Anda di halaman 1dari 93

SALINAN

PUTUSAN
Perkara Nomor 23/KPPU-M/2019

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya


disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 23/KPPU-M/2019 tentang
Dugaan Pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo.
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Terkait Keterlambatan
Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN
Batubara, yang dilakukan oleh: -------------------------------------------------------
Terlapor : PT PLN Batubara, yang beralamat di Jalan Warung Buncit
Raya Nomor 10, Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran,
Jakarta Selatan 12740, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia,
Nomor Telepon: (021) 29122118, Nomor Faksimile: (021)
29122182.-------------------------------------------------------------

telah mengambil keputusan sebagai berikut: ---------------------------------------


Majelis Komisi: --------------------------------------------------------------------------
Setelah membaca Laporan Keterlambatan Pemberitahuan. ----------------------
Setelah membaca Tanggapan Terlapor terhadap Laporan Keterlambatan
Pemberitahuan. --------------------------------------------------------------------------
Setelah mendengar Keterangan Saksi. -----------------------------------------------
Setelah mendengar Keterangan Ahli. -------------------------------------------------
Setelah mendengar Keterangan Terlapor. --------------------------------------------
Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Investigator. ------------
Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Terlapor. ----------------
Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini. ----

TENTANG DUDUK PERKARA

1. Menimbang bahwa Majelis Komisi menerima Laporan Keterlambatan


Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Jambi Prima Coal oleh
PT PLN Batubara, dengan dugaan pelanggaran pada pokoknya sebagai
berikut (vide bukti I2): -----------------------------------------------------------
SALINAN

1.1. Bahwa objek perkara a quo adalah Keterlambatan


Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Jambi Prima Coal
oleh PT PLN Batubara dengan nilai transaksi sebesar
Rp521.000.000.000,00 (lima ratus dua puluh satu miliar
rupiah), yang pada pokoknya sebagai berikut: --------------------
1.1.1. Bahwa pengambilalihan saham perusahaan PT Jambi
Prima Coal oleh Terlapor memenuhi kriteria
pemberitahuan yang wajib dilaporkan kepada Komisi;
1.1.2. Bahwa kewajiban tersebut harus telah dilaksanakan
selambat-lambatnya terhitung 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal efektif yuridis pengambilalihan
saham; ---------------------------------------------------------
1.1.3. Bahwa pengambilalihan saham perusahaan PT Jambi
Prima Coal oleh Terlapor telah berlaku efektif secara
yuridis sejak tanggal 04 Desember 2018 berdasarkan
penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran
dasar PT Jambi Prima Coal oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik (melalui Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum) yang
termaktub dalam Akta Nomor 27 Tanggal 06
November 2018; ----------------------------------------------
1.1.4. Bahwa Terlapor wajib melakukan pemberitahuan
(notifikasi) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal berlaku efektif yuridis pengambilalihan
(akuisisi) saham (04 Desember 2018) yaitu paling
lambat pada tanggal 17 Januari 2019 (vide bukti C2
dan C3); -------------------------------------------------------
1.1.5. Bahwa Terlapor baru melakukan pemberitahuan
kepada Komisi pada tanggal 06 Mei 2019 (vide bukti
C1); -------------------------------------------------------------
1.1.6. Bahwa dengan demikian, Terlapor telah melakukan
keterlambatan selama 71 (tujuh puluh satu) hari atau
setidak-tidaknya lebih dari 25 (dua puluh lima) hari. --
1.2. Dugaan Pelanggaran ---------------------------------------------------
1.2.1. Bahwa PT PLN Batubara diduga melakukan
pelanggaran ketentuan Pasal 29 Undang-Undang

-2-
Nomor 5 Tahun 1999 (“UU Nomor 5 Tahun 1999”) jo.
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010
(“PP Nomor 57 Tahun 2010”) terkait dengan
keterlambatan melakukan pemberitahuan dalam
proses pengambilalihan saham PT Jambi Prima Coal;
1.2.2. Bahwa adapun ketentuan Pasal 29 UU Nomor
5 Tahun 1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010
adalah sebagai berikut: -------------------------------------

Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 ------------------------


Pasal 29 -------------------------------------------------------
(1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan
atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu,
wajib diberitahukan kepada Komisi, selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
penggabungan, peleburan atau pengambilalihan
tersebut. -------------------------------------------------
(2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau
nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur
dalam Peraturan Pemerintah. ------------------------

Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010 ------------------------


(1) Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan
Usaha, atau Pengambilalihan Saham perusahaan
lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai
penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib
diberitahukan secara tertulis kepada Komisi
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
tanggal telah berlaku efektif secara yuridis
Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan
Usaha, Pengambilalihan saham perusahaan. ----
(2) Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas: ------------------------------------
a. Nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00
(dua triliun lima ratus miliar rupiah);
dan/atau ------------------------------------------
b. Nilai penjualan sebesar
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah).
(3) Bagi Pelaku Usaha di bidang Perbankan
kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-3-
berlaku jika nilai aset melebihi
Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun
rupiah).---------------------------------------------------
(4) Nilai aset dan/atau nilai penjualan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai aset dan/atau
nilai penjualan dari:------------------------------------
a. Badan Usaha hasil Penggabungan, atau
Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan
Usaha yang mengambil alih saham
perusahaan lain dan Badan Usaha yang
diambil alih; dan----------------------------------
b. Badan Usaha yang secara langsung maupun
tidak langsung mengendalikan atau
dikendalikan oleh Badan Usaha hasil
penggabungan, Badan Usaha hasil
peleburan, atau Badan Usaha yang
mengambil alih saham perusahaan lain dan
Badan Usaha yang diambil alih. ---------------

1.3. Tentang Kronologis Pengambilalihan Saham PT Jambi Prima


Coal oleh Terlapor ------------------------------------------------------
1.3.1. Bahwa pada tanggal 06 November 2018, PT PLN
Batubara melakukan pengambilalihan saham
PT Jambi Prima Coal sebanyak 822.000 (delapan
ratus dua puluh dua ribu) lembar saham;----------------
1.3.2. Bahwa atas pengambilalihan tersebut maka terjadi
perubahan komposisi pemegang saham PT Jambi
Prima Coal sebagaimana tabel berikut (vide, Akta
Nomor 03 tanggal 04 April 2017 yang dibuat oleh
Miryany Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan, Akta
Nomor 27 tanggal 06 November 2018 yang dibuat oleh
Miryany Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan, BAP
Terhadap Terlapor tanggal 17 Juli 2019): ----------------

Pemegang Saham Awal Menjadi

Muhammad Tonas 1 Saham - Saham

PT Indobagus Energy 1.369.999 Saham 548.000 Saham

PT PLN Batubara - Saham 822.000 Saham

-4-
1.4. Tentang Tujuan Pengambilalihan -----------------------------------
Bahwa pengambilalihan saham PT Jambi Prima Coal oleh
PT PLN Batubara tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan batubara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Jambi I (vide, BAP PT PLN Batubara tanggal 17 Juli 2019). -----
1.5. Tentang Nilai Transaksi -----------------------------------------------
Bahwa nilai transaksi pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal yang dilakukan oleh PT PLN Batubara adalah
senilai Rp521.000.000.000,00 (lima ratus dua puluh satu
miliar rupiah) (vide, BAP PT PLN Batubara tanggal 17 Juli 2019,
halaman 07 Laporan Keuangan Konsolidasian PT PLN
Batubara dan Entitas Anak Tanggal 31 Desember 2017 dan
2016). --------------------------------------------------------------------
1.6. Tentang Badan Usaha Pengambil Alih ------------------------------
1.6.1. Tentang PT PLN Batubara ----------------------------------
a. Bahwa PT PLN Batubara merupakan badan
usaha berbentuk badan hukum yang didirikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
Negara Republik Indonesia melalui Akta
Pendirian Nomor 03 tanggal 11 Agustus 2008
yang dibuat oleh Lenny Janis Ishak, SH, Notaris
di DKI Jakarta; ---------------------------------------
b. Bahwa PT PLN Batubara didirikan dengan
maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan
usaha di bidang penyediaan batubara untuk
mendukung pengamanan sebagian pasokan
batubara untuk kebutuhan unit-unit
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Batubara ataupun kebutuhan lainnya
berdasarkan prinsip-prinsip industri dan niaga
yang sehat dengan menerapkan prinsip-prinsip
perseroan terbatas. Dalam prakteknya, PT PLN
Batubara didirikan untuk mempersiapkan
proses pengadaan batubara dalam rangka
mendukung kebutuhan PLTU PLN di seluruh

-5-
Indonesia (vide, BAP Terhadap Terlapor tanggal
17 Juli 2019). -----------------------------------------
1.6.2. Tentang Komposisi Kepemilikan Saham Pada Saat
Melakukan Akuisisi -----------------------------------------
a. Bahwa sejak didirikan hingga saat ini,
komposisi saham PT PLN Batubara dimiliki oleh
(vide, Akta Pendirian Nomor 03 tanggal 11
Agustus 2008 yang dibuat oleh Lenny Janis
Ishak, SH, Notaris di DKI Jakarta jo. Akta Nomor
27 tanggal 15 Juli 2019 yang dibuat oleh Ina
Rosaina, SH, Notaris di Jakarta Barat): -----------

Jumlah Saham %

PT PLN (Persero) 24.999 saham 99,996%

Yayasan Pendidikan dan 1 saham 0,004%


Kesejahteraan PT PLN (Persero)

b. Bahwa PT PLN (Persero) selaku pemegang


saham mayoritas PT PLN Batubara merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
keseluruhan sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia; -------------------
c. Bahwa skema utama perusahaan yang
melakukan pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal sebagaimana gambar berikut (vide,
halaman 36 Annual Report PT PLN Batubara
Tahun 2017): ------------------------------------------

-6-
1.6.3. Tentang Nilai Aset dan Nilai Penjualan-------------------
a. Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT PLN
Batubara pada tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017 adalah sebagai berikut (vide,
Formulir Pemberitahuan Pengambilalihan Saham
Perusahaan Form A1: KPPU Ref Nomor A1 39 19
tertanggal 6 Mei 2019, Laporan Keuangan PT
PLN Batubara Tahun 2014-2017*dinyatakan
dalam jutaan rupiah): --------------------------------

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


2015 IDR 1.223.993 IDR 3.398.573

2016 IDR 1.268.211 IDR 2.662.566

2017 IDR 4.368.580 IDR 11.674.887

b. Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT PLN


(Persero) pada tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017 adalah sebagai berikut (vide,
Formulir Pemberitahuan Pengambilalihan Saham
Perusahaan Form A1: KPPU Ref Nomor A1 39 19
tertanggal 06 Mei 2019, Laporan Keuangan PT
PLN (Persero) Tahun 2015-2017*dinyatakan
dalam jutaan rupiah): --------------------------------

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


2015 IDR 1.314.370.881 IDR 217.346.990

2016 IDR 1.272.177.975 IDR 222.821.956

2017 IDR 1.334.957.657 IDR 255.295.243

1.7. Tentang Badan Usaha yang Diambil Alih --------------------------


1.7.1. Tentang PT Jambi Prima Coal -----------------------------
a. Bahwa PT Jambi Prima Coal merupakan badan
usaha berbentuk badan hukum yang didirikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
Negara Republik Indonesia melalui Akta
Pendirian Nomor 01 tanggal 01 Agustus 2005
yang dibuat oleh Sri Intansih, SH, Notaris di

-7-
Jakarta, dengan susunan pemegang saham
sebagai berikut:-------------------------------------------

Pemegang Saham Jumlah Saham %


IR. EDWARD SIAGIAN 1.500 saham 15%
PRIYONO 2.500 saham 25%
AHMAD ROFIQ 1.500 saham 15%
HERWANTO RAHARJO 1.500 saham 15%
NY. RITA SINTAWATI 1.500 saham 15%
DJOKO JUWANTO 1.500 saham 15%
MANGUNDARMODJO

b. Bahwa PT Jambi Prima Coal didirikan dengan


maksud untuk menjalankan kegiatan usaha di
bidang perdagangan, pertambangan, jasa,
kecuali bidang hukum dan pajak; -----------------
c. Bahwa sebelum diambil alih oleh PT PLN
Batubara, komposisi pemegang saham
PT Jambi Prima Coal adalah sebagai berikut
(vide, Akta Nomor 03 tanggal 04 April 2017 yang
dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan jo. Akta Nomor 27 tanggal 06
November 2018 yang dibuat oleh Miryany
Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan): ----------

Pemegang Saham Jumlah Saham %


Muhammad Tonas 1 saham 0,0001%
1.369.999 saham 99,9999%
PT Indobagus Energy

d. Bahwa setelah diambil alih oleh PT PLN


Batubara, komposisi pemegang saham
PT Jambi Prima Coal menjadi sebagai berikut
(Akta Nomor 03 tanggal 04 April 2017 yang
dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan jo. Akta Nomor 27 tanggal 06
November 2018 yang dibuat oleh Miryany
Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan): ----------

-8-
Pemegang Saham Jumlah Saham %
PT Indobagus Energy 548.000 saham 40%
PT PLN Batubara 822.000 saham 60%

1.7.2. Tentang Nilai Aset dan Nilai Penjualan-------------------


Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT Jambi Prima
Coal pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
adalah sebagai berikut (vide, Formulir Pemberitahuan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Form A1: KPPU
Ref Nomor A1 39 19 tertanggal 06 Mei 2019, Laporan
Keuangan PT Jambi Prima Coal Tahun 2015-2017): ----

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


2015 US$ 15.249.601 US$ 15.100.003
2016 US$ 11.145.217 US$ 7.305.443
2017 US$ 8.230.869 US$ 3.381.428

Bahwa apabila nilai aset dan penjualan tersebut


dikonversi ke dalam mata uang rupiah maka nilai
aset dan nilai penjualan PT Jambi Prima Coal pada
tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


2015 IDR 199.525.779.484 IDR 197.568.439.252
2016 IDR 147.963.900.892 IDR 96.987.061.268
2017 IDR 109.643.405.949 IDR 45.044.002.388

*Keterangan: kurs tengah Bank Indonesia (per-31 Maret


2015-2017) -------------------------------------
1.8. Tentang Keterlambatan Pemberitahuan ----------------------------
1.8.1. Tentang Tanggal Berlaku Efektif Yuridis -----------------
a. Bahwa kewajiban pemberitahuan
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha
dan Pengambilalihan Saham Perusahaan diatur
dalam ketentuan Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun
2010 selanjutnya ditegaskan kembali dalam

-9-
Pasal 2 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Nomor 4 Tahun 2012 yang menyatakan:
Pasal 2--------------------------------------------------
1) Badan usaha yang melakukan
Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan wajib menyampaikan
Pemberitahuan kepada Komisi paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan telah berlaku efektif secara
yuridis.------------------------------------------
2) Tanggal berlaku efektif secara yuridis
sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1)
adalah: -----------------------------------------
a) Untuk Badan Usaha yang berbentuk
Perseroan Terbatas, sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 133 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas
(“selanjutnya disebut UU No. 40
Tahun 2007”) pada bagian
penjelasan adalah tanggal: ------------
i. Persetujuan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia atas perubahan
Anggaran Dasar dalam terjadi
Penggabungan; ---------------------
ii. Pemberitahuan diterima Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia baik dalam
hal terjadi perubahan Anggaran
Dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (3) UU No.
40 Tahun 2007 maupun yang
tidak disertai perubahan
Anggaran Dasar; dan -------------
iii. Pengesahan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia atas Akta Pendirian
perseroan dalam hal terjadi
Peleburan. ---------------------------
b) Jika salah satu pihak yang
melakukan Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan

- 10 -
adalah Perseroan Terbatas dan pihak
lain adalah perusahaan non-
Perseroan Terbatas, maka
pemberitahuan dilakukan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal ditandatanganinya
pengesahan Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan oleh
para pihak. Adapun tanggal
pengesahan adalah tanggal efektif
suatu badan usaha bergabung atau
melebur dan beralihnya kepemilikan
saham di perusahaan yang diambil
alih (closing date); atau -----------------
c) Khusus untuk Pengambilalihan
Saham yang terjadi di bursa efek,
maka pemberitahuan dilakukan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal Surat Keterbukaan
Informasi Pengambilalihan Saham
Perseroan Terbuka. ----------------------
b. Bahwa pengambilalihan saham PT Jambi Prima
Coal oleh PT PLN Batubara pada tanggal
06 November 2018 telah mengakibatkan terjadi
perubahan pengendali PT Jambi Prima Coal
sehingga wajib diberitahukan kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
Pemberitahuan diterima Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (vide,
Akta Nomor 03 tanggal 04 April 2017 yang
dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan jo. Akta Nomor 27 tanggal 06
November 2018 yang dibuat oleh Miryany
Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan); ----------
c. Bahwa berdasarkan alat bukti diketahui bahwa
pemberitahuan perubahan anggaran dasar
PT Jambi Prima Coal yang termaktub dalam
Akta Nomor 27 tanggal 06 November 2018 yang
dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan diberitahukan dan/atau

- 11 -
diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik (melalui Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum) pada tanggal
04 Desember 2018 (vide, Surat Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor
AHU-AH. 01.03-0271097 tanggal 04 Desember
2018); --------------------------------------------------
d. Bahwa dengan demikian tanggal efektif secara
yuridis pengambilalihan (akuisisi) saham
PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara
adalah tanggal 04 Desember 2018. ---------------
1.8.2. Tentang Keterlambatan Pemberitahuan -----------------
a. Bahwa sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 5 ayat (1) PP Nomor 57 Tahun 2010
dinyatakan:--------------------------------------------
Badan usaha yang melakukan Penggabungan
atau Peleburan Badan Usaha dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan wajib
menyampaikan Pemberitahuan kepada Komisi
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
tanggal Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan
telah berlaku efektif secara yuridis; ---------------
b. Bahwa atas dasar ketentuan tersebut maka
kewajiban PT PLN Batubara menyampaikan
pemberitahuan (notifikasi) pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha paling lambat
seharusnya dilakukan pada tanggal 17 Januari
2019; ---------------------------------------------------
c. Bahwa akan tetapi PT PLN Batubara baru
menyampaikan pemberitahuan kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha pada tanggal
06 Mei 2019 (vide, Formulir Pemberitahuan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Form A1:
KPPU Reff Nomor A1 39 19 tertanggal 06 Mei
2019); --------------------------------------------------

- 12 -
d. Bahwa oleh karena itu, PT PLN Barubara telah
terlambat melakukan pemberitahuan kepada
Komisi Pengawas Persaingan Usaha selama
71 (tujuh puluh satu) hari atau setidak-tidaknya
lebih dari 25 (dua puluh lima) hari.----------------
1.9. Tentang Pemenuhan Unsur Pelanggaran --------------------------
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010
maka dapat diuraikan pemenuhan unsur pasal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------
1.9.1. Tentang Badan Usaha/Pelaku Usaha --------------------
a. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5
UU Nomor 5 Tahun 1999 dinyatakan mengenai
pengertian pelaku usaha dengan definisi
sebagai berikut:---------------------------------------
Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan
atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; ----------
b. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6
PP Nomor 57 Tahun 2010 dinyatakan mengenai
pengertian badan usaha dengan definisi sebagai
berikut: ------------------------------------------------
Badan Usaha adalah perusahaan atau bentuk
usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum, yang
menjalankan suatu jenis usaha yang bersifat
tetap dan terus-menerus dengan tujuan untuk
memperoleh laba; -------------------------------------
c. Bahwa badan usaha atau pelaku usaha yang
dimaksud dalam dugaan pelanggaran ini adalah
PT PLN Batubara selaku badan usaha/pelaku
usaha yang melakukan akuisisi saham
PT Jambi Prima Coal; --------------------------------

