Oleh :
KORNELIUS BAGASKORO WICAKSONO, S.H.
NIM. 11000120410119
Pembimbing :
Dr. Darminto Hartono Paulus, S.H., LL.M.
Pembimbing Peneliti
Dr. Darminto Hartono Paulis, S.H., LL.M. Kornelius Bagas Wicaksono, S.H.
NIP. 19600801 198902 1 001 NIM. 11000120410119
Mengetahui
Ketua Program Magister Hukum
Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
A. .................................................................................................... Latar
Belakang ............................................................................................ 1
B. .................................................................................................... Rum
C. .................................................................................................... Tujua
n Penelitian......................................................................................... 9
D. .................................................................................................... Manf
E...................................................................................................... Kera
F. ..................................................................................................... Meto
de Penelitian ...................................................................................... 18
a. ..................................................................................................... Siste
b. ..................................................................................................... Orisi
iii
A. .................................................................................................... Selay
1. ............................................................................................. Peng
2. ............................................................................................. Kons
ep Peran ........................................................................................ 31
3. ............................................................................................. Peran
4. ............................................................................................. Fakto
B. .................................................................................................... Pene
1. ............................................................................................. Tinja
2. ............................................................................................. Tinja
A. .................................................................................................... Kond
1. ............................................................................................. Siste
iv
2. ............................................................................................. Perm
3. ............................................................................................. Kesel
4. ............................................................................................. Peny
B. .................................................................................................... Fakto
C. .................................................................................................... Kons
Daftar Pustaka
Lampiran
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.5. Tabel Pelanggar Lalu Lintas Menurut Usai Korban ...................... 69
Tabel 3.6. Tabel Pelanggar Lalu Lintas Menurut Pendidikan Korban ............ 70
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
proses pembangunan. Salah satu bentuk penjaminan yaitu asuransi yang secara
negara kita ini semakin berkembang dalam berbagai bidang / sektor, baik proyek
yang didanai oleh APBN, APBD maupun luar negeri maka meningkat pula
hal pasar jaminan dan juga dalam upaya membangkitkan sikap “Insurance
masyarakat.
pembangunan negara ini timbulah sebuah produk asuransi yang bergulir dibidang
ini. Produk asuransi dan pemasarannya semakin beragam kompleksnya, hal ini
maupun pemegang polis atau tertanggung. Mengatasi hal itu terdapat aturan
1
Prof.Abdulkadir Muhammad,S.H, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2011), hlm. 5-12.
1
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang
dengan baik sehingga penerapan tata kelola yang baik (good governance),
manajemen risiko yang memadai, dan praktik-praktik asuransi yang sehat pada
ditingkatkan.
Sampai dengan abad XX ini produk surety bond dalam perkembagannya bagi
usaha jasa asuransi keuangan produk surety bond dapat menjadi hal yang tidak
diperhitungkan dan dipandang sebelah mata yang akan mendongkrak usaha dan
pendapatan premi. Lini usaha produk surety bond telah menjadi alternative yang
Hal ini terjadi terutama setelah pemerintah mengeluarkan payung hukum Perpres
Surety bond diartikan sebagai suatu bentuk perjanjian antara dua pihak yaitu
2
jaminan untuk pihak kontraktor atau pelaksana proyek (principal) untuk
kepentingan pemilik proyek (obligee). Bahwa apabila pihak yang dijamin yaitu
principal yang oleh suatu sebab lalai atau gagal melaksanakan kewajibannya
untuk membayar ganti rugi kepada obligee maksimum sampai jumlah yang
diberikan surety.2
Surety Bond merupakan salah satu produk yang dilahirkan oleh perusahaan
yakni baik didalam KUH Dagang, maupun Undang-Undang No.2 Tahun 1992
Surety bond dan bank garansi memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam
agunan senilai 100% dari nilai bank garansi yang dikeluarkan oleh pihak bank.
Dalam surety bond pihak asuransi tidak selalu mengharuskan pihak yang
agunan tidak diharuskan apabila menurut hasil analisa bahwa proyek yang
2
Dr.Amron, S.E, M.M, Manajemen Pemasaran SURETY BONDS, (Jakarta:Bumi Aksara,2013),
hlm. 1-4.
3
kemampuan dan kapasitas dianggap mampu untuk melaksanakan proyek
tersebut.3
agar principal sanggup mengganti sejumlah klaim yang telah dibayarkan melalui
didalam asuransi.
Seiring dengan kebijakan otonomi daerah, banyak muncul proyek baru yang
menawarkan produk surety bond ini, salah satunya PT.Jamkrida Jawa Tengah.
Terkait dengan proses penjaminan surety bond ini terdapat suatu proses dimana
ketika terjadi risiko dalam perjanjian surety bond ini maka PT Jamkrida Jawa
Tengah mengambil langkah untuk memenuhi perjanjian surety yang dalam hal ini
adalah memenuhi permintaan klaim dari obligee selaku pemilik proyek yang
dirugikan akibat dari wanprestasinya principal dalam perjanjian surety bond. Atas
klaim yang telah dibayarkan oleh Surety terhadap obligee, maka timbulah suatu
hak hukum surety pada perjanjian surety bond ini yaitu hak subrogasi.
3
Dr.Amron, S.E, M.M, Manajemen Pemasaran SURETY BONDS, (Jakarta:Bumi Aksara,2013),
hlm. 11-12.
4
Prof.R.Subekti,S.H, R.Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:Pradnya
Paramita,2004), Hlm 464.
4
Pelaksanaan Hak subrogasi pada dilandasi dengan Agreement atau SPKMGR
oleh surety dan principal, tanpa adanya agunan suatu apapun. Lantas terhadap
ini sebagai sarana penjaminan untuk mengikat para pihak dalam sebuah perjanjian
dan sarana pengembalian klaim pada proses subrogasi dalam rangka setelah
subrogasi pada perjanjian surety bond di PT Jamkrida Jawa Tengah tersebut. Oleh
karena itu peneliti dalam rangka penyusunan penulisan hukum akan membahas
B. Rumusan Permasalahan
Rumusan Permasalahan yang akan penulis kaji dalam penelitian hukum ini
dalam perjanjian surety bond? Terbayar Dan Tidak Terbayar Surety Dan
Principal.
