Anda di halaman 1dari 75

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hidayahNya
sehingga modul praktikum mata kuliah Praktikum Hukum ini dapat terwujud. Modul ini
disusun agar dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan dan
keterampilan dasar yang telah dimiliki melalui mata kuliah pendukung yang telah
dipelajari sebelumnya.
Modul praktikum ini merupakan salah satu instrumen pelengkap proses belajar
mengajar khususnya pada mata kuliah praktikum hukum, sebagai salah satu langkah
perbaikan proses belajar mengajar dalam rangka menyelenggarakan program
pendidikan tinggi hukum di Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang yang
berkualitas dengan memadukan penguasaan teori/akademik dengan praktek, demi
menghasikan lulusan yang profesional baik sebagai praktisi maupun akademisi di
bidang hukum.
Modul ini dapat membantu mahasiswa untuk belajar secara mandiri sesuai
dengan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) masing-masing mata kuliah praktikum hukum
yang terperinci, dan dinamis sesuai dengan perkembangan kemajuan keilmuan. Selain
bagi mahasiswa, modul ini juga dipergunakan dosen sebagai petunjuk/pedoman
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sehingga modul praktikum hukum ini dapat
bermanfaat dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan membantu
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum yang sesuai dengan perkembangan dunia
peradilan di Indonesia.

Kepala Laboratorium Hukum


Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang

Wika Yudha Shanty, A.Md., S.H., M.Hum.

i
ii
ii
DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………………………………………………………... . i
Kata Pengantar ............................................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................................... iii
1. Pokok Bahasan 1: Pengertian dan Jenis-Jenis Perselisihan Hubungan Industrial
1.1. Pengertian .................................................................................................................... 5
1.2. Perselisihan Hak ......................................................................................................... 5
1.3. Perselisihan Kepentingan ........................................................................................ 6
1.4. Perselisihan PHK ……………………………………………………………………………. 6
1.5. Perselisihan SP Hanya dalam Satu Perusahaan ………………………………. . 6
2. Pokok Bahasan 2: Penyelesaian Perselisihan di Tingkat Perusahaan (Bipartit)
2.1. Penyelesaian Bipartit ................................................................................................ 8
2.2. Surat-Surat yang Terkait .......................................................................................... 10
3. Pokok Bahasan 3: Membuat Perjanjian Bersama
3.1. Perjanjian Bersama .................................................................................................... 17
3.2. Contoh Perjanjian Bersama .................................................................................... 18
4. Pokok Bahasan 4: Penyelesaian Perselisihan Melalui Mediasi
4.1. Penyelesaian Melalui Mediasi ................................................................................ 19
4.2. Surat-Surat yang Terkait .......................................................................................... 20
5. Pokok Bahasan 5: Penyelesaian Perselisihan Melalui Konsiliasi
5.1. Penyelesaian Melalui Konsiliasi ............................................................................ 29
5.2. Surat-Surat Terkait .................................................................................................... 30
6. Pokok Bahasan 6: Penyelesaian Perselisihan Melalui Arbitrase
6.1. Penyelesaian Melalui Arbitrase ............................................................................. 39
6.2. Surat-Surat yang Terkait …………………………………………………………………. 42
7. Pokok Bahasan 7: Penyelesaian Perselisihan Melalui Pengadilan Hub. Industrial
7.1. Penyelesaian Melalui PHI ........................................................................................ 53
7.2. Surat Kuasa Khusus ……………………………………………………………………….. 57
7.3. Surat Gugatan ………………………………………………………………………………… 59
7.4. Jawaban Gugatan …………………………………………………………………………… 64

Daftar Pustaka

iii
iii
iv
1. Identitas Mata Kuliah:

a. Mata Kuliah : HUKUM ACARA DAN PRAKTEK PHI

b. Kode :

c. SKS : 2

d. Semester : V

e. MK Prasyarat : Hukum Ketenagakerjaan

2. Deskripsi Mata Kuliah

Hukum Acara dan Praktek Peradilan Hubungan Industrial ini merupakan bagian dari
hukum positif sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 2 tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Mata kuliah Hukum Acara dan Praktek
Peradilan Hubungan Industrial ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengerti konsep
yuridis Peradilan Hubungan Industrial dan mampu menjelaskan dan mempraktekkan
mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang terjadi antara tenaga
kerja/ pekerja dengan pengusaha, baik penyelesaian secara non litigasi maupun
penyelesaian secara litigasi. Untuk mencapai tujuan yang maksimal maka mata kuliah ini
diawali dengan memberikan pengertian dan jenis perselisihan hubungan industrial,
penyelelesaian di tingkat perusahaan (Bipartit), penyelelesaian di tingkat Dinas
Ketenagakerjaan (Tripartit) dan penyelelesaian di tingkat Pengadilan Hubungan
Industrial.

Tujuan diajarkannya mata kuliah ini adalah agar mahasiswa mampu membuat surat-
surat atau dokumen yang diperlukan dalam proses beracara dalam penyelesaian
perselisihan hubungan industrial, baik secara non litigasi maupun litigasi, dan mampu
mempraktekkan penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Dalam mata kuliah ini
mahasiswa melakukan kegiatan membuat surat-surat atau dokumen yang diperlukan
dalam proses beracara dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial, baik secara
non litigasi maupun litigasi yang meliputi surat-surat atau risalah yang terkait dengan
penyelesaian bipartit dan tripartit, perjanjian bersama, surat anjuran, dan surat-surat
dalam penyelesaian di tingkat Pengadilan Hubungan Industrial.

1
3. Capaian Pembelajaran

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu memahami pengertian, jenis-
jenis, dan cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial serta mampu membuat
surat-surat atau risalah yang diperlukan dalam proses penyelesaian perselisihan hubungan
industrial baik secara bipartit, tripartit maupun litigasi.

4. Materi Pembelajaran

Mata kuliah ini terdiri dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
1. Pengertian dan jenis perselisihan hubungan industrial.

2. Penyelesaian perselisihan di tingkat perusahaan bipartit) beserta surat-surat yang


terkait.

3. Membuat Perjanjian Bersama

4. Mekanisme Penyelesaian perselisihan melalui Mediasi

5. Mekanisme Penyelesaian perselisihan melalui Konsiliator

6. Mekanisme Penyelesaian perselisihan melalui Arbiter.

7. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan Hubungan


Industrial (PHI).

5. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dalam mata kuliah ini adalah memberikan penjelasan tentang
pembuatan dan penyusunan surat-surat yang terkait dengan penyelesaian perselisihan
hubungan industrial baik secara bipartit, tripartit maupun melalui Pengadilan Hubungan
Industrial. Kemudian mahasiswa membuat, menyusun surat-surat atau risalah tersebut di
bawah bimbingan dan arahan dari dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan.
Setelah itu, mahasiswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Setelah
memperoleh masukan dari mahasiswa lain dan arahan dari dosen pengampu, mahasiswa
memperbaiki hasil pekerjaannya.

Teknis pembelajaran dilakukan dengan membagi mahasiswa dalam kelas menjadi


beberapa kelompok berjumlah genap (empat atau enam kelompok). Ketika penyelesaian

2
perselisihan hubungan industrial masuk ke Pengadilan Hubungan Industrial, masing-
masing kelompok bertindak sebagai penggugat, untuk kelompok ganjil menangani kasus
1 dan kelompok genap kasus 2.

Selanjutnya kelompok ganjil akan berhadap-hadapan dengan kelompok genap dan


masing-masing sebagai tergugat.

6. Penilaian

Penilaian terhadap kegiatan belajar mahasiswa dilakukan terhadap semua aktivitas


mahasiswa yang meliputi kehadiran dan keaktifan mahasiswa dalam mengerjakan tugas
serta diskusi, argumentasi saat presentasi: serta hasil surat-surat atau risalah yang telah
direvisi. Penilaian dosen terhadap mahasiswa dilakukan terhadap masing-masing
mahasiswa, meskipun pelaksanaan tugas dilakukan bersama dalam satu kelompok.

3
POKOK BAHASAN 1

a. Judul Pokok Bahasan : Pengertian dan jenis perselisihan hubungan industrial


b. Kegiatan : Dosen : Menjelaskan dan tanya jawab
Pembelajaran Mahasiswa : Mendengarkan, bertanya, dan
berargumentasi.
c. Kemampuan Akhir : Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami pengertian dan
yang diharapkan jenis-jenis perselisihan hubungan industrial. Selain itu,
mahasiswa juga mampu mengklasifikasikan dengan benar kasus
yang terjadi termasuk jenis perselisihan hubungan industrial yang
mana.
d. Sub Pokok Bahasan : 1.1. Pengertian perselisihan hubungan industrial
1.2. Perselisihan hak
1.3. Perselisihan kepentingan
1.4. Perselisihan PHK
1.5. Perselisihan antar SP hanya dlm satu perusahaan
e. Materi : • Pengertian
Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan
pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena
adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
dalam satu perusahaan.
• Jenis-jenis perselisihan hubungan industrial:
1. Perselisihan hak.
2. Perselisihan kepentingan.
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja.
4. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
hanya dlm satu perusahaan.
 Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul
karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya

5
pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama.
Contoh: kekurangan upah lembur dari kelebihan
jam kerja, pembayaran upah lebih rendah dari
UMP, BPJS Ketenagakerjaan, dll.
• Perselisihan kepentingan adalah perselisihan
yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai
pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat
kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,
atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
Contoh: perundingan PKB, tuntutan pemberian
tunjangan jabatan, tunjangan cuti dan lain-lain
yang belum ada pengaturannya.
• Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah
perselisihan yang timbul karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran
hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu
pihak.
Contoh: semua jenis PHK.
• Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
adalah perselisihan antara serikat
pekerja/serikat buruh dengan serikat
pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu
perusahaan, karena tidak adanya persesuaian
paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak,
dan kewajiban keserikatkerjaan.
Contoh: siapa yang berhak merundingkan PKB,
anggota siapa yang lebih banyak.