- 13 -
d. Bahwa PT PLN Batubara merupakan badan
usaha berbentuk badan hukum sebagaimana
telah diuraikan pada Badan Usaha Pengambil
Alih: PT PLN Batubara sehingga secara mutatis
mutandis menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan penjelasan pemenuhan
unsur ini; ----------------------------------------------
e. Bahwa oleh karena itu PT PLN Batubara
merupakan pelaku usaha sebagaimana
dimaksud pada ketentuan Pasal 1 angka 5 UU
Nomor 5 Tahun 1999 dan Pasal 1 angka 6 PP
Nomor 57 Tahun 2010;------------------------------
f. Bahwa atas dasar fakta dan analisis tersebut
maka unsur Badan Usaha dan/atau Pelaku
Usaha dalam perkara ini TERPENUHI. -----------
1.9.2. Tentang Pengambilalihan Saham -------------------------
a. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3
PP Nomor 57 Tahun 2010 diatur mengenai
pengertian “pengambilalihan” dengan
menyatakan: ------------------------------------------
pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh Pelaku Usaha untuk mengambil
alih saham badan usaha yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian atas badan usaha
tersebut; ------------------------------------------------
b. Bahwa pada tanggal 06 November 2018, PT PLN
Batubara telah melakukan pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal sebagaimana telah
diuraikan pada KRONOLOGIS sehingga secara
mutatis mutandis menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan penjelasan pemenuhan
unsur ini; ----------------------------------------------
c. Bahwa pengambilalihan saham PT Jambi Prima
Coal tersebut telah mengakibatkan terjadinya
perubahan pengendali perusahaan; --------------
d. Bahwa pengambilalihan saham pada tanggal
06 November 2018 tersebut telah

- 14 -
mengakibatkan PT PLN Batubara menjadi
pengendali PT Jambi Prima Coal;------------------
e. Bahwa atas dasar fakta tersebut, maka unsur
Pengambilalihan Saham sebagaimana diatur
dalam ketentuan tersebut TERPENUHI. ----------
1.10. Tentang Nilai Aset dan/atau Nilai Penjualan Tertentu-----------
1.10.1. Bahwa dalam ketentuan Pasal 5 ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) PP Nomor 57 Tahun 2010 telah diatur
mengenai batasan nilai aset dan/atau nilai penjualan
yaitu apabila nilai aset dan/atau nilai penjualan
akibat pengambilalihan saham tersebut melebihi: -----
a. nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua
triliun lima ratus miliar rupiah); dan/atau----------
b. nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00
(lima triliun rupiah). ------------------------------------

Nilai aset dan/atau nilai penjualan tersebut dihitung


berdasarkan penjumlahan nilai aset dan/atau nilai
penjualan dari: -----------------------------------------------
a. Badan Usaha hasil Penggabungan, atau Badan
Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha yang
mengambil alih saham perusahaan lain dan
Badan Usaha yang diambil alih; dan ---------------
b. Badan Usaha yang secara langsung maupun
tidak langsung mengendalikan atau dikendalikan
oleh Badan Usaha hasil Penggabungan, atau
Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha
yang mengambil alih saham perusahaan lain dan
Badan Usaha yang diambil alih.---------------------

Bahwa nilai aset dan/atau nilai penjualan tidak


hanya meliputi nilai aset dan/atau nilai penjualan
dari perusahaan yang melakukan pengambilalihan
(akusisi), tetapi juga nilai aset dan/atau nilai
penjualan dari perusahaan yang terkait secara
langsung dengan perusahaan yang bersangkutan
secara vertikal, yaitu induk perusahaan sampai

- 15 -
dengan Badan Usaha Induk Tertinggi dan anak
perusahaan sampai dengan anak perusahaan yang
paling bawah. Nilai aset dan/atau nilai penjualan
Badan Usaha Induk Tertinggi yang dihitung adalah
nilai aset dan/atau nilai penjualan seluruh anak
perusahaan. Hal ini dikarenakan secara ekonomi,
nilai aset anak perusahaan merupakan nilai aset dari
induk perusahaan. ------------------------------------------

Bahwa nilai aset dan nilai penjualan gabungan


PT PLN Batubara dan PT Jambi Prima Coal adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------

Gabungan Nilai Aset


PT PLN Batubara dan PT Jambi Prima Coal

* Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Aset
Nilai Aset Nilai Aset
Tahun PT Jambi Prima
PT PLN Batubara Gabungan
Coal
2015 IDR 1.223.993 IDR 199.525 IDR 1.423.518
2016 IDR 1.268.211 IDR 147.963 IDR 1.416.174
2017 IDR 4.368.580 IDR 111.511 IDR 4.480.091

Gabungan Nilai Penjualan


PT PLN Batubara dan PT Jambi Prima Coal

* Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Penjualan
Nilai Penjualan Nilai Penjualan
Tahun PT Jambi Prima
PT PLN Batubara Gabungan
Coal
2015 IDR 3.398.573 IDR 197.568 IDR 3.596.141
2016 IDR 2.662.566 IDR 96.987 IDR 2.759.553
2017 IDR 11.674.887 IDR 45.811 IDR 11.720.698

Bahwa atas dasar nilai penjualan gabungan antara


PT PLN Batubara (selaku badan usaha pengambil
alih) dan PT Jambi Prima Coal (selaku badan usaha
yang diambil alih) tersebut maka telah memenuhi
persyaratan bahwa pengambilalihan tersebut wajib

- 16 -
diberitahukan kepada Komisi Pengawas Persaingan
Usaha; ---------------------------------------------------------
1.10.2. Bahwa selanjutnya apabila dihitung berdasarkan nilai
aset dan nilai penjualan sampai dengan Badan Usaha
Induk Tertinggi yaitu PT PLN (Persero) maka
gabungan nilai aset dan nilai penjualannya adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------

Gabungan Nilai Aset


PT PLN (Persero) dan PT Jambi Prima Coal

*Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Aset
Nilai Aset
Tahun PT Jambi Prima Nilai Aset Gabungan
PT PLN (Persero)
Coal
2015 IDR 1.314.370.881 IDR 199.525 IDR 1.314.570.406
2016 IDR 1.272.177.975 IDR 147.963 IDR 1.272.325.938
2017 IDR 1.334.957.657 IDR 111.511 IDR 1.335.069.168

Gabungan Nilai Penjualan


PT PLN (Persero) dan PT Jambi Prima Coal

*Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Penjualan
Nilai Penjualan Nilai Penjualan
Tahun PT Jambi Prima
PT PLN (Persero) Gabungan
Coal
2015 IDR 217.346.990 IDR 197.568 IDR 217.544.558
2016 IDR 222.821.956 IDR 96.987 IDR 222.918.943
2017 IDR 255.295.243 IDR 45.811 IDR 255.341.054

1.10.3. Bahwa atas dasar Nilai Aset dan Nilai Penjualan


PT PLN (Persero) selaku badan usaha induk tertinggi
tersebut maka telah memperkuat fakta dan/atau
bukti terkait batasan nilai aset dan nilai penjualan
sehingga pengambilalihan saham PT Jambi Prima
Coal oleh PT PLN Batubara pada tanggal 06 November
2018 wajib diberitahukan kepada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha. -----------------------------------------------

- 17 -
1.11. Tentang Tidak Terafiliasi ----------------------------------------------
1.11.1. Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 7 PP Nomor 57
Tahun 2010 bahwa yang dimaksud dengan
“terafiliasi” adalah: ------------------------------------------
a. hubungan antara perusahaan, baik langsung
maupun tidak langsung, mengendalikan atau
dikendalikan oleh perusahaan tersebut; ---------
b. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang
dikendalikan, baik langsung maupun tidak
langsung, oleh pihak yang sama; atau -----------
c. hubungan antara perusahaan dan pemegang
saham utama.-----------------------------------------
1.11.2. Bahwa berdasarkan Pasal 7 PP Nomor 57 Tahun 2010
dinyatakan: ---------------------------------------------------
kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dan ayat (3) tidak berlaku bagi Pelaku Usaha yang
melakukan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan
Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
antarperusahaan yang terafiliasi; -------------------------
1.11.3. Bahwa atas dasar ketentuan tersebut maka
kewajiban pemberitahuan (notifikasi) tidak
diberlakukan untuk pelaku usaha yang terafiliasi
karena Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan diantara perusahaan yang terafiliasi
tidak merubah struktur pasar dan kondisi persaingan
yang telah ada; ----------------------------------------------------
1.11.4. Bahwa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa skema pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal oleh PT PLN Batubara adalah sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------

Pemegang Saham Awal Menjadi

Muhammad Tonas 1 Saham - Saham

PT Indobagus Energy 1.369.999 Saham 548.000 Saham

PT PLN Batubara - Saham 822.000 Saham

- 18 -
1.11.5. Bahwa berdasarkan uraian komposisi kepemilikan
saham badan usaha yang melakukan
pengambilalihan dan komposisi kepemilikan saham
badan usaha yang diambil alih tidak menunjukkan
hubungan afiliasi sebagaimana Penjelasan Pasal 7
PP Nomor 57 Tahun 2010; ---------------------------------
1.11.6. Bahwa atas dasar fakta dan ketentuan Pasal 7
PP Nomor 57 Tahun 2010 tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa PT Jambi Prima Coal dan PT PLN
Batubara tidak saling terafiliasi; --------------------------
1.11.7. Bahwa dengan demikian, unsur kewajiban
pemberitahuan (notifikasi) dalam pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara
TERPENUHI. --------------------------------------------------
1.12. Tentang Kewajiban Pemberitahuan Akuisisi Kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Selambat-Lambatnya 30 (Tiga
Puluh) Hari Sejak Tanggal Pengambilalihan -----------------------
1.12.1. Bahwa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa transaksi pengambilalihan (akuisisi) saham
perusahaan PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN
Batubara tersebut dilakukan pada tanggal
06 November 2018; ------------------------------------------
1.12.2. Bahwa transaksi pengambilalihan saham tersebut
dituangkan dalam Akta Nomor 27 tanggal
06 November 2018 yang dibuat oleh Miryany Usman,
SH, Notaris di Jakarta Selatan; ---------------------------
1.12.3. Bahwa akta terkait pengambilalihan (akuisisi) saham
perusahaan PT Jambi Prima Coal telah diberitahukan
dan/atau diterima Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (melalui Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum) pada tanggal
04 Desember 2018 sehingga tanggal efektif secara
yuridis adalah tanggal 04 Desember 2018 (vide, Surat
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor
AHU-AH. 01.03-0271097 tanggal 04 Desember 2018); -

- 19 -
1.12.4. Bahwa PT PLN Batubara seharusnya menyampaikan
pemberitahuan akuisisi saham PT Jambi Prima Coal
kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha paling
lambat pada tanggal 17 Januari 2019 atau 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal efektif yuridis; -----------------
1.12.5. Bahwa PT PLN Batubara baru menyampaikan
pemberitahuan pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal kepada Komisi Pengawas Persaingan
Usaha pada tanggal 06 Mei 2019 (vide, Formulir
Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Perusahaan
Form A1: KPPU Ref Nomor A1 39 19 tertanggal 06 Mei
2019); ----------------------------------------------------------
1.12.6. Bahwa atas dasar fakta tersebut maka PT PLN
Batubara terbukti telah terlambat melaksanakan
kewajibannya melakukan pemberitahuan selama
71 (tujuh puluh satu) hari atau setidak-tidaknya lebih
dari 25 (dua puluh lima) hari; ------------------------------
1.12.7. Bahwa dengan demikian, unsur terjadinya
keterlambatan pemberitahuan dalam pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara
TERPENUHI. --------------------------------------------------

Bahwa atas dasar fakta dan analisis tersebut maka dapat


disimpulkan bahwa telah terbukti terjadi pelanggaran
ketentuan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 yang dilakukan
oleh PT PLN Batubara. ------------------------------------------------
1.13. Tentang Ketentuan Pengecualian ------------------------------------
1.13.1. Bahwa berdasarkan Pasal 7 PP Nomor 57 Tahun 2010
diatur mengenai ketentuan pengecualian terhadap
kewajiban pemberitahuan pengambilalihan saham
dengan menyatakan sebagai berikut: --------------------
kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dan ayat (3) tidak berlaku bagi Pelaku Usaha yang
melakukan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan
Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
antarperusahaan yang terafiliasi; -------------------------

- 20 -
1.13.2. Bahwa atas dasar ketentuan tersebut maka
kewajiban pemberitahuan tidak diberlakukan untuk
pelaku usaha yang terafiliasi karena Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan diantara perusahaan
yang terafiliasi tidak merubah struktur pasar dan
kondisi persaingan yang telah ada; -----------------------
1.13.3. Bahwa selanjutnya berdasarkan penjelasan Pasal 7
PP Nomor 57 Tahun 2010 bahwa yang dimaksud
dengan “terafiliasi” adalah: ---------------------------------
a. hubungan antara perusahaan, baik langsung
maupun tidak langsung, mengendalikan atau
dikendalikan oleh perusahaan tersebut; -----------
b. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang
dikendalikan, baik langsung maupun tidak
langsung, oleh pihak yang sama; atau -------------
c. hubungan antara perusahaan dan pemegang
saham utama. ------------------------------------------
1.13.4. Bahwa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa skema pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal oleh PT PLN Barubara adalah sebagai
berikut: --------------------------------------------------------

Pemegang Saham Awal Menjadi

Muhammad Tonas 1 Saham - Saham

PT Indobagus Energy 1.369.999 Saham 548.000 Saham

PT PLN Batubara - Saham 822.000 Saham

1.13.5. Bahwa berdasarkan uraian komposisi kepemilikan


saham badan usaha yang melakukan
pengambilalihan dan komposisi kepemilikan saham
badan usaha yang diambil alih tidak menunjukkan
hubungan afiliasi sebagaimana Penjelasan Pasal 7 PP
Nomor 57 Tahun 2010; -------------------------------------
1.13.6. Bahwa atas dasar fakta dan ketentuan Pasal 7
PP Nomor 57 Tahun 2010 tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa PT Jambi Prima Coal dan PT PLN
Batubara tidak saling terafiliasi; --------------------------

- 21 -
1.13.7. Bahwa dengan demikian, pengambilalihan saham
PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara tersebut
tidak dikecualikan dan wajib diberitahukan kepada
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. ---------------------
2. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi tanggal 13 Februari
2020, Terlapor menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan
Keterlambatan Pemberitahuan yang pada pokoknya berisi hal-hal
sebagai berikut (vide bukti B2 dan T2):---------------------------------------
Bahwa PT PLN Batubara yang beralamat di Jalan Warung Buncit Raya
Nomor 10 Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor
002.Sku/HKM.02.01/DIRUT/2020 tanggal 03 Februari 2020,
memberikan kuasa penuh kepada Muhammad Yahdi Salampessy,
S.H., M.H., Jackson Renold, S.H., para Advokat dan Konsultan Hukum
pada kantor Hukum Total Consulting Law Firm yang beralamat di
Jalan Rawa Bambu Raya Nomor 14 C, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,
DKI Jakarta, 12520 baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama mendampingi atau mewakili PT PLN Batubara sebagai Terlapor
dalam perkara Keterlambatan Pemberitahuan Akuisisi PT Jambi Prima
Coal. --------------------------------------------------------------------------------

Bersama ini kami selaku Kuasa Hukum dari Terlapor telah


mempelajari Laporan Keterlambatan Pemberitahuan (Notifikasi)
akuisisi PT Jambi Prima Coal oleh Terlapor yang disampaikan oleh
Tim Investigator Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang
beralamat Jalan Ir. H. Juanda Nomor 36 Jakarta Pusat,
(“Investigator”). Berkenaan dengan hal tersebut, kami bermaksud
mengajukan Tanggapan atas Laporan Keterlambatan Pemberitahuan
tersebut. ---------------------------------------------------------------------------

Terlapor dengan ini menyampaikan tanggapannya sebagai berikut: ----


2.1. Pendahuluan ------------------------------------------------------------
Penetapan harga batubara sangatlah penting, karena dalam
hal ini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang
menggunakan bahan bakar batubara memang cukup krusial
untuk tahun depan lantaran PLTU merupakan penghasil
energi terbesar, sehingga harga batubara akan berpengaruh

- 22 -
terhadap biaya produksi listrik yang ujungnya berdampak
pada harga listrik kepada masyarakat. -----------------------------

Hal tersebut juga didorong bahwa batubara sebagai salah satu


komoditi yang melimpah di Indonesia dan dapat menjadi
modal pembangunan listrik dan bukan hanya menjadi
komoditas pada pasar saja. Batubara dapat menjadi backbone
atau tulang punggung energi listrik dalam negeri. ---------------

Hal ini dapat dilihat, sejak Maret 2018 harga batubara untuk
PLTU dalam negeri sebesar US$ 70 per ton untuk nilai kalori
6.322 GAR atau menggunakan Harga Batubara Acuan (HBA)
apabila HBA berada di atas US$ 70 per ton. Hal tersebut
menjadikan pemanfaatan batubara untuk dalam negeri,
khususnya untuk sumber energi utama dan efisien dalam
membangun PLTU merupakan tulang punggung dalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa. --------------

Bahwa dalam melakukan kegiatan akuisisi ini PT PLN


Batubara diharapkan dapat menjamin security of supply
(ketersediaan batubara) dalam memasok pembangkit listrik
tenaga uap yang memakai bahan bakar batubara dan
melakukan efisiensi yang dapat menekan biaya listrik pada
masyarakat. Karena hal tersebut membatasi harga batubara
untuk domestik membuat biaya pokok produksi (BPP) yang
berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap menjadi turun. ---

Dalam hal ini batubara memegang kontribusi penting dalam


pembangunan nasional. Subsektor pertambangan mineral dan
batubara (minerba) pada 2017 mencatat Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp40,6 triliun. ----------------------

Dalam RUPTL 2017-2026 terdapat rencana pengembangan


beberapa PLTU mulut tambang di Sumatera dan Kalimantan.
Karena produksi batubara sendiri sebagian besar berada di
Kalimantan dan selebihnya berada di Sumatera. Sementara
penggunaan batubara dalam negeri terbesar adalah untuk
pembangkit listrik sebesar 81% (delapan puluh satu persen),

- 23 -
sedangkan sebagian kecil untuk industri semen, tekstil,
pupuk, pulp, dan metalurgi yang lokasi penggunanya paling
banyak terdapat di Jawa. ---------------------------------------------

Dengan demikian PT PLN (Persero) harus mampu melayani


kebutuhan tenaga listrik saat ini maupun di masa yang akan
datang karena hal ini merujuk pada Pasal 28 dan Pasal 29
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan yang mana PT PLN (Persero) selaku
Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
kepentingan umum wajib menyediakan tenaga listrik secara
terus-menerus. ---------------------------------------------------------
2.2. Tujuan Akuisisi ---------------------------------------------------------
Akuisisi terhadap PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara
(“PLNBB”) merupakan akuisisi yang bertujuan melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Dalam hal ini PT PLN (Persero) telah menugaskan kepada
PLNBB untuk melakukan penguasaan atau akuisisi atas
tambang dan infrastruktur logistik batubara dengan tujuan
sebagai berikut: --------------------------------------------------------
2.2.1. Security of Supply; -------------------------------------------
2.2.2. Cost of Efficiency; dan ---------------------------------------
2.2.3. Mitigasi risiko atas harga batubara. ----------------------

PLNBB memahami perannya adalah untuk mengamankan


penyediaan batubara bagi keberlanjutan ketenagalistrikan
Indonesia dan efisiensi biaya pokok penyediaan. Strategi
pengembangan usaha Perseroan dalam bentuk akuisisi
tambang maupun infrastruktur logistik batubara dilakukan
untuk mendukung PT PLN (Persero) mencapai kesehatan
keuangan yang lebih baik. Di sisi revenue, tarif tenaga listrik
PT PLN (Persero) diatur dan ditetapkan oleh Pemerintah
melalui Permen ESDM Nomor 28 tahun 2016. Sebaliknya, di
sisi biaya terutama biaya energi primer yang merupakan
proporsi terbesar biaya operasi, PT PLN (Persero) harus
menerima harga pasar yang berfluktuasi. -------------------------

- 24 -
Program akuisisi tambang dan infrastruktur logistik batubara
telah masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran PLNBB sejak
RKAP 2017, RKAP 2018, dan RKAP 2019. Sumber pendanaan
program akuisisi tersebut direncanakan didanai dari
Tambahan Modal Disetor. --------------------------------------------

Untuk perencanaan pembangunan pembangkit tenaga listrik,


RUPTL yang merupakan penugasan Pemerintah untuk
melakukan penambahan pembangkit pada tahun 2019 yang
mana PLTU batubara akan mendominasi jenis pembangkit
yang akan dibangun yaitu hingga mencapai 31,9 GW atau
41,0% penambahan pembangkit ini akan sangat tinggi yakni
mencapai 18,7 GW. Hal ini merupakan langkah Pemerintah
untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia dan
sesuai program 35.000 MW yang dicanangkan oleh presiden
sesuai Perpres 04 Tahun 2016 tentang Percepatan
Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK). ------------------------------