C. Tujuan Penelitian
5
Suatu penelitian harus memiliki tujuan. Dengan adanya tujuan penelitian
maka penelitian tersebut akan menjadi terarah dan bermanfaat. Perumusan tujuan
yang muncul dalam penulisan hukum ini, sekaligus agar penulisan yang sedang
D. Manfaat Penelitian
tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan
1. Manfaat Teoritis:
sebagai bagian dari studi ilmu hukum yang merupakan salah satu
6
b. Sebagai penambah dan panduan untuk penelitian sejenis yang
a. Bagi Pemerintah
b. Bagi Masyarakat
7
Untuk memberikan kontribusi pemikiran, khususnya mengenai
Jawa Tengah.
E. Sistematika Penulisan
Universitas Diponegoro. Tesis ini terbagi menjadi 5 (lima) bab, dimana masing-
masing bab terdapat keterkaitan antara satu dengan lainnya. Adapun gambaran
yang jelas mengenai tesis ini akan diuraikan dalam sistematika sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bab ini berisi uraian tentang pendahuluan, yang dirinci dalam beberapa sub
Bab ini berisi uraian tentang Metode Penelitian, yang dirinci dalam
8
Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses
Klaim dan Subrogasi pada perjanjian Surety Bond oleh PT Jamkrida Jawa
Bab V. Penutup
Bab ini akan ditarik suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian serta memberi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
satu pihak berjanji kepada seorang atau pihak lain atau dimana dua orang
atau dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Pasal
suatu perikatan antara dua orang atau dua pihak yang membuatnya.
dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk
5
Ahmad Busro, Hukum Perikatan Berdasar Buku III KUH Perdata, Pohon
Cahaya, Yogyakarta, 2017, hlm. 66
10
memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk
kekayaan antara dua orang (persoon) atau lebih, yang memberi hak pada
satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.6
c. Adanya prestasi
2. Jenis-Jenis Perjanjian
6
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II, Alumni, Bandung, 1986, hlm.6
7
Ahmad Busro, Hukum Perikatan Berdasar Buku III KUH Perdata, Pohon Cahaya,
Yogyakarta, 2017, hlm. 70.
11
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan
jual beli.
prestasi dari pihak yang lain dan antara kedua prestasi itu ada
12
yang paling banyak terjadi sehari-hari . Perjanjian khusus
autonomie.
f. Perjanjian Obligator.
3. Asas-Asas Perjanjian
13
Dalam Pasal 1338 KUH Perdata disebutkan bahwa semua
kembali selama dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-
b Asas konsensualisme
8
I.G.Rai Widjaya,Merancang Suatu Kontrak:Contract Drafting Teori dan
Praktik, Kesaint Blanc, Jakarta, 2007, hlm.31
14
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 KUH
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH
itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak harus
15
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
4. Syarat-Syarat Perjanjian
mengenal empat unsur pokok yang harus ada agar suatu perbuatan
a. Syarat Subjektif
9
Ibid, Hal 37
16
1) Terjadinya kesepakatan secara bebas di antara para pihak
KUH Perdata.
KUH Perdata.
17
Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa, dimana para pihak
saling berjanji untuk melakukan atau melaksanakan sesuatu hal. Hal yang
akan dilaksanakan itu disebut prestasi. Inti dari suatu perjanjian adalah
bahwa para pihak harus melaksanakan apa yang telah disetujui atau
yang lain berhak meminta ganti rugi. Sedangkan yang dimaksud dengan
terdapat suatu kewajiban untuk memeuhi prestasi dan bila prestasi itu
yang dinamakan ingkar janji atau wanprestasi. Jadi debitur telah ingkar
10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Cet. II, Alumni, Bandung, 1986, hal. 156.
18
dijamin oleh undang-undang.11 Melihat macam-macam hal yang
apakah karena keadaan memaksa (overmacht) atau tidak. Bila ini terjadi
karena keadaan memaksa harus juga dilihat apakah keadaan itu memang
dahulu harus ditetapkan secara tegas dan cermat apa isinya, dengan
11
Ahmad Busro, Hukum Perikatan Berdasar Buku III KUH Perdata, Pohon Cahaya, Yogyakarta,
2017, hlm. 19
19
maka setiap perjanjian dilengkapi dengan aturan yang terdapat di dalam
debitor akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, yang
suatu usaha oleh satu orang untuk bertanggung jawab atas pembayaran
sejumlah hutang, atau kinerja yang pantas dari suatu kontrak atau tugas,
12
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Cet. Ke-6
RajaGrafindo Persada,Jakarta, 2012, hal. 5
20
oleh orang lain yang dirinya sendiri tetap bertanggung jawab untuk
a. Pengertian Penjamin
utama."
membayar."14
yaitu objek materiil dan objek formil. Objek materiil yaitu bahan
13
Joseph Story, Commentaries on the Law of Promissory Notes and Guaranties of Notes, and
Checks on Banks and Bankers, Boston, Little, Brown and Company. 1878, hal.614
14
Hon.William Houston Brown, on the Law of Debtors and Creditors, Part II .Collection of
Unsecured
Debt, Chapter 5.Extrajudicial Debt Collection
21
bagaimana subjek hukum dapat membebankan jaminannya pada
garansi bank.
15
Ibid, hal. 9
22
dapatmengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang
pembayaran sebagian.
kesatuan.
Surety bond adalah salah satu bentuk perjanjian tertulis antara tiga
23
Penyelesaian/pembayaran oleh Surety tidak akan menghilangkan kewajiban
Principal untuk membayar kembali kepada Surety sebesar nilai yang telah
mana satu orang memiliki melakukan kewajiban dan orang lain juga di
bawah kewajiban atau lainnya tugas untuk mewajibkan yang berhak tetapi
hanya satu kinerja, dan sebagai antara keduanya yang terikat, satu daripada
16
Amron, Manajemen Pemasaran SURETY BONDS, (Jakarta:Bumi Aksara,2013), hlm. 1-2
17
Hon.William Houston Brown, on the Law of Debtors and Creditors, Part II .Collection of
Unsecured Debt, Chapter 5.Extrajudicial Debt Collection
18
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Bentuk Jaminan (Surety-Bond, Fidelity Bond)
Dan Pertanggungan Kejahatan (Crime Insuranc), Liberty, Yogyakarta, 1986, hlm
53
24
diperjanjikan sebagai jaminan. Biasanya performance bond akan
bond
membayar semua upah buruh dan harga bangunan sesuai dengan isi
25
perjanjian atau kontrak sampai pada jumlah maksimum yang
diperjanjikan.
dalam kontrak.
adalah19:
diperjanjikan
19
Ibid, hal. 62
26
a. Kerugian yang diakibatkan oleh force majeur
jaminan.
obligee.
