Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT DALAM UPAYA

PENGENTASAN KEMISKINAN PERIODE 2018-2020


MELALUI METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
STUDI KASUS BAZNAS KABUPATEN CIREBON

Oleh :
Sinta Wulandari
NIRM : 081.20.0212.17

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana
pada Program Studi Ekonomi Syariah

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM AL ISHLAH (STEI)
CIREBON
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul :

“ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT DALAM UPAYA PENGENTASAN


KEMISKINAN PERIODE 2018-2020 MELALUI METODE DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS STUDI KASUS BAZNAS KABUPATEN
CIREBON”

Yang disusun oleh :

Nama : Sinta Wulandari


NIM/NIRM : 17.01.1.0048
Program Studi : Ekonomi Syariah

Disetujui untuk digunakan dalam ujian proposal skripsi.

Cirebon, 2021
Pembimbing

Mohammad Anwar, S.Ag., M.Si

i
RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Sinta Wulandari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Kuningan, 04 Mei 1998

Agama : Islam

No. Hp : 083167701041

Email : kaptensinta@gmail.com

PENDIDIKAN

2003 - 2004 : TK MELATI DESA CIWIRU

2004 - 2010 : SDN II CIWIRU

2010 - 2013 : MTs AT-TAUBAT CIDAHU

2013 - 2016 : SMK MANBA’UL ‘ULUM CIREBON

PENGALAMAN KERJA

Mei 2016 – Sekarang

[Laboran & Admin Jurusan Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran SMK Manba’ul
‘Ulum Cirebon]

ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT karena
dengan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul “ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT DALAM UPAYA
PENGENTASAN KEMISKINAN PERIODE 2018-2020 MELALUI
METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS STUDI KASUS BAZNAS
KABUPATEN CIREBON ”.
Penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, atas perhatian dan bimbingannya, kami selaku
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Yth:
1. Bapak Dr. H. Achmad Kholiq, M.A, Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam
(STEI) Al-Ishlah Cirebon, Bapak Nono Hartono, S.Pi., M.Si Wakil Ketua I
Bidang Akademik, Bapak H. Aep Syarifuddin, S.Si., MT Wakil Ketua III
Bidang Kemahasiswaan, Kealumnian, dan Kehumasan.
2. Bapak Agus Hasanuddin, ST., ME.Sy Wakil Ketua II Bidang Sarana dan
Prasarana.
3. Bapak Mohammad Anwar, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing.
4. Bapak Ahmad Dahlan, MA. Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
5. Ayah Taryana dan Ibu Titi Karwati.
6. Sahabatku Heni Sintiani, Sri Dewi Lestari, Mala Syifaunnisa dan Kak
Hasan Basri yang telah memberikan dukungan moril dan dorongan motivasi
yang sangat berpengaruh pada pengerjaan proposal ini.
7. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2017 STEI Al-Ishlah.

Cirebon, 2021

Sinta Wulandari

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 8
BAB II TELAAH PUSTAKA .............................................................................. 10
2.1 Telaah Teori ......................................................................................... 10
2.1.1 Zakat ............................................................................................ 10
2.1.1.1 Pengertian Zakat.............................................................. 10
2.1.1.2 Macam-Macam Zakat ..................................................... 11
2.1.1.3 Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat................... 12
2.1.1.4 Tujuan dan Hikmah Zakat ............................................... 14
2.1.2 Zakat Produktif ............................................................................ 14
2.1.2.1 Pengertian Zakat Produktif ............................................. 14
2.1.2.2 Pendistribusian Zakat Secara Produktif .......................... 15
2.1.2.3 Hukum Zakat Produktif................................................... 17
2.1.2.4 Indikator Pemanfaatan Zakat Produktif .......................... 18
2.1.3 Kemiskinan .................................................................................. 19
2.1.3.1 Pengertian Kemiskinan ................................................... 19
2.1.3.2 Indikator Kemiskinan ...................................................... 20

iv
2.1.3.3 Pengentasan Kemiskinan ................................................ 21
2.1.3.4 Peranan Zakat dalam Mengentas Kemiskinan ................ 23
2.2 Telaah Penelitian Terdahulu .................................................................. 23
2.3 Kerangka Berfikir .................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 28
3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 28
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................ 28
3.3 Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................. 30
3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................. 30
3.5 Sumber Data ......................................................................................... 31
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 31
3.7 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 32
3.8 Teknik analisis data .............................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pengumpulan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah Tahun 2020 ........... 5
Tabel 1.2 Jumlah Realisasi Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah Tahun
2020............................................................................................................. 6