6
POKOK BAHASAN 2

a. Judul Pokok Bahasan : Penyelesaian perselisihan di tingkat perusahaan


(penyelesaian bipartit) beserta surat-surat yang terkait.

b. Kegiatan Pembelajaran : Dosen : -Dosen membagi mahasiswa menjadi


kelompok-kelompok kecil (empat atau
enam kelompok).
-Kelompok 1, 2, dan 3 menangani kasus
I.
-Kelompok 4, 5, dan 6 menangani kasus
II.
-Kelompok 1 dan 4 mempresentasikan
hasilnya serta kelompok lain
mengkritisnya.
-Atas masukan dari dosen maka masing-
masing kelompok merevisi berkas-
berkas penyelesaian perselisihan
hubungan industrial di tingkat
perusahaan (penyelesaian bipartit) dan
dikumpulkan kepada dosen rangkap 2
(dua).
Mahasiswa : Membuat berkas-berkas penyelesaian
perselisihan hubungan industrial di
tingkat perusahaan (penyelesaian
bipartit) sesuai dengan kasus yang
ditangani.
Mempresentasikan berkas-berkas
tersebut.
Merevisi berkas-berkas tersebut.
c. Kemampuan Akhir yang : Mahasiswa memahami dan mampu membuat dengan
diharapkan benar berkas-berkas penyelesaian perselisihan

7
hubungan industrial di tingkat perusahaan
(penyelesaian bipartit) sesuai dengan kasus yang
ditangani.
d. Sub Pokok Bahasan : 2.1. Penyelesaian Bipartit
2.2. Surat-surat yang Terkait dengan Penyelesaian
secara Bipartit

e Materi : Penyelesaian Bipartit


.
Hukum acara penyelesaian perselisihan hubungan industrial mengatur
hirarki penyelesaian perselisihan. UU No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial menegaskan bahwa
semua perselisihan hubungan industrial tidak dapat langsung diajukan
ke mediator, konsiliator, arbiter maupun Pengadilan Hubungan
Industrial. Pada tahap pertama perselisihan wajib diselesaikan secara
bipartit.

Penyelesaian bipartit adalah penyelesaian perselisihan hubungan


industrial antara buruh/serikat buruh dengan pengusaha secara
internal di dalam lingkungan perusahaan tanpa melibatkan pihak
ketiga. Secara yuridis yang dimaksud dengan perundingan bipartit
adalah perundingan pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha
untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.

Penyelesaian bipartit diatur dalam pasal 3 s/d 7 UU PPHI. Secara garis


besar sebagai berikut:

 Wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dulu melalui perundingan


bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat.

 Harus diselesaikan paling lambat 30 hari kerja sejak tanggal dimulainya


perundingan.

 Perundingan dianggap gagal jika salah satu pihak menolak utk


berunding atau telah dilaksanakan perundingan tetapi tidak mencapai

8
kesepakatan.

 Jika perundingan gagal maka salah satu pihak atau kedua belah pihak
mencatatkan perselisihannya kepada instansi yang bertanggungjawab di
bidang ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan bukti upaya
penyelesaian bipartit telah dilaksanakan.

 Jika bukti-bukti tersebut tidak dilampirkan maka berkas akan


dikembalikan untuk dilengkapi paling lambat 7 hari kerja sejak tgl
diterimanya pengembalian berkas.

 Setelah menerima pencatatan dari salah satu/kedua belah pihak, instansi


terkait menawarkan kepada para pihak utk menyepakati memilih
penyelesaian melalui konsiliasi atau arbitrase.

 Dalam hal para pihak tidak menetapkan pilihan maka instansi terkait
melimpahkan penyelesaian perselisihan kepada mediator.

 Penyelesaian melalui konsiliasi utk perselisihan kepentingan,


perselisihan PHK, atau perselisihan antar serikat pekerja.

 Penyelesaian melalui arbitrase utk perselisihan kepentingan atau


perselisihan antar serikat pekerja.

 Dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi tidak mencapai


kesepakatan maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada
Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

 Setiap perundingan harus dibuat risalah yang ditandatangani para pihak


yang memuat:

~ Nama lengkap dan alamat para pihak.

~ Tanggal dan tempat perundingan.

~ Pokok masalah atau alasan perselisihan.

~ Pendapat para pihak.

9
~ Kesimpulan atau hasil perundingan, dan

~ Tanggal serta tanda tangan para pihak yang

berunding.

 Dalam hal musyawarah mencapai kesepakatan maka dibuat perjanjian


bersama yang ditandatangani para pihak.

Surat-Surat yang Terkait

Beberapa berkas yang terkait dengan penyelesaian perselisihan hubungan


industrial di tingkat perusahaan (penyelesaian bipartit), yaitu surat
permohonan berunding, daftar hadir perundingan dan risalah
perundingan bipartit. Berikut ini adalah contohnya:

Formulir A.1.a: Risalah Perundingan PPHI secara Bipartit

RISALAH PERUNDINGAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL SECARA BIPARTIT

1. Nama Perusahaan : ..................................................


2. Alamat Perusahaan : ..................................................
3. Nama Pekerja/Buruh/SP/SB : ..................................................
4. Alamat Pekerja/Buruh/SP/SB : ..................................................
5. Tanggal dan Tempat Perundingan : ..................................................
6. Pokok Masalah/ Alasan Perselisihan : ..................................................
7. Pendapat Pekerja/Buruh/SP/SB : ..................................................
8. Pendapat Pengusaha : ..................................................
9. Kesimpulan atau Hasil Perundingan : ..................................................
........., ..........................20.......
Pihak Pengusaha Pihak Pekerja/Buruh/SP/SB

............................ ……………………

10
Formulir A.1.b: Daftar hadir perundingan

DAFTAR HADIR PERUNDINGAN

Hari :

Tanggal:

Tempat:

Acara: Sidang I / II / III

Masalah:

No. Nama Alamat Pihak Tanda Ket.


Pengusaha/ Tangan
Pekerja/SP

11
Formulir A.1.c. : Permintaan Perundingan
PERMINTAAN PERUNDINGAN SECARA BIPARTIT

Nomor : ........, ………..


Lampiran : 1 (Satu) berkas Kepada
Hal. : Permintaan Yth. Sdr.
Perundingan ………………

Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya permasalahan yang perlu dirundingkan
secara Bipartit maka kami mengajukan untuk melakukan musyawarah pada,

Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Untuk menyelesaikan masalah sebagai berikut :
1........................................
2.........................................
3.........................................dst
Atas perhatian dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih.

Pihak
*) Pengusaha Pekerja/Buruh/SP/SB

*) Coret yang tidak perlu.


Sebagaimana dikemukakan sebelumnya jika perundingan gagal maka salah
satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi
yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan
melampirkan bukti upaya penyelesaian bipartit telah dilaksanakan. Berikut ini
contoh surat permohonan pencatatan:

12
Formulir A.3 : Permohonan Pencatatan
PERMOHONAN PENCATATAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL

Nomor : …., .....................


Lampiran : 1 (Satu) berkas Kepada
Hal. : Permohonan Pencatatan Yth. Sdr. Kepala Dinas
Perselisihan Hubungan Tenaga Kerja
Industrial

Dengan hormat,
Sehubungan dengan upaya maksimal untuk mengusahakan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial antara :
1. Nama Perusahaan :
2. Jenis usaha :
3. Alamat :
Dengan
1. Nama Pekerja/Buruh/SP/SB :
2. Alamat Pekerja/Buruh/SP/SB :
Masalah..................................................................................................................
................................
Maka sesuai ketentuan Undang-undang No. 2 tahun 2004, Pasal 4 ayat
(1) dengan ini kami mohon bantuan Saudara untuk dicatat dan membantu
penyelesaian perselisihan hubungan industrial dengan risalah perundingan
terlampir.
Atas perhtian dan kesediaanya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami *)Pihak Pengusaha, Pekerja/Buruh/SP/SB

............................ ..............................................
*) Coret yang tidak perlu
Dinas Tenaga Kerja setempat akan berkirim surat kepada pihak yang
berselisih apabila surat permohonan pencatatan perselisihan hubungan
industrial tidak dilampiri dengan risalah perundingan secara bipartit.

13
Berikut contoh surat kelengkapan berkas:

Formulir B2 : Surat Kelengkapan Berkas


SURAT KELENGKAPAN BERKAS PENYELESAIAN
PERSELISIHAN DI LUAR PENGADILAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL

KOP-INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB


DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

Nomor : ……., .......................


Lampiran : Kepada
Hal : Kelengkapan berkas Yth. 1. Sdr.....
(Pengusaha)
2. Sdr...
Pekerja/SP/SB

Sehubungan dengan surat permohonan pencatatan perselisihan hubungan


industrial yang kami terima pada tanggal ........................
Mengingat permohonan pencatatan perkara perselisihan hubungan
industrial tersebut belum memenuhi ketentuan pasal 4 ayat (2) Undang-undang
No. 2 tahun 2004 karena belum melampirkan bukti-bukti penyelesaian secara
Bipartit/Risalah Perundingan maka diminta kehadiran Saudara pada :
Hari : ..............................................
Tanggal : ..............................................
Pukul : ..............................................
Tempat : ...............................................
Bertemu dengan : Sdr .........................................
Atas perhatian dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih.

Kepala Instansi yg bertanggung jwb


Di bidang ketenagakerjaan

(..........................................)

14
Menindaklanjuti surat permohonan pencatatan perselisihan hubungan
industrial, Dinas Tenaga Kerja akan mengajukan surat penawaran
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui konsiliasi atau
arbitrase. Pihak yang berselisih diminta untuk memilih salah satu dan
apabila tidak memilih maka perselisihan hubungan industrial akan
diselesaikan melalui mediasi. Berikut contoh surat penawaran
penyelesaian perselisihan hubungan industrial:

15
Formulir B. 3.4 : Surat Undangan

SURAT PENAWARAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN


PERSELISIHAN DI LUAR PENGADILAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
KOP-INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB
DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

Nomor : ……, ........................


Lampiran : Kepada
Hal : Undangan Yth. 1. Sdr.....
(Pengusaha)
2. Sdr …..
(Pekerja/SP/SB)

Sehubungan dengan surat permohonan pencatatan perselisihan hubungan


industrial yang kami terima pada tanggal ................. sesuai dengan ketentuan
pasal 4 ayat (3) Undang-undang No. 2 tahu 2004, kami menawarkan kepada
Saudara untuk memilih penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
Konsiliator atau Arbiter.
Untuk hal tersebut dimintakan kehadiran saudara pada :

Hari : ..............................................
Tanggal : ..............................................
Pukul : ..............................................
Tempat : ...............................................
Bertemu dengan : Sdr .........................................