5. Klaim
kebenaran sesuatu.20
20
https://kbbi.web.id>klaim (diunduh tanggal 1 Februari 2022)
27
santunan kepada peserta yang sedang mengalami musibah.21
telah dibuat. Dengan kata lain, klaim adalah proses pengajuan oleh
6. Subrogasi
berbunyi:
21
Novi Puspitasari, Manajement Asuransi Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2015), 196
22
Nisrina Muthohari, Panduan Membeli dan Menjual Asuransi,(Yogyakarta: Buku Pintar, 2012),
14.
23
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya diTengah Asuransi
Konvesional (Jakarta: PT Elex media komputindo, 2006), 121.
24
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.Soebekti
dan R. Tjitrosudibio, cet.28, Jakarta: Pradnya Paramita, 1996, Ps 1400.
28
7. Terjadinya Subrogasi baik karena Perjanjian maupun Undang-
Undang.
adanya hak kreditur yang berpindah kepada pihak ketiga. Dalam hal ini
25
Ibid, Pasal 1401
29
ketiga dan pembayaran tersebut memenuhi unsur-unsur daripada salah
Perbedaan utama antara surety bonds dan bank garansi adalah surety
bonds sebagai produk asuransi yang lebih mengedepankan ganti rugi atau
yang lebih dikenal dengan nama conditional, yaitu pihak obligee diminta
klaim kepada surety. Hal ini berbeda dengan bank garansi yang lebih
mencairkan jaminan jika diminta oleh obligee. Dalam hal ini obligee
b. Bank lebih suka tidak terlihat lebih dalam konflik yang terjadi
26
Ibid, Pasal 1402
30
e. Penyelesaian pencairan jaminan bank garansi lebih bertindak
Perbedaan
Surety bond :
(deposit)
menanggung/tanggung renteng.
asuransi/reasuransi
jangka waktu
dipersyaratkan collateral.
31
k. Untuk meningkatkan kemampuan akseptasinya perusahaan
perjanjian kontrak.
Bank Garansi :
tambahan
32
i. Pada umumnya dalam penerbitan bank garansi dipersyaratkan full
collateral
unconditional/tanpa syarat.
garansi.
merinci kerugian yang akan diklaim pada surety. Bank garansi tetap
33
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Polis Asuransi :
asuransi
Surety Bonds
dan surety
b. Jaminan meliputi yang timbul dari luar juga dari dalam termasuk
moral
27
Amron, Manajemen Pemasaran SURETY BONDS, (Jakarta:Bumi Aksara,2013), hlm. 10-11.
34
d. Premi dianggap sebagai biaya jasa (service charge) dan bukan hal
berjalan
penalty.
atau wanprestasi.
35
yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan
Satuan.
36
h. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang
Barang/Jasa.
Seleksi/Penunjukan Langsung.
untuk dapat mengikuti lelang yang mana diantaranya company profile, tidak
masuk daftar hitam dan salah satunya yang menjadi objek pembahasan
akan dan dapat diikuti baik langsung maupun terpisah dengan Performance
Pemeliharaan.
37
Untuk memenuhi syarat agar dapat mengikuti lelang principal harus
program surety bond yang ada pada perusahaan penjaminan surety bond,
a. Bid Bond/Jaminan
38
tender dapat dijamin oleh Surety Company bila dikenakan sanksi karena
mengundurkan diri28
kontrak proyek itu sendiri yaitu antara 5% s/d 10% dari nilai proyek,
Jaminan Pelaksanaan.29
28
Htttps://sikapiuangmu.ojk.go.id/frontend/CMS/article/100
29
Loc.cit
39
Jaminan Pembayaran Uang Muka atau Advance Payment Bond
sebesar sisa uang muka yang belum dikembalikan (jumlah uang muka
prosentase tertentu dari nilai kontrak proyek itu sendiri, yaitu sebesar
20% dari nilai kontrak proyek, apabila pada saat jatuh tempo
40
muka yang telah diterimanya, maka Surety Company akan membayar
d. Maintenance Bond/Jaminan
30
Loc.cit
31
Loc.cit
41
PT. Jamkrida Jawa Tengah dengan menyertakan beberapa persyaratan
f) Nilai Kontrak
g) Nilai Jaminan
(Principal)
32
Hasil wawancara dengan Regina Renis Restianty, Legal Officer, 17 Maret 2020, Kantor PT.
Jamkrida Jawa Tengah
42
iii. Copy SIUP/SIJUK, TDP, SKT, PKP, NPWP,
Pekerjaan (Aanwijzing)
43
Purchase Order (PO)/ Letter Of Intent (LOI)/Work
Order (WO)
Order (WO).
Pekerjaan 100%.
Jamkrida Jawa Tengah guna untuk memutuskan uji kelayakan dari pada
a. Verifikasi Dokumen
44
PT. Jamkrida bekerja sama dengan berbagai pihak akan
sebagai perusahaan.33
c. Scoring
33
Loc.cit
34
Loc.cit
45
Setelah melakukan verifikasi dan peninjauan terhadap principal,
kepada principal dilihat dari data dan dokumen yang ada, serta
lain:36
1) Penjaminan Risiko
2) Direktur Operasional
3) Direktur Utama
f. Agreement
35
Loc.cit
36
Loc.cit
46
non collateral, karena patut dimaklumi bahwa secara prinsip surety
37
Loc.cit
47
kepada obligee termasuk biaya-biaya lain yang telah
berhubungan dengan
Surety Bond
a. Principal
38
Loc.cit
48
tangani untuk membayar ganti rugi kepada surety atas
yang diperjanjikan..
b. Obligee
disepakati.
c. Surety
telah diterbitkan.
49
2) Surety bertanggung jawab atas pembayaran klaim yang
kerugian negara.
50
E. Tinjauan Tentang PT Jamkrida Jawa Tengah
51
PT Jamkrida Jawa Tengah adalah Perusahaan Penjaminan yang didirikan
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 tahun 2014 yang
Liliana Tedjosaputro, SH, MH, MM dengan Akta Nomor 38 dan telah mendapat
pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Desember 2014. PT Jamkrida Jateng memperoleh Izin Usaha dari Otoritas Jasa
Di tahun 2018 Jamkrida Jateng telah mencapai kinerja yang positif dengan
Pendapatan IJP Bruto (Cash Basis) keseluruhan dari bisnis Penjaminan sebesar
termasuk penjaminan kredit, surety bond, custom bond, kontra bank garansi dan
Tengah. Melalui Sumber Daya yang handal dan profesional , Jamkrida Jateng
telah melayani dan menjamin lebih dari 236.670 Terjamin di Jawa Tengah.
