabuhan Karimunjawa di Kecamatan Karimunjawa;
3) Pelabuhan Legon Bajak di Kecamatan Karimunjawa.
b) Pelabuhan pengumpan lokal meliputi:
1) Pelabuhan Kartini di Kecamatan Jepara;
2) Pelabuhan Kemujan di Kecamatan Karimunjawa;
3) Pelabuhan Pulau Nyamuk di Kecamatan Karimunjawa;
4) Pelabuhan Pulau Parang di Kecamatan Karimunjawa;
5) Pelabuhan Pulau Genting di Kecamatan Karimunjawa;
6) Pelabuhan Bayuran di Kecamatan Kembang;
7) Pelabuhan Ujungpiring di Kecamatan Mlonggo;
8) Pelabuhan Bangsri di Kecamatan Bangsri;
9) Pelabuhan Kelet di Kecamatan Keling; dan
10) Pelabuhan Pulau Parang di Kecamatan Karimunjawa.
1. Terminal khusus yang meliputi:
a) Terminal khusus PLTU Tanjung Jati di Kecamatan Kembang;
b) Dermaga/ Kompi Air Mulyoharjo di Kecamatan Jepara; dan
c) Dermaga UNDIP di Kecamatan Tahunan.
2. Pelabuhan perikanan yang meliputi:
a) Pelabuhan perikanan pantai (PPP) berupa pelabuhan perikanan pantai
Karimunjawa di Kecamatan Karimunjawa.
b) Pangkalan pendaratan ikan meliputi:
1) Pangkalan Pendaratan Ikan Bandungharjo berada di Kecamatan Donorojo;
2) Pangkalan Pendaratan Ikan Bondo berada di Kecamatan Bangsri;
3) Pangkalan Pendaratan Ikan Bulu berada di Kecamatan Jepara;
4) Pangkalan Pendaratan Ikan Demaan berada di Kecamatan Jepara;
5) Pangkalan Pendaratan Ikan Kedungmalang berada di Kecamatan Kedung;
6) Pangkalan Pendaratan Ikan Mlonggo berada di Kecamatan Mlonggo;
7) Pangkalan Pendaratan Ikan Panggung berada di Kecamatan Kedung;
8) Pangkalan Pendaratan Ikan Ujung Batu berada di Kecamatan Jepara;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-36
9) Pangkalan Pendaratan Ikan Ujung Watu berada di Kecamatan Donorojo; dan
10) Pangkalan Pendaratan Ikan Tubanan berada di Kecamatan Kembang.
d. Bandar udara umum dan bandar udara khusus berupa bandar udara pengumpan yaitu
Bandar Udara Dewa Daru di Kecamatan Karimunjawa. Pengembangan bandar udara
pengumpan disusun berdasarkan analisis kelayakan dan ketentuan perundang-undangan.

B.2. Sistem Jaringan Energi


Sistem jaringan energi di Kabupaten Jepara berupa jaringan infrastruktur
ketenagalistrikan.
a. Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukung meliputi:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berada di Kecamatan Kembang;
2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berada di Kecamatan Karimunjawa;
3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pulau Parang berada di Kecamatan
Karimunjawa;
4. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pulau Nyamuk berada di Kecamatan
Karimunjawa;
5. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pulau Genting berada di Kecamatan
Karimunjawa;
6. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berada di Kecamatan Karimunjawa; dan
7. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) berada di Kecamatan Batealit.
b. Jaringan infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukung meliputi:
1. Jaringan transmisi tenaga listrik antarsistem meliputi:
a) Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Tanjung Jati B-Ungaran-Pedan,
melalui Kecamatan Kembang – Bangsri –Pakis Aji – Batealit –Mayong - Nalumsari;
dan
b) Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Tanjung Jati-Demak dan Tanjung
Jati_Jepara, melalui Kecamatan Kembang – Bangsri –Pakis Aji – Batealit –
Mayong –Pecangaan – Kalinyamatan – Welahan.
2. Jaringan distribusi tenaga listrik meliputi:
a) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) berada di seluruh kecamatan; dan
b) Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) berada di seluruh kecamatan.
3. Jaringan pipa/kabel bawah laut penyaluran tenaga listrik berupa jaringan yang
menghubungkan Kalimantan Tengah – Jawa Tengah (Pangkalan Bun-Jepara/ PLTU
Tanjung Jati).

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-37
4. Gardu listrik yang meliputi:
a) Gardu Induk Tanjung Jati di Kecamatan Kembang;
b) Gardu Induk Nalumsari di Kecamatan Nalumsari; dan
c) Gardu Induk Ngabul di Kecamatan Tahunan.

B.3. Sistem Jaringan Telekomunikasi


Sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Jepara terdiri dari jaringan tetap dan
jaringan bergerak.
a. Jaringan tetap berada di seluruh kecamatan.
b. Jaringan bergerak berupa jaringan bergerak seluler yang menjangkau seluruh kecamatan.

B.4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Jepara terdiri atas sistem jaringan irigasi
dan sistem pengendalian banjir.
a. Sistem jaringan irigasi meliputi:
1) Jaringan irigasi primer yang berada di:
a) Kecamatan Kedung;
b) Kecamatan Pecangaan;
c) Kecamatan Kalinyamatan;
d) Kecamatan Welahan;
e) Kecamatan Mayong;
f) Kecamatan Nalumsari;
g) Kecamatan Batealit;
h) Kecamatan Tahunan;
i) Kecamatan Jepara;
j) Kecamatan Mlonggo;
k) Kecamatan Pakis Aji;
l) Kecamatan Bangsri;
m) Kecamatan Kembang;
n) Kecamatan Keling; dan
o) Kecamatan Donorojo.
2) Jaringan irigasi sekunder yang berada di:
a) Kecamatan Kedung;
b) Kecamatan Pecangaan;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-38
c) Kecamatan Kalinyamatan;
d) Kecamatan Welahan;
e) Kecamatan Mayong;
f) Kecamatan Nalumsari;
g) Kecamatan Batealit;
h) Kecamatan Tahunan;
i) Kecamatan Jepara;
j) Kecamatan Mlonggo;
k) Kecamatan Pakis Aji;
l) Kecamatan Bangsri;
m) Kecamatan Kembang;
n) Kecamatan Keling; dan
o) Kecamatan Donorojo.
3) Jaringan irigasi tersier yang berada di:
a) Kecamatan Kedung;
b) Kecamatan Pecangaan;
c) Kecamatan Kalinyamatan;
d) Kecamatan Welahan;
e) Kecamatan Mayong;
f) Kecamatan Nalumsari;
g) Kecamatan Batealit;
h) Kecamatan Tahunan;
i) Kecamatan Jepara;
j) Kecamatan Mlonggo;
k) Kecamatan Pakis Aji;
l) Kecamatan Bangsri;
m) Kecamatan Kembang;
n) Kecamatan Keling; dan
o) Kecamatan Donorojo.
b. Sistem pengendalian banjir meliputi:
1) Jaringan pengendalian banjir yang berada di:
a) Kecamatan Nalumsari;
b) Kecamatan Mayong;
c) Kecamatan Welahan;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-39
d) Kecamatan Kalinyamatan;
e) Kecamatan Pecangaan; dan
f) Kecamatan Kedung.
2) Bangunan pengendalian banjir berada di:
a) Kecamatan Nalumsari;
b) Kecamatan Mayong;
c) Kecamatan Welahan;
d) Kecamatan Kalinyamatan;
e) Kecamatan Pecangaan; dan
f) Kecamatan Kedung.