Tabel 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ....................................................................... 22

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 26

vii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Nasional Tahun 2015-2020 ...................... 1

Grafik 1.2 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Cirebon Tahun 2015-2020...... 3

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang subur akan sumber daya alam dengan
jumlah populasi penduduk sebanyak 270,2 juta jiwa di tahun 2020 membuat
negara Indonesia seharusnya bisa menjadi sebuah negara yang maju dan dicontoh
oleh negara-negara lain. Tetapi, hal ini masih belum tercermin pada negara
Indonesia karena masih banyak warga nya yang hidup dengan kemiskinan.
Berbagai kebijakan setiap tahunnya telah dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk
mengurangi angka kemiskinan. Yang dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), di Indonesia presentase jumlah penduduk yang berada pada garis
kemiskinan mulai tahun 2015 sampai 2019 mengalami penurunan yang signifikan
tetapi mengalami kenaikan pada tahun 2020, hal tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Nasional Tahun 2015-2020

Jumlah Penduduk Miskin Nasional (%)


15

10

0
2015 2016 2017 2018 2019
2020

Jumlah penduduk miskin (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021


Grafik 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin nasional pada
tahun 2015 sebesar 11,22%, tahun 2016 sebesar 10,86%, tahun 2017 sebesar
10,12%, tahun 2018 sebesar 9,82%, penurunan kembali terjadi pada tahun 2019
sebesar 9,22%, pada tahun 2020 jumlah penduduk miskin nasional mengalami
kenaikan sebesar 0,9% menjadi 10,12%. Tentunya kenaikan presentase jumlah
penduduk miskin nasional disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya

1
adalah kebijakan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan
yang ada.
Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan yang telah dibuat
belum menunjukkan hasil yang relevan. Pemerintah menjadi gambaran akan
kurang maksimal dalam pengelolaan dan pendistribusian sumber daya yang
dimiliki oleh Indonesia. Indonesia melakukan berbagai strategi yang telah
dilaksanakan agar tingkat kemiskinan tidak bertambah setiap tahunnya.
Pemerintah pusat serta daerah juga turut andil dalam program-program yang
bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan, baik yang berasal dari pemerintah
pusat maupun inisiasi dari pemerintah daerah sendiri.
Salah satu solusi untuk menghadapi kemiskinan adalah dengan model
ekonomi berbagi (sharing economy). Terdapat korelasi yang kuat antara ekonomi
berbagi dengan tingkat kesejahteraan di daerah. Menurut Swiecz dan Smith
(2009) menawarkan solusi dengan mengembangkan model mekanisme berbagi
untuk mengatasi permasalahan resesi ekonomi, khususnya permasalahan
kemiskinan dalam negeri. Dengan adanya mekanisme berbagi ini akan
mempertahankan kesejahteraan dalam sebuah perekonomian.
Dalam konsep ekonomi berbagi di Indonesia diterapkan dengan adanya
pendekatan ekonomi yang melalui pendistribusian zakat, infak, shadaqah maupun
wakaf. Penduduk Indonesia dengan mayoritas muslim, maka dari itu akan
memiliki kewajiban membayar zakat dan disunnahkan menyisihkan sebagian
hartanya untuk shadaqah, infak, dan wakaf untuk kepentingan sosial. Maka dari
itu metode sharing economy memiliki potensi dengan adanya zakat, infak maupun
shadaqah yang akan dapat memberikan dampak positif yang membangun.
Berawal dari penduduk Indonesia adalah mayoritas muslim, maka akan
memiliki kewajiban membayar zakat. Sehingga besaran jumlah dan penggunaan
zakat di Indonesia otomatis sangat besar. Kewajiban zakat ini merupakan cara
yang sangat efektif dan strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin dan patut untuk dikembangkan sebagai alat yang penting. Zakat yang
berasal dari orangorang kaya bukan berarti melecehkan hasil keringat mereka,
namun dengan zakat justru akan menambah harta mereka dan tidak berkurang
sedikitpun. Secara etimologi zakat itu berarti suci, berkah, tumbuh, baik serta