Jamkrida Jateng adalah semua hal yang berkaitan tentang Penjaminan. Pada saat
52
kami sepakat dengan Anda, Kami akan memberlakukan Anda secara bijaksana
Pemerintah Daerah
Tengah
Pemerintah Kabupaten
Rp 550 Juta 0,38%
Temanggung
Pemerintah
Pemerintah
Rp 2 Milyar 1,38%
Kabupaten Demak
(OJK).
1) Tujuan Pendirian
39
www.jamkrida-jateng.co.id
53
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 2 tahun 2014
a. Surety Bond
c. Customs Bond
40
Loc.cit
54
3) Dasar Hukum PT. Jamkrida Jawa Tengah
4) Mekanisme Penjaminan
kasus42
41
Loc.cit
42
Loc.cit
55
5) Model Bisnis PT Jamkrida Jawa Tengah
Model bisnis penjaminan yang diterapkan oleh Jamkrida Jateng saat ini
penerima jaminan.
b. Penjaminan Langsung
calon debitur.43
43
Loc.cit
56
a. Penjaminan Kredit/Pinjaman/Pembiayaan : Bank Umum, BPR,
Guarantee.44
Obligee, dan Surety. Berikut ini merupakan penjelasan dari pihak pihak
a. Principal
i. New Principal
b. Obligee
44
Loc.cit
57
Pihak pemberi pekerjaan yang mengadakan perjanjian / kontrak
c. Surety
Obligee
Payment Bond/Penjaminan
Performance
Klaim
Service Charge
Principal Surety
Agreement
sesuai dengan apa yang dimohonkan oleh Obligee, dalam hal ini
58
bond tersebut dan juga dapat menerbitkan satu paket yang berarti
Pemeliharaan.
BAB III
anak, termasuk hak anak yang berkonflik dengan hukum sudah diatur oleh
Undang Undang Perlindungan Anak. Karena anak berbeda dengan orang dewasa
dan masih dalam proses perkembangan yang sangat perlu mendapat didikan yang
59
tepat, anak memiliki hak khusus yang harus didapatkan ketika melakukan
Hakikatnya anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai macam
tindakan yang menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang
kehidupan dan penghidupan. Anak harus dibantu oleh orang lain dalam
pelaksanaan peradilan pidana anak yang asing bagi dirinya. Anak perlu mendapat
sosial. Perlindungan anak dalam hal ini disebut perlindungan hukum/ yuridis
(legal protection).
penting bagi anak, memiliki peran utama dalam pembentukan kepribadian dan
perilaku anak. Dari orang tua lah anak mendapatkan contoh utama dalam
berperilaku. Sesuai teori social learning, anak akan melakukan proses modelling
perilaku dari orang tua. Seperti kata peribahasa asing, Like father like son, like
mother like daughter. Jika orang tua memberikan contoh berperilaku yang sopan,
hangat, dan perilaku baik lainnya, maka kemungkinan besar anak pun akan
memiliki perilaku yang sama. Begitupun jika orang tua memiliki perilaku yang
kasar, suka membentak, malas, dan perilaku buruk lainnya, maka kemungkinan
Ketika anak sudah terlibat tindak kriminal dan berkonflik dengan hukum,
maka orang tua tetap harus bisa memberikan dukungan moralnya kepada anak dan
60
tidak memberikan label negatif padanya. Untuk memberikan dukungan moral bagi
anak yang berkonflik dengan hukum, salah satu usaha langsung yang dapat
orang tua dengan anak sangat penting. Sesuai teori interaksionisme simbolik, jika
interaksi yang berlangsung antara orang tua dan anak baik, maka pemaknaan anak
terhadap orang tua pun akan positif, dan begitupun sebaliknya. Orang tua yang
memiliki komunikasi dan interaksi yang hangat dengan anaknya juga memberikan
keuntungan bagi orang tua agar bisa membangun komunikasi yang terbuka dan
mendeteksi sejak awal jika anak melakukan tindakan yang melanggar norma
nilai-nilai benar yang berlaku di masyarakat agar anak tidak bingung bagaimana
berperan penting dalam menjaga perilaku anak tetap dalam kewajaran norma. Jika
pengawasan dari orang tua dan keluarga terhadap anak lemah, maka hal ini dapat
menjadi salah satu penyebab anak melakukan tindakan kriminal, sehingga akan
Anak
perkara anak yang berhadapan dengan hukum, yang dimulai dengan tahap
61
mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak. Pada hakikatnya dalam
dilakukan oleh si pelaku tindak pidana tersebut berdasarkan asas yang berlaku
dalam Hukum Pidana yaitu Nullu Poena Sine Crimen (tiada pidana tanpa
pidana.
perlu menetapkan batas umur bagi anak untuk melindungi hak konstitusional
anak terutama hak terhadap perlindungan dan hak untuk tumbuh dan
berkembang. Hal yang perlu menjadi catatan adalah apakah usia 12 tahun
masih sesuai dengan perkembangan hukum pidana anak saat ini ataukah
62
pidana dan memprioritaskan penggunaan keadilan restoratif. Namun, Komite
kelalaian orang tua dalam melakukan pengawasan terhadap anak. Hal tersebut
dianggap masih dibawah ampuan atau tanggung jawab dari orang tua atau
wali. Melihat dari definisi anak dan ketentuan di Pasal 26 ayat (1) Undang-
harfiah bahwa kewajiban dan tanggung jawab orang tua dilakukan sampai
mengatur lebih jelas tentang batasan kewajiban orang tua kepada anaknya,
yaitu batasan kewajiban dan tanggung jawab orang tua sampai anak sudah
Umum No. 10 (2007) tentang hak-hak anak dalam peradilan anak, Komite
45
https:// www.voaindonesia.com/ a/ anak-indonesia-titipkan-suara-ke-komite-hak-anak-pbb-/
5179741.html diakses pada tanggal 25 Februari 2021 pada pukul 22.00 WIB
63
pertanggung jawaban anak perlu dilakukan melihat beberapa alasan yang
cukup kuat.46
Pasal 28B ayat (2) UUD 1945, usia 12 Tahun merupakan usia yang masih
masuk dalam kategori pendidikan dasar, yang juga merupakan titik penting
namun bukan berarti anak terhindar dari ancaman pidana, secara logis UU
pemenjaraan.
Anak (LPKA), namun yang harus menjadi catatan adalah kesiapan Indonesia
dari fakta saat ini saja Lapas Khusus anak hanya 19 lambaga tersebar hanya
dewasa. Keadaan buruk ini tentu saja menunjukkan ketidak mampuan negara
46
Ibid.