B.5. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya


Sistem jaringan prasarana lainnya di Kabupaten Jepara meliputi Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM), Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL), sistem pengelolaan limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun (B3), sistem jaringan persampahan, sistem jaringan evakuasi
bencana, dan sistem drainase.
B.5.1. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Jepara terdiri atas jaringan perpipaan dan
bukan jaringan perpipaan yang dirinci sebagai berikut:
a. Jaringan perpipaan yang terdiri atas:
1. Unit air baku berada di:
a) Kecamatan Jepara;
b) Kecamatan Karimunjawa;
c) Kecamatan Pecangaan; dan
d) Kecamatan Kedung.
2. Unit produksi meliputi:
a) IPA Gerdu di Kecamatan Pecangaan;
b) IPA Embung Kalimati di Kecamatan Jepara;
c) IPA Embung Bakalan di Kecamatan Batealt;
d) IPA Bendung Merbo di Kecamatan Kembang.
e) IPA Karimunjawa di Kecamatan Karimunjawa; dan
f) IPA Donorojo di Kecamatan Donorojo.
3. Unit pelayanan berada di seluruh kecamatan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-40
b. Bukan jaringan perpipaan yang terdiri atas:
1. Sumur dangkal yang berada di:
a) Kecamatan Jepara;
b) Kecamatan Batealit;
c) Kecamatan Tahunan;
d) Kecamatan Mlonggo;
e) Kecamatan Pakis Aji;
f) Kecamatan Bangsri;
g) Kecamatan Kembang;
h) Kecamatan Keling;
i) Kecamatan Kedung;
j) Kecamatan Pecangaan;
k) Kecamatan Kalinyamatan;
l) Kecamatan Nalumsari;
m) Kecamatan Kedung; dan
n) Kecamatan Welahan.
2. Sumur pompa yang berada di:
a) Kecamatan Jepara;
b) Kecamatan Batealit;
c) Kecamatan Tahunan;
d) Kecamatan Mlonggo;
e) Kecamatan Pakis Aji;
f) Kecamatan Keling;
g) Kecamatan Pecangaan;
h) Kecamatan Kalinyamatan;
i) Kecamatan Kedung;
j) Kecamatan Nalumsari; dan
k) Kecamatan Welahan.
3. Terminal air berada di:
a) Kecamatan Donorojo;
b) Kecamatan Keling;
c) Kecamatan Kembang;
d) Kecamatan Nalumsari;
e) Kecamatan Jepara;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-41
f) Kecamatan Batealit;
g) Kecamatan Kedung;
h) Kecamatan Pecangaan; dan
i) Kecamatan Mayong.
4. Bangunan penangkap mata air yang berada di Kecamatan Karimunjawa.

B.5.2. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)


Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) di Kabupaten Jepara meliputi:
a. Sistem pengelolaan air limbah non domestik yang berada di seluruh kecamatan.
b. Sistem pengelolaan air limbah domestik yang berada di seluruh kecamatan serta
optimalisasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yakni IPLT Bandengan di Kecamatan
Jepara.

B.5.3. Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Kabupaten Jepara
berupa prasarana dan sarana pengolahan limbah industri, limbah medis, dan B3 secara mandiri
pada fasilitas tertentu maupun secara terpadu untuk pelayanan skala kabupaten. Prasarana
dan sarana pengolahan limbah industri, limbah medis, dan B3 berada di:
a. Kecamatan Kembang;
b. Kecamatan Mlonggo; dan
c. Kecamatan Mayong.

B.5.4. Sistem Jaringan Persampahan


Rencana sistem jaringan persampahan wilayah Kabupaten Jepara meliputi:
a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), meliputi:
1. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bandengan berada di Kecamatan Jepara;
2. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kancilan berada di Kecamatan Kembang; dan
3. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Karimunjawa berada di Kecamatan Karimunjawa.
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), meliputi:
1. Kecamatan Bangsri;
2. Kecamatan Donorojo;
3. Kecamatan Mayong;
4. Kecamatan Jepara; dan
5. Kecamatan Karimunjawa.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-42
c. Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R berada di seluruh kecamatan.

B.5.5. Sistem Jaringan Evakuasi Bencana


SIstem jaringan evakuasi bencana meliputi jalur evakuasi bencana dan ruang evakuasi
bencana.
a. Jalur evakuasi meliputi:
1. Jalur Evakuasi Bencana gerakan tanah, meliputi:
a) Kecamatan Bangsri;
b) Kecamatan Batealit;
c) Kecamatan Donorojo;
d) Kecamatan Keling;
e) Kecamatan Kembang;
f) Kecamatan Mayong;
g) Kecamatan Nalumsari, dan
h) Kecamatan Pakisaji.
2. Jalur Evakuasi Bencana banjir, meliputi:
a) Kecamatan Bangsri;
b) Kecamatan Batealit;
c) Kecamatan Donorojo;
d) Kecamatan Jepara;
e) Kecamatan Kalinyamatan;
f) Kecamatan Kedung;
g) Kecamatan Keling;
h) Kecamatan Kembang;
i) Kecamatan Mayong;
j) Kecamatan Mlonggo;
k) Kecamatan Nalumsari;
l) Kecamatan Pakis Aji;
m) Kecamatan Pecangaan;
n) Kecamatan Tahunan; dan
o) Kecamatan Welahan.
b. Tempat evakuasi bencana meliputi tempat-tempat aman dan strategis berupa masjid,
lapangan, kantor pemerintahan, dan lain sebagainya, meliputi:
1. Tempat Evakuasi Bencana gerakan tanah, meliputi:

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-43
a) Kecamatan Bangsri;
b) Kecamatan Batealit;
c) Kecamatan Donorojo;
d) Kecamatan Keling;
e) Kecamatan Kembang;
f) Kecamatan Mayong;
g) Kecamatan Nalumsari, dan
h) Kecamatan Pakisaji.
2. Tempat Evakuasi Bencana banjir, meliputi:
a) Kecamatan Bangsri;
b) Kecamatan Batealit;
c) Kecamatan Donorojo;
d) Kecamatan Jepara;
e) Kecamatan Kalinyamatan;
f) Kecamatan Kedung;
g) Kecamatan Keling;
h) Kecamatan Kembang;
i) Kecamatan Mayong;
j) Kecamatan Mlonggo;
k) Kecamatan Nalumsari;
l) Kecamatan Pakis Aji;
m) Kecamatan Pecangaan;
n) Kecamatan Tahunan; dan
o) Kecamatan Welahan.