Karena sasaran strategis yang ingin dicapai pada RUPTL


2017-2026 adalah tersedianya pasokan tenaga listrik yang
cukup, andal dan efisien, guna mengantisipasi pertumbuhan
konsumsi tenaga listrik dan mendukung terciptanya
ketahanan energi. Dimana telah dilakukan identifikasi
terhadap aspek regulasi Pemerintah, aspek financing
(pendanaan), security of supply, dan aspek operasional. Hal
tersebut sejalan dengan isu-isu utama RUPTL, yaitu transmisi
dan distribusi, serta proyeksi pasokan energi primer dan
kebutuhan investasi baik oleh PT PLN (Persero) maupun oleh
swasta. ------------------------------------------------------------------
2.3. Ketidakpemahaman Atas Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2010 -------------------------------------------------------------
2.3.1. Bahwa pada tanggal 04 April 2017, Terlapor telah
melakukan transaksi pengambilalihan 60% (enam
puluh persen) kepemilikan saham dalam PT Jambi
Prima Coal sebagaimana termaktub dalam Akta Jual
Beli Nomor 04 tanggal 04 April 2017, yang dibuat
dihadapan Miryany Usman, SH., Notaris di Jakarta,

- 25 -
dengan nilai transaksi senilai Rp521.000.000.000,00
(lima ratus dua puluh satu milyar Rupiah); --------------
2.3.2. Bahwa atas pengambilalihan tersebut, Terlapor
menilai bahwa Terlapor adalah badan induk tertinggi
karena telah memiliki PT Jambi Prima Coal dan
mengendalikan sepenuhnya PT Jambi Prima Coal; ----
2.3.3. Bahwa dasar Terlapor memandang Terlapor sebagai
Badan Usaha Induk Tertinggi juga karena Terlapor
memiliki beberapa anak usaha sebagaimana
tergambarkan dalam bagan di bawah ini: ---------------

Beneficial Ownership PT PLN Batubara

2.3.4. Bahwa dengan pemahaman Terlapor adalah Badan


Usaha Induk Tertinggi setelah dilakukan akuisisi
terhadap PT Jambi Prima Coal, maka dilakukan
penjumlahan untuk mendapatkan nilai aset dan nilai
penjualan. Setelah dijumlahkan, ternyata nilai aset
dari hasil penggabungan tidak melebihi
Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus milyar
rupiah) dan Nilai Penjualan tidak melebihi
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah); ----------
2.3.5. Dengan merujuk pada nilai aset dan nilai penjualan
hasil penggabungan tersebut maka diperoleh
pemahaman bahwa transaksi ini tidak termasuk

- 26 -
kategori transaksi yang harus dilaporkan ke KPPU
karena tidak memenuhi syarat sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 5 PP No. 57 Tahun 2010; -----
2.3.6. Bahwa pemahaman Terlapor tersebut juga
didasarkan pada pendapat hukum konsultan hukum
yang digunakan oleh Terlapor dalam menyelesaikan
aspek hukum akuisisi PT Jambi Prima Coal ini; -------
2.3.7. Selain itu juga tidak ada rekomendasi dari Konsultan
Hukum kepada Terlapor untuk melaporkan akuisisi
ini ke KPPU; --------------------------------------------------
2.3.8. Dengan demikian, keterlambatan Terlapor dalam
melakukan notifikasi ke KPPU karena kurangnya
pemahaman yang detail dan komprehensif terhadap
aturan PP No. 57 Tahun 2010. ----------------------------
2.4. Akuisisi PT Jambi Prima Coal Merupakan yang Pertama Kali
Sepanjang Sejarah Terlapor Berdiri ---------------------------------
2.4.1. Bahwa akuisisi yang dilakukan oleh Terlapor
terhadap PT Jambi Prima Coal ini merupakan akuisisi
yang pertama kali dilakukan oleh Terlapor sepanjang
sejarah berdirinya Terlapor; --------------------------------
2.4.2. Bahwa mengingat akuisisi ini merupakan akuisisi
yang pertama kali dilakukan oleh Terlapor, maka
terjadilah kurang dan salah pemahaman atas
UU No. 5 Tahun 1999 dan PP No. 57 Tahun 2010
terutama Pasal 5 mengenai Nilai Aset dan Nilai
Penjualan serta kedudukan Badan Usaha Induk
Tertinggi; ------------------------------------------------------
2.4.3. Bahwa kurangnya dan salahnya pemahaman atas
aturan tersebut terjadi karena belum adanya
pengalaman dari Terlapor dalam melakukan notifikasi
ke KPPU sehingga menyebabkan Terlapor salah
menilai dan terlambat melapor ke KPPU perihal
akuisisi PT Jambi Prima Coal; -----------------------------
2.4.4. Bahwa Terlapor akhirnya belajar dari kurangnya
pemahaman tersebut sehingga akuisisi berikutnya

- 27 -
yang dilakukan oleh Terlapor tetap dilaporkan ke
KPPU tepat waktu; -------------------------------------------
2.4.5. Akuisisi berikutnya yang telah dilaporkan dengan
tepat waktu melalui anak perusahaan yaitu PT PLN
Batubara Investasi diantaranya adalah akuisisi
terhadap PT Prima Bara Indonesia, PT Bangun
Persada Jambi Energi, PT Mahakarya Abadi Prima,
PT Banyan Koalindo Lestari yang mana
pemberitahuan pelaksanaan akuisisi tersebut
dibuktikan dengan adanya pendapat atas penilaian
pemberitahuan pengambilalihan saham oleh KPPU. --

Serta yang terakhir adalah pemberitahuan akuisisi


terhadap PT PLN Batubara Niaga oleh Terlapor yang
dibuktikan dengan adanya Tanda Terima
Pemberitahuan tertanggal 26 November 2019; ---------
2.4.6. Notifikasi akuisisi saham kepada KPPU oleh Terlapor
tersebut sebagai bukti bahwa Terlapor akhirnya
belajar dari pengalaman sebelumnya sehingga tidak
terjadi lagi keterlambatan sebagai akibat kurangnya
pemahaman atas aturan UU No. 5 Tahun 1999 dan
PP No. 57 Tahun 2010. -------------------------------------
2.5. Tetap Melakukan Kepatuhan Hukum atas Aksi Akuisisi
Dimaksud ---------------------------------------------------------------
2.5.1. Bahwa kurangnya pemahaman dan kesalahan
penafsiran oleh Terlapor tersebut tidak kemudian
membuat Terlapor tidak patuh terhadap UU No. 5
Tahun 1999; --------------------------------------------------
2.5.2. Bahwa Terlapor tetap melakukan kewajiban untuk
memberitahukan pelaksanaan akuisisi terhadap
PT Jambi Prima Coal ke KPPU yang telah diterima
oleh KPPU; ----------------------------------------------------
2.5.3. Bahwa selain patuh untuk melapor ke KPPU, Terlapor
juga telah melapor ke Kementerian Hukum dan HAM
yang dibuktikan dengan adanya pemberitahuan
perubahan anggaran dasar; --------------------------------

- 28 -
2.5.4. Bahwa pemberitahuan perubahaan anggaran dasar
dimaksud telah diterima oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia melalui Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum dan disetujui melalui
Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU-
0028492.AH.01.02.Tahun 2018 tentang Persetujuan
Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas
PT Jambi Prima Coal yang ditetapkan di Jakarta pada
tanggal 04 Desember 2018; --------------------------------
2.5.5. Bahwa kepatuhan hukum yang telah dilakukan oleh
Terlapor tersebut patut diapresiasi, apalagi Terlapor
juga telah beritikad baik menggunakan jasa
konsultan hukum untuk menyelesaikan setiap
kewajiban hukum yang timbul dari akuisisi tersebut.
2.6. Akuisisi Tidak Bertujuan Untuk Melakukan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat --------------------------
2.6.1. Bahwa akuisisi yang dilakukan oleh Terlapor tidak
bertujuan untuk melakukan praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat;-----------------------------
2.6.2. Bahwa akuisisi ini tidak berdampak terhadap adanya
konsentrasi pasar, tidak menciptakan inefisiensi
dalam industri batubara Indonesia, tidak mematikan
pelaku usaha lain, tidak menghalangi pelaku usaha
lain untuk masuk ke dalam Pasar, dan tidak serta
merta melakukan penyalahgunaan dalam mengontrol
dan menetapkan harga jual batubara maupun listrik
nasional;-------------------------------------------------------
2.6.3. Bahwa akuisisi yang dilakukan oleh Terlapor justru
sangat bermanfaat bagi negara dan masyarakat
Indonesia dalam menghadirkan Listrik Murah; --------
2.6.4. Bahwa akuisisi ini sejalan dengan program
Pemerintah untuk menghadirkan listrik yang murah;
2.6.5. Bahwa dengan demikian, tidak ada tujuan negatif
yang melanggar UU No. 5 Tahun 1999 dan
menciptakan akses negatif ke Pasar berkaitan dengan

- 29 -
langkah Terlapor dalam melakukan akuisisi
dimaksud. -----------------------------------------------------
2.7. Petitum-------------------------------------------------------------------
Berdasarkan uraian sebagaimana dijelaskan di atas, kami
mohon kepada Yang Mulia Majelis Komisi agar menyatakan
dan memutus perkara ini sebagai berikut: ------------------------
2.7.1. Menyatakan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan
(Notifikasi) Akuisisi PT Jambi Prima Coal oleh
Terlapor tidak memenuhi unsur Pasal 29 UU No. 5
Tahun 1999 jo. Pasal 5 PP No. 57 Tahun 2010
sehingga tidak relevan untuk dilanjutkan ke tahap
pemeriksaan lanjutan di KPPU karena adanya unsur
kurangnya pemahaman atas UU No. 5 Tahun 1999
dan PP No. 57 Tahun 2010; --------------------------------
2.7.2. Menyatakan Terlapor tidak melakukan pelanggaran
Pasal 29 UU No. 5 Tahun 1999 jo Pasal 5 PP No. 57
Tahun 2010. --------------------------------------------------

Atau ----------------------------------------------------------------------

Jika Majelis Komisi memiliki pendapat lain, mohon agar


diberikan Putusan yang seadil-adilnya dengan
mempertimbangkan peran Terlapor dalam melakukan akuisisi
tersebut untuk mendukung Listrik Murah di Indonesia. --------
3. Menimbang bahwa pada tanggal 04 Maret 2020, Majelis Komisi
melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Alat
Bukti Berupa Surat dan/atau Dokumen baik yang diajukan oleh pihak
Investigator maupun pihak Terlapor (vide bukti B8). ----------------------
4. Menimbang bahwa pada tanggal 05 Maret 2020, Majelis Komisi
melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda Penyampaian
Kesimpulan Tertulis dan/atau Paparan Hasil Persidangan yang
diajukan baik dari pihak Investigator maupun pihak Terlapor (vide
bukti B9). --------------------------------------------------------------------------
5. Menimbang bahwa Investigator menyerahkan Kesimpulan Tertulis
dan/atau Paparan Hasil Persidangan yang pada pokoknya memuat
hal-hal sebagai berikut (vide bukti I5): ---------------------------------------

- 30 -
5.1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (4) Peraturan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan
Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha
dan Pengambilalihan Saham Perusahaan (“Perkom Nomor 4
Tahun 2012”) dinyatakan: --------------------------------------------
(4) Sebelum berakhirnya Pemeriksaan Lanjutan, Majelis
Komisi memberikan kesempatan kepada Investigator
dan Terlapor untuk menyampaikan Kesimpulan tertulis
terhadap hasil persidangan kepada Majelis Komisi. ----
5.2. Bahwa atas ketentuan tersebut, maka tim Investigator dengan
ini menyampaikan Kesimpulan terhadap hasil persidangan
Majelis Komisi Perkara Nomor 23/KPPU-M/ 2019, yang pada
pokoknya sebagai berikut: --------------------------------------------
5.2.1. Bahwa dalam perkara a quo, Tim Investigator tetap
berpegang pada laporan Keterlambatan
Pemberitahuan yang telah disampaikan dan/atau
dibacakan pada Sidang Majelis Pemeriksaan
Pendahuluan, sehingga secara mutatis-mutandis
menjadi satu kesatuan dengan Kesimpulan ini,
kecuali terdapat fakta dan/atau analisis yang secara
tegas dimuat dalam Kesimpulan ini; ---------------------
5.2.2. Bahwa Terlapor dalam Tanggapannya terhadap
Laporan Keterlambatan Pemberitahuan menyatakan
adanya kurang pemahaman dan adanya kesalahan
penafsiran oleh Terlapor terhadap Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 terkait perhitungan nilai aset
dan penjualan sampai dengan Badan Usaha Induk
Tertinggi (BUIT); ----------------------------------------------
5.2.3. Bahwa benar Terlapor telah melakukan kewajibannya
untuk memberitahukan pelaksanaan akuisisi
terhadap PT Jambi Prima Coal ke KPPU, namun
pemberitahuan tersebut dilakukan terlambat dan
mengingat keterlambatan melakukan notifikasi yang
merupakan pelanggaran terhadap Pasal 29 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah suatu fakta
yang tidak dapat dibantah, diperkuat dengan

- 31 -
keterangan Terlapor, pendapat Ahli dari Dirjen AHU
Kemenkumham, dan Ahli Hukum Perusahaan pada
Sidang Majelis Komisi sebagai berikut: ------------------
a. Bahwa Saudara Rudy Hendra Prastowo selaku
Direktur Utama PT PLN Batubara pada
pokoknya menyatakan mengakui keterlambatan
pemberitahuan ke KPPU hal tersebut terjadi
karena ketidaktahuan dan ketidakpahaman
terkait proses pelaporan ke KPPU; ----------------
b. Bahwa Saudara Faraitody Rinto Hakim, S.H.
selaku Ahli dari Dirjen AHU Kemenkumham
pada pokoknya menyatakan: “Tanggal
penerimaannya pada 04 Desember 2018
dengan surat pemberitahuan Nomor AHU-AH.
01.03-0271097 dan surat pemberitahuan
perubahan datanya Nomor AHU-
AHA.01.03.0271098”;--------------------------------
c. Bahwa Saudari Dr. Anita Afriana S.H., M.H.
selaku Ahli Hukum Perusahaan pada pokoknya
menyatakan: ------------------------------------------
1) Perhitungan jumlah aset dan penjualan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (4)
huruf a dan b bersifat kumulatif sehingga
perhitungannya tidak hanya antara
perusahaan pengambil alih dan yang
diambil alih namun juga terhadap Badan
Usaha Induk Tertinggi (BUIT) dan
afiliasinya; ---------------------------------------
2) Bahwa perhitungan nilai aset mengacu
ketentuan PP 57 Tahun 2010 tidak
tergantung kepada bidang usaha yang
relevan atau tidak, namun yang dinilai
secara keseluruhan nilai aset atau nilai
kekayaan dari suatu perusahaan tersebut;
dan ------------------------------------------------

- 32 -
3) Bahwa terkait keterlambatan
pemberitahuan kepada KPPU atas
transaksi pengambilalihan saham tidak
terdapat unsur pembenar dan unsur
pemaaf atas keterlambatan pemberitahuan
tersebut. Bahwa terkait besaran sanksi
keterlambatan yang besaran sanksinya
tidak sesuai dengan jumlah hari
keterlambatan adalah bentuk dari
pertimbangan Majelis Komisi dan menjadi
kewenangan mutlak Majelis Komisi dan
juga tidak ada kaitannya dengan unsur
yang ada dalam Pasal 28 dan Pasal 29
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
serta unsur pemaaf dan pembenar
keterlambatan. ----------------------------------
5.2.4. Bahwa berdasarkan Tanggapan Terlapor yang
menyatakan akuisisi yang dilakukan Terlapor tidak
bertujuan untuk melakukan praktik monopoli dan
persaingan tidak sehat adalah bukan pokok perkara
pada perkara a quo. Dugaan pelanggaran yang
disampaikan oleh Investigator ialah Pasal 29 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57
Tahun 2010 terkait keterlambatan pemberitahuan
pengambilalihan saham;------------------------------------
5.2.5. Bahwa tujuan dilakukannya akuisisi tidak
mengesampingkan dan/atau mengecualikan
kewajiban Terlapor untuk mematuhi ketentuan pada
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010 dikarenakan
transaksi pengambilalihan saham bukanlah yang
dikecualikan berdasarkan Pasal 50 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999; ---------------------------------------
5.2.6. Bahwa dalam Sidang Majelis Komisi, Terlapor
menyatakan pada pokoknya bahwa transaksi
pengambilalihan saham adalah amanat dari

- 33 -
ketentuan Peraturan Menteri ESDM dan penugasan
dari Keputusan Pemegang Saham Sirkuler PT PLN
Batubara. Bahwa Tim Investigator menolak
sepenuhnya dalil Terlapor dengan bantahan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------
a. Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya
Mineral Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2017 Tentang pemanfaatan Batubara untuk
pembangkit listrik dan pembelian kelebihan
tenaga listrik (excess power) (selanjutnya
disebut Permen ESDM Nomor 19 Tahun 2017)
dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) pada
pokoknya menyatakan bahwa kepastian
alokasi/pasokan batubara dilakukan
berdasarkan perjanjian jual beli antara
perusahaan tambang dengan perusahaan
pembangkit listrik mulut tambang. Peraturan
tersebut secara jelas dan tegas menjelaskan
mekanisme hukum yang dilakukan untuk
menjamin pasokan yaitu hanya dengan cara
jual beli dan bukan dengan cara
pengambilalihan saham (akuisisi). Bahwa
Permen 19 Tahun 2017 berlaku secara umum
terhadap setiap pelaku usaha dalam hal ini
perusahaan tambang dan Perusahaan
pembangkit listrik mulut tambang. Permen 19
Tahun 2017 tidak menunjuk kepada pelaku
usaha tertentu atau kepada BUIT Terlapor
dan/atau Terlapor selaku anak usahanya
untuk mengambil alih PT Jambi Prima Coal; ----
b. Bahwa Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
09 Tahun 2016 tentang tata cara penyediaan
dan penetapan harga batubara untuk
pembangkit listrik mulut tambang, dalam Pasal
3 ayat (4) menyatakan jaminan pasokan

- 34 -
batubara dari perusahaan tambang kepada
perusahaan pembangkit dilaksanakan dengan
mekanisme jual beli batubara atau jangka
waktu perjanjian jual beli tenaga listrik (power
purchase agreement); --------------------------------
c. Bahwa ketentuan Permen 19 tahun 2017 dan
Permen 09 Tahun 2016 adalah mengatur
tentang kepastian pasokan yang dilakukan
melalui mekanisme jual beli antara perusahaan
tambang dan perusahaan pembangkit listrik
mulut tambang;---------------------------------------
d. Bahwa dalil Terlapor menggunakan ketentuan
Pasal 6 ayat (3) Permen 09 Tahun 2016 adalah
tidak relevan dan sepenuhnya keliru dalam
memahami ketentuan tersebut karena perkara
a quo bukan perkara pengambilalihan saham
antara perusahaan pembangkit listrik mulut
tambang dengan perusahaan tambang
sebagaimana diatur dalam ketentuan tersebut. -
5.2.7. Bahwa berdasarkan surat/dokumen, Keterangan
terlapor, keterangan ahli dan fakta-fakta dalam
persidangan maka Tim Investigator berkesimpulan
bahwa Terlapor terbukti telah terlambat
menyampaikan Pemberitahuan (notifikasi)
Pengambilalihan Saham PT Jambi Prima Coal kepada
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. ---------------------
5.3. Bahwa obyek perkara ini adalah keterlambatan
pemberitahuan pengambilalihan saham PT Jambi Prima Coal
oleh PT PLN Batubara. ------------------------------------------------
5.4. Dugaan Pelanggaran ---------------------------------------------------
Bahwa PT PLN Batubara diduga melakukan pelanggaran
ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (“UU Nomor 5 Tahun 1999”) jo. Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 (“PP Nomor 57 Tahun
2010”) terkait dengan keterlambatan melakukan

- 35 -
pemberitahuan dalam proses pengambilalihan saham
PT Jambi Prima Coal. -------------------------------------------------