64
Keempat, perkembangan dunia Internasional saat ini mengacu pada
tahun di Austria, Jerman, Italy, Spanyol dan beberapa negara Eropa Tengah
Eropa Timur serta Usia 18 tahun di Belgia. Manfaat besarnya adalah investasi
terhadap pembinaan anak yang juga merupakan investasi masa depan bangsa.
dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang
menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.
Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah
anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18
orang lain. Dapat dilihat di dalam Asas pokok di dalam hukum pidana,
liability.47
47
Ibid, hal. 80
65
Indonesia yang semula diklaim sebagai penganut sistem hukum
eropa kontinental sebagai akibat dari bekas jajahan Belanda. Namun sejak
diakui dan hukum yang hidup di dalam masyarakat (living law) tersebut tentu
tidak terlepas dari keyakinan atau agama, sehingga hukum islam juga sangat
saja, tetapi juga harus ditujukan kepada anak-anak lain, supaya mereka
dikemudian hari tidak menjadi korban dari pelaku tindak pidana dan supaya
mereka tidak menjadi pelaku tindak pidana ,sedangkan bagi anak-anak yang
melakukan tindak pidana, harus juga ditujukan sebagai upaya mencegah anak
penasihat hukum, orang tua, bapas dan dalam suasana yang ramah anak. Dari
48
Ibid
49
Iskandar Kamil, Makalah Peradilan anak , Workshop dan Round Table Discussing tentang
Pedoman Diversi untuk Perlindungan Anak yang berhadapan dengan Hukum, Jakarta 1 Juni
2005 hal. 5.
66
segi hukuman yang telah dijatuhkan bervariasi dimana ada yang dijatuhi
tersebut sebahagian besar (hampir 100 persen) adalah tuntutan penjara atau
pidana bersyarat, hanya satu perkara saja tuntutan penuntut umum berupa
50
Yustiawati, wawancara pribadi di Kejaksaan Negeri Semarang tanggal 19 Februari 2021 pukul
10.00 WIB
51
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1992, hal.
109.
67
Pengadilan, Kejaksaan dan di tingkat Penyidikan, menegaskan bahwa
dewasa. Pakar hukum sudah mulai meninggalkan sistem peradilan anak yang
bersifat represif karena sistem tersebut gagal memperbaiki tingkah laku dan
disamping itu juga menjadi dorongan khususnya kepada orang tua yang
prilaku anak.
mengemban beralih ke orang tua dari si anak yang mempunyai posisi sebagai
misalnya seorang anak yang diduga telah melakukan tindak pidana. Tujuan
68
memberlakukan diversi pada kasus seorang anak antara lain adalah
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, antara lain seperti diatur dalam Pasal
adanya tanggung jawab orang tua atas tindak pidana anak. Pasal 8 ayat (1)
sendiri.
Tafsir Pasal ini tidak bisa lain dari bahwa tanpa melibatkan oang
tua/wali anak, diversi tidak akan terlaksana dengan baik dan lancar. Hal itu
bahkan kebutuhannya sendiri tanpa ada campur tangan dari orang tua/ wali
suatu masyarakat. Atas dasar itu, perlindungan anak harus diusahakan dalam
bidang hukum.
69
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pidana Anak mengatur tentang diversi yang berfungsi agar anak yang
peradilan.52
hal ini dapat diketahui bahwa tujuan dari diversi dalam Sistem Peradilan
pelaku kejahatan, orang tua atau walinya serta memerlukan kerja sama dan
52
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
53
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
70
bimbingan, pemulihan, serta ganti rugi kepada korban. Dan proses diversi
ketertiban umum.54
pemaksaan dan intimidasi pada semua tahap proses diversi. Seorang anak
keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya, kecuali untuk
tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana
tanpa korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum
provinsi setempat.
rangka diversi. Sebelum proses diversi dilakukan oleh hakim, hakim anak
diversi paling lama 7 hari setelah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri
54
Chairul Bariah, Mohd. Din, Mujibussalim Syiah Kuala Law Journal : Vol. 1, No.3 Desember
2017, hal. 79
55
Pasal 7 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
71
sebagai hakim (Pasal 52 ayat (2). Jika hakim belum melakukan proses diversi
terhitung 7 hari sejak ditetapkan sebagai hakim yang akan memeriksa perkara
anak, maka hakim tersebut terancam pidana penjara paling lama 2 tahun atau
yang merupakan Lex Specialis dari KUHP yaitu pada Pasal 1 angka (7) UU
No. 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak56 mengenal istilah
diupayakan diversi. Kata “wajib” tersebut dapat dipahami suatu hal yang
tidak dapat ditawar dan penekanan dari suatu hal yang harus dilaksanakan.
keluarga pelaku/ korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama
56
Pasal 1 angka (7) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
57
Pasal 5 ayat (3)Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
72
mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada
Pidana Anak dimungkin adanya diversi. Diversi diperjelas pada Pasal 1 angka
perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
Pidana Anak antara lain mengenai penempatan anak yang menjalani proses
pelaku kejahatan, orang tua atau walinya serta memerlukan kerja sama dan
bimbingan, pemulihan, serta ganti rugi kepada korban. Proses Diversi wajib
73
individu anak. Pertama; anak tetap dapat berkomunikasi dengan
dari dampak negatif penerapan pidana. Diversi juga mempunuai esensi tetap
menjamin anak tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun mental.
Dengan demikian maka juga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya diversi
proses Diversi, yaitu semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana
74
Sistem Peradilan Pidana Anak bertujuan untuk mencapai perdamaian antara
anak sebagai miniatur orang dewasa, dan anak-anak yang melanggar lebih banyak
dipandang sebagai pelaku dari pada sebagai pribadi yang memiliki hak-hak asasi
manusia.58 Oleh karena itu dalam penanganan kasus anak yang melakukan tindak
pidana bahwa dari sejak awal penyelidikan dan penyidikan petugas Bapas (Balai
termasuk kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan anak berada disamping
informasi tentang tindak pidana yang dilakukan oleh anak, semua tercantum
dalam Litmas dalam hal ini yang membuatnya adalah petugas Bapas.
pidana yang sampai ke pengadilan menjadi berkurang. Dengan kata lain tidak ada
hubungan korelasi dengan tujuan pemidanaan membuat jera orang lain sehingga
dikatakan bahwa pidana belum menjadi pelajaran bagi anak-anak lain untuk tidak
58
Suhariyono AR, Sistem Peradilan Pidana Anak, Majalah Pledoi Media Komunikasi
Transformasi Hak Anak , Tahun 2016. hal. 16
75
2.1. Orang Tua sebagai Penanggungjawab Perbuatan Hukum yang
namun juga kebijakan yang berkaitan dengan struktur dan budaya hukum
59
Kusnu Goesniadhie, Harmonisasi Hukum Dalam Perspektif Perundang-Undangan (Lex
Spesialis Suatu Masalah), Surabaya: JP Books, 2006, hal. 72.