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Kepala Instansi yg bertnggung jawab


Di bidang ketenagakerjaan

(..........................................)
16
POKOK BAHASAN 3

a. Judul Pokok : Membuat Perjanjian Bersama


Bahasan
b. Kegiatan : Dosen : Menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan
Pembelajaran penjanjian bersama.
Memberikan masukan dalam diskusi.
Mahasiswa : -Kelompok 1, 2, dan 3 membuat perjanjian
bersama sesuai dengan kasus I.
-Kelompok 4, 5 dan 6 membuat perjanjian
bersama sesuai dengan kasus II.
-Kelompok 2 dan 5 mempresentasikan hasilnya
serta kelompok lain mengkritisinya.
-Atas masukan dari dosen maka masing-masing
kelompok merevisi perjanjian bersama dan
dikumpulkan kepada dosen rangkap 2 (dua).
c. Kemampuan : Mahasiswa mampu membuat dengan benar perjanjian bersama sesuai
Akhir yang dengan kasus yang dihadapi.
diharapkan
d. Sub Pokok : 3.1. Perjanjian bersama
Bahasan 3.2. Contoh perjanjian bersama
e. Materi : Dalam hal musyawarah dalam penyelesaian bipartit mencapai mufakat
maka dibuat perjanjian bersama yang ditandatangani para pihak.
Perjanjian bersama mengikat dan menjadi hukum serta wajib dilaksanakan
oleh para pihak.
Perjanjian bersama wajib didaftarkan ke PHI, selanjutnya akan diberi
akta bukti pendaftaran perjanjian bersama dan merupakan bagian
tidak terpisahkan dari perjanjian bersama.
Apabila perjanjian bersama tidak dilaksanakan salah satu pihak,
maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi
kepada PHI untuk mendapatkan penetapan eksekusi.
Perjanjian bersama yang belum dan yang telah didaftarkan di

17
Pengadilan Hubungan Industrial memiliki konsekuensi hukum yang
berbeda. PB yang belum didaftarkan tidak memiliki kekuatan eksekusi.
Jika salah satu pihak tidak melaksanakan maka pihak yang dirugikan
dapat mengajukan tuntutan hukum. Sedangkan PB yang telah didaftarkan
memiliki kekuatan eksekusi dan jika PB tidak dilaksanakan maka pihak
yang dirugikan dapat mengajukan eksekusi.
Contoh perjanjian bersama sebagai berikut:

Formulir A.2 : Perjanjian Bersama

Pada hari ini ..............tanggal .................bulan ....................tahun .................


kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama :
Jabatan :
Perusahaan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut Pihak ke I (Pengusaha)
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut Pihak ke II (Pekerja/Buruh/SP/SB)
Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 2 tahun 2004 Pasal 7 ayat (1)
antara Pihak Ke I dan Pihak Ke II telah mengadakan perundingan secara Bipartit
dan telah tercapai kesepakatan sebagai berikut ;
.................................................................................................................................
Kesepakatan ini merupakan Perjanjian Bersama yang berlaku sejak
ditandatangani di atas meterai cukup.
Demikian Perjanjian Bersama ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa
paksaan dari pihak manapun, dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab yang didasari itikad baik.
Pihak Pengusaha Pihak Pekerja/Buruh/SP/SB

............................. .............................................

18
POKOK BAHASAN 4

a. Judul Pokok : Penyelesaian Melalui Mediasi


Bahasan
b. Kegiatan : Dosen : Menjelaskan cara penyelesaian
Pembelajaran perselisihan hubungan industrial
melalui mediasi dan berkas-berkas
terkait.
Memberikan masukan saat diskusi.
Mahasiswa : -Masing-masing kelompok memahami
cara penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui mediasi dan membuat
beberapa berkas yang terkait dengan
penyelesaian melalui mediasi.
-Kelompok 3 dan 6 mempresentasikan
hasilnya serta kelompok lain
mengkritisinya.
-Atas masukan dari dosen maka masing-
masing kelompok merevisi jawaban
gugatan dan mengumpulkan kepada
dosen rangkap 2 (dua).
c. Kemampuan : Mahasiswa mampu memahami cara menyelesaikan perselisihan hubungan
Akhir yang industrial melalui mediasi dan mampu membuat dengan benar berkas-berkas
diharapkan yang terkait.
d. Sub Pokok : 4.1. Penyelesaian perselisihan melalui mediasi
Bahasan 4.2. Berkas-Berkas Terkait
e. Materi Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui mediasi
Penyelesaian melalui Mediasi diatur dalam ps. 8 s/d ps. 16 UU No. 2 Tahun
2004.
 Dilakukan oleh mediator yg berada di kantor instansi terkait (waktu
paling lama 30 hari).
 Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima pelimpahan,
mediator harus sudah meneliti tentang duduknya perkara dan segera

19
mengadakan sidang mediasi.
 Mediator dapat memanggil saksi/saksi ahli.
 Dalam hal tercapai kesepakatan maka dibuat perjanjian bersama yang
ditandatangani para pihak & disaksikan oleh mediator serta
didaftarkan di PHI utk mendapatkan alat bukti pendaftaran.
 Dalam hal tdk tercapai kesepakatan maka:
~Mediator mengeluarkan anjuran tertulis.
~Anjuran tertulis hrs sdh disampaikan kepada para pihak selambat-
lambatnya 10 hari kerja sejak sidang mediasi pertama.
~Jawaban tertulis dari para pihak yg isinya menyetujui atau menolak
anjuran tertulis hrs diberikan selambat-lambatnya 10 hari kerja setelah
menerima anjuran tertulis.
~Jika tdk memberikan pendapatnya maka dianggap menolak anjuran
tertulis.
~Jika para pihak menyetujui anjuran tertulis maka selambat-lambatnya 3
hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui, mediator hrs sdh selesai membantu
membuat perjanjian bersama, kemudian didaftarkan di PHI utk mendapatkan
alat bukti pendaftaran.
~Jika anjuran tertulis ditolak salah satu pihak atau para pihak maka para
pihak atau salah satu pihak dpt melanjutkan penyelesaian ke PHI, dilakukan
dg pengajuan gugatan oleh salah satu pihak.

Surat-Surat yang Terkait


Berikut ini contoh beberapa surat yang terkait dengan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui mediasi:

20
Formulir C. 1 : Surat Perintah Kerja
KOP-INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB
DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

SURAT PERINTAH KERJA


No.
Pertimbangan : Sesuai dengan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan
industrial di Luar Pengadilan Hubungan Industrial maka dipandang
perlu untuk menunjuk Mediator Hubungan Industrial.
Dasar : 1. Undang-undang No. 2 Tahun 2004 tentang Perselisihan
Hubungan Industrial ;
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi RI No.
KEP.92/ MEN/ VI/ 2004 Tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Mediator serta Tata Kerja Mediasi ;
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi RI No.
KEP.../ MEN/ .../ 2004 Tentang Pengangkatan Mediator
Hubungan Industrial pada Dinas/Instansi yang bertanggung
jawab di bidang Ketengakerjaan Kabupaten/ Kota, Provinsi,
Pusat.
MEMERINTAHKAN
Kepada Nama : ....................................................
NIP : ....................................................
Pangkat/Gol. : ....................................................
Jabatan : Mediator Hubungan Industrial
Untuk 1. Menyelesaikan perselisihan hubungan industrial antara PT .........
dengan Sdr .............. (Pekerja/Buruh/SP/SB).
2. Dilaksanakan selama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
penunjukan.
3. Melaporkan hasil penyelesaian perselisihan hubungan industrial
kepada Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri Tenaga kerja dan
Transmigrasi RI c/q Dirjen PHI dan Jamsos.
Demikian surat perintah tugas ini untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh
tanggung jawab
Dikeluarkan di : ......
Pada tanggal : ......
Instansi yang bertanggungjawab dibidang
Ketenagakerjaan/Pejabat yang ditunjuk
Kepala
.........................................
NIP.

21
Formulir C.2 : Panggilan Sidang

KOP-INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB


DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

Nomor : (Tempat), (tanggal) ........................


Lampiran : Kepada
Hal : Panggilan I/II/III Yth. 1. Sdr..... (Pengusaha)
2. Sdr ...... Pekerja/SP

Sehubungan dengan permohonan penyelesaian perselisihan hubungan


industrial yang kami terim pada tanggal ............ bulan ........... tahun .............
sesuai dengan ketentuan pasal 10 Undang-undang No. 2 Tahun 2004 Junto
Keputusan Menetri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
KEP.92/MEN/VI/2004 pasal 14 ayat (2), maka dimintakan kehadiran Saudara
pada :
Hari : ..............................................
Tanggal : ..............................................
Pukul : ..............................................
Tempat : ...............................................
Bertemu dengan : Sdr .........................................
Untuk masing-masing pihak diminta kehadiran tepat pada waktunya
dengan membawa data/berkas yang diperlukan dalam proses penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Instansi yang bertanggung
jawab dibidang
Ketenagakerjaan/Pejabat
yang ditunjuk
Kepala
.................................................
NIP.

22
Formulir C. 3 : Perjanjian Bersama bila terjadi Kesepakatan dalam Sidang
Mediator.
PERJANJIAN BERSAMA

Pada hari ini ............... tanggal .......... bulan ...........tahun ................ kami
yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama :
Jabatan :
Perusahaan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut Pihak ke I (Pengusaha)
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut Pihak ke II (Pekerja/Buruh/SP/SB)
Berdasarkan ketentuan Undang-undang No, 2 Tahun 2004 Pasal 13 ayat
(1) antara Pihak Ke I dan Pihak Ke II telah tercapai kesepakatan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui Mediasi sebagai berikut :
.............................................................................................................................
Kesepakatan ini merupakan perjanjian bersama yang berlaku sejak
ditandatangani di atas meteri cukup.
Demikian Perjanjian Bersama ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa
paksaan dari pihak manapun , dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab yang didasari itikad baik.

Pihak Pengusaha Pihak Pekerja/SP

................................... ...............................
Menyaksikan

Mediator Hubungan Industrial


NIP. .....................................

23
Formulir C. 4 : Panggilan Saksi/ Saksi Ahli

KOP-INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB


DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

Nomor : (Tempat), (tanggal) ........................