Bahwa adapun ketentuan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999


jo. Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010
adalah sebagai berikut: -----------------------------------------------
Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 ----------------------------------
Pasal 29 ------------------------------------------------------------------
(1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai
penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib
diberitahukan kepada Komisi, selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan
atau pengambilalihan tersebut.---------------------------------
(2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai
penjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diatur dalam Peraturan
Pemerintah. --------------------------------------------------------

Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010 -----------------------------------


Pasal 5 -------------------------------------------------------------------
(1) Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha,
atau Pengambilalihan Saham perusahaan lain yang
berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi
jumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada
Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
telah berlaku efektif secara yuridis Penggabungan Badan
Usaha, Peleburan Badan Usaha, Pengambilalihan saham
perusahaan. ------------------------------------------------------
(2) Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas: --------------------------------------------------------
a. Nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua
triliun lima ratus miliar rupiah); dan/atau --------------
b. Nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00
(lima triliun rupiah). -----------------------------------------
(3) Bagi Pelaku Usaha di bidang Perbankan kewajiban
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku jika nilai
aset melebihi Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun
rupiah). -------------------------------------------------------------
(4) Nilai aset dan/atau nilai penjualan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) dihitung berdasarkan
penjumlahan nilai aset dan/atau nilai penjualan dari: -----

- 36 -
a. Badan Usaha hasil Penggabungan, atau Badan
Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha yang
mengambil alih saham perusahaan lain dan Badan
Usaha yang diambil alih; dan -----------------------------
b. Badan Usaha yang secara langsung maupun tidak
langsung mengendalikan atau dikendalikan oleh
Badan Usaha hasil penggabungan, Badan Usaha
hasil peleburan, atau Badan Usaha yang mengambil
alih saham perusahaan lain dan Badan Usaha yang
diambil alih. -------------------------------------------------
5.5. Tentang Kronologis Pengambilalihan Saham PT Jambi Prima
Coal-----------------------------------------------------------------------
5.5.1. Bahwa pada tanggal 06 November 2018, PT PLN
Batubara melakukan pengambilalihan saham
PT Jambi Prima Coal sebanyak 822.000 (delapan
ratus dua puluh dua ribu) lembar saham;----------------
5.5.2. Bahwa atas pengambilalihan tersebut maka terjadi
perubahan komposisi pemegang saham PT Jambi
Prima Coal sebagaimana tabel berikut (vide, Akta
Nomor 3 tanggal 04 April 2017 yang dibuat oleh
Miryany Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan, Akta
Nomor 27 tanggal 06 November 2018 yang dibuat oleh
Miryany Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan, BAP
Terhadap Terlapor tanggal 17 Juli 2019): ----------------

Pemegang Saham Awal Menjadi

Muhammad Tonas 1 Saham - Saham

PT Indobagus Energy 1.369.999 Saham 548.000 Saham

PT PLN Batubara - Saham 822.000 Saham

5.6. Tentang Tujuan Pengambilalihan -----------------------------------


Bahwa pengambilalihan saham PT Jambi Prima Coal oleh
PT PLN Batubara tersebut sebenarnya dilakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan batubara Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Jambi I (vide, BAP PT PLN Batubara
tanggal 17 Juli 2019).--------------------------------------------------
5.7. Tentang Nilai Transaksi -----------------------------------------------
Bahwa nilai transaksi pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal yang dilakukan oleh PT PLN Batubara adalah

- 37 -
senilai Rp521.000.000.000,00 (lima ratus dua puluh satu
miliar rupiah) (vide, BAP PT PLN Batubara tanggal 17 Juli 2019,
halaman 07 Laporan Keuangan Konsolidasian PT PLN
Batubara dan Entitas Anak Tanggal 31 Desember 2017 dan
2016). --------------------------------------------------------------------
5.8. Tentang Badan Usaha Pengambil Alih ------------------------------
5.8.1. Tentang PT PLN Batubara ----------------------------------
a. Bahwa PT PLN Batubara merupakan badan
usaha berbentuk badan hukum yang didirikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
Negara Republik Indonesia melalui Akta
Pendirian Nomor 03 tanggal 11 Agustus 2008
yang dibuat oleh Lenny Janis Ishak, SH, Notaris
di DKI Jakarta; ---------------------------------------
b. Bahwa PT PLN Batubara didirikan dengan
maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan
usaha di bidang penyediaan batubara untuk
mendukung pengamanan sebagian pasokan
batubara untuk kebutuhan unit-unit
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Batubara ataupun kebutuhan lainnya
berdasarkan prinsip-prinsip industri dan niaga
yang sehat dengan menerapkan prinsip-prinsip
perseroan terbatas. Dalam prakteknya, PT PLN
Batubara didirikan untuk mempersiapkan
proses pengadaan batubara dalam rangka
mendukung kebutuhan PLTU PLN di seluruh
Indonesia (vide, BAP Terhadap Terlapor tanggal
17 Juli 2019). -----------------------------------------
5.8.2. Tentang Komposisi Kepemilikan Saham Pada Saat
Melakukan Akuisisi -----------------------------------------
a. Bahwa sejak didirikan hingga saat ini,
komposisi saham PT PLN Batubara dimiliki oleh
(vide, Akta Pendirian Nomor 03 tanggal
11 Agustus 2008 yang dibuat oleh Lenny Janis
Ishak, SH, Notaris di DKI Jakarta jo. Akta Nomor

- 38 -
27 tanggal 15 Juli 2019 yang dibuat oleh Ina
Rosaina, SH, Notaris di Jakarta Barat): -----------

Jumlah Saham %

PT PLN (Persero) 24.999 saham 99,996%

Yayasan Pendidikan dan 1 saham 0,004%


Kesejahteraan PT PLN
(Persero)

b. Bahwa PT PLN (Persero) selaku pemegang


saham mayoritas PT PLN Batubara merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
keseluruhan sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia; -------------------
c. Bahwa skema utama perusahaan yang
melakukan pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal sebagaimana gambar berikut (vide,
halaman 36 Annual Report PT PLN Batubara
Tahun 2017):-----------------------------------------------

5.8.3. Tentang Nilai Aset dan Nilai Penjualan-------------------


a. Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT PLN
Batubara pada tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017 adalah sebagai berikut (vide,
Formulir Pemberitahuan Pengambilalihan Saham
Perusahaan Form A1: KPPU Ref Nomor A1 39 19
tertanggal 6 Mei 2019, Laporan Keuangan PT

- 39 -
PLN Batubara Tahun 2014-2017*dinyatakan
dalam jutaan rupiah): --------------------------------

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


2015 IDR 1.223.993 IDR 3.398.573

2016 IDR 1.268.211 IDR 2.662.566

2017 IDR 4.368.580 IDR 11.674.887

b. Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT PLN


(Persero) pada tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017 adalah sebagai berikut (vide,
Formulir Pemberitahuan Pengambilalihan Saham
Perusahaan Form A1: KPPU Ref Nomor A1 39 19
tertanggal 06 Mei 2019, Laporan Keuangan PT
PLN (Persero) Tahun 2015-2017*dinyatakan
dalam jutaan rupiah): --------------------------------

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


2015 IDR 1.314.370.881 IDR 217.346.990

2016 IDR 1.272.177.975 IDR 222.821.956

2017 IDR 1.334.957.657 IDR 255.295.243

5.8.4. Tentang Badan Usaha yang Diambil Alih ----------------


a. Bahwa PT Jambi Prima Coal merupakan badan
usaha berbentuk badan hukum yang didirikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
Negara Republik Indonesia melalui Akta
Pendirian Nomor 01 tanggal 01 Agustus 2005
yang dibuat oleh Sri Intansih, SH, Notaris di
Jakarta, dengan susunan pemegang saham
sebagai berikut:-------------------------------------------

Pemegang Saham Jumlah Saham %


IR. EDWARD SIAGIAN 1.500 saham 15%
PRIYONO 2.500 saham 25%
AHMAD ROFIQ 1.500 saham 15%
HERWANTO RAHARJO 1.500 saham 15%

- 40 -
Pemegang Saham Jumlah Saham %
NY. RITA SINTAWATI 1.500 saham 15%
DJOKO JUWANTO 1.500 saham 15%
MANGUNDARMODJO

b. Bahwa PT Jambi Prima Coal didirikan dengan


maksud untuk menjalankan kegiatan usaha di
bidang perdagangan, pertambangan, jasa
kecuali bidang hukum dan pajak; -----------------
c. Bahwa sebelum diambil alih oleh PT PLN
Batubara, komposisi pemegang saham
PT Jambi Prima Coal adalah sebagai berikut
(vide, Akta Nomor 03 tanggal 04 April 2017 yang
dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan jo. Akta Nomor 27 tanggal 06
November 2018 yang dibuat oleh Miryany
Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan): ----------

Pemegang Saham Jumlah Saham %


Muhammad Tonas 1 saham 0,0001%
PT Indobagus Energy 1.369.999 saham 99,9999%

d. Bahwa setelah diambil alih oleh PT PLN


Batubara, komposisi pemegang saham
PT Jambi Prima Coal menjadi sebagai berikut
(Akta Nomor 03 tanggal 04 April 2017 yang
dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan jo. Akta Nomor 27 tanggal 06
November 2018 yang dibuat oleh Miryany
Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan): ----------

Pemegang Saham Jumlah Saham %


PT Indobagus Energy 548.000 saham 40%
PT PLN Batubara 822.000 saham 60%

5.8.5. Tentang Nilai Aset dan Nilai Penjualan-------------------


Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT Jambi Prima
Coal pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017

- 41 -
adalah sebagai berikut (vide, Formulir Pemberitahuan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Form A1: KPPU
Ref Nomor A1 39 19 tertanggal 06 Mei 2019, Laporan
Keuangan PT Jambi Prima Coal Tahun 2015-2017): ----

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


2015 US$ 15.249.601 US$ 15.100.003
2016 US$ 11.145.217 US$ 7.305.443
2017 US$ 8.230.869 US$ 3.381.428

Bahwa apabila nilai aset dan penjualan tersebut


dikonversi ke dalam mata uang rupiah maka nilai
aset dan nilai penjualan PT Jambi Prima Coal pada
tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


2015 IDR 199.525.779.484 IDR 197.568.439.252
2016 IDR 147.963.900.892 IDR 96.987.061.268
2017 IDR 109.643.405.949 IDR 45.044.002.388

*Keterangan: kurs tengah Bank Indonesia (per-31


Maret 2015-2017 -------------------------------------------

5.9. Tentang Keterlambatan Pemberitahuan ----------------------------


5.9.1. Tentang Tanggal Berlaku Efektif Yuridis -----------------
a. Bahwa kewajiban pemberitahuan
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha
dan Pengambilalihan Saham Perusahaan diatur
dalam ketentuan Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun
2010 selanjutnya ditegaskan kembali dalam
Pasal 2 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Nomor 4 Tahun 2012 yang menyatakan:
Pasal 2--------------------------------------------------
1) Badan usaha yang melakukan
Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan wajib menyampaikan
Pemberitahuan kepada Komisi paling lama

- 42 -
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan telah berlaku efektif secara
yuridis.------------------------------------------
2) Tanggal berlaku efektif secara yuridis
sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1)
adalah: -----------------------------------------
a) Untuk Badan Usaha yang berbentuk
Perseroan Terbatas, sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 133 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas
(“selanjutnya disebut UU No. 40
Tahun 2007”) pada bagian
penjelasan adalah tanggal: ------------
i. Persetujuan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia atas perubahan
Anggaran Dasar dalam terjadi
Penggabungan; ---------------------
ii. Pemberitahuan diterima Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia baik dalam
hal terjadi perubahan Anggaran
Dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (3) UU No.
40 Tahun 2007 maupun yang
tidak disertai perubahan
Anggaran Dasar; dan -------------
iii. Pengesahan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia atas Akta Pendirian
perseroan dalam hal terjadi
Peleburan. ---------------------------
b) Jika salah satu pihak yang
melakukan Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan
adalah Perseroan Terbatas dan pihak
lain adalah perusahaan non-
Perseroan Terbatas, maka
pemberitahuan dilakukan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal ditandatanganinya
pengesahan Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan oleh
para pihak. Adapun tanggal

- 43 -
pengesahan adalah tanggal efektif
suatu badan usaha bergabung atau
melebur dan beralihnya kepemilikan
saham di perusahaan yang diambil
alih (closing date); atau -----------------
c) Khusus untuk Pengambilalihan
Saham yang terjadi di bursa efek,
maka pemberitahuan dilakukan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal Surat Keterbukaan
Informasi Pengambilalihan Saham
Perseroan Terbuka. ----------------------
b. Bahwa pengambilalihan saham PT Jambi Prima
Coal oleh PT PLN Batubara pada tanggal
06 November 2018 telah mengakibatkan terjadi
perubahan pengendali PT Jambi Prima Coal
sehingga wajib diberitahukan kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
Pemberitahuan diterima Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (vide,
Akta Nomor 03 tanggal 04 April 2017 yang
dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan jo. Akta Nomor 27 tanggal 06
November 2018 yang dibuat oleh Miryany
Usman, SH, Notaris di Jakarta Selatan); ----------
c. Bahwa berdasarkan alat bukti diketahui bahwa
pemberitahuan perubahan anggaran dasar
PT Jambi Prima Coal yang termaktub dalam
Akta Nomor 27 tanggal 06 November 2018 yang
dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan diberitahukan dan/atau
diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik (melalui Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum) pada tanggal
04 Desember 2018 (vide, Surat Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor
AHU-AH. 01.03-0271097 tanggal 04 Desember
2018); --------------------------------------------------

- 44 -
d. Bahwa dengan demikian tanggal efektif secara
yuridis pengambilalihan (akuisisi) saham
PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara
adalah tanggal 04 Desember 2018. ---------------
5.9.2. Tentang Keterlambatan Pemberitahuan -----------------
a. Bahwa sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 5 ayat (1) PP Nomor 57 Tahun 2010
dinyatakan: --------------------------------------------
Badan usaha yang melakukan Penggabungan
atau Peleburan Badan Usaha dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan wajib
menyampaikan Pemberitahuan kepada Komisi
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
tanggal Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan
telah berlaku efektif secara yuridis; ---------------
b. Bahwa atas dasar ketentuan tersebut maka
kewajiban PT PLN Batubara menyampaikan
pemberitahuan (notifikasi) pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha paling lambat
seharusnya dilakukan pada tanggal 17 Januari
2019; ---------------------------------------------------
c. Bahwa akan tetapi PT PLN Batubara baru
menyampaikan pemberitahuan kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha pada tanggal
06 Mei 2019 (vide, Formulir Pemberitahuan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Form A1:
KPPU Reff Nomor A1 39 19 tertanggal 06 Mei
2019); --------------------------------------------------
d. Bahwa oleh karena itu, PT PLN Barubara telah
terlambat melakukan pemberitahuan kepada
Komisi Pengawas Persaingan Usaha selama
71 (tujuh puluh satu) hari atau setidak-tidaknya
lebih dari 25 (dua puluh lima) hari.----------------
5.10. Tentang Pemenuhan Unsur Pelanggaran --------------------------
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010

- 45 -
maka dapat diuraikan pemenuhan unsur pasal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------
5.10.1. Tentang Badan Usaha/Pelaku Usaha --------------------
a. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5
UU Nomor 5 Tahun 1999 dinyatakan mengenai
pengertian pelaku usaha dengan definisi
sebagai berikut:---------------------------------------
Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan
atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; ----------
b. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6
PP Nomor 57 Tahun 2010 dinyatakan mengenai
pengertian badan usaha dengan definisi sebagai
berikut: ------------------------------------------------
Badan Usaha adalah perusahaan atau bentuk
usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum, yang
menjalankan suatu jenis usaha yang bersifat
tetap dan terus-menerus dengan tujuan untuk
memperoleh laba; -------------------------------------
c. Bahwa badan usaha atau pelaku usaha yang
dimaksud dalam dugaan pelanggaran ini adalah
PT PLN Batubara selaku badan usaha/pelaku
usaha yang melakukan akuisisi saham
PT Jambi Prima Coal; --------------------------------
d. Bahwa PT PLN Batubara merupakan badan
usaha berbentuk badan hukum sebagaimana
telah diuraikan pada butir Badan Usaha
Pengambil Alih: PT PLN Batubara sehingga
secara mutatis mutandis menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dengan penjelasan
pemenuhan unsur ini;-------------------------------
e. Bahwa oleh karena itu PT PLN Batubara
merupakan pelaku usaha sebagaimana

- 46 -
dimaksud pada ketentuan Pasal 1 angka 5
UU Nomor 5 Tahun 1999 dan Pasal 1 angka 6
PP Nomor 57 Tahun 2010; --------------------------
f. Bahwa atas dasar fakta dan analisis tersebut
maka unsur Badan Usaha dan/atau Pelaku
Usaha dalam perkara ini TERPENUHI. -----------
5.10.2. Tentang Pengambilalihan Saham -------------------------
a. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3
PP Nomor 57 Tahun 2010 diatur mengenai
pengertian “pengambilalihan” dengan
menyatakan: ------------------------------------------
pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh Pelaku Usaha untuk mengambil
alih saham badan usaha yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian atas badan usaha
tersebut; ------------------------------------------------
b. Bahwa pada tanggal 06 November 2018, PT PLN
Batubara telah melakukan pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal sebagaimana telah
diuraikan pada butir KRONOLOGIS sehingga
secara mutatis mutandis menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dengan penjelasan
pemenuhan unsur ini;-------------------------------
c. Bahwa pengambilalihan saham PT Jambi Prima
Coal tersebut telah mengakibatkan terjadinya
perubahan pengendali perusahaan; --------------
d. Bahwa atas pengambilalihan saham pada
tanggal 06 November 2018 tersebut telah
mengakibatkan PT PLN Batubara menjadi
pengendali PT Jambi Prima Coal;------------------
e. Bahwa atas dasar fakta tersebut, maka unsur
Pengambilalihan Saham sebagaimana diatur
dalam ketentuan tersebut TERPENUHI. ----------
5.11. Tentang Nilai Aset dan/atau Nilai Penjualan Tertentu-----------
5.11.1. Bahwa dalam ketentuan Pasal 5 ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) PP Nomor 57 Tahun 2010 telah diatur
mengenai batasan nilai aset dan/atau nilai penjualan

- 47 -
yaitu apabila nilai aset dan/atau nilai penjualan
akibat pengambilalihan saham tersebut melebihi: -----
a. nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua
triliun lima ratus miliar rupiah); dan/atau----------
b. nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00
(lima triliun rupiah). ------------------------------------

Nilai aset dan/atau nilai penjualan tersebut dihitung


berdasarkan penjumlahan nilai aset dan/atau nilai
penjualan dari: -----------------------------------------------
a. Badan Usaha hasil Penggabungan, atau Badan
Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha yang
mengambil alih saham perusahaan lain dan
Badan Usaha yang diambil alih; dan ---------------
b. Badan Usaha yang secara langsung maupun
tidak langsung mengendalikan atau dikendalikan
oleh Badan Usaha hasil Penggabungan, atau
Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha
yang mengambil alih saham perusahaan lain dan
Badan Usaha yang diambil alih.---------------------

Bahwa nilai aset dan/atau nilai penjualan tidak


hanya meliputi nilai aset dan/atau nilai penjualan
dari perusahaan yang melakukan pengambilalihan
(akusisi), tetapi juga nilai aset dan/atau nilai
penjualan dari perusahaan yang terkait secara
langsung dengan perusahaan yang bersangkutan
secara vertikal, yaitu induk perusahaan sampai
dengan Badan Usaha Induk Tertinggi dan anak
perusahaan sampai dengan anak perusahaan yang
paling bawah. Nilai aset dan/atau nilai penjualan
Badan Usaha Induk Tertinggi yang dihitung adalah
nilai aset dan/atau nilai penjualan seluruh anak
perusahaan. Hal ini dikarenakan secara ekonomi,
nilai aset anak perusahaan merupakan nilai aset dari
induk perusahaan. ------------------------------------------

- 48 -
Bahwa nilai aset dan nilai penjualan gabungan
PT PLN Batubara dan PT Jambi Prima Coal adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------

Gabungan Nilai Aset


PT PLN Batubara dan PT Jambi Prima Coal

*Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Aset
Nilai Aset Nilai Aset
Tahun PT Jambi Prima
PT PLN Batubara Gabungan
Coal
2015 IDR 1.223.993 IDR 199.525 IDR 1.423.518
2016 IDR 1.268.211 IDR 147.963 IDR 1.416.174
2017 IDR 4.368.580 IDR 111.511 IDR 4.480.091