60
Ahmad Bahiej, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. (Telaah atas Rancangan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia), Makalah ini disampaikan pada kajian rutin Pusat
Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH) Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tanggal 29 Desember 2003.
61
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum
Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hal. 133
76
Sudarto, pembaharuan hukum pidana yang menyeluruh itu harus meliputi
pelaksanaan pidana.
stimulus negatif itu muncul, anak akan mengadopsi dan meniru perilaku itu
rawan tawuran, atau bahkan karena memang pola pengasuhan orang tua
yang salah.
lingkungannya juga sangat besar. Ketika anak sudah terlibat tindak kriminal
dan berkonflik dengan hukum, maka orang tua tetap harus bisa memberikan
dengan hukum, salah satu usaha langsung yang dapat dilakukan orangtua
62
Sarwini. Kenakalan Anak (Juvenile Deliquency): Kausalitas dan Upaya Penanggulangannya.
Perspektif, 2011. hal. 244-251
77
yang berlangsung antara orang tua dan anak baik, maka pemaknaan anak
dengan anaknya juga memberikan keun-tungan bagi orang tua agar bisa
membangun komunikasi yang terbuka dan mendeteksi sejak awal jika anak
pengawasan orang tua terhadap anak juga berperan penting dalam menjaga
perilaku anak tetap dalam kewajaran norma. Jika pengawasan dari orang tua
dan keluarga terhadap anak lemah, maka hal ini dapat menjadi salah satu
cara yang yang lebih tidak menekan atau restriktif untuk menangani
suatu perubahan pola pikir mengenai anak yang melakukan tindak pidana,
anak tersebut harus selalu diposisikan sebagai korban dan bukan pelaku
63
Marlina. Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung : PT Refika Aditama. 2009. Hal. 41
78
masalah ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan mereka berada.64
matang, disamping itu juga berbuatnya seorang anak merupakan akibat dari
dilaksanakan.
dikarenakan posisi anak bukan sebagai subjek dalam proses dan tidak
walaupun secara nyata ia telah melakukan tindak pidana, namun tidak dapat
dapat dianalisir sebagai kesalahan dari orang tuanya baik karena kelalaian
atau kesengajaan, oleh karena itu dalam hal ini posisi anak sebagai korban.
64
Ira M.Schwartz dan laura Preiser. Diversion and Juvenile Justice: Can We Ever Get It Right?
“dalam Restorative Justice on Trial : Pitfalls and Potentials of Victim Offender Mediation
International Research Perspectives , eds Messmer,H dan Otto, H.U, Kluwer Academic
ublischers, Dordrecht, 1992, hal 281.
79
dalam hal ini adalah korban dari kelalaian orang tuanya yang menyebabkan
orang tua juga ikut bertanggung jawab atas tindak pidana yang telah
dilakukan anaknya.
kekuasaan tidak terbatas pada jabatan negeri bisa juga kekuasaan antara
bapak dan anak, majikan dan buruh, saat mana orang tua menyalah gunakan
pada uraian diatas anak musisi Ahmad Dhani yang mengendarai kendaraan
Posisi orang tua seperti pada dua contoh kasus diatas dapat
80
pidana yang dilakukan anaknya, maka konsekuensinya orang tua juga
dilakukan oleh anak, yang mengindikasikan orang tua sebagai turut serta
konsteks pada lazimnya posisi orang tua saat anak melakukan tindak pidana
adalah Pasal 56 ayat (2) yakni berupa memberi kesempatan, sarana dan
keterangan dan Pasal 57 ayat (3) dan (4) KUHP,65 yakni pidana tambahan
hal keterlibatan orang tua kepada penyertaan atau perbantuan tindak pidana
belum dapat dipastikan anak yang melakukan tindak pidana tersebut benar-
kepada konteks awal, bahwa anak sebagai korban dari kelalaian orang
65
Pasal 56 ayat (2) dan Pasal 57 ayat (3) dan (4) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
81
kepada orang tua karena anak juga dibawah penguasaan orang tuanya.
1. Kemiskinan
2. Pergaulan bebas
4. Permasalahan keluarga
anak melakukan tindak pidana adalah faktor ekonomi. Lebih lanjut Jaksa
sehingga orang tua sibuk bekerja dan tidak ada yang mengontrol pergaulan
anak-anak dengan siapa anak berteman, berapa jam anak diluar rumah,
kapan anak pulang kerumah, bagaimana keadaan anak ketika keluar dan
66
Yustiawati, wawancara pribadi di Kejaksaan Negeri Semarang tanggal 19 Februari 2021 pukul
10.00 WIB
67
Yustiawati, wawancara pribadi di Kejaksaan Negeri Semarang tanggal 19 Februari 2021 pukul
10.00 WIB
82
merupakan kelalaian dari orang tua dalam mengawasi anak sehingga anak
hukum.
Seperti yang dikemukakan oleh Jaksa Yustiawati bahwa, “Ya, karena dari
pelaku tindak pidana anak adalah para orang tua tidak optimal dalam
sehingga mereka tidak tahu apa yang dilakukan anak dan mereka orang tua
baru tahu setelah anak berhadapan dengan hukum dan ditangani oleh pihak
berwajib.”68
2012 tentang SPPA, peran orang tua hanya ditempatkan sebatas pada
sang anak adalah satu-satunya pesakitan merupakan sebuah ide yang sangat
68
Yustiawati, wawancara pribadi di Kejaksaan Negeri Semarang tanggal 19 Februari 2021 pukul
10.00 WIB
69
Yustiawati, wawancara pribadi di Kejaksaan Negeri Semarang tanggal 19 Februari 2021 pukul
10.00 WIB
83
Yustiawati menampakkan bahwa pengimplementasian UU No.11 Tahun
2012 tentang SPPA yang menegaskan bahwa orang tua hanya sekedar
pun sering diabaikan oleh orang tua. Hal tersebut seperti yang diungkapkan
oleh beliau bahwa, “dalam kenyataan, orang tua pun sekedar melakukan
mutlak bahwa ketika seorang anak melakukan tindak pidana, maka ide yang
anak seorang. Orang tua yang dalam hal ini harusnya juga berkontribusi
dalam kesalahan yang dilakukan oleh sang anak, dianggap tidak mempunyai
dengan ide bahwa sang anak masih dalam ampuan dari orang tua, dan orang
tua juga bertanggung jawab dalam segala tindakan hukum dari sang anak.