Lampiran : Kepada Yth.
Hal : Panggilan Saksi/Saksi Ahli Sdr..... (Saksi/ Saksi
Ahli)
Sehubungan dengan permohonan penyelesaian perselisihan hubungan
industrial antara PT ........... (Perusahaan) dengan Sdr ..............................
(Pekerja/Buruh/SP/SB) sesuai ketentuan pasal 11 Undang-undang No. 2
Tahun 2004, kami minta kehadiran Saudara untuk menjadi Saksi/ Saksi Ahli
dalam sidang mediasi pada :
Hari : ..............................................
Tanggal : ..............................................
Pukul : ..............................................
Tempat : ...............................................
Bertemu dengan : Sdr .........................................
Untuk itu diminta Saudara hadir tepat pada waktunya dengan membawa
data/berkas yang diperlukan dalam proses penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Mediator Hubungan Industrial

...............................
NIP. ........................

24
Formulir C. 5 : Anjuran Mediator Hubungan Industrial

KOP-INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB


DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

Nomor : (Tempat), (tanggal) ........................


Lampiran : Kepada
Hal : Panggilan I/II/III Yth. 1. Sdr.....
(Pengusaha)
2. Sdr ...
Pekerja/SP

Sehubungan dengan permohonan penyelesaian perselisihan hubungan industrial


melalui mediasi tidak tercapai kesepakatan maka sesuai ketentuan pasal 13 ayat (2) UU No. 2
Tahun 2004 Mediator mengeluarkan anjuran,
Dan sebagai bahan pertimbangan mediator perlu mendengar keterangan kedua belah
pihak yang berselisih sebagai berikut:
A. Keterangan pihak Pekerja/Buruh/Serikat Pekerja/Serikat Buruh:
1. ......................................................................................................................
2. .................................................................................................dst.
B. Keterangan pihak Pengusaha :
1. ........................................................................................................................
2. ................................................................................................. dst.
C. Keterangan Saksi/Saksi Ahli (jika dipandang perlu)
1. .......................................................................................................................
2. ................................................................................................ dst.
D. Pertimbangan Hukum dan Kesimpulan Mediator:
..........................................................................................................................

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, guna menyelesaikan masalah dimaksud mediator:

MENGANJURKAN

1........................................................................................................................................
2........................................................................................................................................
3. Agar kedua belah pihak memberikan jawaban atas anjuran tersebut selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah menerima surat anjuran ini.
Demikian untuk diketahui dan menjadi perhatian

Mengetahui Mediator
Instansi yang bertanggung jawab .......................................
Di bidang ketenagakerjaan NIP. .......................
25
Formulir C. 6: Risalah Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Oleh Mediator

RISALAH PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. Nama Perusahaan : ...............................................


2. Jenis Usaha : ...............................................
3. Alamat Perusahaan : ...............................................
4. Nama Pekerja/Buruh/SP/SB : ...............................................
5. Alamat Pekerja/Buruh/SP/SB : ...............................................
6. Tanggal dan Tempat Perundingan : ...............................................

7. Pokok Masalah/ Alasan Perselisihan :

8. Pendapat Pekerja/Buruh/SP/SB :

9. Pendapat Pengusaha :

10.Kesimpulan atau Hasil Perundingan :

............., .................. 20 ...............


Mediator Hubungan Industrial

................................
NIP. ........................

26
Formulir C. 7 : Laporan Hasil Mediasi

KOP-INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB


DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

Nomor : (Tempat), (tanggal)


........................
Lampiran : Kepada
Hal : Laporan Hasil Mediasi Yth. *)

Sehubungan dengan penyelesaian perselisihan hubungan industrial


melalui Mediasi maka kami laporkan hasilnya sebagai berikut:

1. Tanggal Penerimaan Pengaduan Tertulis : .........................................


2. Nama Pekerja/Buruh/SP/SB : .........................................
3. Alamat Pekerja/Buruh/SP/SB : .........................................
4. Upah Terakhir : .........................................
5. Masa Kerja : .........................................
6. Nama Perusahaan : .........................................
7. Alamat Perusahaan : .........................................
8. Jenis Usaha : .........................................
9. Waktu Penyelesaian Mediasi : .........................................
10. Permasalahan : .........................................
11. Pendapat Pekerja/Buruh/SP/SB : .........................................
12. Pendapat Pengusaha : .........................................
13. Pendapat saksi/ Saksi Ahli : .........................................
(jika dipandang perlu)
14. Upaya Penyelesaian : ........................................
Demikian kami sampaikan dan diucapkan terima kasih.
Mediator
Hubungan Industrial
....................................
NIP. ....................
27
*) Laporan ditujukan kepada :
Bupati/ Walikota yang diselesaikan di tingkat Kabupaten/Kota, dan
kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI cq Dirjen PHI dan
Jamsos.

28
POKOK BAHASAN 5

a. Judul Pokok : Penyelesaian perselisihan melalui Konsiliasi


Bahasan

b. Kegiatan : Dosen : Menjelaskan cara menyelesaikan perselisihan


Pembelajaran hubungan industrial melalui konsiliasi dan berkas-
berkas terkait.
Memberi masukan saat diskusi.
Mahasiswa : -Setiap kelompok membuat beberapa berkas yang terkait.
-Kelompok 1 dan 4 mempresentasikan hasilnya serta
kelompok lain mengkritisinya.
-Atas masukan dari dosen maka masing-masing kelompok
merevisi berkas dan dikumpulkan kepada dosen rangkap 2
(dua).
c. Kemampuan : Mahasiswa mampu memahami cara menyelesaikan perselisihan hubungan
Akhir yang industrial melalui konsiliasi dan mampu membuat dengan benar berkas-
diharapkan berkas terkait.
d. Sub Pokok : 5.1. Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi.
Bahasan 5.2. Berkas-berkas terkait.
e. Materi : Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui konsiliasi diatur
dalam pasal 17 s/d 28 UU No. 2 Tahun 2004.

 Dilakukan oleh konsiliator yg terdaftar (waktu paling lama 30 hari).

 Dilaksanakan setelah para pihak mengajukan permintaan


penyelesaian secara tertulis kepada konsiliator yg ditunjuk dan
disepakati para pihak.

 Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima permintaan


penyelesaian perselisihan, konsiliator hrs sdh meneliti tentang
duduknya perkara dan paling lambat hari kedelapan hrs sdh
dilakukan sidang konsiliasi pertama.

 Konsiliator dpt memanggil saksi/saksi ahli.

29
 Dalam hal tercapai kesepakatan maka dibuat perjanjian bersama yg
ditandatangani para pihak dan disaksikan oleh konsiliator serta
didaftar di PHI utk mendapatkan akta bukti pendaftaran.

 Dalam hal tidak tercapai kesepakatan maka:

~Konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis.

~Anjuran tertulis selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang


konsiliasi pertama hrs sdh disampaikan kpd para pihak.

~Jawaban tertulis para pihak menyetujui atau menolak anjuran


tertulis hrs sdh diberikan 10 hari kerja setelah menerima anjuran tertulis.

~Pihak yg tdk memberikan pendapatnya diangap menolak anjuran


tertulis.

~Jika para pihak menyetujui anjuran tertulis maka selambat-


lambatnya 3 hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui, konsiliator hrs sdh
selesai membantu membuat perjanjian bersama kemudian didaftar di
PHI utk mendapatkan akta bukti pendaftaran.

Jika anjuran tertulis ditolak salah satu pihak atau para pihak maka salah
satu pihak atau para pihak dpt melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
PHI, dilaksanakan dengan pengajuan gugatan oleh salah satu pihak.

Beberapa berkas yang terkait dengan penyelesaian perselisihan


hubungan industrial melalui konsiliasi, yaitu:

30
Formulir D.1 : Kesepakatan para pihak untuk
Penunjukan Konsiliator Hubungan Industrial
KOP-INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB
DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

Nomor : (Tempat), (tanggal)


........................
Lampiran : Kepada Yth.
Hal : Kesepakatan untuk Instansi yang
Konsiliator bertanggung jawab
di bidang
Ketenagakerjaan

Pada hari ini ............... tanggal ...........bulan ...........tahun .............kami yang


bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : (Pengusaha)
Jabatan :
Perusahaan :
Alamat :
2. Nama : (Pekerja/Buruh/SP/SB)
Jabatan :
Alamat :
Sesuai surat dari instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan No.....Tanggal....... Perihal undangan mengenai
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui Konsiliator atau
arbiter, dengan ini kami sepakat untuk memilih penyelesaian perselisihan
melalui Konsiliator sesuai ketentuan Undang-undang No. 2 tahun 2004
pasal 17.
Demikian untuk diketahui dan terima kasih.

Pihak Pengusaha Pihak Pekerja/SP


.......................... ..........................
31
Formulir D.2 : Panggilan
KOP KONSILIATOR

Nomor : (Tempat), (tanggal)


.....................
Lampiran : Kepada
Hal : Panggilan I/II/III Yth. 1. Sdr
(Pengusaha)
2. Sdr
(Pekerja/SP)

Sehubungan dengan kesepakatan kedua belah pihak tentang


permohonan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang kami
terima pada tanggal .... bulan .... tahun ..... sesuai dengan ketentuan Undang-
undang No. 2 tahun 2004 Junto Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. PER-10/MEN/V/2005 pasal 7, maka dimintakan
kehadiran Saudara pada :

Hari : .........................................................
Tanggal : ..........................................................
Pukul : .........................................................
Tempat : .........................................................

Untuk masing-masing pihak diminta kehadiran Saudara tepat pada


waktunya dengan membawa data/berkas yang diperlukan dalam proses
penyelesaian perselisihan hubungan insudtrial.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Konsiliator Hubungan Industrial

.............................
Tembusan Yth:
1. Kepala Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat.
2. Arsip.

32
Formulir D.3 : Perjanjian Bersama bila terjadi
Kesepakatan dlm Sidang Konsiliator

PERJANJIAN BERSAMA

Pada hari ini ..... tanggal ........ bulan .......... tahun ............. kami yang
bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama :
Jabatan :
Perusahaan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut Pihak Ke I (Pengusaha)
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :

Yang selanjutnya disebut Pihak Ke II (Pekerja/Buruh/SP/SB)


Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 2 tahun 2004 Pasal 13
ayat (1) antara Pihak Ke I dan Pihak Ke II telah tercapai kesepakatan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui Konsiliasi sebagai
berikut :
..........................................................................................................................
Kesepakatan ini merupakan perjanjian bersama yang berlaku sejak
ditandatangani di atas meterai cukup.
Demikian Perjanjian Bersama ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa
paksaan dari pihak manapun, dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab yang didasari itikad baik.
Pihak Pengusaha Pihak Pekerja/SB
.......................... .........................