Gabungan Nilai Penjualan


PT PLN Batubara dan PT Jambi Prima Coal

*Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Penjualan
Nilai Penjualan Nilai Penjualan
Tahun PT Jambi Prima
PT PLN Batubara Gabungan
Coal
2015 IDR 3.398.573 IDR 197.568 IDR 3.596.141
2016 IDR 2.662.566 IDR 96.987 IDR 2.759.553
2017 IDR 11.674.887 IDR 45.811 IDR 11.720.698

Bahwa dasar nilai penjualan gabungan antara PT PLN


Batubara (selaku badan usaha pengambil alih) dan
PT Jambi Prima Coal (selaku badan usaha yang
diambil alih) tersebut maka telah memenuhi
persyaratan bahwa pengambilalihan tersebut wajib
diberitahukan kepada Komisi Pengawas Persaingan
Usaha; ---------------------------------------------------------
5.11.2. Bahwa selanjutnya apabila dihitung berdasarkan nilai
aset dan penjualan sampai dengan Badan Usaha
Induk Tertinggi yaitu PT PLN (Persero) maka
gabungan nilai aset dan nilai penjualannya adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------

- 49 -
Gabungan Nilai Aset
PT PLN (Persero) dan PT Jambi Prima Coal

*Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Aset
Nilai Aset Nilai Aset
Tahun PT Jambi Prima
PT PLN (Persero) Gabungan
Coal
2015 IDR 1.314.370.881 IDR 199.525 IDR 1.314.570.406
2016 IDR 1.272.177.975 IDR 147.963 IDR 1.272.325.938
2017 IDR 1.334.957.657 IDR 111.511 IDR 1.335.069.168

Gabungan Nilai Penjualan


PT PLN (Persero) dan PT Jambi Prima Coal

*Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Penjualan
Nilai Penjualan Nilai Penjualan
Tahun PT Jambi Prima
PT PLN (Persero) Gabungan
Coal
2015 IDR 217.346.990 IDR 197.568 IDR 217.544.558
2016 IDR 222.821.956 IDR 96.987 IDR 222.918.943
2017 IDR 255.295.243 IDR 45.811 IDR 255.341.054

5.11.3. Bahwa atas dasar Nilai Aset dan Nilai Penjualan


PT PLN (Persero) selaku badan usaha induk tertinggi
tersebut maka telah memperkuat fakta dan/atau
bukti terkait batasan nilai aset dan penjualan
sehingga pengambilalihan saham PT Jambi Prima
Coal oleh PT PLN Batubara pada tanggal 06 November
2018 wajib diberitahukan kepada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha; -----------------------------------------------
5.12. Tentang Tidak Terafiliasi ----------------------------------------------
5.12.1. Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 7 PP Nomor 57
Tahun 2010 bahwa yang dimaksud dengan
“terafiliasi” adalah: ------------------------------------------
a. hubungan antara perusahaan, baik langsung
maupun tidak langsung, mengendalikan atau
dikendalikan oleh perusahaan tersebut; ---------

- 50 -
b. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang
dikendalikan, baik langsung maupun tidak
langsung, oleh pihak yang sama; atau -----------
c. hubungan antara perusahaan dan pemegang
saham utama.-----------------------------------------
5.12.2. Bahwa berdasarkan Pasal 7 PP Nomor 57 Tahun 2010
dinyatakan: ---------------------------------------------------
kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dan ayat (3) tidak berlaku bagi Pelaku Usaha yang
melakukan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan
Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
antarperusahaan yang terafiliasi; -------------------------
5.12.3. Bahwa atas dasar ketentuan tersebut maka
kewajiban pemberitahuan (notifikasi) tidak
diberlakukan untuk pelaku usaha yang terafiliasi
karena Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan diantara perusahaan yang terafiliasi
tidak merubah struktur pasar dan kondisi persaingan
yang telah ada; ----------------------------------------------------
5.12.4. Bahwa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa skema pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal oleh PT PLN Batubara adalah sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------

Pemegang Saham Awal Menjadi

Muhammad Tonas 1 Saham - Saham

PT Indobagus Energy 1.369.999 Saham 548.000 Saham

PT PLN Batubara - Saham 822.000 Saham

5.12.5. Bahwa berdasarkan uraian komposisi kepemilikan


saham badan usaha yang melakukan
pengambilalihan dan komposisi kepemilikan saham
badan usaha yang diambil alih tidak menunjukkan
hubungan afiliasi sebagaimana Penjelasan Pasal 7 PP
Nomor 57 Tahun 2010; -------------------------------------
5.12.6. Bahwa atas dasar fakta dan ketentuan Pasal 7
PP Nomor 57 Tahun 2010 tersebut maka dapat

- 51 -
disimpulkan bahwa PT Jambi Prima Coal dan PT PLN
Batubara tidak saling terafiliasi; --------------------------
5.12.7. Bahwa dengan demikian, unsur kewajiban
pemberitahuan (notifikasi) dalam pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara
TERPENUHI. --------------------------------------------------
5.13. Tentang Kewajiban Pemberitahuan Akuisisi Kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Selambat-Lambatnya 30 (Tiga
Puluh) Hari Sejak Tanggal Pengambilalihan -----------------------
5.13.1. Bahwa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa transaksi pengambilalihan (akuisisi) saham
perusahaan PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN
Batubara tersebut dilakukan pada tanggal
06 November 2018; ------------------------------------------
5.13.2. Bahwa transaksi pengambilalihan saham tersebut
dituangkan dalam Akta Nomor 27 tanggal 6 November
2018 yang dibuat oleh Miryany Usman, SH, Notaris di
Jakarta Selatan; ---------------------------------------------
5.13.3. Bahwa akta terkait pengambilalihan (akuisisi) saham
perusahaan PT Jambi Prima Coal telah diberitahukan
dan/atau diterima Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (melalui Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum) pada tanggal
04 Desember 2018 sehingga tanggal efektif secara
yuridis adalah tanggal 04 Desember 2018 (vide, Surat
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor
AHU-AH. 01.03-0271097 tanggal 04 Desember 2018); -
5.13.4. Bahwa PT PLN Batubara seharusnya menyampaikan
pemberitahuan akuisisi saham PT Jambi Prima Coal
kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha paling
lambat pada tanggal 17 Januari 2019 atau 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal efektif yuridis; -----------------
5.13.5. Bahwa PT PLN Batubara baru menyampaikan
pemberitahuan pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal kepada Komisi Pengawas Persaingan
Usaha pada tanggal 06 Mei 2019 (vide, Formulir

- 52 -
Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Perusahaan
Form A1: KPPU Ref Nomor A1 39 19 tertanggal 06 Mei
2019); ----------------------------------------------------------
5.13.6. Bahwa atas dasar fakta tersebut maka PT PLN
Batubara terbukti telah terlambat melaksanakan
kewajibannya melakukan pemberitahuan selama
71 (tujuh puluh satu) hari atau setidak-tidaknya lebih
dari 25 (dua puluh lima) hari; ------------------------------
5.13.7. Bahwa dengan demikian, unsur terjadinya
keterlambatan pemberitahuan dalam pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara
TERPENUHI. --------------------------------------------------

Bahwa atas dasar fakta dan analisis tersebut maka dapat


disimpulkan bahwa telah terbukti terjadi pelanggaran
ketentuan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 yang dilakukan
oleh PT PLN Batubara. ------------------------------------------------
5.14. Tentang Ketentuan Pengecualian ------------------------------------
5.14.1. Bahwa berdasarkan Pasal 7 PP Nomor 57 Tahun 2010
diatur mengenai ketentuan pengecualian terhadap
kewajiban pemberitahuan pengambilalihan saham
dengan menyatakan sebagai berikut: --------------------
kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dan ayat (3) tidak berlaku bagi Pelaku Usaha yang
melakukan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan
Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham
antarperusahaan yang terafiliasi; -------------------------
5.14.2. Bahwa atas dasar ketentuan tersebut maka
kewajiban pemberitahuan tidak diberlakukan untuk
pelaku usaha yang terafiliasi karena Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan diantara perusahaan
yang terafiliasi tidak merubah struktur pasar dan
kondisi persaingan yang telah ada; -----------------------
5.14.3. Bahwa selanjutnya berdasarkan penjelasan Pasal 7
PP Nomor 57 Tahun 2010 bahwa yang dimaksud
dengan “terafiliasi” adalah: ---------------------------------

- 53 -
a. hubungan antara perusahaan, baik langsung
maupun tidak langsung, mengendalikan atau
dikendalikan oleh perusahaan tersebut; -----------
b. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang
dikendalikan, baik langsung maupun tidak
langsung, oleh pihak yang sama; atau -------------
c. hubungan antara perusahaan dan pemegang
saham utama. ------------------------------------------
5.14.4. Bahwa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa skema pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal oleh PT PLN Barubara adalah sebagai
berikut: --------------------------------------------------------

Pemegang Saham Awal Menjadi

Muhammad Tonas 1 Saham - Saham

PT Indobagus Energy 1.369.999 Saham 548.000 Saham

PT PLN Batubara - Saham 822.000 Saham

5.14.5. Bahwa berdasarkan uraian komposisi kepemilikan


saham badan usaha yang melakukan
pengambilalihan dan komposisi kepemilikan saham
badan usaha yang diambil alih tidak menunjukkan
hubungan afiliasi sebagaimana Penjelasan Pasal 7 PP
Nomor 57 Tahun 2010; -------------------------------------
5.14.6. Bahwa atas dasar fakta dan ketentuan Pasal 7
PP Nomor 57 Tahun 2010 tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa PT Jambi Prima Coal dan PT PLN
Batubara tidak saling terafiliasi; --------------------------
5.14.7. Bahwa dengan demikian, pengambilalihan saham
PT Jambi Prima Coal oleh PT PLN Batubara tersebut
tidak dikecualikan dan wajib diberitahukan kepada
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. ---------------------
6. Menimbang bahwa Terlapor menyerahkan Kesimpulan Tertulis
dan/atau Paparan Hasil Persidangan yang pada pokoknya memuat
hal-hal sebagai berikut (vide bukti T7): ---------------------------------------
Bahwa PT PLN Batubara yang beralamat di Jalan Warung Buncit Raya
Nomor 10 Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan,

- 54 -
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor
002.Sku/HKM.02.01/DIRUT/2020 tanggal 03 Februari 2020,
memberikan kuasa penuh kepada Muhammad Yahdi Salampessy,
S.H., M.H., dan Jackson Renold, S.H., para Advokat dan Konsultan
Hukum pada kantor Hukum Total Consulting Law Firm yang
beralamat di Jalan Rawa Bambu Raya Nomor 14 C, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12520 baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama mendampingi atau mewakili PT PLN Batubara
sebagai Terlapor dalam perkara Keterlambatan Pemberitahuan
Akuisisi PT Jambi Prima Coal. -------------------------------------------------

Bersama ini kami selaku Kuasa Hukum dari Terlapor, setelah


menjalani pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan lanjutan,
termasuk pemeriksaan saksi, ahli, dokumen RUPS, dan
mendengarkan keterangan Terlapor, selanjutnya hendak mengajukan
kesimpulan atas perkara a quo sebagai berikut: ----------------------------
6.1. Akuisisi Dilakukan Karena Ada Penugasan dari PT PLN
(Persero) dan Dalam Rangka Melaksanakan Amanat Peraturan
Perundang-Undangan -------------------------------------------------
6.1.1. Bahwa Terlapor didirikan sebagai anak perusahaan
PT PLN (Persero), (selanjutnya disebut “PLN”) untuk
menyediakan batubara berkualitas dalam penyediaan
energi listrik di Indonesia. PT PLN Batubara bertugas
untuk memastikan kualitas serta ketersediaan
batubara untuk berbagai Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) di Indonesia; -----------------------------------
6.1.2. Bahwa sejak didirikan pada tahun 2008, Terlapor
telah tumbuh secara pesat dan mengalami
transformasi bisnis yang signifikan dalam
mengamankan pasokan batubara PT PLN Persero
Grup dengan pencapaian di akhir 2018 telah berhasil
mensuplai batubara sebesar 22,1 juta Metric Ton,
yang merupakan rekor tertinggi volume pasokan sejak
didirikan dan berhasil membukukan laba bersih
sebesar Rp 284,4 milyar yang juga merupakan rekor
laba tertinggi sejak didirikan; ------------------------------

- 55 -
6.1.3. Bahwa pencapaian ini tentunya tidak terlepas dari
sejarah PT PLN Batubara dan rencana pengembangan
yang dapat dikelompokkan menjadi 3 fase yaitu: ------
a. 2008 – 2014: Creating Business Model; ------------
b. 2015 – 2018: Building the Foundation; dan --------
c. 2019 – 2023: Becoming Integrated Coal Supplier. -
6.1.4. Bahwa Terlapor adalah perusahaan yang beroperasi
di captive market, yaitu memberikan pelayanan
kepada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Batubara yang dimiliki oleh PLN grup, dengan visi
penyedia batubara utama terintegrasi bagi
ketenagalistrikan dan misi menyediakan batubara
berkualitas secara efisien bagi kesinambungan
operasional pembangkitan tenaga listrik untuk
kepentingan umum. Sementara untuk Motto Terlapor
adalah “Melayani Negeri dengan Batubara
Berkualitas”; --------------------------------------------------
6.1.5. Bahwa dalam rangka menjaga konsistensi
penyelenggaraan perusahaan yang baik (Good
Corporate Governence), melalui dokumen pedoman
perilaku yang tidak bertentangan dengan peraturan
yang telah ada ini, manajemen Terlapor bertekad
untuk menumbuhkembangkan kebiasaan dan tata
pergaulan profesional yang baik dan sekaligus
mencerminkan jati diri Terlapor yang dapat kita
banggakan bersama. Usaha ini juga merupakan
perwujudan dari kesungguhan hati warga Terlapor
untuk bekerja dan berusaha selaras dengan Visi, Misi
dan Tata Nilai perusahaan yang sudah disepakati
bersama. Selain itu, dokumen pedoman perilaku ini
diharapkan untuk diketahui dan dipahami oleh
stakeholder perusahaan. Semua ini akan dijalankan
dengan tetap mengacu pada aspirasi untuk
menciptakan nilai yang maksimal bagi bangsa dan
negara Indonesia; --------------------------------------------

- 56 -
6.1.6. Bahwa manajemen Terlapor juga bertekad untuk
menyelenggarakan perusahaan dengan mengajak
seluruh anggota Terlapor dan semua pihak yang
peduli dengan kemajuan perusahaan ini, agar tetap
berkiprah secara bertanggung jawab; --------------------
6.1.7. Bahwa sesuai dengan Anggaran Dasar, sebagaimana
telah disesuaikan dengan KBLI 2017, Terlapor dapat
melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: --------
a. Pertambangan Batubara; -----------------------------
b. Aktifitas Penunjang Pertambangan dan
Penggalian lainnya; ------------------------------------
c. Gasifikasi Batubara di lokasi penambangan; -----
d. Perdagangan Besar Bahan Bakar Padat, Cair,
dan Gas, dan Produk YBDI; dan --------------------
e. Aktifitas Keinsinyuran dan Konsultasi Teknis
YBDI. -----------------------------------------------------
6.1.8. Bahwa keberadaan Terlapor adalah untuk membantu
misi PLN sebagai Perusahaan yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (UU Ketenagalistrikan) dalam
menyediakan pelayanan penyediaan tenaga listrik di
Indonesia, sehingga pada hakekatnya para pemangku
kepentingan (stakeholder) PT PLN Batubara adalah
semua pihak yang berkepentingan atas
terselenggaranya penyediaan tenaga listrik yang
tersedia, bermutu, andal, dan menjangkau di tanah
air tercinta; ---------------------------------------------------
6.1.9. Bahwa Pasal 28 dan 29 UU Ketenagalistrikan
mengatur PLN selaku Pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum
wajib menyediakan tenaga listrik secara terus-
menerus; ------------------------------------------------------
6.1.10. Bahwa PLN selaku BUMN diberikan tugas
sebagaimana dimaksud oleh UU Ketenagalistrikan
mengingat tenaga listrik mempunyai peran yang
sangat penting dan strategis dalam mewujudkan

- 57 -
tujuan pembangunan nasional, maka usaha
penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan
penyediaannya perlu terus ditingkatkan sejalan
dengan perkembangan pembangunan agar tersedia
tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, merata, dan
bermutu; ------------------------------------------------------
6.1.11. Bahwa ketentuan UU Ketenagalistrikan tersebut
kemudian diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Presiden Nomor 04 Tahun 2016 tentang Percepatan
Infrastruktur Ketenagalistrikan jo. Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun 2016 tentang
Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) serta
Peraturan Menteri ESDM Nomor 09 Tahun 2016 yang
mengatakan Penyediaan Listrik Nasional harus
dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan guna mendukung pembangunan
nasional. Oleh sebab itu, Melalui PIK Pemerintah
Pusat menugaskan PT PLN (Persero) untuk
menyelenggarakan Percepatan Infrastruktur
Ketenagalistrikan (PPIK); -----------------------------------
6.1.12. Bahwa Pasal 2 ayat (2) Perpres Nomor 04 tahun 2016
jo. Perpres Nomor 14 Tahun 2017 tentang Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
disebutkan Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan dilaksanakan sesuai dengan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)
yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber
daya mineral. Salah satu kewajiban PLN adalah
untuk membangun PLTU Mulut Tambang
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
ESDM Nomor 1425 K/20/MEM/2017 tentang
Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik PT PLN (Persero) Tahun 2017 sampai dengan
Tahun 2026; --------------------------------------------------

- 58 -
6.1.13. Bahwa dalam RUPTL 2017-2026 terdapat rencana
pengembangan beberapa PLTU mulut tambang di
Sumatera dan Kalimantan. Karena produksi batubara
sendiri sebagian besar berada di Kalimantan dan
selebihnya berada di Sumatera; ---------------------------
6.1.14. Bahwa guna menindaklanjuti RUPTL yang ditetapkan
melalui Keputusan Menteri ESDM tersebut, PLN
kemudian mengirimkan surat kepada Terlapor
dengan nomor surat 0068/STH.01.04/SETPER/2017
tanggal 09 Januari 2017 perihal RUPS Sirkuler
tanggal 30 Desember 2016 Pemberian Persetujuan
Kerja Sama Batubara kepada Perseroan; ----------------
6.1.15. Bahwa dalam surat tersebut, Keputusan RUPS PLN
yang merupakan bagian dari Pemerintah, terdiri atas:
a. Bahwa pengembangan PLTU Mulut Tambang
mempunyai nilai strategis bagi PLN dalam
meningkatkan efisiensi biaya produksi listrik dan
dapat dilaksanakan melalui penugasan kepada
anak perusahaan dalam rangka optimalisasi
value dan portofolio bisnis anak perusahaan; ----
b. Bahwa PLN memberikan penugasan dan
persetujuan kepada Terlapor untuk melakukan
kerja sama dengan PT Jambi Prima Coal (“JPC”)
dengan mekanisme sebagai berikut: ----------------
1) Kepemilikan atau penguasaan Terlapor atas
tambang batubara JPC minimal 51% (lima
puluh satu persen); -------------------------------
2) Kerja sama Terlapor dengan JPC tersebut
dapat berbentuk Kerja Sama Operasi (KSO);
dan/atau akuisisi saham JPC; dan/atau
mendirikan anak perusahaan (perusahaan
patungan) dengan JPC. -------------------------
6.1.16. Bahwa dengan demikian jelas bahwa PLN
menugaskan dan memberikan persetujuan kepada
Terlapor untuk melakukan akuisisi atas saham JPC
minimal 51% guna menjalankan amanah