hanya menjadi tanggung jawab si anak dan negara saja, namun tanggung
70
Yustiawati, wawancara pribadi di Kejaksaan Negeri Semarang tanggal 19 Februari 2021 pukul
10.00 WIB
84
the first guardian of the child. Bahkan ketika si anak telah menyelesaikan
terjadi pengulangan tindak pidana yang dilakukan si anak tersebut. Hal itu
diperkuat oleh Jaksa Yustiawati yang menyatakan bahwa, “Sampai saat ini
pidana.”
matang, disamping itu juga berbuatnya seorang anak merupakan akibat dari
dilaksanakan.
dikarenakan posisi anak bukan sebagai subjek dalam proses dan tidak
85
memenuhi unsur dari suatu kesalahan dalam konteks hukum pidana
walaupun secara nyata ia telah melakukan tindak pidana, namun tidak dapat
atau kesengajaan, oleh karena itu dalam hal ini posisi anak sebagai korban.
dalam hal ini adalah korban dari kelalaian orang tuanya yang menyebabkan
hukum pidana menyebutkan orang yang melakukan tindak pidana lah yang
orang tua juga ikut bertanggung jawab atas tindak pidana yang telah
dilakukan anaknya.
konsteks pada lazimnya posisi orangtua saat anak melakukan tindak pidana
adalah Pasal 56 ayat (2) yakni berupa memberi kesempatan, sarana dan
keterangan dan Pasal 57 ayat (3) dan (4) KUHP, yakni pidana tambahan
86
hal keterlibatan orangtua kepada penyertaan atau perbantuan tindak pidana
belum dapat dipastikan anak yang melakukan tindak pidana tersebut benar-
kepada konteks awal, bahwa anak sebagai korban dari kelalaian orang
kepada orang tua karena anak juga dibawah penguasaan orang tuanya.
2.2. Vicarious Liability kepada Orang Tua dari Anak yang Melakukan
Tindak Pidana
harus terdapat dua syarat, yakni adanya hubungan kerja dan tindakan itu
71
Wahyudi, Setya. Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia. Yogyakarta : Genta Publishing. 2011. Hal. 41
87
Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan
secara garis besar bahwa perlindungan terhadap anak, dimana orang tua
anak.
jawab untuk :
minatnya;
pada Anak.
88
Dari Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) tersebut orang tua atau
Pengganti) bagi orang tua terhadap anak yang melakukan tindak pidana
89
"pintu" maaf bagi anak.
bahwa apa yang dilakukannya telah menimbulkan beban pada orang lain.
penting dan utama dalam pembentukan moral dan tingkah laku yang
dilakukan oleh anak. Dengan demikian orang tua akan lebih bisa
kewajiban orang tua terhadap anak yang menyebabkan anak dalam posisi
dilihat semata-mata sebagai “pintu” maaf bagi anak. Kesadaran anak perlu
90
Pertanggungjawaban vicarious liability jarang diterapkan dalam
yakni adanya hubungan kerja dan tindakan itu masih dalam ruang lingkup
korporasi.
pidana yang dibebankan kepada seseorang atas perbuatan orang lain (the
pertangung-jawaban dimana orang tua atau wali dari anak yang terlibat
jawaban bagi anak yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana,
91
kelalaian orang tuanya sehingga wajar jika orang tuanya harus
Dengan demikian ketika anak teraniaya secara sosial oleh karena misalnya
mereka.
vicarious liability terhadap orang tua atau wali anak yang sedang berkonflik
perbuatan orang lain), diharapkan para orang tua atau wali tidak akan
orang tua atau wali terhadap anak yang melakukan tindak pidana sangat
Indonesia.
Suatu hukum yang baik setidaknya harus memenuhi tiga hal pokok
yang sangat prinsipil yang hendak dicapai, yaitu : Keadilan, Kepastian dan
Kemanfaatan. Setelah dilihat dan ditelaah dari ketiga sisi yang menunjang
92
sebagai landasan dalam mencapai tujuan hukum yang diharapkan. Maka
jelaslah ketiga hal tersebut berhubungan erat agar menjadikan hukum, baik
dalam artian formil yang sempit maupun dalam arti materil yang luas,
sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para
Tetapi jika ketiga hal tersebut dikaitkan dengan kenyataan yang ada
seimbang.
meminta korporasi bertanggung jawab secara pidana dan doktrin ini sering
digunakan oleh negara Amerika Serikat. Menurut doktrin ini, bila seorang
93
seluruh stafnya dan berdasarkan itu, korporasi harus dimintai
tersebut mampu melakukan perbuatan jahat. Ide dasar doktrin ini ada karena
sebagai agen yang melakukan kesalahan yang bertindak melalui staf mereka
dan pekerja, dan mens reanya dapat ditemukan dalam praktek dan kebijakan
korporasi.
pelaku tindak pidana, tetapi secara konseptual, oleh karena anak sebagai
94
sebagai pelaku melakukan tindak pidana, selain kualifikasinya sebagai
perlakuan terhadap anak sebagai pelaku (tindak pidana) dan sebagai korban
penjahat.
95
Salah satu bentuk pertanggungjawaban pidana yang prospektif
tindak pidana bukanlah si pelaku tindak pidana saja (sesuai ajaran personal
pidana beralih dari pelaku (anak) kepada orang tua atau wali dalam hal
orang tua atau wali telah melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
yang tepat dapat diterapkan bagi orang tua atau walinya, mengingat orang
lainnya.
96
Formulasi Pasal 66 konsep rancangan KUHP tetap
sanksi alternatif (alternatif sanction) yaitu pidana denda sebagai salah satu
pemidanaan dan relevan ditetapkan sebagai salah satu jenis pidana (pokok)
1) Pengaruh pencegahan
(prevensi khusus).
97
memperhatikan posisi dan peran orang tua sebagai tumpuan hidup bagi
keberadaan orang tua sehingga sangat tepatlah apabila sanksi pidana yang
dapat diterapkan adalah sanksi pidana ringan yang salah satunya berupa
sanksi pidana denda. Tindakan dikembalikan kepada orang tua juga menjadi
hukumannya tidak lebih dari tujuh tahun. Kedua, tindakan yang dilakukan
pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban dan nilai
kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat.