2
bersih karena zakat merupakan Upaya untuk menyucikan diri dari dosa dengan
memberikan lebih sedikit untuk harta pribadinya. Sedangkan zakat secara
terminologi merupakan penyerahan atau memenuhi hak wajib atas harta kekayaan
yang dimiliki kepada orang yang berhak menerima persyaratan yang ditetapkan
oleh Allah SWT. Menurut Zumrotun (2016:97-104) Zakat memiliki implikasi
strategis dalam membangun kesejahteraan umat. Setiap orang yang membayar
zakat dapat segera memenuhi dua aspek kewajibannya, yaitu aspek agama dan
aspek sosial ekonomi.
Terdapat dua cara untuk memaksimalkan potensi zakat dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, agar pengelolaan zakat bersifat
konsumtif dan produktif. Penyelenggaraan zakat secara konsisten dapat dilakukan
melalui inklusi dan distribusi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dasar
penerima zakat berupa penyediaan makanan dan bahan lainnya serta yang
ditawarkan untuk dipublikasikan. Secara umum, pengelolaan zakat yang produktif
dapat dicapai melalui pengelolaan zakat dengan tujuan penguatan dan biasanya
melalui pengelolaan permodalan untuk pengelolaan hak-hak wirausahawan yaitu
pemberian pembinaan serta memberikan pendidikan secara gratis.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cirebon, jumlah penduduk
miskin mengalami penurunan dari tahun 2015-2016. Hal tersebut dapat dilihat
pada grafik di bawah ini:
Grafik 1.2 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Cirebon Tahun 2015-2020

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten


Cirebon (%)
15

10

0
2015 2016 2017 2018 2019
2020

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Cirebon (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021

3
Pada Grafik 1.2 menujukkan bahwa jumlah penduduk miskin Kabupaten
Cirebon mengalami penurunan selama lima periode terakhir, pada tahun 2015
jumlah penduduk miskin sebesar 14,77%, pada tahun 2016 sebesar 13,49%, pada
tahun 2017 sebesar 12,97%, pada tahun 2018 sebesar 10,70%, pada tahun 2019
sebesar 9,94% dan pada tahun 2020 jumlah penduduk miskin Kabupaten Cirebon
mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu 1,3% menjadi 11,24%. Namun
permasalahan kemiskinan tetap masih menjadi prioritas. Kemiskinan pada
kabupaten Cirebon di Jawa Barat menempati tiga besar, disebabkan karena
banyaknya perencaan yang belum tepat sasaran. Maka dari itu pemerintah daerah
harus lebih fokus dari segi perencanaan, ketidaktepatan sasaran, serta
ketidaktepatan waktu pencairan.
Potensi zakat di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya, hal ini
selaras dengan peningkatan ekonomi masyarakat yang ditandai dengan
menurunya angka kemiskinan dari periode 2015-2019. Menurut Direktur Utama
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), yang dikatakan Arifin Purwakananta,
bahwa potensi zakat di Indonesia mencapai Rp330 triliun (Idntimes, 16 Juni
2020). Secara keseluruhan dapat diasumsikan bahwa potensi penerimaan zakat di
Indonesia cukup besar. Jika dilihat dari jumlah masyarakat yang diwajibkan
membayar zakat yang terus meningkat setiap tahun dan juga pendapatan perkapita
yang nominalnya juga cukup besar dan meningkat setiap tahunnya maka potensi
penerimaan zakat juga diharapkan meningkat.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh Baznas Kabupaten Cirebon,
salah satunya adalah kegiatan operasional yang belum berfungsi secara optimal
sesuai yang diamanahkan di dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat. Belum optimalnya kegiatan operasional tersebut
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah
kebanyakan Baznas daerah seperti Baznas Kabupaten tidak mendapatkan hak
keuanganya dari pemerintah pusat secara optimal. Hal tersebut tentu akan
menghambat kegiatan operasional yang akan dilakukan oleh Baznas Kabupaten
Cirebon.
Baznas Kabupaten Cirebon merupakan badan amil zakat yang terletak di
Kabupaten Cirebon. Program utama dalam Baznas Kabupaten Cirebon yaitu