- 59 -
UU Ketenagalistrikan, Peraturan Presiden Nomor 04
Tahun 2016 tentang Percepatan Infrastruktur
Ketenagalistrikan Jo. Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 04 Tahun 2016 tentang Percepatan
Infrastruktur Ketenagalistrikan dan Permen ESDM
Nomor 09 Tahun 2016, dalam hal penyediaan tenaga
listrik secara terus menerus untuk mendukung
pembangunan nasional melalui pembangunan PLTU
Mulut Tambang sebagaimana sebagaimana
ditetapkan dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor
1425 K/20/MEM/2017 tentang Pengesahan Rencana
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero)
Tahun 2017 sampai dengan 2026; -----------------------
6.1.17. Bahwa akuisisi JPC ini merupakan suatu langkah
strategis untuk menjamin security of supply
(ketersediaan batubara) dalam memasok PLTU yang
memakai bahan bakar batubara dan melakukan
efisiensi yang dapat menekan biaya listrik pada
masyarakat. Karena hal tersebut membatasi harga
batubara untuk domestik membuat biaya pokok
produksi (BPP) yang berasal dari PLTU menjadi turun;
6.1.18. Bahwa selain itu, sebagaimana diungkapkan oleh
Saksi Direktur Utama JPC yang dihadirkan oleh
Investigator, akuisisi ini juga dilakukan untuk Cost of
Efficiency, karena JPC merupakan perusahaan
tambang, maka sangat menekan produksi bila
produksi batubara JPC meningkat dan dijual semua
kepada PLN Grup guna menjamin kualitas dan
ketersediaan pasokan batubara ke PLTU Jambi 1
sehingga dapat mewujudkan pelaksanaan program
Pemerintah untuk listrik yang murah; -------------------
6.1.19. Bahwa tujuan akuisisi untuk menjamin kualitas dan
ketersediaan pasokan batubara, ditugaskan oleh PLN,
dan untuk menekan biaya produksi listrik, juga telah
disampaikan oleh Terlapor di persidangan; -------------

- 60 -
6.1.20. Bahwa dengan melakukan akuisisi terhadap JPC,
produksi batubara JPC juga meningkat. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh Direktur Utama JPC
dan Terlapor pada saat pemeriksaan di hadapan
Majelis Komisi Yang Terhormat; ---------------------------
6.1.21. Bahwa Terlapor tetap melaksanakan amanat Permen
ESDM Nomor 19 Tahun 2017 karena paska akuisisi,
Terlapor dan JPC tetap melakukan transaksi jual beli
sehingga tidak menghilangkan kewajiban untuk jual
beli batubara dengan JPC. ---------------------------------
6.2. Bahwa Akuisisi Terhadap JPC adalah yang Pertama Kali dan
Tidak Ada Rekomendasi dari Konsultan Hukum -----------------
6.2.1. Bahwa berkaitan dengan kewajiban melapor ke KPPU
perihal akuisisi JPC tersebut, tidak ada rekomendasi
apapun dari RUPS PLN dan Konsultan hukum kepada
Terlapor sehingga Terlapor tidak mengetahui secara
pasti. Apalagi Terlapor juga menilai bahwa Terlapor
merupakan Holding Company yang membawahi
beberapa anak usaha sehingga menilai diri Terlapor
merupakan badan usaha induk tertinggi.
Implikasinya Terlapor memahami bahwa nilai aset
dan nilai penjualan tidak melebihi dari yang
ditentukan oleh PP No. 57 Tahun 2010; -----------------
6.2.2. Bahwa akuisisi yang dilakukan oleh Terlapor atas
saham JPC ini juga merupakan akuisisi yang pertama
kali dilakukan oleh Terlapor sepanjang sejarah
berdirinya Terlapor, sehingga Terlapor kurang
memahami substansi UU No. 5 Tahun 1999 dan
PP 57 Tahun 2010 terutama mengenai Nilai Aset dan
Nilai Penjualan serta kedudukan Badan Usaha Induk
Tertinggi; ------------------------------------------------------
6.2.3. Bahwa pemahaman Terlapor juga didasarkan pada
pendapat hukum konsultan hukum yang digunakan
oleh Terlapor dalam menyelesaikan aspek hukum
akuisisi JPC; --------------------------------------------------

- 61 -
6.2.4. Selain itu juga tidak ada rekomendasi dari Konsultan
Hukum kepada Terlapor untuk melaporkan akuisisi
ini kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha; -------
6.2.5. Bahwa untuk akuisisi-akuisisi berikutnya telah
dilaporkan dengan tepat waktu melalui anak
perusahaan yaitu PT PLN Batubara Investasi
diantaranya adalah akuisisi terhadap PT Prima Bara
Indonesia, PT Bangun Persada Jambi Energi,
PT Mahakarya Abadi Prima, PT Banyan Koalindo
Lestari yang mana pemberitahuan pelaksanaan
akuisisi tersebut dibuktikan dengan adanya pendapat
atas penilaian pemberitahuan pengambilalihan
saham oleh KPPU. Serta yang terakhir adalah
pemberitahuan akuisisi terhadap PT PLN Batubara
Niaga oleh Terlapor yang dibuktikan dengan adanya
Tanda Terima Pemberitahuan tertanggal 26 November
2019. -----------------------------------------------------------
6.3. Bahwa Akuisisi Tidak Bertujuan untuk Melakukan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat --------------
6.3.1. Bahwa akuisisi yang dilakukan oleh Terlapor tidak
bertujuan untuk melakukan praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat;-----------------------------
6.3.2. Bahwa akuisisi ini tidak berdampak terhadap adanya
konsentrasi pasar, tidak menciptakan inefisiensi
dalam industri batubara Indonesia, tidak mematikan
pelaku usaha lain, tidak menghalangi pelaku usaha
lain untuk masuk ke dalam Pasar, dan tidak serta
merta melakukan penyalahgunaan dalam mengontrol
dan menetapkan harga jual batubara maupun listrik
nasional;-------------------------------------------------------
6.3.3. Bahwa akuisisi JPC ini bertujuan untuk
mengamankan pasokan batubara untuk PLTU Mulut
Tambang Jambi 1; -------------------------------------------
6.3.4. Bahwa selain itu, akuisisi ini juga bertujuan untuk
menekan biaya produksi tenaga listrik sehingga dapat
menghadirkan listrik yang murah, terus-menerus,

- 62 -
berkala, dan berkesinambungan guna mendukung
pembangunan nasional; ------------------------------------
6.3.5. Bahwa akuisisi JPC oleh Terlapor juga dilakukan atas
penugasan dan persetujuan dari PLN serta
melaksanakan amanat UU Ketenagalistrikan,
Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun 2016 tentang
Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan jo.
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun
2016 tentang Percepatan Infrastruktur
Ketenagalistrikan, Permen ESDM Nomor 09 Tahun
2016 serta perubahannya, dan Keputusan Menteri
ESDM tentang Pengesahan RUPTL PLN 2017 sampai
dengan 2026; -------------------------------------------------
6.3.6. Bahwa dengan demikian, tidak ada tujuan negatif
yang melanggar UU No. 5 Tahun 1999 dan
menciptakan akses negatif ke Pasar berkaitan dengan
langkah Terlapor dalam melakukan akuisisi
dimaksud; -----------------------------------------------------
6.3.7. Dengan demikian, adanya keterlambatan
pemberitahuan akuisisi JPC oleh Terlapor terjadi
karena alasan-alasan sebagaimana dimaksud di atas.
6.4. Petitum-------------------------------------------------------------------
Berdasarkan uraian sebagaimana dijelaskan di atas, kami
mohon kepada Yang Mulia Majelis Komisi agar menyatakan
dan memutus perkara ini dengan menyatakan Terlapor tidak
melakukan pelanggaran Pasal 29 UU No. 5 Tahun 1999 jo.
Pasal 5 PP No. 57 Tahun 2010. --------------------------------------

Atau ----------------------------------------------------------------------

Jika Majelis Komisi memiliki pendapat lain, mohon agar


diberikan Putusan yang seadil-adilnya bagi Terlapor. -----------
7. Menimbang bahwa setelah melaksanakan Musyawarah Majelis Komisi,
Majelis Komisi menilai telah memiliki bukti dan penilaian yang cukup
untuk mengambil putusan.-----------------------------------------------------

- 63 -
TENTANG HUKUM

Setelah mempertimbangkan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan,


Tanggapan Terlapor terhadap Laporan Keterlambatan Pemberitahuan,
Keterangan Saksi, Keterangan Ahli, Keterangan Terlapor, Surat-Surat
dan/atau Dokumen, Kesimpulan Tertulis dan/atau Paparan Hasil
Persidangan yang disampaikan oleh Investigator dan Terlapor (fakta
persidangan), Majelis Komisi menilai, menganalisis, menyimpulkan, dan
memutuskan perkara berdasarkan alat bukti yang cukup tentang telah
terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 (selanjutnya disebut UU Nomor 5 Tahun 1999) yang diduga
dilakukan oleh Terlapor dalam Perkara Nomor 23/KPPU-M/2019. Dalam
melakukan penilaian dan analisis, Majelis Komisi menguraikan dalam
beberapa bagian, yaitu: -----------------------------------------------------------------
1. Tentang Identitas Terlapor. -------------------------------------------------------
2. Tentang Objek Perkara dan Dugaan Pelanggaran. ---------------------------
3. Tentang Pengecualian Pasal 50 huruf a UU Nomor 5 Tahun 1999. -------
4. Tentang Pengambilalihan Saham. -----------------------------------------------
5. Tentang Nilai Aset dan/atau Nilai Penjualan. ---------------------------------
6. Tentang Keterlambatan Melakukan Pemberitahuan (Notifikasi) kepada
Komisi. -------------------------------------------------------------------------------
7. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal
5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 (selanjutnya disebut PP
Nomor 57 Tahun 2010).-----------------------------------------------------------
8. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus. -----------------
9. Tentang Diktum Putusan dan Penutup. ---------------------------------------

Berikut uraian masing-masing bagian tersebut: -----------------------------------

1. Tentang Identitas Terlapor -----------------------------------------------------------


1.1. Bahwa Terlapor, PT PLN Batubara, yang beralamat di Jalan
Warung Buncit Raya Nomor 10, Kelurahan Kalibata, Kecamatan
Pancoran, Jakarta Selatan 12740, Provinsi DKI Jakarta,
Indonesia, Nomor Telepon: (021) 29122118, Nomor Faksimile:
(021) 29122182, merupakan badan usaha yang didirikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan Negara Republik

- 64 -
Indonesia melalui Akta Pendirian Nomor 03 tanggal 11 Agustus
2008 yang dibuat oleh Lenny Janis Ishak, SH, Notaris di DKI
Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan Nomor AHU-
58468.AH.01.01.Tahun 2008 tanggal 03 September 2008. Dalam
perkara a quo, Terlapor merupakan badan usaha pengambil alih
saham perusahaan PT Jambi Prima Coal (vide bukti C18, C20,
C21, dan C22).-------------------------------------------------------------
1.2. Bahwa PT PLN Batubara bergerak dalam bidang penyediaan
batubara untuk mendukung pengamanan sebagian pasokan
batubara untuk kebutuhan unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Batubara ataupun kebutuhan lainnya berdasarkan
prinsip industri dan niaga yang sehat dengan menerapkan
prinsip-prinsip perseroan terbatas. Untuk mencapai maksud
dan tujuan tersebut di atas, dapat melaksanakan kegiatan
usaha kegiatan penambangan yang meliputi kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, dan
penyimpanan batubara; kegiatan transportasi, termasuk
mengoperasikan dermaga dan pelabuhan bongkar dan muat;
kegiatan di bidang yang terkait seperti coal-blending dan
customization plant, liquification, dan gasification; kegiatan
perniagaan batubara serta derivatifnya yang berkembang
harmonis; dan kegiatan pemberian jasa konsultasi dalam bidang
industri pertambangan batubara dan logistik lainnya. PT PLN
Batubara didirikan untuk mempersiapkan kebutuhan PLTU-
PLTU PLN dan menjamin pasokan sekitar pulau Sumatera (vide
bukti B7, C18, C20, C21, dan C22). -----------------------------------

2. Tentang Objek Perkara dan Dugaan Pelanggaran -----------------------------


2.1. Bahwa objek perkara a quo adalah Keterlambatan
Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Jambi Prima Coal
oleh PT PLN Batubara. ---------------------------------------------------
2.2. Bahwa ketentuan Undang-Undang yang diduga dilanggar oleh
Terlapor adalah Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5
PP Nomor 57 Tahun 2010 yang menyatakan sebagai berikut: ----
2.2.1. Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang berbunyi: -------

- 65 -
(1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau
nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib
diberitahukan kepada Komisi, selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan,
peleburan atau pengambilalihan tersebut.-------------
(2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau
nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur
dalam Peraturan Pemerintah. ----------------------------

2.2.2. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010 yang berbunyi: --------


(1) Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan
Usaha, atau Pengambilalihan Saham perusahaan
lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai
penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib
diberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal telah
berlaku efektif secara yuridis Penggabungan Badan
Usaha, Peleburan Badan Usaha, Pengambilalihan
saham perusahaan. ---------------------------------------
(2) Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas: ---------------------------------------------
a. Nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00
(dua triliun lima ratus miliar rupiah); dan/atau -
b. Nilai penjualan sebesar
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah). ---
(3) Bagi Pelaku Usaha di bidang Perbankan kewajiban
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku jika
nilai aset melebihi Rp20.000.000.000.000,00 (dua
puluh triliun rupiah). --------------------------------------
(4) Nilai aset dan/atau nilai penjualan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai aset dan/atau nilai
penjualan dari: ---------------------------------------------
a. Badan Usaha hasil Penggabungan, atau
Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan
Usaha yang mengambilalih saham perusahaan
lain dan Badan Usaha yang diambil alih; dan --
b. Badan Usaha yang secara langsung maupun
tidak langsung mengendalikan atau
dikendalikan oleh Badan Usaha hasil
penggabungan, Badan Usaha hasil peleburan,
atau Badan Usaha yang mengambil alih
saham perusahaan lain dan Badan Usaha
yang diambil alih. ------------------------------------

- 66 -
3. Tentang Pengecualian Pasal 50 huruf a UU Nomor 5 Tahun 1999-----
Bahwa sebelum memutus, Majelis Komisi perlu mempertimbangkan
adanya fakta-fakta lain yang terdapat dalam fakta persidangan
sebagaimana diuraikan di bawah ini: -------------------------------------------
3.1. Bahwa Majelis Komisi menerima Tanggapan Terlapor atas
Laporan Keterlambatan Pemberitahuan pada Sidang Majelis
Pemeriksaan Pendahuluan tanggal 13 Februari 2020 dan
Kesimpulan Terlapor pada Sidang Majelis Komisi Pemeriksaan
Lanjutan tanggal 05 Maret 2020, yang didalamnya menyatakan
mengenai UU Nomor 5 Tahun 1999 mengecualikan perbuatan
dan atau perjanjian yang dilakukan untuk melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 50 huruf a sebagai berikut: ----------------
“yang dikecualikan dari ketentuan undang-undang ini
adalah: -----------------------------------------------------------------
a. Perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; atau”. --------------------------------------------------

3.2. Bahwa dalam Tanggapan, Terlapor menyatakan bahwa akuisisi


bertujuan untuk melaksanakan peraturan perundang-
undangan. Dalam hal ini PT PLN (Persero) telah menugaskan
Terlapor untuk melakukan penguasaan atau akuisisi atas
tambang dan infrastruktur logistik batubara (vide bukti T2). -----
3.3. Bahwa dalam Kesimpulan, Terlapor menyatakan bahwa PT PLN
(Persero) selaku Badan Usaha Milik Negara diberikan tugas
sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan (selanjutnya disebut UU Nomor
30 Tahun 2009). Bahwa ketentuan UU Nomor 30 Tahun 2009
tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden
Nomor 04 Tahun 2016 tentang Percepatan Infrastruktur
Ketenagalistrikan jo. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun
2016 tentang Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan serta
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
09 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyediaan dan Penetapan
Harga Batubara untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang
(selanjutnya disebut Peraturan Menteri ESDM Nomor 09 Tahun

- 67 -
2016). Bahwa guna menindaklanjuti Peraturan Menteri ESDM
Nomor 09 Tahun 2016, PT PLN (Persero) memberikan penugasan
dan persetujuan kepada Terlapor untuk melakukan kerja sama
dengan PT Jambi Prima Coal dengan mekanisme kepemilikan
atau penguasaan atas tambang batubara minimal 51% (lima
puluh satu persen) dan kerja sama tersebut dapat berbentuk
Kerja Sama Operasi, akuisisi saham, dan/atau mendirikan anak
perusahaan atau perusahaan patungan dengan PT Jambi Prima
Coal melalui surat nomor 0068/STH.01.04/SETPER/2017
tanggal 09 Januari 2017 perihal RUPS Sirkuler tanggal
30 Desember 2016 Pemberian Persetujuan Kerja Sama Batubara
kepada Perseroan (vide bukti T7). --------------------------------------
3.4. Bahwa berdasarkan pemeriksaan alat bukti dan fakta
persidangan diketahui sebagai berikut: -------------------------------
3.4.1. Bahwa Pasal 4 UU Nomor 30 Tahun 2009 menunjuk
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga
listrik oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dalam
Pasal 1 UU Nomor 30 Tahun 2009 dijelaskan usaha
penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga
listrik meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi,
dan penjualan tenaga listrik kepada konsumen. Bahwa
UU Nomor 30 Tahun 2009 memberikan kewenangan
secara tegas kepada pelaku usaha dalam usaha
penyediaan tenaga listrik;-------------------------------------
3.4.2. Bahwa Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri ESDM
Nomor 09 Tahun 2016 menyatakan penyediaan
batubara untuk pengembangan Pembangkit Listrik
Mulut Tambang dilakukan berdasarkan perjanjian jual
beli batubara antara Perusahaan Tambang dengan
Perusahaan Pembangkit Listrik Mulut Tambang.
Peraturan Menteri ESDM Nomor 09 Tahun 2016 juga
tidak membentuk atau menunjuk dan atau
memberikan kewenangan secara tegas kepada pelaku
usaha tertentu (vide bukti T3); -------------------------------

- 68 -
3.4.3. Bahwa surat PT PLN (Persero) Nomor
0068/STH.01.04/SETPER/2017 tanggal 09 Januari
2017 perihal RUPS Sirkuler tanggal 30 Desember 2016
Pemberian Persetujuan Kerja Sama Batubara kepada
Perseroan yang diberikan kepada Terlapor didasarkan
pada Pasal 6 Peraturan Menteri ESDM Nomor 09
Tahun 2016 sebagaimana tercantum dalam
pertimbangan nomor 10 yang menyatakan bahwa
Perusahaan Pembangkit Listrik Mulut Tambang selaku
pemegang IUPTL Pembangkitan wajib berbadan hukum
Indonesia dan wajib dimiliki sekurang-kurangnya 10%
(sepuluh persen) oleh Perusahaan Tambang melalui
afiliasinya (vide bukti T4). ------------------------------------

Bahwa pertimbangan yang melandasi Keputusan Rapat


Umum Pemegang Saham (RUPS) tersebut di atas
mengacu pada Pasal 6 Peraturan Menteri ESDM Nomor
09 Tahun 2016 yang menyatakan sebagai berikut (vide
bukti T3 dan T4): -----------------------------------------------
(1) Perusahaan Pembangkit Listrik Mulut Tambang
selaku pemegang IUPTL pembangkitan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf b merupakan konsorsium yang dibentuk
oleh Perusahaan Tambang melalui afiliasinya
dengan badan usaha lain; -----------------------------
(2) Konsorsium sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib membentuk badan usaha yang berbadan
hukum Indonesia sebagai Perusahaan
Pembangkit Listrik Mulut Tambang; -----------------
(3) Saham dalam Perusahaan Pembangkit Listrik
Mulut Tambang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib dimiliki sekurang-kurangnya 10%
(sepuluh persen) oleh Perusahaan Tambang
melalui afiliasinya. --------------------------------------
3.5. Bahwa oleh karena itu, Majelis Komisi berpendapat sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------------