B.5.6. Sistem Drainase di Wilayah Kabupaten


Sistem drainase di wilayah Kabupaten Jepara dibedakan menjadi jaringan primer,
jaringan sekunder, dan jaringan tersier.
a. jaringan primer berupa saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan
menyalurkannya ke badan air penerima yang berada di seluruh kecamatan
b. jaringan sekunder berupa saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan
menyalurkannya ke saluran primer yang berada di seluruh kecamatan; dan
c. jaringan tersier berupa saluran drainase yang menerima air dari saluran penangkap
menyalurkannya ke saluran sekunder yang berada di seluruh kecamatan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-44
5.3.2.3. Rencana Pola Ruang
A. Kawasan Peruntukan Lindung
Kawasan peruntukan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis
merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan
kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten. Adapun kawasan
peruntukan lindung di Kabupaten Jepara meliputi:
a. badan air,
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan konservasi;dan
e. kawasan cagar budaya.
A.1. Badan Air
Badan air di Kabupaten Jepara meliputi sungai dan danau dengan luas kurang 399 (tiga
ratus sembilan puluh sembilan) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Batealit;
c. Kecamatan Donorojo;
d. Kecamatan Jepara;
e. Kecamatan Kalinyamatan;
f. Kecamatan Kedung;
g. Kecamatan Keling;
h. Kecamatan Kembang;
i. Kecamatan Mayong;
j. Kecamatan Mlonggo;
k. Kecamatan Nalumsari;
l. Kecamatan Pakis Aji;
m. Kecamatan Pecangaan;
n. Kecamatan Tahunan; dan
o. Kecamatan Welahan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-45
A.2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten
Jepara berupa kawasan hutan lindung dengan luas kurang lebih 2.694 (dua ribu enam ratus
sembilan puluh empat) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Batealit;
b. Kecamatan Donorojo;
c. Kecamatan Keling; dan
d. Kecamatan Kembang.

A.3. Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Jepara berupa sempadan pantai,
sempadan sungai, dan sempadan embung. dengan luas kurang lebih 1.160 (seribu seratus
enam puluh) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Batealit;
c. Kecamatan Donorojo;
d. Kecamatan Jepara;
e. Kecamatan Kalinyamatan;
f. Kecamatan Kedung;
g. Kecamatan Keling;
h. Kecamatan Kembang;
i. Kecamatan Mayong;
j. Kecamatan Mlonggo;
k. Kecamatan Nalumsari;
l. Kecamatan Pakis Aji;
m. Kecamatan Pecangaan;
n. Kecamatan Tahunan; dan
o. Kecamatan Welahan.

A.4. Kawasan Konservasi


A.4.1. Kawasan Suaka Alam
Kawasan suaka alam di Kabupaten Jepara berupa cagar alam ditetapkan dengan luas
kurang 2.981 (dua ribu sembilan ratus delapan puluh satu) hektar yang berada di:
a. Cagar Alam Kembang dengan luas 2 (dua) hektar berada di Kecamatan Kembang;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-46
b. Cagar Alam Clering dengan luas 1.349 (seribu tiga ratus empat puluh sembilan) hektar
berada di Kecamatan Donorojo;
c. Cagar Alam Keling I, Cagar Alam Keling II, dan Cagar Alam Keling III dengan luas 66 (enam
puluh enam) hektar berada di Kecamatan Keling; dan
d. Cagar Alam Karimunjawa dengan luas 1.565 (seribu lima ratus enam puluh lima) hektar
berada di Kecamatan Karimunjawa.

A.4.2. Kawasan Pelestarian Alam


Kawasan pelestarian alam di Kabupaten Jepara berupa Taman Wisata Alam meliputi:
a. Taman Wisata Alam Pulau Panjang dengan luas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar berada
di Kecamatan Jepara; dan
b. Taman Wisata Alam Pulau Mandalika, dengan luas kurang lebih 15 (lima belas) hektar
berada di Kecamatan Donorojo.

A.5. Kawasan Cagar Budaya


Kawasan cagar budaya Kabupaten Jepara berupa situs, struktur dan bangunan yang
ditetapkan sebagai cagar budaya kabupaten. Situs, struktur dan bangunan yang ditetapkan
sebagai cagar budaya kabupaten meliputi:
a. Petilasan pertapaan Ratu Kalinyamat;
b. Pabrik Keramik Mayong;
c. Makam Sunan Nyamplungan;
d. Pabrik Penggilingan Beras Bonjot;
e. Rumah Dinas Administratur Pabrik Karung Pecangaan;
f. Pabrik Karung Goni;
g. Puskesmas Pecangaan;
h. Rumah Panggung Pecinan;
i. Toko Roti Penjavi;
j. Rumah Tinggal Zaman RA. Kartini;
k. Tugu Candi Bentar;
l. Benteng Portugis;
m. Siti Hinggil;
n. Masjid An Nur Sendang;
o. Kompleks Makam dan Masjid Mantingan;
p. RS. Kusta Donorojo;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-47
q. RS. dr. Rehata;
r. Rumah Masa Kecil RA. Kartini;
s. Petilasan Pertapaan Ratu Kalinyamat Sonder;
t. Benteng VOC Jepara;
u. Situs Punden Kawak;
v. Situs Makam Citroesoeman;
w. Klenteng Hian Thian Siang Tee;
x. Klenteng Hok Tek Bio;
y. Struktur Candi Angin;
z. Gedung Bekas Kawedanan Pecangaan;
aa. Bangunan Kompleks Polsek Pecangaan;
bb. Klenteng Jepara;
cc. Kamar Pingitan;
dd. Monumen Ari-ari;
ee. Pendopo Kabupaten Jepara;
ff. Candi Aso; dan
gg. Candi Bubrah.

B. Kawasan Peruntukan Budi Daya


Kawasan peruntukan budi daya kabupaten adalah kawasan di wilayah kabupaten yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Adapun kawasan peruntukan budi
daya di Kabupaten Jepara terdiri atas:
a. Kawasan hutan produksi;
b. Kawasan perkebunan rakyat;
c. Kawasan pertanian;
d. Kawasan perikanan;
e. Kawasan pergaraman;
f. Kawasan pertambangan dan energi;
g. Kawasan peruntukan industri;
h. Kawasan pariwisata;
i. Kawasan permukiman;
j. Kawasan transportasi; dan
k. Kawasan pertahanan dan keamanan.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-48
B.1. Kawasan Hutan Produksi
B.1.1. Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas kurang
lebih 1.711 (seribu tujuh ratus sebelas) hektar meliputi:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Batealit;
c. Kecamatan Donorojo;
d. Kecamatan Keling;
e. Kecamatan Kembang; dan
f. Kecamatan Pakisaji.

B.1.2. Kawasan Hutan Produksi Tetap


Kawasan hutan produksi tetap ditetapkan dengan luas kurang lebih 9.527 (sembilan
ribu lima ratus dua puluh tujuh) hektar meliputi:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Batealit;
c. Kecamatan Donorojo;
d. Kecamatan Keling;
e. Kecamatan Kembang;
f. Kecamatan Mayong;
g. Kecamatan Mlonggo;
h. Kecamatan Nalumsari; dan
i. Kecamatan Pakisaji.