Menyaksikan
.............................
(Konsiliator Hubungan Industrial)

33
Formulir D 4 : Panggilan Saksi/ Saksi Ahli

KOP KONSILIATOR

Nomor : (Tempat), (tanggal)


........................
Lampiran : Kepada Yth.
Hal : Panggilan Saksi/Saksi Ahli Sdr .....(Saksi/Saksi
Ahli)

Sehubungan dengan permohonan penyelesaian perselisihan hubungan


industrial antara PT ........ (Perusahaan) dengan Sdr .......
Pekerja/Buruh/SP/SB) sesuai ketentuan pasal 11 Undang-undang No. 2
tahun 2004, kami minta kehadiran Saudara untuk menjadi Saksi/Saksi Ahli
dalam sidang konsiliasi pada :

Hari : .............................................
Tanggal : .............................................
Pukul : ..............................................
Tempat : ..............................................

Untuk itu diminta Saudara hadir tepat pada waktunya dengan


membawa data/berkas yang diperlukan dalam proses penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Konsiliator Hubungan Industrial

....................

34
Formulir D. 5 : Anjuran Konsiliator

KOP KONSILIATOR

Nomor : (Tempat), (tanggal)


...................
Lampiran : Kepada
Hal : Anjuran Yth. 1. Sdr
(Pengusaha)
2. Sdr ....
(Pekerja/SP)

Sehubungan dengan penyelesaian perselisihan hubungan industrial


melalui Konsiliasi tidak tercapai kesepakatan maka sesuai ketentuan pasal
13 ayat (2) UU No. 2 tahun 2004 Konsiliator mengeluarkan anjuran.
Dan sebagai bahan pertimbangan Konsiliator perlu mendengar
keterangan kedua belah pihak yang berselisih sebagai berikut:

A. Keterangan pihak Pekerja/Buruh/Serikat Pekerja/Serikat Buruh:


1...............................................................................................................
2. .................................................................................................dst.
B. Keterangan pihak Pengusaha :
1...............................................................................................................
2. ................................................................................................. dst.
C. Keterangan Saksi/Saksi Ahli (jika dipandang perlu)
1.
..............................................................................................................
2. ................................................................................................ dst.
D. Pertimbangan Hukum dan Kesimpulan Konsiliator:
.................................................................................................................
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, guna menyelesaikan masalah
dimaksud konsiliator:

35
MENGANJURKAN

1...............................................................................................................
2...............................................................................................................
3. Agar kedua belah pihak memberikan jawaban atas anjuran tersebut
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah
menerima surat anjuran ini.

Demikian untuk diketahui dan menjadi perhatian

Konsiliator

..................................

36
Formulir D. 6: Risalah Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial Oleh Konsiliator

RISALAH PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. Nama Perusahaan : .....................................................


2. Jenis Usaha : .....................................................
3. Alamat Perusahaan : .....................................................
4. Nama Pekerja/Buruh/SP/SB : .....................................................
5. Alamat Pekerja/Buruh/SP/SB : .....................................................
6. Tanggal dan Tempat Perundingan : .....................................................
7. Pokok Masalah/ Alasan Perselisihan :

8. Pendapat Pekerja/Buruh/SP/SB :

9. Pendapat Pengusaha :

10.Kesimpulan atau Hasil Perundingan :

............., .................... 20 ...............

Konsiliator
Hubungan Industrial

.................................

37
Formulir D.7.: Laporan Hasil Konsiliasi
KONSILIATOR

Nomor : (Tempat), (tanggal) ....................


Lampiran : Kepada
Hal : Laporan Hasil Konsiliasi Yth. *)

Sehubungan dengan penyelesaian perselisihan hubungan industrial


melalui Konsiliasi maka kami laporkan hasilnya sebagai berikut:
1. Tanggal Penerimaan Pengaduan Tertulis : .......................................
2. Nama Pekerja/Buruh/SP/SB : .......................................
3. Alamat Pekerja/Buruh/SP/SB : .......................................
4. Upah Terakhir : .......................................
5. Masa Kerja : .......................................
6. Nama Perusahaan : .......................................
7. Alamat Perusahaan : .......................................
8. Jenis Usaha : .......................................
9. Waktu Penyelesaian Mediasi : .......................................
10. Permasalahan : .......................................
11. Pendapat Pekerja/Buruh/SP/SB : .......................................
12. Pendapat Pengusaha : .......................................
13. Pendapat saksi/ Saksi Ahli : .......................................
(jika dipandang perlu)
14. Upaya Penyelesaian : ......................................

Demikian kami sampaikan dan diucapkan terima kasih.

Konsiliator
Hubungan Industrial
....................................
*) Laporan ditujukan kepada :
Bupati/ Walikota yang diselesaikan di tingkat Kabupaten/Kota, dan
kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI cq Dirjen PHI dan
Jamsos.
38
POKOK BAHASAN 6

a. Judul Pokok : Penyelesaian Perselisihan Melalui Arbitrase


Bahasan
b. Kegiatan : Dosen : Menjelaskan cara penyelesaian perselisihan hubungan
Pembelajaran industrial melalui arbitrase dan surat-surat yang
terkait.
Memberi masukan saat diskusi.
Mahasiswa : -Setiap kelompok membuat beberapa berkas yang terkait.
-Kelompok 2 dan 5 mempresentasikan hasilnya serta
kelompok lain mengkritisinya.
-Atas masukan dari dosen maka masing-masing kelompok
merevisi berkas dan dikumpulkan kepada dosen rangkap 2
(dua).
c. Kemampuan : Mahasiswa mampu membuat dengan benar berkas-berkas penyelesaian
Akhir yang perselisihan hubungan industrial melalui arbitrase
diharapkan
d. Sub Pokok : 6.1. Penyelesaian perselisihan melalui arbitrase
Bahasan 6.2. Berkas-berkas terkait
e. Materi : Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbitrase diatur
dalam pasal 29 s/d 54 UU Nomor 2 Tahun 2004.

 Dilakukan oleh arbiter yg telah ditetapkan menteri.

 Dilakukan atas dasar kesepakatan para pihak yg berselisih,


dinyatakan secara tertulis dlm perjanjian arbitrase.

 Perjanjian penunjukkan arbiter sekurang-kurangnya memuat hal-hal:

 Nama lengkap dan alamat atau tempat kedudukan para pihak


yang berselisih dan arbiter.

 Pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan dan yang


diserahkan kepada arbiter untuk diselesaikan dan diambil
putusan.

39
 Biaya arbitrase dan honorarium arbiter.

 Pernyataan para pihak yang berselisih untuk tunduk dan


menjalankan putusan arbitrase.

 Tempat dan tanggal pembuatan surat perjanjian serta tanda


tangan para pihak yang berselisih dan arbiter.

 Pernyataan arbiter atau para arbiter untuk tidak melampaui


kewenangan dalam menyelesaikan perkara yang ditanganinya.

 Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda


sampai dengan derajat kedua dengan salah satu pihak yang
berselisih.

 Arbiter wajib menyelesaikan perselisihan selambat-lambatnya 30


hari kerja sejak penandatanganan surat perjanjian penunjukan
arbiter. Atas persetujuan para pihak arbiter berwenang
memperpanjang jangka waktu tsb satu kali perpanjangan selambat-
lambatnya 14 hari kerja.

 Pemeriksaan atas perselisihan hrs dimulai selambat-lambatnya 3 hari


kerja sejak penandatanganan srt perjanjian penunjukan arbiter.

 Penyelesaian oleh arbiter diawali dg mendamaikan kedua belah


pihak yg berselisih. Jika berhasil maka dibuat akta perdamaian yg
ditandatangi kedua belah pihak dan arbiter atau majelis arbiter.

 Akta perdamaian didaftarkan ke PHI utk memperoleh akta bukti


pendaftaran.

 Jika salah satu pihak tdk melaksanakan akta perdamaian mk pihak


yg lain dpt mengajukan permohonan eksekusi kpd PHI.

 Jika upaya damai gagal maka arbiter meneruskan sidang.

 Arbiter dpt memanggil saksi atau saksi ahli.

 Putusan arbitrase mempunyai kekuatan hk yg mengikat para pihak


dan merupakan putusan yg bersifat akhir dan tetap.
40
 Putusan arbitrase memuat:

 Kepala (irah-irah) putusan yang berbunyi “DEMI KEADILAN


BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.

 Nama lengkap dan alamat arbiter atau majelis arbiter.

 Nama lengkap dan alamat para pihak.

 Hal-hal yang termuat dalam surat perjanjian yang diajukan oleh


para pihak yang berselisih.

 Pertimbangan yang menjadi dasar putusan.

 Pokok putusan.

 Tempat dan tanggal putusan.

 Mulai berlakunya putusan.

 Tanda tangan arbiter atau majelis arbiter.

 Putusan arbitrase didaftarkan di PHI pada PN di wilayah arbiter


menetapkan keputusan. Kewajiban arbiter mendaftarkan putusannya
hendak menegaskan bahwa:

 Kekuatan mengikat dan memaksa putusan arbiter ada pada akta


pendaftaran yang diterbitkan oleh PHI.

 Putusan arbiter tidak memiliki kekuatan eksekusi sebelum


didaftarkan pada PHI.

 Putusan arbiter wajib diketahui Ketua PHI.

 Jika putusan arbitrase tdk dilaksanakan maka pihak yg dirugikan


dpt mengajukan permohonan fiat eksekusi ke PHI.

 Thd putusan arbitrase salah satu pihak dpt mengajukan permohonan


pembatalan ke MA selambat-lambatnya 30 hari kerja sejak
ditetapkannya putusan arbitrase, apabila mengandung unsur-unsur :

~Surat atau dokumen pemeriksaan palsu.

41
~Dokumen yg bersifat menentukan disembunyikan pihak lawan.

~Putusan diambil dari tipu muslihat salah satu pihak.

~Putusan melampaui kekuasaan arbiter.

~Putusan bertentangan dg peraturan perundang- undangan.