- 69 -
3.5.1. Bahwa Terlapor bukan pelaku usaha yang ditunjuk
dan atau diberikan kewenangan secara tegas dalam
usaha penyediaan tenaga listrik berdasarkan
UU Nomor 30 Tahun 2009; -----------------------------------
3.5.2. Bahwa Peraturan Menteri ESDM Nomor 09 Tahun 2016
tidak membentuk atau menunjuk dan atau
memberikan kewenangan secara tegas kepada pelaku
usaha tertentu;--------------------------------------------------
3.5.3. Bahwa Terlapor bukan merupakan Perusahaan
Pembangkit Listrik Mulut Tambang sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor
09 Tahun 2016. Bahwa berdasarkan Akta Pendirian
Nomor 03 tanggal 11 Agustus 2008, Terlapor
merupakan pelaku usaha dalam bidang penyediaan
batubara untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Batubara (vide bukti C18); ---------------------
3.5.4. Bahwa Pasal 6 Peraturan Menteri ESDM Nomor
09 Tahun 2016 secara jelas menyatakan hanya berlaku
pada Perusahaan Pembangkit Listrik Mulut Tambang
yang merupakan konsorsium yang dibentuk oleh
Perusahaan Tambang melalui afiliasinya dengan badan
usaha lain. Konsorsium wajib membentuk badan
usaha yang berbadan hukum Indonesia sebagai
Perusahaan Pembangkit Listrik Mulut Tambang.
Bahwa dalam perkara a quo, belum terdapat
konsorsium untuk membentuk badan usaha yang
berbadan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 Peraturan Menteri ESDM Nomor 09
Tahun 2016; -----------------------------------------------------
3.5.5. Bahwa hal tersebut dikuatkan dengan alat bukti
keterangan Ahli dan Terlapor yaitu sebagai berikut
(vide bukti B5 dan B7): ----------------------------------------
a. Bahwa akusisi oleh anak perusahaan BUMN
tetapi bukan perbuatan yang bertujuan
melakukan peraturan perundang-undangan yang

- 70 -
berlaku maka tidak dikecualikan dari Pasal 50
UU Nomor 5 Tahun 1999 (vide bukti B5);-----------
b. Bahwa pertimbangan RUPS menugaskan PT PLN
Batubara terkait dengan penyediaan tenaga
listrik terutama di daerah Sumatera dan untuk
rencana perkembangan listrik ke depan. Salah
satu PLTU mulut tambang yang harus disiapkan
adalah PLTU Jambi 1 (vide bukti B7); ---------------
c. Bahwa sebenarnya RUPS hanya memastikan
bahwa PT PLN Batubara menyediakan batubara
untuk kebutuhan PLTU Jambi 1 yang baru akan
beroperasi pada tahun 2024 (vide bukti B7); -------
d. Bahwa hingga saat ini belum terbentuk
konsorsium yang akan mengoperasikan PLTU
Jambi 1 (vide bukti B7).--------------------------------
3.6. Bahwa atas dasar hal tersebut, Majelis Komisi menilai bahwa
perkara a quo tidak termasuk dalam ketentuan pengecualian
Pasal 50 huruf a UU Nomor 5 Tahun 1999. --------------------------

4. Tentang Pengambilalihan Saham ---------------------------------------------------


4.1. Tentang Badan Usaha Pengambil Alih ----------------------------------
4.1.1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3
PP Nomor 57 Tahun 2010 pengertian
“pengambilalihan” adalah “perbuatan hukum yang
dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengambil alih
saham badan usaha yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas badan usaha tersebut”; -----------------
4.1.2. Bahwa PT PLN Batubara merupakan badan usaha
pengambil alih sebagaimana dimaksud pada bagian
Tentang Hukum butir 1 Tentang Identitas Terlapor; -----
4.1.3. Bahwa PT PLN Batubara melakukan pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal yang memiliki kegiatan
usaha di bidang perdagangan, pertambangan, jasa
kecuali jasa di bidang hukum dan pajak dalam rangka
memenuhi kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Jambi 1 (vide bukti B7 dan C7); --------------------

- 71 -
4.1.4. Bahwa PT PLN Batubara melakukan transaksi
pengambilalihan 60% (enam puluh persen) kepemilikan
saham PT Jambi Prima Coal pada tanggal 04 April
2017 sebanyak 822.000 (delapan ratus dua puluh dua
ribu) lembar saham dan telah mendapatkan
penerimaan pemberitahuan perubahan data perseroan
PT Jambi Prima Coal dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor AHU-
AH.01.03-0132484 (vide bukti B7, C8, dan T2); ---------
4.1.5. Bahwa Terlapor, pada saat didirikan hingga saat ini
memiliki komposisi saham yaitu sebagai berikut (vide
bukti C18): ------------------------------------------------------

Tabel 1. Struktur Kepemilikan Saham


PT PLN Batubara

Jumlah Saham %
PT PLN (Persero) 24.999 99,996%
Yayasan Pendidikan dan 1 0,004%
Kesejahteraan PT PLN (Persero)

4.1.6. Bahwa PT PLN (Persero) selaku pemegang saham


mayoritas PT PLN Batubara merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang keseluruhan sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia (vide bukti
C8, C20, C21, dan C22); --------------------------------------
4.1.7. Bahwa PT PLN Batubara memiliki beberapa anak
usaha sebagai berikut (vide bukti T2): ----------------------

Gambar 1. Beneficial Ownership PT PLN Batubara

- 72 -
4.1.8. Bahwa struktur perusahaan PT PLN Batubara (badan
usaha pengambil alih) hingga PT Jambi Prima Coal
(badan usaha yang diambil alih) sebagai berikut (vide
bukti C31): ------------------------------------------------------

Gambar 2. Struktur Perusahaan

4.1.9. Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT PLN Batubara


pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 adalah
sebagai berikut (vide bukti C20, C21, C22, C29, C30,
dan C31): --------------------------------------------------------

Tabel 2. Nilai Aset dan Nilai Penjualan


PT PLN Batubara

Dalam Jutaan Rupiah


Nilai Aset Nilai Penjualan
Tahun (Rp) (Rp)
2015 1.223.993 3.398.573
2016 1.268.211 2.662.566

2017 4.368.580 11.674.887

4.1.10. Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT PLN (Persero)


pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 adalah
sebagai berikut (vide bukti C23, C24, dan C25): ----------

- 73 -
Tabel 3. Nilai Aset dan Nilai Penjualan
PT PLN (Persero)

Dalam Jutaan Rupiah


Nilai Aset Nilai Penjualan
Tahun (Rp) (Rp)
2015 1.314.370.881 217.346.990
2016 1.272.177.975 222.821.956

2017 1.334.957.657 255.295.243

4.2. Tentang Badan Usaha yang Diambil Alih ------------------------------


4.2.1. Bahwa PT Jambi Prima Coal merupakan badan usaha
berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan Negara Republik
Indonesia melalui Akta Pendirian Nomor 01 tanggal
01 Agustus 2005 yang dibuat oleh Sri Intansih, SH,
Notaris di Jakarta. Bahwa perseroan telah mendapat
Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor C-24248 HT.01.01.TH.2005 pada
tanggal 01 September 2015 (vide bukti C7); ---------------
4.2.2. Bahwa berdasarkan Akta tersebut PT Jambi
Prima Coal didirikan dengan maksud dan tujuan
untuk berusaha dalam bidang perdagangan,
pertambangan, jasa kecuali jasa di bidang hukum dan
pajak (vide bukti C7); ------------------------------------------
4.2.3. Bahwa susunan pemegang saham PT Jambi Prima
Coal pada saat didirikan adalah sebagai berikut (vide
bukti C7): --------------------------------------------------------

Tabel 4. Susunan Pemegang Saham


PT Jambi Prima Coal Pada Saat Pendirian

Pemegang Saham Jumlah Saham %


Ir. Edward Siagian 1.500 15%
Priyono 2.500 25%
Ahmad Rofik 1.500 15%
Herwanto Raharjo 1.500 15%

- 74 -
Pemegang Saham Jumlah Saham %
Ny. Rita Sintawati 1.500 15%
Djoko Juwanto Mangundarmodjo 1.500 15%

4.2.4. Bahwa sebelum diambil alih oleh PT PLN Batubara,


komposisi pemegang saham PT Jambi Prima Coal
adalah sebagai berikut (vide bukti C8): ---------------------

Tabel 5. Susunan Pemegang Saham


PT Jambi Prima Coal Sebelum Diambil Alih

Pemegang Saham Jumlah Saham %


Muhammad Tonas 1 0,0001%
PT Indobagus Energy 1.369.999 99,9999%

4.2.5. Bahwa setelah diambil alih oleh PT PLN Batubara,


komposisi pemegang saham PT Jambi Prima Coal
adalah sebagai berikut (vide bukti C8): ---------------------

Tabel 6. Susunan Pemegang Saham


PT Jambi Prima Coal Setelah Pengambilalihan

Pemegang Saham Jumlah Saham %


PT Indobagus Energy 548.000 40%
PT PLN Batubara 822.000 60%

4.2.6. Bahwa skema pengambilalihan saham PT Jambi


Prima Coal oleh PT PLN Batubara adalah sebagai
berikut (vide bukti C8): ------------------------------------

Tabel 7. Skema Pengambilalihan Saham


PT Jambi Prima Coal

Awal Menjadi
Pemegang Saham
(Unit Saham) (Unit Saham)

Muhammad Tonas 1 -

PT Indobagus Energy 1.369.999 548.000

PT PLN Batubara - 822.000

4.2.7. Bahwa nilai aset dan nilai penjualan PT Jambi


Prima Coal pada tahun 2015 sampai dengan

- 75 -
tahun 2017 adalah sebagai berikut (vide bukti C9,
C10, C11, dan C12): ----------------------------------------

Tabel 8. Nilai Aset dan Nilai Penjualan


PT Jambi Prima Coal

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


(US$) (US$)
2015 15.249.601 15.100.003
2016 11.145.217 7.305.443
2017 8.230.869 3.381.428

Bahwa apabila nilai aset dan penjualan tersebut


dikonversi ke dalam mata uang rupiah maka nilai aset
dan nilai penjualan PT Jambi Prima Coal pada tahun
2015 sampai dengan tahun 2017 berdasarkan kurs
tengah Bank Indonesia per tanggal 31 Maret 2015
sampai tahun 2017 adalah sebagai berikut: ---------------

Tabel 9. Nilai Aset dan Nilai Penjualan


PT Jambi Prima Coal

Tahun Nilai Aset Nilai Penjualan


(Rp) (Rp)
2015 199.525.779.484 197.568.439.252
2016 147.963.900.892 96.987.061.268
2017 109.643.405.949 45.044.002.388

4.3. Tentang Hubungan Afiliasi -----------------------------------------------


4.3.1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 PP Nomor 57
Tahun 2010 dinyatakan “kewajiban menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (3) tidak berlaku bagi
Pelaku Usaha yang melakukan Penggabungan Badan
Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan
Saham antar perusahaan yang terafiliasi”; -----------------
4.3.2. Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 7 PP Nomor 57
Tahun 2010 yang dimaksud dengan terafiliasi adalah: --

- 76 -
a. Hubungan antara perusahaan, baik langsung
maupun tidak langsung, mengendalikan atau
dikendalikan oleh perusahaan tersebut; ---------------
b. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang
dikendalikan, baik langsung maupun tidak
langsung, oleh pihak yang sama; atau -----------------
c. Hubungan antara perusahaan dan pemegang
saham utama. ----------------------------------------------
4.3.3. Bahwa atas dasar ketentuan tersebut, maka kewajiban
pemberitahuan penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan tidak diberlakukan untuk pelaku
usaha yang terafiliasi karena tidak merubah struktur
pasar dan kondisi persaingan yang telah ada; ------------
4.3.4. Bahwa susunan kepemilikan saham PT Jambi Prima
Coal sebelum pengambilalihan saham oleh PT PLN
Batubara adalah sebagaimana dimaksud pada butir
4.2.4 bagian Tentang Hukum (vide bukti C8);-------------
4.3.5. Bahwa susunan kepemilikan saham PT PLN Batubara
sebelum pengambilalihan saham adalah sebagaimana
dimaksud pada butir 4.1.5 bagian Tentang Hukum
(vide bukti C18); ------------------------------------------------
4.3.6. Bahwa berdasarkan skema pengambilalihan saham
sebagaimana dimaksud pada butir 4.2.6 bagian
Tentang Hukum tidak menunjukkan adanya hubungan
afiliasi antara badan usaha pengambil alih dan badan
usaha yang diambil alih sebagaimana penjelasan
Pasal 7 PP Nomor 57 Tahun 2010; --------------------------
4.3.7. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menilai
Terlapor wajib memberitahukan pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal karena bukan merupakan
transaksi antar perusahaan yang terafiliasi. --------------
4.4. Tentang Perubahan Pengendali ------------------------------------------
4.4.1. Bahwa telah terjadi perubahan komposisi pemegang
saham setelah pengambilalihan saham PT Jambi Prima
Coal oleh Terlapor sebagaimana telah diuraikan pada
butir 4.2.5 bagian Tentang Hukum;-------------------------

- 77 -
4.4.2. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal oleh Terlapor sebanyak
822.000 (delapan ratus dua puluh dua ribu) lembar
saham yang merupakan saham mayoritas
menyebabkan terjadinya perubahan pengendali
PT Jambi Prima Coal; ------------------------------------------
4.4.3. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menilai
Terlapor wajib memberitahukan pengambilalihan
saham PT Jambi Prima Coal karena merupakan
transaksi yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pengendali. ------------------------------------------------------

5. Tentang Nilai Aset dan/atau Nilai Penjualan -----------------------------------


5.1. Bahwa batasan nilai untuk melakukan pemberitahuan
Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan Saham
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
PP Nomor 57 Tahun 2010 sebagaimana dimaksud pada
butir 2.2.2 bagian Tentang Hukum. -----------------------------------
5.2. Bahwa nilai aset dan/atau nilai penjualan hasil Penggabungan,
Peleburan, atau Pengambilalihan saham dan/atau aset
perusahaan dihitung berdasarkan penjumlahan nilai penjualan
dan/atau aset tahun terakhir yang telah diaudit dari masing-
masing pihak yang melakukan Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan saham dan/atau aset perusahaan ditambah
dengan nilai aset dan/atau nilai penjualan dari seluruh Badan
Usaha yang secara langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau dikendalikan oleh Pelaku Usaha yang
melakukan Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan
saham dan/atau aset perusahaan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun
2019 tentang Penilaian terhadap Penggabungan atau Peleburan
Badan Usaha, atau Pengambilalihan Saham Perusahaan yang
dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan/atau
Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut Peraturan
Komisi Nomor 3 Tahun 2019). -------------------------------------------

- 78 -
5.3. Bahwa nilai aset yang dihitung merupakan nilai aset yang
tercantum dalam Laporan Keuangan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Komisi Nomor 3 Tahun 2019. -------------------------------
5.4. Bahwa Laporan Keuangan 3 (tiga) tahun terakhir dengan
ketentuan pada transaksi Pengambilalihan saham dan/atau aset
perusahaan, perusahaan pengambil alih sampai dengan Badan
Usaha induk tertinggi beserta anak-anak usahanya. Khusus
bagi perpindahan aset, laporan keuangan perusahaan yang
menerima atau mengambil alih aset sebagaimana diatur dalam
Peraturan Komisi Nomor 3 Tahun 2019. -------------------------------
5.5. Bahwa nilai penjualan, yang dihitung adalah nilai penjualan di
wilayah Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi
Nomor 3 Tahun 2019. -----------------------------------------------------
5.6. Bahwa total nilai aset dan/atau nilai penjualan PT Jambi Prima
Coal adalah sebagaimana dimaksud pada butir 4.2.7 bagian
Tentang Hukum (vide bukti C9, C10, C11, dan C12). ---------------
5.7. Bahwa total nilai aset dan/atau nilai penjualan PT PLN Batubara
adalah sebagaimana dimaksud pada butir 4.1.9 bagian Tentang
Hukum (vide bukti C20, C21, C22, C29, C30, dan C31). -----------
5.8. Bahwa total nilai aset dan/atau nilai penjualan PT PLN (Persero)
adalah sebagaimana dimaksud pada butir 4.1.10 bagian Tentang
Hukum (vide bukti C23, C24, dan C25). -------------------------------
5.9. Bahwa PT PLN Batubara merupakan salah satu anak
perusahaan PT PLN (Persero) sehingga nilai aset dan/atau nilai
penjualan PT PLN Batubara telah masuk dalam laporan
keuangan konsolidasian PT PLN (Persero). Bahwa nilai aset
dan/atau nilai penjualan hasil Penggabungan sebagaimana
dimaksud pada butir 5.2 bagian Tentang Nilai Aset dan/atau
Nilai Penjualan adalah nilai aset dan/atau nilai penjualan dari
badan usaha yang diambil alih dan Badan Usaha induk tertinggi
badan usaha pengambil alih (vide bukti C23, C24, C25, dan
C31).--------------------------------------------------------------------------
5.10. Bahwa sebagaimana telah diuraikan pada butir 5.6, 5.7, 5.8,
dan 5.9 bagian Tentang Hukum, maka nilai aset dan nilai
penjualan gabungan PT Jambi Prima Coal dan PT PLN (Persero)
adalah sebagai berikut: ---------------------------------------------------

- 79 -
Tabel 10. Nilai Aset Gabungan Tahun 2015-2017
PT PLN (Persero) dan PT Jambi Prima Coal

Dalam Jutaan Rupiah


Nilai Aset Nilai Aset Nilai Aset
Tahun PT PLN (Persero) PT Jambi Prima Coal Gabungan
(Rp) (Rp) (Rp)
2015 1.314.370.881 199.525 1.314.570.406
2016 1.272.177.975 147.963 1.272.325.938
2017 1.334.957.657 111.511 1.335.069.168

Tabel 11. Nilai Penjualan Gabungan Tahun 2015-2017


PT PLN (Persero) dan PT Jambi Prima Coal

Dalam Jutaan Rupiah

Nilai Penjualan Nilai Penjualan Nilai Penjualan


Tahun PT PLN (Persero) PT Jambi Prima Coal Gabungan
(Rp) (Rp) (Rp)
2015 217.346.990 197.568 217.544.558
2016 222.821.956 96.987 222.918.943
2017 255.295.243 45.811 255.341.054

5.11. Bahwa Majelis Komisi berpendapat nilai aset gabungan


dan/atau nilai penjualan gabungan PT Jambi Prima Coal dan
PT PLN (Persero) pada butir 5.10 bagian Tentang Hukum telah
memenuhi batas minimal nilai aset gabungan dan/atau nilai
penjualan gabungan yang wajib diberitahukan kepada Komisi,
sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun
1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010; ---------------------------
5.12. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi berkesimpulan Terlapor
wajib melakukan pemberitahuan kepada Komisi, karena telah
memenuhi batas minimal nilai aset gabungan dan/atau nilai
penjualan gabungan yang wajib diberitahukan kepada Komisi
sebagaimana dimaksud pada butir 5.8 dan 5.9 bagian Tentang
Hukum; ----------------------------------------------------------------------
5.13. Bahwa implementasi ketentuan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun
1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010 telah dikuatkan
secara hukum berdasarkan yurisprudensi Putusan Mahkamah

- 80 -
Agung Republik Indonesia (selanjutnya disebut Putusan MA),
antara lain: ------------------------------------------------------------------

Tabel 12. Putusan MA

1. Putusan MA Nomor: 679K/Pdt.Sus-KPPU/2014


2. Putusan MA Nomor: 95K/Pdt.Sus-KPPU/2015
3. Putusan MA Nomor: 697K/Pdt.Sus-KPPU/2015
4. Putusan MA Nomor: 310K/Pdt.Sus-KPPU/2017
5. Putusan MA Nomor: 589K/Pdt.Sus-KPPU/2019

6. Tentang Keterlambatan Melakukan Pemberitahuan (Notifikasi)


Kepada Komisi -----------------------------------------------------------------------------
6.1. Tentang Kronologi Pengambilalihan Saham ---------------------------
6.1.1. Bahwa pengambilalihan saham PT Jambi Prima Coal
oleh PT PLN Batubara pada tanggal 06 November 2018
yang termaktub dalam Akta Nomor 27 tanggal
06 November 2018, PT Jambi Prima Coal
memberitahukan Perubahan Anggaran Dasar kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia (melalui Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum) (vide bukti C17); ----------------------------
6.1.2. Bahwa atas pemberitahuan perubahan anggaran dasar
tersebut, PT Jambi Prima Coal menerima surat
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran
Dasar Nomor AHU-AH.01.03-0271097 tertanggal
04 Desember 2018 dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (melalui Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum) (vide bukti C2); -------------
6.1.3. Bahwa transaksi pembelian saham PT Jambi Prima
Coal oleh Terlapor adalah sebanyak 822.000 (delapan
ratus dua puluh dua ribu) lembar saham dengan nilai
total transaksi pembelian saham adalah sebesar
Rp521.000.000.000,00 (lima ratus dua puluh satu
miliar rupiah) (vide bukti C22). -------------------------------
6.2. Tentang Kronologi Pemberitahuan (Notifikasi) kepada Komisi------
6.2.1. Bahwa Pasal 5 ayat (1) PP Nomor 57 Tahun 2010
mengatur mengenai waktu pemberitahuan dimana