B.2. Kawasan Perkebunan Rakyat


Kawasan perkebunan rakyat di Kabupaten Jepara dengan luas kurang lebih 16.695
(enam belas ribu enam ratus sembilan puluh lima) hektar berada di:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Batealit;
c. Kecamatan Donorojo;
d. Kecanatan Karimunjawa;
e. Kecamatan Keling;
f. Kecamatan Kembang;
g. Kecamatan Mayong;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-49
h. Kecamatan Nalumsari; dan
i. Kecamatan Pakis Aji.

B.3. Kawasan Pertanian


B.3.1. Kawasan Tanaman Pangan
Kawasan tanaman pangan di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas kurang lebih
23.859 (dua puluh tiga ribu delapan ratus lima puluh sembilan) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Batealit;
c. Kecamatan Donorojo;
d. Kecamatan Jepara;
e. Kecamatan Kalinyamatan;
f. Kecamatan Kedung;
g. Kecamatan Keling;
h. Kecamatan Kembang;
i. Kecamatan Mayong;
j. Kecamatan Mlonggo;
k. Kecamatan Nalumsari;
l. Kecamatan Pakisaji;
m. Kecamatan Pecangaan;
n. Kecamatan Tahunan; dan
o. Kecamatan Welahan.
Kawasan tanaman pangan ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (KP2B) Kabupaten Jepara dengan luas kurang lebih 24.000 (dua puluh empat
ribu) hektar.

B.3.2. Kawasan Perkebunan


Kawasan perkebunan di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas kurang lebih 3.546
(tiga ribu lima ratus empat puluh enam) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Donorojo;
b. Kecamatan Keling; dan
c. Kecamatan Kembang.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-50
B.3.3. Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas kurang lebih 10
(sepuluh) hektar yang berada di Kecamatan Welahan dan Kecamatan Batealit.

B.4. Kawasan Perikanan


Kawasan perikanan di Kabupaten Jepara berupa kawasan perikanan budidaya. dengan
luas kurang lebih 458 (empat ratus lima puluh delapan) hektar berada di:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Donorojo;
c. Kecamatan Jepara;
d. Kecamatan Karimunjawa;
e. Kecamatan Kedung; dan
f. Kecamatan Mlonggo.

B.5. Kawasan Pergaraman


Kawasan pergaraman dengan luas kurang lebih 853 (delapan ratus lima puluh tiga)
hektar berada di:
a. Kecamatan Kedung; dan
b. Kecamatan Tahunan.

B.6. Kawasan Pertambangan dan Energi


B.6.1. Kawasan Pertambangan Mineral
Kawasan pertambangan mineral di Kabupaten Jepara berupa Kawasan Peruntukan
Pertambangan Batuan dengan luas kurang lebih 46 (empat puluh enam) hektar yang berada di
Kecamatan Donorojo, Kecamatan Keling, Kecamatan Mayong, Kecamatan Mlonggo, dan
Kecamatan Nalumsari.

B.6.2. Kawasan Pembangkitan Tenaga Listrik


Kawasan pembangkitan tenaga listrik di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas
kurang lebih 222 (dua ratus dua puluh dua) hektar yakni PLTU Tanjung Jati yang berada di
Kecamatan Kembang.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-51
B.7. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas kurang lebih
2.517 (dua ribu lima ratus tujuh belas) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Batealit;
c. Kecamatan Jepara;
d. Kecamatan Kalinyamatan;
e. Kecamatan Keling;
f. Kecamatan Kembang;
g. Kecamatan Mayong;
h. Kecamatan Mlonggo;
i. Kecamatan Pakis Aji; dan
j. Kecamatan Pecangaan.

B.8. Kawasan Pariwisata


Kawasan pariwisata di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas kurang lebih 815
(delapan ratus lima belas) hektar yang berada di:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Donorojo;
c. Kecamatan Jepara;
d. Kecamatan Karimunjawa;
e. Kecamatann Kedung;
f. Kecamatan Mlonggo; dan
g. Kecamatan Tahunan.

B.9. Kawasan Permukiman


B.9.1. Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas kurang
lebih 21.741 (dua puluh satu ribu tujuh ratus empat puluh satu) hektar berada di seluruh
kecamatan.

B.9.2. Kawasan Permukiman Perdesaan


Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Jepara ditetapkan dengan luas kurang
lebih 12.743 (dua belas ribu tujuh ratus empat puluh tiga) hektar yang tersebar di:

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-52
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Batealit;
c. Kecamatan Donorejo;
d. Kecamatan Kalinyamatan;
e. Kecamatann Kedung;
f. Kecamatan Keling;
g. Kecamatan Kembang,
h. Kecamatan Mayong;
i. Kecamatan Mlonggo;
j. Kecamatan Nalumsari;
k. Kecamatan Pakisaji;
l. Kecamatan Pecangaan;
m. Kecamatan Tahunan;
n. Kecamatan Welahan; dan
o. Kecamatan Karimunjawa.

B.10. Kawasan Transportasi


Kawasan transportasi di Kabupaten Jepara dengan luas kurang lebih 59 (lima puluh
sembilan) hektar berada di:
a. Kecamatan Bangsri;
b. Kecamatan Jepara;
c. Kecamatan Karimunjawa;
d. Kecamatan Keling;
e. Kecamatan Kembang;
f. Kecamatan Mlonggo; dan
g. Kecamatan Pecangaan.

B.11. Kawasan Pertahanan dan Keamanan


Kawasan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Jepara dengan luas kurang lebih 3
(tiga) hektar berada di Pulau Gundul Kecamatan Karimunjawa.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-53
5.3.2.4. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis wilayah Kabupaten Jepara berupa kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Jepara terdiri atas:
a. Kawasan Perkotaan Jepara
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Jepara adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Jepara sebagai pusat pemerintahan Kabupaten yang didukung kegiatan
pariwisata dan industri.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Jepara adalah pengembangan permukiman,
perkantoran, perdagangan dan jasa, pariwisata, industri, dan ruang terbuka hijau.
b. Kawasan Perkotaan Kalinyamatan
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Kalinyamatan adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Kalinyamatan sebagai pusat pelayanan lokal wilayah selatan yang didukung
kegiatan industri dan agropolitan.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Kalinyamatan adalah pengembangan
permukiman, perdagangan dan jasa, industri, pertanian, dan ruang terbuka hijau
c. Kawasan Perkotaan Bangsri
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Bangsri adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Bangsri sebagai pusat pelayanan lokal wilayah utara yang didukung kegiatan
industri, pertanian, perikanan, dan pariwisata.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Bangsri adalah pengembangan permukiman,
perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, perikanan, pertanian, dan ruang terbuka hijau.
d. Kawasan Perkotaan Mlonggo
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Mlonggo adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Mlonggo sebagai pusat kegiatan industri, minapolitan, dan agropolitan.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Mlonggo adalah pengembangan permukiman,
perdagangan dan jasa, industri, pertanian, perikanan, dan ruang terbuka hijau
e. Kawasan Perkotaan Tahunan
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Tahunan adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Tahunan sebagai kawasan peruntukan industri, pariwisata, dan minapolitan.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Tahunan adalah pengembangan permukiman,
perdagangan dan jasa, industri, pertanian, perikanan, pariwisata, dan ruang terbuka hijau
f. Kawasan Perkotaan Mayong