Surat-surat yang terkait dengan penyelesaian perselisihan


hubungan industrial melalui arbitrase:

42
Formulir : E. 1.: Kesepakatan para pihak untuk Penyelesaian
Melalui Arbiter Hubungan Industrial

KOP ARBITER

Nomor : (Tempat), (tanggal) ........................


Lampiran : Kepada Yth.
Hal : Kesepakatan untuk Instansi yang
Arbiter bertanggung jawab
di bidang
Ketenagakerjaan

Pada hari ini ............... tanggal ...........bulan ...........tahun .............kami yang


bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : (Pengusaha)
Jabatan :
Perusahaan :
Alamat :
2. Nama : (Pekerja/Buruh/SP/SB)
Jabatan :
Alamat :

Sesuai surat dari instansi yang bertanggung jawab di bidang


ketenagakerjaan No.....Tanggal....... Perihal undangan mengenai
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui Konsiliator atau
arbiter, dengan ini kami sepakat untuk memilih penyelesaian perselisihan
melalui Arbiter sesuai ketentuan Undang-undang No. 2 tahun 2004 pasal 17.

Demikian untuk diketahui dan terima kasih.

Pihak Pengusaha Pihak Pekerja/SP


.......................... ...........................

43
Formulir E. 2. A : Perjanjian Arbitrase

PERJANJIAN ARBITRASE

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Pengusaha :
Nama Lengkap :
Alamat Lengkap/Tempat Kedudukan :
Yang selanjutnya disebut Pihak Ke I
2. Serikat Pekerja/Buruh/SP/SB :
Nama Lengkap :
Alamat Lengkap/Tempat Kedudukan :
Yang selanjutnya disebut Pihak Ke II

Pada hari ini ..... tanggal...... bulan ...... tahun ........bertempat di


..................... Pihak Ke I dan Pihak Ke II sepakat membuat perjanjian untuk
menyerahkan perselisihan kepada Arbiter untuk diselesaikan dan diambil
putusan dalam pokok permasalahan yang menjadi perselisihan sebagai
berikut :
a...............................................................................................................
b. ..............................................................dst
* Jumlah Arbiter yang disepakati Tunggal/Gasal;
* Para pihak tunduk dan bersedia melaksanakan keputusan
Arbiter.
Demikian Perjanjian Arbitrase ini dibuat dan ditanda tangani oleh
kedua belah pihak dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun
dengan bermeterai yang cukup.
(Tempat), tanggal ..............

Pihak Ke I: ............................. Pihak Ke II : .....................

44
Fomulir E. 2. B.: Kesepakatan para pihak untuk
Penunjukan Arbiter Hubungan Industrial

PERJANJIAN PENUNJUKAN ARBITER

Yang bertanda tangan di bawah ini :


I. 1. Nama (Arbiter) : .................................................
No. Legitimasi : .................................................
Alamat : ..................................................
2. Nama (Arbiter) : .................................................
No. Legitimasi : .................................................
Alamat : ..................................................
3. Nama (Arbiter) : .................................................
No. Legitimasi : .................................................
Alamat : ..................................................
Yang selanjutnya disebut pihak Ke I
II. Para Pihak yang berselisih :
1. Pengusaha : ...........................
Nama Lengkap : ...........................
Alamat lengkap/Tempat Kedudukan : ...........................
2. Pihak Pekerja/Buruh/SP/SB : ...........................
Alamat lengkap/Tempat Kedudukan : ............................
Yang selanjutnya disebut Pihak Ke II

Pada hari ini ........... tanggal. ........bulan ........ tahun ........ bertempat di
................ Pihak Ke I dan Pihak Ke II sepakat membuat perjanjian untuk
menyerahkan perselisihan kepada Pihak Ke I (Arbiter) untuk diselesaikan
dan diambil putusan yaitu sebagai berikut:
1. Bahwa pokok permasalahan yang menjadi perselisihan.
a. ............................
b. ................dst
2. Bahwa Biaya dan Honorarium Arbiter disepakati sebesr
...........................
3. Bahwa Para Pihak tunduk dan bersedia melaksanakan
45
keputusan Arbitrase;
4. Bahwa Arbiter menyatakan tidak melampaui kewenangan dalam
penyelesaian perkara yang ditanganinya;
5. Bahwa Arbiter tidak mempunyai hubungan keluarga, sedarah
atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan salah satu
pihak yang berselisih.

Demikian perjanjian penunjukan Arbiter ini dibuat dan ditanda


tangani oleh kedua belah pihak dalam keadaan sadar tanpa paksaan
dari pihak manapun dengan bermeterai yang cukup.

(Tempat), tanggal ..................


Pihak Ke I : ............................ Pihak Ke II .........................

46
Formulir E.2.C.: Surat Pengunduran Diri sebagai Arbiter.
....................,..................20...........
Nomor : Kepada Yth.
Lampiran : 1. ...............................
Perihal : Pemberitahuan (Pekerja/Buruh/SP/SB)
Pengunduran diri 2. ..................................
Sebagai Arbiter (Pengusaha)
Di ................................
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (Arbiter) : ........................................................
No. Legitimasi : ........................................................
Alamat : .......................................................
Berkenaan dengan surat penunjukan arbiter No. ...............................
tanggal ....... bulan ......... tahun .......... oleh para pihak menangani perkara
.......................... karena alasan ....................................... kami
mengundurkan diri sebagai arbiter dari perkara yang sedang kami tangani.

Demikian surat pengunduran diri ini disampaikan untuk diketahui dan


dimaklumi.

Hormat saya
Arbiter Hubungan
Industrial

.................................

47
Formulir E.2.D.: Penunjukan Arbiter Pengganti
PENUNJUKAN ARBITER PENGGANTI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Pengusaha :
Nama Lengkap :
Alamat Lengkap/Tempat Kedudukan :
Yang selanjutnya disebut Pihak Ke I
2. Serikat Pekerja/Buruh/SP/SB :
Nama Lengkap :
Alamat Lengkap/Tempat Kedudukan :
Yang selanjutnya disebut Pihak Ke II

Pada hari ini ..... tanggal...... bulan ...... tahun ........bertempat di


..................... Pihak Ke I dan Pihak Ke II sepakat untuk memberhentikan
Arbiter.
Nama : ..........................................
No. Legitimasi : ..........................................
Alamat : ..............................................
Yang telah mengundurkan diri dari penanganan perkara perselisihan
hubungan industrial antara pihak Ke I dengan Pihak Ke II.
Pihak Ke I dan Pihak Ke II sepakat untuk mengganti arbiter yang
telah mengundurkan diri dan menunjuk arbiter pengganti.
Nama : ..........................................
No. Legitimasi : ..........................................
Alamat : ..........................................
Untuk melanjutkan penyelesaian perkara dengan pokok persoalan:
a. .........................
b. ......................dst

Demikian Surat Penunjukan Arbiter Pengganti ini dibuat dengan sadar


dan tanpa unsur paksaan dari pihak manapun.
(Tempat), tanggal ..............
Pihak Ke I………. Pihak Ke II …...................
48
Formulir E.2.E : Pernyataan Arbiter Pengganti

PERNYATAAN ARBITER PENGGANTI

Yang berrtanda tangan di bawah ini :


Nama : ..........................................
No. Legitimasi : ..........................................
Alamat : ...........................................
1. Berdasarkan penunjukan para pihak yang berselisih dalam hubungan
industrial masing-masing:
a. Pengusaha :
Nama Lengkap :
Alamat Lengkap/Tempat Kedudukan :
Dengan
b. Serikat Pekerja/Buruh/SP/SB :
Nama Lengkap :
Alamat Lengkap/Tempat Kedudukan :
Dengan risalah penyelesaian sebagimana terlampir.
Yang menunjuk kami sebagai arbiter pengganti dengan ini
menyatakan :
Menyetujui/ Menolak Penunjukan Arbiter Pengganti dimaksud
2. Sebagai Arbiter Pengganti kami telah menerima hasil-hasil yang dicapai
oleh arbiter sebelumnya dan kami bersedia untuk melanjutkan
penyelesaian perkara penyelesaian yang diminta penyelesaiannya oleh
para pihak.
Demikian Surat Pernyataan sebagai Arbiter Pengganti ini dibuat dengan
sadar dan tampa tekanan dan paksaan dari pihak manapun.

(Tempat), tanggal .....................


Arbiter Pengganti
Hubungan Industrial

......................................

49
Formulir E.3 : Perjanjian Bersama bila terjadi Kesepakatan dlm
Arbitrase

AKTA PERDAMAIAN

Pada hari ini ..... tanggal ........ bulan .......... tahun ............. kami yang
bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama :
Jabatan :
Perusahaan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut Pihak Ke I (Pengusaha)
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Yang selanjutnya disebut Pihak Ke II (Pekerja/Buruh/SP/SB)
Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 2 tahun 2004 Pasal 13
ayat (1) antara Pihak Ke I dan Pihak Ke II telah tercapai kesepakatan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui Arbitrase sebagai
berikut :
..........................................................................................................................
Kesepakatan ini merupakan perjanjian bersama yang berlaku sejak
ditandatangani di atas meterai cukup.
Demikian Perjanjian Bersama ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa
paksaan dari pihak manapun, dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab yang didasari itikad baik.

Pihak Pengusaha Pihak Pekerja//SP

.......................... ...................
Menyaksikan

.............................
(Arbiter Hubungan Industrial)

50
Formulir E. 4 : Panggilan Saksi/Saksi Ahli

KOP ARBITER

Nomor : (Tempat), (tanggal)


........................
Lampiran : Kepada Yth.
Hal : Panggilan Saksi/Saksi Ahli Sdr..(Saksi/S Ahli)

Sehubungan dengan permohonan penyelesaian perselisihan hubungan


industrial antara PT ........ (Perusahaan) dengan Sdr ......Pekerja/
Buruh/SP/SB) sesuai ketentuan pasal 11 Undang-undang No. 2 tahun 2004,
kami minta kehadiran Saudara untuk menjadi Saksi/Saksi Ahli dalam sidang
konsiliasi pada :

Hari : .............................................
Tanggal : .............................................
Pukul : ..............................................
Tempat : ..............................................

Untuk itu diminta Saudara hadir tepat pada waktunya dengan


membawa data/berkas yang diperlukan dalam proses penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Arbiter
Hubungan industrial

................................