Alasan orang tua/ wali yang dibebankan pidana atas tindakan yang
rugi dalam hal diversi. Sehingga dapat menjadi saran kepada pihak terkait
untuk membuat pengaturan lebih lanjut dan secara tegas dalam undang-
98
terhadap tindak pidana anak yang pertanggungjawabannya dialihkan kepada
orang tua atau wali yang mengasuhnya. Sehingga penerapan sanksi pidana
jawabkan oleh anak tersebut, melainkan juga orang tua atau wali selaku
melibatkan orang tua sebagai penanggung jawab tentu saja perlu diimbangi
orang tua dan anak telah benar memahami dan menyadari kesalahan dan
kelalaian akibat tindak pidana yang diperbuat. Perlu dibuat suatu lembaga
Dinas Sosial. Peran Bapas di sini tentu sesuai tugas dan fungsinya. Fungsi
72
Indah Sri Utari, wawancara pribadi di Universitas Negeri Semarang tanggal 30 Maret 2021
pukul 15.30 WIB
99
penanganan anak yang berhadapan dengan hukum bisa dilaksanakan.
anak.
” anak merupakan amanah dan karunia tuhan yang maha esa. Yang mana
memiliki peran strategis dan mempunyai ciri serta sifat khusus. Sifat yang
diskriminasi, ” tambahnya.73
Undang atau peraturan yang berkaitan dengan pidana anak, tentunya hal
73
Ibid.
100
tersebut juga dibarengi dengan pembinaan pada sang anak itu sendiri agar
restorative justice.
pembaharuan hukum pidana pada penulisan hukum ini. Hal tersebut dapat
Liability khususnya dalam tindak pidana anak. Orang tua diharapkan harus
dalam bentuk apapun kepada anak dibawah umur yang dapat menyebabkan
secara tegas pada penerapan doktrin ini agar tidak menimbulkan multitafsir
dan ketidak adilan pada pihak-pihak yang dirugikan akibat tidak adanya
101
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pertangungjawaban orang tua atau wali terhadap tindak pidana yang dilakukan
oleh anak secara legalitas formal belum ada undang-undang yang mengaturnya,
Pidana Anak baru mengatur pertangungjawaban orang tua dalam bentuk ganti
102
rugi dalam hal diversi.
anak, maka perlu penambahan pengaturan terhadap tindak pidana yang bersifat
ringan yang dapat dikenakan terhadap anak maupun orang tua berdasarkan asas
strict liability yang hanya memberikan efek jera kepada anak dan dapat
pidana juga menjadi salah satu faktor dalam upaya melakukan suatu
2. Asas vicarious liability dapat diterapkan terhadap orang tua atau wali, atas
tindak pidana yang dilakukan oleh anak dalam konteks bentuk pengalihan
tindak pidana, berdasarkan tujuan hukum itu sendiri yaitu keadilan, kepastian
103
Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan
kepada orang tua atau wali berdasarkan asas vicarious liability namun hanya
tindak pidana tertentu yaitu tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa
korban dan nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi
setempat sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (2) dan Pasal 9 ayat (2)
anak dimasa mendatang, selama dapat diterima sepenuhnya sebagai salah satu
yang berkaitan dengan pidana anak, tentunya hal tersebut juga dibarengi
104
dengan pembinaan pada sang anak itu sendiri agar tidak mengulangi
Saran
liability terhadap orang tua atau wali atas tindak pidana yang dilakukan anak.
untuk dapat melakukan pengawasan terhadap orang tua dari ABH sehingga
penerapan sanksi pidana yang dilakukan oleh anak tidak hanya anak yang
bertanggungjawab melainkan juga orang tua atau wali selaku pendidik moral
dalam tindak pidana anak. Kepada orang tua diharapkan harus selalu waspada
apapun kepada anak dibawah umur yang dapat menyebabkan kerugian pada
orang lain. Kepada pemerintah, disarankan agar memberi batasan secara tegas
pada penerapan doktrin ini agar tidak menimbulkan multitafsir dan ketidak
adilan pada pihak-pihak yang dirugikan akibat tidak adanya sanksi yang jelas
105
DAFTAR PUSTAKA
Buku
106
Admaja Priyatno, Kebijakan Legislasi Tentang Sistem Pertanggungjawaban
Pidana Koorporasi Di Indonesia, CV. Utomo, Bandung, 2004
Bismar Siregar, dkk, Hukum dan Hak-Hak Anak, Jakarta, Jakarta:Rajawali, 1998
Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana Prenada
Media, Jakarta, 2006
E. St. Harahap, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Fella Eka Febriana, Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Kenakalan Remaja
(Studi Deskriptif di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember). Jember: Universitas Jember, 2016
Ira M.Schwartz and laura Preiser. Diversion and Juvenile Justice: Can We Ever
Get It Right? Kluwer Academic ublischers, Dordrecht, 1991
107
M. Imron Pohan. Psikologi Untuk Membimbing. Bandung: CV ilmu,1986
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2005, Cet Ke-1
Messmer,H and Otto, H.U. Restorative Justice on Trial : Pitfalls and Potentials of
Victim Offender Mediation International Research Perspectives, Kluwer
Academic ublischers, Dordrecht, 1992
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung:
Alumni, 1992
Rusli Muhamad, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, UII Press Jogyakarta 2011
Sholeh Soeaidy dan Zulkhair, Dasar Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: CV.
Novindo Pustaka Mandiri, 2001
108
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2009
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana ,edisi revisi cet , Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada , 2012
Jurnal
Aditya Wisnu Mulyadi dan Ida Bagus Ray Djaya, Penerapan Sanksi yang
Berkeadilan Terhadap Anak Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Jurnal Kertha Wicara, Vol. 2
No.1 edisi Februari 2013
Chairul Bariah, Mohd. Din, Mujibussalim Syiah Kuala Law Journal : Vol. 1, No.3
Desember 2017
109
Elly Sudarti, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Proses Adjudikasi,
Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 2 tahun 2011
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Ruang Lingkup Penegakan Hukum Pidana
dalam Konteks Politik Kriminal (Makalah Seminar Kriminologi FH
UNDIP Semarang tgl 11 November 1986)
Noeke Sri Wardhani, Penerapan Pidana Alternatif Bagi Anak Pelaku Tindak
Pidana di PN Bengkulu, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol. V No.11
Agustus 2009
Peraturan
110
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Internet
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt522dd6efdb3fa/pakar-tanggung-
jawab-pidana-tak-bisa-dialihkan
111