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-54
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Mayong adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Mayong sebagai pusat kegiatan industri dan agropolitan.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Mayong adalah pengembangan permukiman,
industri, perdagangan dan jasa, pertanian, pariwisata, dan ruang terbuka hijau
g. Kawasan Perkotaan Welahan
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Welahan adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Welahan sebagai pusat agropolitan yang mendukung ketahanan pangan
wilayah.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Welahan adalah pengembangan permukiman,
perdagangan dan jasa, pertanian, dan ruang terbuka hijau
h. Kawasan Perkotaan Keling
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Keling adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Keling sebagai pusat konservasi dan pariwisata.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Keling adalah permukiman, perdagangan dan
jasa, pertanian, perikanan, pariwisata, konservasi, dan ruang terbuka hijau
i. Kawasan Perkotaan Batealit
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Batealit adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Batealit sebagai pusat agrowisata dan konservasi.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Batealit adalah pengembangan permukiman,
perdagangan dan jasa, pertanian, dan ruang terbuka hijau.
j. Kawasan Perkotaan Karimunjawa
Tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Karimunjawa adalah mewujudkan Kawasan
Perkotaan Karimunjawa sebagai pusat konservasi, pariwisata, dan minapolitan.
Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Karimunjawa adalah pengembangan
permukiman, pariwisata, perdagangan dan jasa, perikanan, konservasi, dan ruang terbuka
hijau.

5.3.2.5. Arahan Pemanfaatan Ruang Kabupaten


Arahan pemanfaatan ruang dilakukan melalui wilayah kabupaten adalah arahan
pembangunan/pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai dengan RTRW Kabupaten. Program pemanfaatan
ruang beserta pembiayaannya termasuk jabaran dari indikasi program utama yang termuat di
dalam rencana tata ruang wilayah. Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah
disinkronisasikan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-55
Pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan memperhatikan standar pelayanan minimal
dalam penyediaan sarana dan prasarana. Pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan
pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di
dalam bumi.
Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu
indikasi program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan
udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain.
A. Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKKPR)
Arahan Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKKPR) dilaksanakan
dengan mempertimbangkan tujuan penyelenggaraan ruang yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan.
Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang terdiri atas:
1) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha;
2) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan nonberusaha; dan
3) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis nasional.
Untuk mendukung pelaksanaan pelayanan perizinan kegiatan pemanfaatan ruang di
daerah, akan dilakukan pendelegasian Penerbitan KKPR berupa Konfirmasi KKPR dan
Persetujuan KKPR dari Menteri kepada bupati dengan tanpa mengurangi kewenangan Menteri,
yang dilaksanakan dengan mengacu kepada RTRW Kabupaten serta dilaksanakan
berdasarkan azas berjenjang dan komplementer yang selaras dengan tujuan penyelenggaraan
penataan ruang.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-56
B. Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan
Indikasi program utama pembangunan wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1) Berdasarkan rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan kawasan strategis
kabupaten;
2) Mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;
3) Dapat diacu dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
kabupaten;
4) Realistis, objektif, terukur dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
5) Mempertimbangkan keterpaduan antar program pengembangan wilayah kabupaten dan
rencana induk sektor di daerah;
6) Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka
waktu tahunan maupun antar lima tahunan;
7) Mempertimbangkan kemampuan pembiayaan, dan kapasitas daerah serta pertumbuhan
investasi
8) Mempertimbangkan aspirasi masyarakat; dan
9) Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Indikasi program utama pembangunan wilayah kabupaten, sekurang-kurangnya mencakup:
1) Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten, terdiri atas:
a) sistem pusat permukiman di wilayah kabupaten;
b) sistem jaringan transportasi
c) sistem jaringan energi di wilayah kabupaten;
d) sistem jaringan telekomunikasi di wilayah kabupaten;
e) sistem jaringan sumber daya air di wilayah kabupaten; dan
f) sistem jaringan prasarana lainnya di wilayah kabupaten.
2) Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten, mencakup:
a) kawasan lindung; dan
b) kawasan budidaya.
3) Perwujudan kawasan strategis kabupaten.
Cakupan arahan pemanfaatan ruang kabupaten di atas merupakan susunan dasar
minimum bagi indikasi program utama. Pemerintah kabupaten dapat menjabarkan lebih rinci
sesuai kebutuhan pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayahnya.
Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan selama 20 (dua puluh) tahun
disusun dengan ketentuan:

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-57
1) Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahun pertama disusun dalam bentuk
tabel meliputi:
a) Program Utama, berisikan usulan program-program pengembangan wilayah kabupaten
untuk mewujudkan struktur ruang, pola ruang dan kawasan strategis wilayah kabupaten.
b) Lokasi, tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan.
c) Sumber Pendanaan, dapat berasal dari APBD kabupaten, APBD provinsi, APBN,
swasta, masyarakat dan/atau sumber pendanaan lainnya.
d) Instansi Pelaksana, instansi pelaksana program utama meliputi pemerintah (sesuai
dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), dan dapat melibatkan pihak swasta
serta masyarakat.
e) Waktu Pelaksanaan, usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu
perencanaan 5 (lima) tahun pertama dirinci ke dalam program utama tahunan.
2) Indikasi program jangka menengah 5 (lima) tahun kedua sampai dengan 5 (lima) tahun
keempat, diuraikan dalam bentuk narasi yang akan menjelaskan program-program utama
untuk perwujudan struktur ruang, pola ruang dan kawasan strategis dalam wilayah
kabupaten.

C. Pelaksanaan sinkronisasi program pemanfaatan ruang


Sinkronsiasi program pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan indikasi program
utama yang termuat dalam RTRW Kabupaten melalui penyelarasan indikasi program dengan
program sektoral dan kewilayahan dalam dokumen rencana pembangunan secara terpadu.
Dokumen sinkronisasi program pemanfaatan ruang akan menjadi masukan untuk
penyusunan rencana pembangunan dan pelaksanaan peninjauan kembali dalam rangka revisi
RTRW kabupaten. Sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang menghasilkan dokumen:
a. sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang jangka menengah 5 (lima) tahunan; dan
b. sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang jangka pendek 1 (satu) tahunan