51
Formulir E.5 : Putusan Arbitrase

PUTUSAN ARBITRASE
Nomor..... / Arbiter/......../ 20......

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN


YANG MAHA ESA

1. Arbiter Tunggal/ Majelis Arbiter yang memeriksa dan mengadili


perkara permohonan dalam tingkat pertama dan terakhir telah
menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam sengketa antara :
PT. ........................................................ (nama lengkap)
Berkedudukan di ............... (alamat lengkap) dalam hal ini diwakili oleh
:
Nama lengkap .........................
Beralamat di ................................. (lengkap) selanjutnya disebut
Sebagai ......................... PEMOHON

MELAWAN

Pekerja/Buruh/SP/SB. ......................................(nama lengkap)


Berkedudukan di ............... (alamat lengkap) dalam hal ini diwakili oleh
:
Nama lengkap .........................
Beralamat di ................................. (lengkap) selanjutnya disebut
Sebagai ......................... TERMOHON
2. Hal-hal yang termuat dalam perjanjian yang diajukan para pihak yang
berselisih.
Arbiter Tunggal/ Majelis Arbiter setelah arbiter membaca surat-surat
sengketa yang bersangkutan, setelah mendengan kedua belah pihak
yang bersengketa.

52
POKOK BAHASAN 7

a. Judul Pokok Bahasan : Penyelesaian Perselisihan Melalui Pengadilan Hubungan


Industrial
b. Kegiatan : Dosen : -Dosen menjelaskan mekanisme
Pembelajaran penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui Pengadilan Hubungan
Industrial.
-Memberi masukan terkait berkas yang
dibuat mahasiswa.
Mahasiswa : -Setiap kelompok membuat beberapa
berkas yang terkait (surat kuasa khusus
sebagai Penggugat, surat gugatan, surat
kuasa khusus sebagai Tergugat, dan
jawaban gugatan sesuai kasus).
-Kelompok 3 dan 6 atau kelompok
lainnya mempresentasikan hasilnya
serta kelompok lain mengkritisinya.
-Atas masukan dari dosen maka masing-
masing kelompok merevisi berkas dan
dikumpulkan kepada dosen rangkap 2
(dua).
c. Kemampuan Akhir : Mahasiswa mampu memahami mekanisme penyelesaian
yang diharapkan perselisihan hubungan industrial melalui Pengadilan
Hubungan Industrial dan mampu membuat dengan benar
surat kuasa khusus sebagai Penggugat dan surat gugatan.
d. Sub Pokok Bahasan : 7.1. Penyelesaian perselisihan melalui PHI.
7.2. Surat kuasa khusus sebagai Penggugat atau Tergugat
7.3. Surat gugatan
7.4. Jawaban gugatan
e. Materi : Penyelesaian perselisihan melalui PHI.

 *Gugatan diajukan kepada PHI pada PN yang daerah

53
hukumnya meliputi tempat pekerja bekerja.

 *Gugatan pekerja atas PHK dlm ps. 159 (krn kesalahan


berat) dan ps. 171 UU No. 13 Tahun 2003 (PHK krn
kesalahan berat; krn pekerja setelah 6 bl tdk dpt
melaksanakan pekerjaan krn dlm proses perkara pdn; krn
pekerja mengundurkan diri) dpt diajukan dlm tenggang
waktu 1 tahun sejak diterimanya atau diberitahukannya
keputusan dr pengusaha.

 *Gugatan yg tdk dilampiri risalah penyelesaian melalui


mediasi atau konsiliasi, wajib dikembalikan oleh hakim.

 *Gugatan dpt dicabut sewaktu-waktu sebelum tergugat


memberikan jawaban.

 *Jika tergugat sdh memberikan jawaban maka pencabutan


gugatan akan dikabulkan PHI hanya apabila disetujui
tergugat.

 *Jika perselisihan hak dan atau kepentingan diikuti


perselisihan PHK maka PHI wajib memutus dulu
perselisihan hak dan atau kepentingan.

 *Paling lambat 7 hari kerja setelah menerima gugatan, Ketua


PN hrs sdh menetapkan majelis hakim (satu orang hakim
sbg ketua dan dua orang hakim Ad-Hoc sbg anggota).

 Pemeriksaan dg acara biasa (ps. 89 s/d ps.97)

 ~7 hari kerja sejak penetapan majelis hakim, hrs sdh sidang


pertama.

 ~Pemanggiln para pihak dilakukan dg srt panggilan di


alamat tempat tinggalnya atau di tempat kediaman terakhir.

54
 ~Majelis hakim dpt memanggil saksi atau saksi ahli.

 ~Sidang sah jika dilakukan oleh majelis hakim.

 ~Jika salah satu pihak atau para pihak tdk hadir mk ketua
majelis hakim menetapkan hari sidang berikutnya maksimal
7 hari stlh tgl penundaan.

 ~Penundaan maksimal 2 kali.

 ~Jika penggugat atau kuasa hukumnya pd penundaan sidang


terakhir tdk datang maka gugatannya dianggap gugur, tetapi
penggugat berhak mengajukan gugatannya sekali lagi.

 ~Jika tergugat atau kuasa hukumnya tdk hadir maka majelis


hakim dpt memeriksa dan memutus perselisihan tanpa
dihadiri tergugat.

~Sidang terbuka utk umum kecuali ditetapkan lain.

 ~Dlm persidangan pertama, hakim ketua sidang hrs segera


menjatuhkan putusan sela berupa perintah membayar upah
dan hak-hak lainnya kpd pekerja yg diskorsing sbgmn
dimaksud dlm ps. 155 (3) UU No. 13 Tahun 2003.

 ~Dlm putusan PHI ditetapkan hak & kwj para pihak atau
salah satu pihak.

 Pemeriksaan dg acara cepat (ps. 98 s/d ps. 99)

 ~Jika terdapat kepentingan yg cukup mendesak maka para


pihak dan atau salah satu pihak dpt memohon kpd PHI spy
pemeriksaan sengketa dipercepat.

 ~7 hari kerja stlh diterimanya permohonan, Ketua PN


mengeluarkan penetapan ttg dikabulkan atau tdk. Thd
penetapan tsb tdk dpt dilakukan upaya hk.

55
 ~Jk dikabulkan mk Ketua PN dlm 7 hari kerja stlh
penetapan, menentukan majelis hakim, hari, tempat, & wkt
sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan.

 ~Tenggang wkt utk jawaban & pembuktian kedua belah


pihak masing-masing tdk melebihi 14 hari kerja.

 Pengambilan Putusan

 ~Putusan mempertimbangkan hukum, perjanjian yg ada,


kebiasaan, dan keadilan.

 ~Dibacakan dlm sidang terbuka utk umum, jika tdk maka


putusan tdk sah dan tdk mempunyai kekuatan hukum.

 ~Putusan selambat-lambatnya 50 hari kerja sejak sidang


pertama.

 ~7 hari kerja stlh putusan dibacakan, panitera pengganti hrs


sdh memberitahukan putusan kpd pihak yg tdk hadir.

 ~14 hari kerja stlh putusan ditandatangani, panitera muda


hrs sdh menerbitkan salinan putusan.

 ~7 hari kerja berikutnya, panitera PN hrs sdh mengirimkan


putusan kpd para pihak.

 ~Putusan ttg perselisihan kepentingan dan perselisihan antar


serikat pekerja dlm satu perusahaan merupakan putusan
akhir dan bersifat tetap.

 ~Putusan ttg perselisihan hak dan perselisihan PHK


mempunyai kekuatan hk yg tetap jika tdk diajukan
permohonan kasasi ke MA selambat-lambatnya 14 hari kerja
(bagi pihak yg hadir: sejak putusan dibacakan; bagi pihak yg
tdk hadir: sejak tgl menerima pemberitahuan putusan).

56
 ~Permohonan kasasi disampaikan secara tertulis melalui sub
kepaniteraan PHI pd PN setempat & selambat-lambatnya 14
hari sejak tgl penerimaan permohonan kasasi, berkas perkara
hrs sdh disampaikan kpd ketua MA.

Surat Kuasa Khusus

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam surat


kuasa khusus:
 Diberikan kepada seseorang tertentu (bukan
lembaga).

 Melakukan perbuatan tertentu (sbg Penggugat atau


Tergugat).

 Mengenai hal tertentu (obyek sengketa, PMH, dll).

 Lawan orang tertentu.

 Di pengadilan tertentu.

Contoh surat kuasa khusus:

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama:…………………………………………….

Pekerjaan:……………………………………….

Bertenpat tinggal
di:………………………………………….. dstnya.

Dalam hal ini memilih tempat kediaman hukum


(domicilie) di kantor/tempat tinggal Kuasanya seperti
disebutkan di bawah ini, dengan ini memberi kuasa

57
kepada:

Nama:……………………………………..

Pekerjaan:……………………………….

Bertempat tinggal/berkantor
di:……………………………………… dstnya

KHUSUS

untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili sebagai


Penggugat, mengajukan gugatan
terhadap…………………………di Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
………….., mengenai……………………………..
Untuk itu yang diberi kuasa dikuasakan untuk
menghadap dan menghadiri semua persidangan di
Pengadilan Negeri…………….., menghadap instansi-
instansi…………dan seterusnya. Kekuasaan ini
diberikan dengan honorarium dan hak retensi serta hak
melimpahkan (substitusi), baik sebagian maupun
seluruhnya yang dikuasakan ini pada lain orang.

……,………….

Penerima kuasa Pemberi kuasa

Materai 6.000

……………….. …………………..

58
 Surat Gugatan

 Sblm mengajukan gugatan perhatikan:

 Siapa yang akan digugat.

 Dimana ia akan digugat.

 Mengapa menggugat.

 Apa yang digugat.

 Gugatan diatur dlm psl. 118 & 120 HIR, psl. 142,
144 R.Bg.

 Psl. 118 HIR mengatur dua hal:

1. Cara mengajukan gugatan (tertulis dg surat


permintaan/gugatan yg ditandatangani Penggugat
atau kuasanya.

2. Kekuasaan relatif Pengadilan.

 Kekuasaan relatif Pengadilan (psl. 118 HIR, 142


R.Bg):

1. Di tempat tinggal / diam Tergugat. “Actor Saquitur


Forum Rei”.

2. Di tempat tinggal / diam salah seorang Tergugat. Di


tempat tinggal / diam orang yg berutang.