- 81 -
Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha,
atau Pengambilalihan Saham perusahaan lain yang
berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya
melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan secara
tertulis kepada Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis
Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha,
Pengambilalihan Saham Perusahaan; ----------------------
6.2.2. Bahwa notifikasi atas Penggabungan, Peleburan, atau
Pengambilalihan Saham dan/atau Aset Perusahaan
kepada Komisi wajib dilakukan paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal Penggabungan, Peleburan,
dan Pengambilalihan Saham dan/atau Aset
Perusahaan berlaku efektif secara yuridis sebagaimana
diatur dalam Peraturan Komisi Nomor 3 Tahun 2019; --
6.2.3. Bahwa kewajiban pemberitahuan Penggabungan atau
Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan diatur dalam ketentuan Pasal 5 PP Nomor
57 Tahun 2010 selanjutnya ditegaskan kembali
berdasarkan Pasal 2 Peraturan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan
Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan
(selanjutnya disebut Peraturan Komisi Nomor 4 Tahun
2012) yang menyatakan: --------------------------------------
Pasal 2 -----------------------------------------------------------
(1) Badan usaha yang melakukan Penggabungan atau
Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan
Saham Perusahaan wajib menyampaikan
Pemberitahuan kepada Komisi paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak tanggal Penggabungan atau
Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan
Saham Perusahaan telah berlaku efektif secara
yuridis. -----------------------------------------------------
(2) Tanggal berlaku efektif secara yuridis
sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) adalah: ----
a. Untuk Badan Usaha yang berbentuk
Perseroan Terbatas, sesuai dengan ketentuan

- 82 -
dalam Pasal 133 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(“selanjutnya disebut UU Nomor 40 Tahun
2007”) pada bagian penjelasan adalah
tanggal: -----------------------------------------------
i. Persetujuan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia atas
perubahan Anggaran Dasar dalam hal
terjadi Penggabungan; ----------------------
ii. Pemberitahuan diterima Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia baik dalam hal terjadi
perubahan Anggaran Dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (3) UU Nomor 40 Tahun 2007
maupun yang tidak disertai perubahan
Anggaran Dasar; dan -----------------------
iii. Pengesahan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia atas
Akta Pendirian perseroan dalam hal
terjadi Peleburan. ----------------------------
b. Jika salah satu pihak yang melakukan
Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan adalah Perseroan Terbatas
dan pihak lain adalah perusahaan non-
Perseroan Terbatas, maka pemberitahuan
dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal ditandatanganinya pengesahan
Penggabungan, Peleburan dan
Pengambilalihan oleh para pihak. Adapun
tanggal pengesahan adalah tanggal efektif
suatu badan usaha bergabung atau melebur
dan beralihnya kepemilikan saham di
perusahaan yang diambil alih (closing date);
atau ---------------------------------------------------
c. Khusus untuk Pengambilalihan Saham yang
terjadi di bursa efek, maka pemberitahuan
dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal Surat Keterbukaan Informasi
Pengambilalihan Saham Perseroan Terbuka. ---

6.2.4. Bahwa berdasarkan fakta dalam kronologi


pengambilalihan saham pada butir 6.1 bagian Tentang
Hukum membuktikan Terlapor telah selesai
melakukan transaksi pengambilalihan saham pada
tanggal 06 November 2018 (vide bukti C17); --------------

- 83 -
6.2.5. Bahwa transaksi pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal oleh PT PLN Batubara telah mengakibatkan
PT PLN Batubara menjadi pengendali PT Jambi Prima
Coal (vide bukti B4 dan C17); --------------------------------
6.2.6. Bahwa oleh karena akuisisi tersebut dilakukan
terhadap Badan Usaha yang berbentuk Perseroan
Terbatas maka kewajiban pemberitahuan (notifikasi)
paling lambat dilakukan 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar
diterima Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia; --------------------------------------------
6.2.7. Bahwa PT Jambi Prima Coal menerima surat
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran
Dasar Nomor AHU-AH.01.03-0271097 tertanggal
04 Desember 2018 dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (melalui Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum) (vide bukti C2); -------------
6.2.8. Bahwa tanggal efektif yuridis pengambilalihan saham
PT Jambi Prima Coal adalah berdasarkan surat
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran
Dasar yaitu tanggal 04 Desember 2018 (vide bukti B3
dan C2); ----------------------------------------------------------
6.2.9. Bahwa hal ini dikuatkan dengan alat bukti Keterangan
Ahli dalam persidangan yang menyatakan bahwa
tanggal efektif yuridis dari perubahan atau peralihan
saham tersebut sejak diterbitkannya surat Penerimaan
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar. Sejak
terbitnya surat penerimaan yang dilaporkan kepada
Kementerian Hukum dan HAM (vide bukti B3); -----------
6.2.10. Bahwa Majelis Komisi menilai tanggal berlaku efektif
secara yuridis pengambilalihan saham PT Jambi Prima
Coal adalah pada tanggal 04 Desember 2018 yaitu
berdasarkan surat Penerimaan Pemberitahuan
Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (3) UU Nomor 40 Tahun 2007
maupun sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (2)

- 84 -
huruf a Peraturan Komisi Nomor 4 Tahun 2012 (vide
bukti B3 dan C2); ----------------------------------------------
6.2.11. Bahwa Terlapor wajib melakukan pemberitahuan
(notifikasi) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal berlaku efektif yuridis pengambilalihan saham
(04 Desember 2018) yaitu paling lambat pada tanggal
17 Januari 2019; -----------------------------------------------
6.2.12. Bahwa berdasarkan bukti dokumen terkait dengan
perhitungan tanggal efektif pengambilalihan saham
dan kewajiban notifikasi, Terlapor melakukan
pemberitahuan (notifikasi) pengambilalihan saham
kepada Komisi pada tanggal 06 Mei 2019 (vide bukti
C1); ---------------------------------------------------------------
6.2.13. Bahwa Majelis Komisi berpendapat Pemberitahuan
pengambilalihan saham PT Jambi Prima Coal oleh
Terlapor kepada Komisi yang seharusnya dilakukan
paling lambat pada tanggal 17 Januari 2019 akan
tetapi baru disampaikan oleh Terlapor pada tanggal
06 Mei 2019. Oleh karena itu, Terlapor telah terlambat
melakukan pemberitahuan (notifikasi) selama
71 (tujuh puluh satu) hari. Hal ini membuktikan
pemberitahuan yang dilakukan oleh Terlapor telah
lebih dari 30 (tiga puluh) hari. --------------------------------

7. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 jo.


Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010 --------------------------------------------------
7.1. Menimbang bahwa Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 dan Pasal
5 PP Nomor 57 Tahun 2010 adalah sebagaimana dimaksud pada
butir 2.2 bagian Tentang Hukum. ---------------------------------------
7.2. Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak
terjadinya pelanggaran Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 jo.
Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010, maka Majelis Komisi
mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut: ------------------
7.2.1. Unsur Badan Usaha atau Pelaku Usaha; ------------------
7.2.2. Unsur Pengambilalihan Saham; -----------------------------

- 85 -
7.2.3. Unsur Nilai Aset dan/atau Nilai Penjualan yang
Melebihi Jumlah Tertentu;------------------------------------
7.2.4. Unsur Wajib Memberitahukan Kepada Komisi
Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) Hari Sejak Tanggal
Pengambilalihan. -----------------------------------------------
7.3. Unsur Badan Usaha atau Pelaku Usaha -------------------------------
7.3.1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 5
UU Nomor 5 Tahun 1999, yang dimaksud dengan
pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam
bidang ekonomi; ------------------------------------------------
7.3.2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 6
PP Nomor 57 Tahun 2010, yang dimaksud dengan
badan usaha adalah perusahaan atau bentuk usaha,
baik yang berbentuk Badan Hukum maupun bukan
Badan Hukum, yang menjalankan suatu jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan
untuk memperoleh laba; --------------------------------------
7.3.3. Bahwa badan usaha atau pelaku usaha yang
dimaksud dalam perkara a quo adalah PT PLN
Batubara sebagaimana dimaksud pada butir 1 bagian
Tentang Hukum sehingga secara mutatis mutandis
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
penjelasan pemenuhan unsur ini; ---------------------------
7.3.4. Bahwa dengan demikian unsur badan usaha atau
pelaku usaha terpenuhi. -------------------------------------
7.4. Unsur Pengambilalihan Saham ------------------------------------------
7.4.1. Bahwa untuk membuktikan unsur pengambilalihan
saham, Majelis Komisi memperhatikan ketentuan
Pasal 28 UU Nomor 5 Tahun 1999; -------------------------
7.4.2. Bahwa Pasal 28 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1999
menyatakan “Pelaku usaha dilarang melakukan

- 86 -
pengambilalihan saham perusahaan lain apabila
tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat”; ------------------------------------------------------------
7.4.3. Bahwa pasal 28 ayat (3) menyatakan “Ketentuan lebih
lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan
usaha yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dan ketentuan mengenai pengambilalihan
saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) diatur dalam peraturan pemerintah”; --------------------
7.4.4. Bahwa peraturan pemerintah sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) UU Nomor 5 Tahun
1999 adalah PP Nomor 57 Tahun 2010 yang antara
lain mengatur mengenai pengambilalihan saham
badan usaha; ---------------------------------------------------
7.4.5. Bahwa yang dimaksud dengan pengambilalihan
berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) PP Nomor 57
Tahun 2010 adalah “perbuatan hukum yang dilakukan
oleh pelaku usaha untuk mengambil alih saham badan
usaha yang mengakibatkan beralihnya pengendalian
atas badan usaha tersebut”; ----------------------------------
7.4.6. Bahwa telah terjadi pengambilalihan saham PT Jambi
Prima Coal oleh Terlapor yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian pada tanggal 06 November
2018 sebagaimana diuraikan pada bagian Tentang
Hukum butir 6.1 Tentang Kronologi Pengambilalihan
Saham; -----------------------------------------------------------
7.4.7. Bahwa dengan demikian unsur pengambilalihan
saham terpenuhi. ----------------------------------------------
7.5. Unsur Nilai Aset dan/atau Nilai Penjualan yang Melebihi Jumlah
Tertentu----------------------------------------------------------------------
7.5.1. Bahwa berdasarkan pasal 29 ayat (2) UU Nomor 5
Tahun 1999, ketentuan tentang penetapan nilai aset
dan/atau nilai penjualan serta tata cara
pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah; ------------------------

- 87 -
7.5.2. Bahwa peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1999
adalah PP Nomor 57 Tahun 2010 yang antara lain
mengatur mengenai nilai aset dan/atau nilai
penjualan; ------------------------------------------------------------------
7.5.3. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1)
PP Nomor 57 Tahun 2010, pengambilalihan saham
perusahaan lain yang berakibat nilai aset dan/atau
nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib
diberitahukan secara tertulis kepada Komisi; --------------
7.5.4. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) PP Nomor 57 Tahun 2010 yang
menentukan nilai aset dan atau nilai penjualan
sebagaimana dimaksud pada butir 2.2.2 bagian
Tentang Hukum; -----------------------------------------------
7.5.5. Bahwa atas dasar nilai aset dan/atau nilai penjualan
sebagaimana uraian pada butir 5 bagian Tentang
Hukum membuktikan pengambilalihan saham
PT Jambi Prima Coal oleh Terlapor telah melebihi
batasan nilai aset Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun
lima ratus miliar rupiah) dan melebihi batasan nilai
penjualan Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah);
7.5.6. Bahwa dengan demikian unsur nilai aset dan/atau
nilai penjualan yang melebihi jumlah tertentu
terpenuhi. -------------------------------------------------------
7.6. Unsur Wajib Memberitahukan kepada Komisi Selambat-
Lambatnya 30 (tiga puluh) Hari Sejak Tanggal Pengambilalihan ---
7.6.1. Bahwa berdasarkan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999,
penggabungan atau peleburan badan usaha, atau
pengambilalihan saham yang dimaksud dalam
Pasal 28 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang berakibat nilai
aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah
tertentu, wajib diberitahukan kepada Komisi,
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan
tersebut; ---------------------------------------------------------

- 88 -
7.6.2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1)
PP Nomor 57 Tahun 2010 diatur bahwa pemberitahuan
Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha,
atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yang
berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya
melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan secara
tertulis kepada Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis
Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha,
atau Pengambilalihan saham perusahaan; ----------------
7.6.3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, maka
pemberitahuan wajib dilakukan secara tertulis paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak berlaku efektif secara
yuridis; -----------------------------------------------------------
7.6.4. Bahwa berdasarkan Pasal 133 UU Nomor 40
Tahun 2007, pemberitahuan pengambilalihan saham
PT Jambi Prima Coal oleh Terlapor telah berlaku efektif
secara yuridis sejak tanggal 04 Desember 2018
berdasarkan surat Penerimaan Pemberitahuan
Perubahan Anggaran Dasar PT Jambi Prima Coal dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia (melalui Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum) melalui surat Nomor AHU-AH.01.03-
0271097 tertanggal 04 Desember 2018 (vide bukti C2); -
7.6.5. Bahwa Terlapor wajib menyampaikan pemberitahuan
(notifikasi) pengambilalihan saham kepada Komisi
paling lambat pada tanggal 17 Januari 2019 namun
Terlapor baru menyampaikan kepada Komisi pada
tanggal 06 Mei 2019 (vide bukti C1); ------------------------
7.6.6. Bahwa oleh karena itu, Terlapor telah terlambat
melaksanakan kewajiban melakukan pemberitahuan
(notifikasi) pengambilalihan saham selama 71 (tujuh
puluh satu) hari. Hal ini membuktikan pemberitahuan
yang dilakukan oleh Terlapor telah lebih dari 30 (tiga
puluh) hari sebagaimana diuraikan pada bagian

- 89 -
Tentang Hukum butir 6 Tentang Keterlambatan
Melakukan Pemberitahuan (Notifikasi) Kepada Komisi; -
7.6.7. Bahwa dengan demikian unsur wajib memberitahukan
kepada Komisi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
terpenuhi. -------------------------------------------------------

8. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus ----------------


8.1. Menimbang bahwa sebelum memutus, Majelis Komisi
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: -------------------------
8.1.1. Bahwa berdasarkan Pasal 36 huruf l dan Pasal 47
ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1999, Komisi berwenang
menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU
Nomor 5 Tahun 1999; -----------------------------------------
8.1.2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan
Pasal 6 PP Nomor 57 Tahun 2010, pelaku usaha yang
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis melebihi
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal telah berlaku secara
efektif yuridis dikenakan sanksi berupa denda
administratif sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan
ketentuan denda administratif secara keseluruhan
paling tinggi sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh
lima miliar rupiah); ---------------------------------------------
8.1.3. Bahwa sebagaimana ketentuan Pasal 47 Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pedoman
Tindakan Administratif, denda merupakan usaha
untuk mengambil keuntungan yang didapatkan oleh
pelaku usaha yang dihasilkan dari tindakan anti
persaingan. Selain itu, denda juga ditujukan untuk
menjerakan pelaku usaha agar tidak melakukan
tindakan serupa atau ditiru oleh calon pelanggar
lainnya; ----------------------------------------------------------
8.1.4. Bahwa batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
berlaku efektif yuridis adalah tanggal 17 Januari 2019;

- 90 -
8.1.5. Bahwa dengan mengingat denda administratif
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap
hari keterlambatan sejak tanggal 17 Januari 2019 dan
fakta membuktikan Terlapor baru melakukan
pemberitahuan kepada Komisi pada tanggal
06 Mei 2019 sehingga Terlapor telah terlambat
melaksanakan kewajiban melakukan pemberitahuan
(notifikasi) pengambilalihan saham selama 71 (tujuh
puluh satu) hari, maka Terlapor dapat dikenakan denda
administratif secara keseluruhan paling tinggi
Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah). ----
8.2. Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan denda administratif,
Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang meringankan
Terlapor sebagai berikut: -------------------------------------------------
8.2.1. Bahwa tidak ada niat dan maksud dari Terlapor untuk
melanggar atau dengan sengaja dan sadar tidak
mematuhi peraturan yang berlaku. Hal ini dibuktikan
dengan kepatuhan Terlapor melaporkan
pemberitahuan (notifikasi) kepada Komisi terhadap
pengambilalihan (akuisisi) saham berikutnya; ------------
8.2.2. Bahwa Terlapor beritikad baik dan responsif setelah
menerima surat dari KPPU dan mengetahui adanya
kewajiban untuk melakukan pemberitahuan
(notifikasi) kepada KPPU yang dibuktikan dari
tindakan Terlapor yang segera melakukan
pemberitahuan secara tertulis kepada KPPU pada
tanggal 06 Mei 2019; ------------------------------------------
8.2.3. Bahwa Terlapor kooperatif dalam persidangan yang
dibuktikan dengan Terlapor selalu hadir dalam
persidangan dan menyerahkan dokumen yang diminta
oleh Majelis Komisi; --------------------------------------------
8.2.4. Bahwa Majelis Komisi menilai kegiatan
pengambilalihan (akuisisi) saham yang dilakukan
Terlapor tidak mengakibatkan perubahan struktur
pasar;-------------------------------------------------------------

- 91 -
8.2.5. Bahwa Terlapor menjalankan keputusan RUPS PT PLN
(Persero) sebagai Badan Usaha Induk Tertinggi untuk
melakukan kerja sama dengan PT Jambi Prima Coal
dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO), dan/atau
akuisisi saham, dan/atau mendirikan anak
perusahaan atau perusahaan patungan (joint venture
company/JVC) (vide bukti T4 dan T7); ---------------------
8.2.6. Bahwa Terlapor merupakan perusahaan penyedia
batubara untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Batubara yang termasuk dalam sektor
strategis guna mendukung pembangunan ekonomi
(vide bukti C18); ------------------------------------------------
8.2.7. Bahwa Terlapor dibentuk oleh PT PLN (Persero) sebagai
salah satu upaya strategis dalam rangka efisiensi
pengelolaan usaha penyediaan tenaga listrik dan
meningkatkan optimalisasi sistem kelistrikan untuk
memenuhi kebutuhan energi (listrik) masyarakat; -------
8.2.8. Bahwa Terlapor belum pernah dinyatakan bersalah
dalam Putusan yang berkekuatan hukum tetap
(inkracht) karena melanggar UU Nomor 5 Tahun 1999. -

9. Tentang Diktum Putusan dan Penutup -------------------------------------------


Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta, penilaian, analisis, dan
kesimpulan di atas, serta dengan mengingat Pasal 43 ayat (3)
UU Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 6 PP Nomor 57 Tahun 2010, Majelis
Komisi: --------------------------------------------------------------------------------

MEMUTUSKAN

1. Menyatakan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan


melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010; ---------------------
2. Menghukum Terlapor membayar denda Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan
Kerja KPPU melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan

- 92 -
425812 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Putusan ini
memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht); -----------------------------------
3. Memerintahkan Terlapor untuk melaporkan dan menyerahkan
salinan bukti pembayaran denda tersebut ke KPPU. ------------------------

Demikian putusan ini ditetapkan melalui Musyawarah Majelis Komisi


pada hari Senin, tanggal 16 Maret 2020 oleh Majelis Komisi yang terdiri
dari Ukay Karyadi, S.E., M.E. sebagai Ketua Majelis Komisi; Yudi
Hidayat, S.E., M.Si. dan Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D. masing-
masing sebagai Anggota Majelis Komisi dan dikirimkan melalui media
elektronik pada hari Selasa, tanggal 07 April 2020, dengan dibantu oleh
Febby Kristantri, S.Sos., M.E. dan Yanwar Rachmanto, S.H. masing-masing
sebagai Panitera.

Ketua Majelis Komisi,

ttd

Ukay Karyadi, S.E., M.E.

Anggota Majelis Komisi, Anggota Majelis Komisi,

ttd ttd

Yudi Hidayat, S.E., M.Si. Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D.

Panitera,

ttd ttd

Febby Kristantri, S.Sos., M.E. Yanwar Rachmanto, S.H.

- 93 -

Anda mungkin juga menyukai