5.3.2.6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten Jepara.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang daerah meliputi:
a. ketentuan umum zonasi;
b. penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-58
d. arahan sanksi.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria:
a. berdasarkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten;
b. mempertimbangkan kawasan strategis kabupaten;
c. mempertimbangkan permasalahan, tantangan, dan potensi yang dimiliki wilayah
kabupaten;
d. terukur, realistis, dan dapat diterapkan;
e. mempertimbangkan aspirasi Masyarakat dalam penetapannya;
f. melindungi kepentingan umum; dan
g. mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten memuat:
a. Ketentuan Umum Zonasi Kabupaten
1) ketentuan umum zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum yang mengatur
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun
untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan kawasan sekitar jaringan prasarana
sesuai dengan RTRW Kabupaten.
2) Ketentuan umum zonasi kabupaten adalah penjabaran secara umum ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif;
3) ketentuan umum zonasi kabupaten berfungsi:
a) sebagai dasar pertimbangan dalam pengawasan penataan ruang;
b) menyeragamkan ketentuan umum zonasi di seluruh wilayah kabupaten untuk
peruntukan ruang yang sama;
c) sebagai landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan operasional
pengendalian pemanfaatan ruang di setiap kawasan/zona kabupaten; dan
d) sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang;
4) ketentuan umum zonasi disusun berdasarkan:
a) sistem perkotaan kabupaten dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten;
b) kawasan lindung dan kawasan budi daya wilayah kabupaten yang ditampalkan
(overlay) dengan:
(1) Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP;
(2) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B);
(3) kawasan rawan bencana;
(4) kawasan cagar budaya;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-59
(5) kawasan resapan air;
(6) kawasan sempadan;
(7) kawasan pertahanan dan keamanan;
(8) kawasan karst;
(9) kawasan migrasi satwa;
(10) kawasan pertambangan mineral dan batubara; dan/atau
(11) ruang dalam bumi.
c) arahan umum desain kawasan perkotaan; dan
d) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
5) ketentuan umum zonasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten berisikan:
a) kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat,
dan kegiatan yang tidak diperbolehkan pada setiap kawasan peruntukan yang
mencakup ruang darat, laut, udara, dan dalam bumi;
b) intensitas pemanfaatan ruang (amplop ruang) pada setiap kawasan, antara lain
meliputi koefisien dasar hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan,
garis sempadan bangunan, tata bangunan, dan kepadatan bangunan;
c) sarana dan prasarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan guna mendukung
pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secara optimal.
d) ketentuan lain yang dibutuhkan misalnya, pemanfaatan ruang pada zona-zona yang
dilewati oleh sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah kabupaten mengikuti
ketentuan perundangundangan yang berlaku; dan
e) ketentuan khusus, yaitu ketentuan yang mengatur pemanfaatan kawasan yang
memiliki fungsi khusus dan memiliki aturan tambahan seperti adanya kawasan yang
bertampalan dengan dengan kawasan peruntukan utama, yang disebut sebagai
kawasan pertampalan/tumpang susun (overlay). Ketentuan khusus ini dibuat
sebagai ketentuan tambahan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.
Kawasan pertampalan/tumpang susun (overlay) meliputi:
(1) Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP, yaitu wilayah daratan
dan/atau perairan dan ruang udara disekitar bandar udara yang dipergunakan
untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan
penerbangan;
(2) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B), yaitu wilayah budi daya
pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-60
Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi
utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
nasional;
(3) kawasan rawan bencana, yaitu kawasan dengan kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu;
(4) kawasan cagar budaya, yaitu satuan ruang geografis yang memiliki dua situs
cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan
ciri tata ruang yang khas. Pada ketentuan khusus cagar budaya dapat
diakomodir pula wilayah kelola masyarakat hukum adat;
(5) kawasan resapan air, yaitu daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer)
yang berguna sebagai sumber air;
(6) kawasan sempadan, yaitu kawasan dengan jarak tertentu dari pantai, sungai,
situ/danau/embung/waduk, mata air, dan pipa/kabel bawah laut yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi;
6) Ketentuan umum zonasi kabupaten digunakan sebagai dasar dalam penyusunan
peraturan zonasi RDTR kawasan perkotaan dan ketentuan umum zonasi kawasan
strategis kabupaten.

b. Penilaian Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang


1) Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
Penilaian pelaksanaan KKPR dilaksanakan untuk memastikan:
a) Kepatuhan pelaksanaan KKPR
Periode penilaian pelaksanaan KKPR, yaitu:
(1) Selama pembangunan, dilakukan untuk memastikan kepatuhan pelaksanaan
dalam memenuhi ketentuan KKPR. Dilakukan paling lambat 2 tahun sejak
diterbitkannya KKPR. apabila ditemukan inkonsistensi/tidak dilaksanakan,
maka akan dilakukan penyesuaian.
(2) Pasca pembangunan, dilakukan untuk memastikan kepatuhan hasil
pembangunan dengan ketentuan dalam KKPR. Apabila ditemukan
inkonsistensi, dilakukan pengenaan sanksi.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-61
Penilaian pelaksanaan KKPR dilakukan oleh pemerintah pusat dan dapat
didelegasikan kepada pemerintah daerah. Hasil penilaian pelaksanaan KKPR
dituangkan dalam bentuk tekstual dan spasial.
b) Pemenuhan prosedur perolehan KKPR
Pemenuhan prosedur perolehan KKPR dilakukan untuk memastikan kepatuhan
pelaku pembangunan/pemohon terhadap tahapan dan persyaratan perolehan
KKPR, dengan ketentuan:
(1) apabila KKPR diterbitkan tidak melalui prosedur yang benar, maka KKPR batal
demi hukum.
(2) apabila KKPR tidak sesuai akibat perubahan RTR, maka KKPR dibatalkan dan
dapat dimintakan ganti kerugian yang layak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penilaian pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang termasuk juga
penilaian pernyataan mandiri pelaku UMK. Penilaian pernyataan mandiri pelaku
UMK dilaksanakan untuk memastikan kebenaran pernyataan mandiri yang dibuat
oleh pelaku UMK, apabila ditemukan ketidaksesuaian maka akan dilakukan
pembinaan.
2) Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang
Penilaian perwujudan rencana struktur dan rencana pola ruang dilakukan dengan:
a) Penilaian tingkat perwujudan rencana struktur ruang dilakukan terhadap:
(1) kesesuaian program
(2) kesesuaian lokasi
(3) kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang
dengan penyandingan pelaksanaan pembangunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana terhadap rencana struktur ruang.
b) penilaian tingkat perwujudan rencana pola ruang dilakukan terhadap:
(1) kesesuaian program
(2) kesesuaian lokasi
(3) kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang
dengan penyandingan pelaksanaan program pengelolaan lingkungan,
pembangunan berdasarkan perizinan berusaha, dan hak atas tanah terhadap
rencana pola ruang.
Hasil penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang berupa:
a) muatan terwujud

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-62
b) belum terwujud
c) pelaksanaan program pembangunan tidak sesuai.
Penilaian Perwujudan rencana Tata Ruang dilakuakan secara periodik dan terus
menerus yaitu 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dan dilaksanakan 1 (satu) tahun
sebelum peninjauan Kembali RTR. Tata cara penilaian perwujutan RTR dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ketentuan Insentif dan Disinsentif
1) Pemberian insentif dan disinsentif diselenggarakan untuk:
a) meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan
tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
b) memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang;
dan
c) meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan
ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang;
2) Insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten untuk mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan
rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana
tata ruang.
3) Pemberian insentif dan disinsentif dilaksanakan untuk:
a) menindaklanjuti pengendalian implikasi kewilayahan pada zona kendali dan zona
yang didorong; atau
b) menindaklanjuti implikasi kebojakan atau rencana strategis nasional.
4) Ketentuan insentif
Insentif merupakan perangkat untuk memotivasi, mendorong, memberikan daya tarik,
dan/atau memberikan percepatan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki
nilai tambah pada zona yang perlu didorong pengembangannya;
Ketentuan insentif disusun berdasarkan:
a) rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten dan kawasan
strategis kabupaten;
b) ketentuan umum zonasi kabupaten; dan
c) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan insentif berupa:
a) insentif fiskal berupa pemberian keringanan pajak, retribusi, dan/atau penerimaan
bukan pajak; dan/atau