3. Tdk diketahui tempat tinggalnya: di tempat tinggal /


diam Penggugat; di tempat barang tdk bergerak
berada.

4. Tempat yang dipilih.

 HIR & R.Bg hanya mengatur cara mengajukan


gugatan, sedang isi gugatan tdk diatur.

59
 Psl. 8 (3) Rv gugatan memuat tiga hal:

1. Identitas para pihak.

2. Posita / Fundamentum Petendi / Dasar Gugatan:


uraian kejadian-penjelasan duduk perkara; uraian
hukumnya-adanya hak/hubungan hukum yang
menjadi dasar yuridis dari tuntutan.

3. Petitum: apa yg diminta untuk diputus (primer-


sekunder; subsider).

Dalam membuat gugatan, isinya meliputi


a. Identitas Para Pihak yang berperkara ( Penggugat
dan Tergugat ).
b. Posita / Fundamentum Petendi :
- Posita juga sering dikenal dengan sebutan kasus
posisi /duduk perkara, menguraikan
2 hal penting yaitu :
* Tentang kejadian-kejadian/ peristiwa-
peristiwa ( fetelijke gronden atau factual
grounds ) ;
* Tentang hukum yang menjadi dasar tuntutan /
gugatan ( Rechts gronden atau legal
grounds).
c. Petitum :
 Petitum adalah apa yang diminta/dituntut oleh
Penggugat kepada Tergugat untuk diputuskan
oleh Majelis hakim.

 Petitum itu harus diuraikan terinci tidak boleh


bersifat Compositur atau Ex aequo et bono.

d. Tanggal dan tanda tangan.


- Tanggal gugatan itu juga penting untuk
mengukur apakah gugatan itu sudah daluwarsa

60
atau belum.

- Tanda tangan Pihak yang mengajukan gugatan.

3. Mengajukan gugatan harus memperhatikan :


a. Kompetensi Pengadilan :
 Materi / substansi perkara itu menjadi
kewenangan Pengadilan apa ?

 Kompetensi dibedakan :

- Kompetensi Relatif yaitu Kompetensi


Pengadilan berdasarkan Pembagian wilayah
kerja ( distribution of authority) sebagaimana
diatur Pasal 118 HIR / 154 RBg).

- Kompetensi Absolut yaitu kompetensi


Pengadilan berdasarkan Pembagian kekuasaan
( attribution of authority).

- Salah mengalamatkan gugatan kepada


Pengadilan yang tidak berwenang dapat
berakibat fatal karena akan di Eksepsi lawan,
dengan eksepsi tidak berwenangan Pengadilan
tersebut menangani perkara tersebut.

b. Sebagai Penggugat harus memiliki Legal standing


untuk mengajukan gugatan.
- Tidak semua orang boleh menggugat, yang
boleh adalah pihak yang hak dan
kepentingannya dirugikan.

c. Hindari terjadinya gugatan error in persoon (


menggugat orang yang tidak tepat dengan perkara
itu ).

61
d. Hindari gugatan yang kabur atau obscuur libel :
-Batas-batas obyek sengketa tidak jelas.
-Dalam satu gugatan dasar gugatannya wanprestasi
dan Perbuatan Melawan hukum.
e. Kurangnya pihak yang ditarik dalam perkara itu .
f. Dan lain-lain.

4. Dalil gugatan atau bantahan perlu dipersiapkan


buktinya :
 Pasal 163 HIR isinya :

Barang suapa siapa yang mengatakan ia


mempunyai hak atau menyebutkan suatu kejadian
untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk
membantah hak orang lain, maka orang itu harus
membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian
itu.
 Pasal 1865 KUH.Prdata:

Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia


mmpunyai hak, atau guna meneguhkan haknya
sendiri maupun membantah suatu hak orang lain,
menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan
membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.

 Bukti dalam hukum Perdata terdiri : Surat , Saksi,


Pengakuan, Persangkaan dan Sumpah

62
 Contoh Surat Gugatan:

 Tanggal………..

 Perihal: Gugatan Perselisihan……..

 Kepada: Yth

 Ketua Pengadilan Hubungan Industrial

 Pada Pengadilan Negeri ……….

 Di …………..

Dengan hormat.

Kami ……..……………….. , para pengurus pada Pimpinan


Unit Kerja Serikat Pekerja Perjuangan PT ………….
beralamat di ………. , berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal ……… dari dan karenanya bertindak untuk dan atas
nama anggota kami bernama ………… staf personalia PT
……., beralamat di ……., kewarganegaraan Indonesia,
selanjutnya disebut dengan PENGGUGAT.

Dengan ini mengajukan gugatan perselisihan …………..


terhadap PT ……….. beralamat di ……….. selanjutnya
disebut TERGUGAT.

Adapun alasan-alasan diajukan gugatan penggugat adalah


sebagai berikut:

1. Bahwa ……..

2. Bahwa …….

3. Dan seterusnya.

Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas maka beralasan


bagi majelis hakim yang mulia mengabulkan gugatan
penggugat dengan amar sebagai berikut:

63
1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan ……

3. ……. Dan seterusnya.

Apabila majelis hakim berpendapat lain mohon putusan


yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Demikian gugatan ini kami ajukan, atas berkenannya majelis


hakim mengabulkan gugatan penggugat tidak lupa
diucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Kuasa Hukum Penggugat

1……………… 2 …………....

Jawaban Gugatan

Membaca gugatan lawan harus cermat.


 Apakah gugatan itu ada alasan untuk mengajukan
Eksepsi ?
 Bila ada Eksepsi , menyangkut apa dalam gugatan
itu ;
 Eksepsi secara teori dibedakan menjadi :

1. EKSEPSI PROSESUIL ( Syarat Formil


Gugatan).
a. Eksepsi Kompetensi/Kewenangan.
b. Eksepsi Error In Persona ;
c. Eksepsi Res Judicata ( Nebis In Idem) ;

64
d. Eksepsi Obscuur Libel ( Isinya Gelap) ;
e. Dan lain-lain

2. EKSEPSI PROSESUIL- DI LUAR


KOMPETENSI
a. Eksepsi Surat Kuasa Khusus Tidak Sah
b. Surat Kuasa Bersifat Umum.
c. Surat Kuasa Tidak Memenuhi Syarat Formil
(Pasal 123 HIR).
d. Surat Kuasa Dibuat Oleh Orang Yang Tidak

Berwenang ;

3. EKSEPSI HUKUM MATERIIL


(MATERIALE EXCEPTIE) :
a. Eksepsi Dilatoire – Gugatan Prematur.

b. Eksepsi Peremptoria – Eksepsi untuk

menyingkirkan Gugatan, meliputi :

- Eksepsi Temporis ( Eksepsi Daluwarsa).

- Eksepsi Non Adimpleti Contractus


(Ps.1478 KUH.Perdata).

- Eksepsi Domini ( Obyek sengketa bukan


milik Penggugat).

- Dan Lain-lain.

Bila gugatan itu selain ada Eksepsi, juga ada Rekonpensi,


maka format jawabannya :
DALAM EKSEPSI :

-Tuangkan materi eksepsi apa terkait gugatan itu .

65
DALAM KONPENSI :

-Tuangkan jawaban tergugat dalam menanggapi dalil


gugatan penggugat.
-Posisi Penggugat dan Tergugat tetap – tidak berubah.

DALAM REKONPENSI :
-Tuangkan semua dalil gugatan saudara terhadap Tergugat
Rekonpensi.
-Posisi para pihak berubah, dimana Penggugat dalam
Konpensi disebut Tergugat Rekonpensi dan Tergugat
Konpensi dalam Rekonpensi disebut Penggugat Rekonpensi.
-Posita / fundamentum petendi harus jelas.
-Petitumnya juga harus jelas dan ada benang merah dengan
posita gugatan rekonpensi.

 Contoh Jawaban Gugatan:

 Perihal: Jawaban Gugatan

 Kepada: Yth.

 Majelis Hakim Perkara No. ……..

 Pengadilan Hubungan Industrial

 Pada Pengadilan Negeri ………

 Di ………..

Dengan hormat,

Kami ………….. dan ………… , Legal Officer PT ………,


berdasarkan surat kuasa khusus tanggal ………. Dari dan
karenanya bertindak untuk dan atas nama PT. ……………
selaku Tergugat, dengan ini mengajukan jawaban atas

66
gugatan Penggugat selengkapnya sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI

A. Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan


Negeri ……… Tidak Berwenang Memeriksa dan
Mengadili Perkara a quo:

…………………………(uraikan argumentasinya).

B. Gugatan Penggugat Kabur/Tidak Jelas (Obscuur


Libel):

………………………… (uraikan argumentasinya).

DALAM POKOK PERKARA

1. Tergugat menolak seluruh dalil gugatan Penggugat


kecuali yang diakui secara tegas dalam jawaban ini;

2. Dalil-dalil yang telah Tergugat uraikan pada bagian


eksepsi dianggap termuat dalam uraian ini;

3. ……… dan seterusnya.

DALAM REKONPENSI
1. Bahwa uraian dalam konpensi merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari dan karenanya mohon
dianggap termuat kembali dalam gugatan
Rekonpensi ini.
2. ………………………………………………..
3. ……………………………. Dan seterusnya.
Berdasarakan urai di atas, mohon majelis hakim
memutuskan sebagai berikut:
DALAM EKSPEPSI
1. Mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima
atau NO.
DALAM POKOK PERKARA

67
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
DALAM REKONPENSI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi untuk
seluruhnya.
2. Menyatakan ……. dan seterusnya.
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI
1. Menghukum Tergugat Rekonpensi atau Penggugat
Konpensi untuk membayar biaya perkara.
Demikian jawaban ini kami sampaikan dengan harapan
majelis hakim yang mulia dapat mengabulkannya. Atas
berkenannya menolak gugatan Penggugat Konpensi dan
mengabulkan gugatan rekompensi, kami sampaikan terima
kasih.

…………, tanggal ……….


Kuasa Hukum Tergugat

………………………… ………………………..

68
DAFTAR PUSTAKA

Juanda Pangaribuan, 2010, Tuntunan Praktis Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,

PT Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta Pusat.

Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara perdata.

Retnowulan Sutantio & Iskandar O., 2009, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek,

Mandar Maju, Bandung.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.

69

Anda mungkin juga menyukai