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-63
b) insentif non fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi, imbalan, sewa ruang, urun
saham, fasilitasi Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, penyediaan
sarana dan prasarana, penghargaan, dan/atau publikasi atau promosi.
Ketentuan insentif meliputi:
a) Dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:
pemberian kompensasi, pemberian penyediaan sarana dan prasarana, penghargaan;
dan/atau publikasi atau promosi daerah.
b) pemerintah kabupaten kepada masyarakat dapat berupa: pemberian keringanan
pajak dan/atau retribusi, subsidi pemberian kompensasi, imbalan, sewa ruang, urun
saham, fasilitasi persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, penyediaan
sarana dan prasarana, penghargaan; dan/atau publikasi atau promosi.
5) Ketentuan disinsentif
Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah dan/atau memberikan batasan
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR dalam hal berpotensi
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Ketentuan disinsentif disusun berdasarkan:
a) rencana struktur ruang, rencana pola ruang wilayah kabupaten dan kawasan strategis
kabupaten;
b) ketentuan umum zonasi kabupaten; dan
c) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan disinsentif berupa:
a) disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi; dan/atau
b) disinsentif non fiskal berupa: kewajiban memberi kompensasi atau imbalan,
pembatasan penyediaan sarana dan prasarana, dan/atau pemberian status tertentu.
Ketentuan disinsentif meliputi:
a) Dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya, dapat berupa
pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
b) Dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat, dapat berupa:
(1) pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi;
(2) kewajiban memberi kompensasi atau imbalan; dan/atau
(3) pembatasan penyediaan sarana dan prasarana
d. Arahan sanksi
Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan
pelanggaran ketentuan kewajiban pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-64
yang berlaku. Arahan sanksi merupakan perangkat atau upaya pengenaan sanksi
administratif yang diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
Arahan sanksi administratif berfungsi:
a) untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang; dan
b) sebagai acuan dalam pengenaan sanksi administratif terhadap:
(1) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten;
(2) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang;
(3) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang; dan/atau
(4) pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan
oleh peraturan perundangundangan sebagai miliki umum.
Arahan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:
a) besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang;
b) nilai manfaat pemberian sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran penataan ruang;
dan/atau
c) kerugian publik yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang.
Arahan sanksi administratif dapat berupa:
a) peringatan tertulis dilakukan melalui tahapan:
(1) penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang berwenang, memuat:
(a) rincian pelanggaran dalam penataan ruang;
(b) kewajiban untuk menyesuaikan kegiatan pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang; dan
(c) tindakan pengenaan sanksi yang akan diberikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) memberikan surat tertulis yang paling banyak 3 (tiga) kali; dan
(3) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang berwenang melakukan
tindakan berupa pengenaan sanksi sesuai dengan kewenangannya.
b) penghentian sementara kegiatan dilakukan melalui tahapan:
(1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan terulis;
(2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan
surat keputusan penghentian sementara kegiatan pemanfaatan ruang;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-65
(3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang berwenang
melakukan penghentian sementara kegiatan pemanfaatan ruang secara
terpaksa; dan
(4) setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak
beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban untuk menyesuaikan
kegiatan pemanfatan ruang dengan rencana tata ruang.
c) penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui tahapan:
(1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
(2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan
surat keputusan penghentian sementara pelayanan umum dengan memuat
penjelasan dan rincian pelayanan umum yang akan dihentikan sementara;
(3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang
berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa pelayanan umum
untuk menghentikan sementara pelayanan kepada orang yang melakukan
pelanggaran; dan
(4) setelah pelayanan umum dihentikan, kepada orang yang melakukan
pelanggaran, pejabat yang berwenang melakukan pengawasan untuk
memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada orang yang melakukan
pelanggaran sampai dengan terpenuhinya kewajiban untuk menyesuaikan
kegiatan pemanfatan ruang dengan rencana tata ruang.
d) penutupan lokasi dilakukan melalui tahapan:
(1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan terulis;
(2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan
surat keputusan penutupan lokasi;
(3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang berwenang
melakukan penutupan lokasi dengan bantuan aparat penertiban untuk
melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan
(4) setelah dilakukan penutupan lokasi, pejabat yang berwenang melakukan
pengawasan untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai
dengan orang yang melakukan pelanggaran memenuhi kewajiban untuk
menyesuaikan kegiatan pemanfatan ruang dengan rencana tata ruang.
e) pencabutan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;
f) pembatalan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan melalui tahapan:

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-66
(1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan terulis;
(2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang berwenang melakukan
pembatalan izin, menerbitkan surat keputusan pembatalan izin;
(3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang berwenang
memberitahukan kepada orang yang melakukan pelanggaran mengenai status
izin yang telah dibatalkan sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan
pemanfaatan ruang yang telah dibatalkan izinya; dan
(4) apabila perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfatan ruang diabaikan,
pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
g) pembongkaran bangunan dilakukan melalui tahapan:
(1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
(2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan
surat keputusan pembongkaran bangunan; dan
(3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h) pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui tahapan:
(1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
(2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan
surat perintah pemulihan fungsi ruang;
(3) berdasarkan surat perintah yang diterbitkan, pejabat yang berwenang
memberitahukan kepada orang yang melakukan pelanggaran mengenai
ketentuan pemulihan fungsi ruang dan cara pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu;
(4) pejabat yang berwenang yang melakukan pengawasan pelaksanan kegiatan
pemulihan fungsi ruang;
(5) apabila jangka waktu tidak dapat dipenuhi orang yang melakukan pelanggaran,
pejabat yang berwenang melakukan tindakan pemulihan fungsi ruang secara
paksa; dan
(6) apabila orang yang melakukan pelanggaran dinilai tidak mampu membiayai
kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah daerah dapat mengajukan
penetapan pengadalian agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah daerah atas
beban orang yang melakukan pelanggaran tersebut di kemudian hari.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-67
i) denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administratif lain.

5.3.2.7. Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat


A. Hak Masyarakat
Setiap orang dalam proses penataan ruang Wilayah Kabupaten Jepara berhak untuk:
a. Mengetahui substansi materi RTRW Kabupaten Jepara;
b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang di Daerah;
c. Memperoleh penggantian yang layak akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
sesuai dengan RTRW Kabupaten Jepara;
d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak
sesuai dengan RTRW Kabupaten Jepara di wilayahnya;
e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan permintaan penghentian pembangunan yang
tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Jepara kepada pejabat yang berwenang;
f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah, dan/atau pemegang izin
apabila kegiatan pembangunan tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Jepara yang
menimbulkan kerugian;dan/atau
g. Mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara atas keputusan Tata Usaha
Negara yang terkait dengan tata ruang kabupaten;
h. Agar setiap orang mengetahui RTRW Kabupaten Jepara sebagaimana dimaksud pada
huruf a yang telah ditetapkan maka SKPD yang berwenang harus menyebarluaskan
melalui media massa, audio visual, papan pengumuman dan selebaran serta sosialisasi
secara langsung kepada seluruh aparat Daerah dan komunitas masyarakat di Daerah;
i. Pelaksanaan hak dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
j. Hak memperoleh penggantian sebagaimana dimaksud huruf c diselenggarakan dengan
cara musyawarah di antara fihak yang berkepentingan atau sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
B. Kewajiban Masyarakat
Setiap orang dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang berkewajiban untuk:
a. mentaati RTRW Kabupaten Jepara yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin; dan
c. memberikan akses terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
RTRW Kabupaten Jepara.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-68
C. Peran Masyarakat
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan
serta dalam perlindungan dan pengelolaan RTRW Kabupaten Jepara.
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap perencanaan tata ruang;
pemanfaatan ruang; dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang meliputi:
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerja sama dengan pemerintah dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan
tata ruang.
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang meliputi:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat,
ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal
serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-69
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Masyarakat yang melaksanakan haknya untuk berperanserta tidak dapat dituntut secara
hukum baik yang bersifat administratif, perdata, maupun pidana.

5.3.2.8. Kelembagaan
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten Jepara
mengkoordinasikan penyelenggaraan RTRW Kabupaten Jepara. Dalam melakukan koordinasi
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah wajib melibatkan OPD Kabupaten/ seluruh anggota
BKPRD. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama antar sektor dalam
Kabupaten bidang penataan ruang dilakukan oleh BKPRD Kabupaten. Ketentuan mengenai
tugas, susunan, organisasi dan tata kerja BKPRD Kabupaten diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

5.3.2.9. Ketentuan Lain-lain


Dalam hal pemberian rekomendasi izin pemanfaatan ruang yang belum diatur dalam
ketentuan umum peraturan zonasi ditentukan melalui mekanisme pembahasan BKPRD
Kabupaten.
Jangka waktu RTRW Kabupaten Jepara adalah 20 (dua puluh) tahun sejak ditetapkan
dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan/atau perubahan batas teritorial kota yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan, RTRW Kabupaten Jepara dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
Peninjauan kembali sebagaimana juga dilakukan apabila:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
dan/atau
b. perubahan batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang
ditetapkan dengan Undang-Undang; dan
c. hasil peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang mengakibatkan
perubahan struktur dan pola ruang RTRW Kabupaten Jepara.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-70
5.3.2.10. Ketentuan Peralihan
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan RTRW Kabupaten Jepara yang telah
ada tetap dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
b. Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :
1) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
2) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
a) untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang tersebut disesuaikan dengan fungsi Kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini;
b) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan penyesuaian dengan
masa transisi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan penyesuaian dengan fungsi Kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini,
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang telah diterbitkan dapat dibatalkan
dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.
3) Pemanfaatan Ruang yang diselenggarakan tanpa Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang dan bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
4) Pemanfaatan Ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini agar
dipercepat untuk mendapatkan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
diperlukan.

5.3.2.11. Ketentuan Penutup


Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jepara.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-71
NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-72
Contents
5.1 Jangkauan...................................................................................................................................... 1
5.2 Arah Pengaturan ........................................................................................................................... 1
5.3 Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah ........................................................................ 2
5.3.1. Ketentuan Umum ...................................................................................................................... 2
5.3.2. Materi yang Akan Diatur ......................................................................................................... 13

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 5-73
BAB VI
PENUTUP

6.1. Simpulan
Hasil evaluasi RTRW yang dilakukan pada tahun 2015 – 2021, serta dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, terdapat banyak turunan peraturan
teknis baru sebagai pendukung RTRW Kabupaten Jepara. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan nomenklatur dan tata cara penyusunan rencana tata ruang. Berdasarkan
hal tersebut maka hasil peninjauan kembali RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
dinyatakan dicabut, dan terhadap Materi Teknis RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 11 dan
14 Tahun 2021.
Seperti halnya produk dokumen rencana tata ruang lainya, ketentuan mengenai
pengesahan perda RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2022-2042 harus memenuhi ketentuan
yang terkandung dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan dan Permendagri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah. Mempertimbangkan
ketentuan tersebut diatas maka Pemerintah Kabupaten Jepara menyusun Naskah Akademik
sebagai pendukung dalam legalisasi Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Jepara
Tahun 2022 – 2042.
Tujuan penyusunan Naskah Akademik Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Jepara
Tahun 2022 – 2042 adalah sebagai berikut:

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 6-1
1. mengetahui perkembangan teori tentang perencanaan tata ruang wilayah dan praktik
empiris serta urgensi pembentukan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 dalam menjawab kebutuhan;
2. mengetahui kondisi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan RTRW
Kabupaten Jepara Tahun 2022 - 2042;
3. merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis, pembentukan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun
2022–2042;
4. merumuskan sasaran, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, arah pengaturan, dan
materi muatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Jepara Tahun 2022 – 2042.
Adapun muatan dari Naskah Akademik Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Jepara Tahun
2022 – 2042 meliputi:
1. Pendahuluan
2. Kajian Teoretis Dan Praktik Empiris
3. Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
4. Landasan Filosofis, Sosiologis, Dan Yuridis
5. Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang
6. Penutup.

6.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diutarakan dalam penyusunan Naskah Akademik
Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 antara lain:
1. Dalam menyusun Naskah Raperda RTRW harus mengacu kepada:
a. Rencana tata ruang wilayah yang lebih luas;
b. Pedoman dan petunjuk pelaksana bidang penataan ruang untuk penyusunan RTRW,
yaitu Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan
Kembali, Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten, Kota, Dan Rencana Detail Tata Ruang;
c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) dan RPJMD; dan
d. Landasan penyusunan.
2. Penyusunan Naskah Raperda RTRW harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Perkembangan permasalahan penataan ruang wilayah perencanaan;

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 6-2
b. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi wilayah;
c. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah;
f. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional;
g. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ; dan
h. Peraturan perundang-undangan lain yang berpengaruh.
Beberapa hal yang disarankan dalam penyusunan Naskah Akademik Peraturan
Daerah RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 ini adalah :
1. Untuk substansi yang harus termuat dalam naskah akademis, hendaknya diberikan suatu
acuan yang jelas sehingga memudahkan untuk memilih mana yang harus dimuat dan mana
yang tidak perlu untuk dimasukkan dalam naskah akademis. Hal tersebut terkait dengan
peraturan perundangan, materi serta landasan substansi penyusunan RTRW.
2. Dalam penyusunan Naskah Akademik Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Jepara Tahun
2022 – 2042 ini juga diperlukan proses koordinasi yang intensif antar pemangku
kepentingan terkait, baik pada proses awal penyusunan naskah akademis, pada saat
penyusunan, maupun pada tahap penyelesaian penyusunan Naskah Akademik Peraturan
Daerah RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042.

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 6-3
Contents
6.1. Simpulan ........................................................................................................................................... 1
6.2. Saran ................................................................................................................................................. 2

NASKAH AKADEMIK
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2022 – 2042 6-4

Anda mungkin juga menyukai