4
Ingsun Titip Tajug Lan Faqir Miskin. Hal tersebut memiliki makna bahwa
prioritas yang menjadi program utama dari adanya Baznas Kabupaten Cirebon
adalah meningkatkan kesadaran beragama masyarakat dan membantu
mengentaskan kemiskinan. Secara implementasi, strategi Baznas Kabupaten
Cirebon memiliki lima program utama, yaitu program Kabupaten Cirebon
sejahtera, program Kabupaten Cirebon cerdas, program Kabupaten Cirebon
agamis, program Kabupaten Cirebon Sehat dan program Kabupaten Cirebon
peduli.
Tingkat kesuksesan Baznas dapat diukur melalui seimbangnya data antara
potensi zakat yang ada dengan realisasi yang telah dilakukan. Untuk mengetahui
seberapa besar potensi zakat di Kabupaten Cirebon menggunakan suatu metode
perkiraan yang sederhana. Namun, metode yang digunakan ini belum
mencerminkan hasil yang akurat tapi dapat digunakan sebagai tolak ukur
pembanding sejauh mana realisasi pengumpulan zakat yang ada. Hal tersebut
dapat dilihat dari salah satu bidang zakat, yaitu zakat profesi. Bidang profesi ASN
di Kabupaten Cirebon pada tahun 2020 berjumlah 12.000 ASN, menurut Baznas
Kabupaten Cirebon zakat dari profesi ASN tersebut mengalami kenaikan dalam
penggalian potensi dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020 sebesar 90% dari
yang semula hanya 10% saja. Hal ini dapat dilihat pada rincian sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Pengumpulan Dana Zakat, Infaq, Sedekah Tahun 2020
Uraian Penerimaan
Zakat Profesi Rp. 11.199.708.108,23
Infaq dan Sedekah Rp. 53.510.813,00
Zakat Fitrah Sekolah Rp. 62.638.557,9
Zakat Fitrah OPD/ Instansi Rp. 285.686.965,00
Zakat Fitrah Individu Rp. 381.000,00
Zakat Fitrah Masyarakat Desa Rp. 141.486.600,05
Jumlah Total Rp. 11.743.412.044,12
Sumber: Baznas Kab. Cirebon, 2020
Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah pengumpulan dana zakat, infaq
dan sedekah pada tahun 2020 sebesar 11,7 Milyar rupiah. Hal ini selaras dengan
beberapa upaya yang dilakukan oleh Baznas Kabupaten Cirebon dalam

5
mewujudkan jumlah pengumpulan dana zakat yang efektif. Adapun rincian dari
pendayagunaan dana zakat, infak dan sedekah dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 1.2 Jumlah Realisasi Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq dan
Sedekah Tahun 2020
Program Jumlah
Mustahiq/Penerima Bantuan
Cirebon Agamis 5.017 Rp. 2.382.116.700,00
Cirebon Sehat 321 Rp. 2.868.970.600,00
Cirebon Cerdas 373 Rp. 653.280.000,00
Cirebon Sejahtera 36 Rp. 166.300.000,00
Cirebon Peduli 61.684 Rp. 3.290.067.148,00
Jumlah 67.431 Rp. 9.361.004.448,00
Sumber: Baznas Kab. Cirebon, 2020
Tabel 1.2 menunjukkan bila rasio antara realisasi dengan potensi masih
kecil berarti penggalian potensi zakat masih belum optimal, tetapi bila rasionya
cukup besar maka dapat dikatakan bahwa upaya yang dilakukan cukup optimal.
Menurut Baznas Kabupaten Cirebon hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor.
Pertama, masyarakat muslim memang sebagian mayoritas lebih memperhatikan
pembayaran zakat fitrah dari pada zakat maal. Kedua, adanya realita bahwa masih
banyak muzaki di Indonesia yang membayarkan zakatnya tanpa melalui lembaga
zakat, namun langsung kepada mustahik sehingga hal tersebut menyebabkan data
dari muzaki tidak terdata oleh pengelola zakat.
Selain faktor tersebut, Baznas Kabupaten Cirebon masih dalam upaya
membangun Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam penggunaan sistem
informasi teknologi yang digunakan dalam proses kegiatan operasional. SIM
Baznas ini sangat dibutuhkan untuk membaca potret potensi mustahik dan
muzakki. Hal tersebut menyebabkan hingga saat ini, Baznas belum memiliki
database jumlah mustahik dan muzakki secara detail. Dalam menyikapi beberapa
faktor penghambat dari kegiatan operasional tersebut, Baznas Kabupaten Cirebon
berupaya mengatasi permasalahan tersebut. Cara yang dilakukan berupa ikut serta
dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan skill

6
kompetensi karyawan. Dari uraian yang telah disebutkan, maka peneliti tertarik
untuk mengangkat sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Pengelolaan Zakat
dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Periode 2018-2020 Melalui Metode
Data Envelopment Analysis Studi Kasus Baznas Kabupaten Cirebon”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti
dapat merumuskan masalah yang dapat menjadi fokus dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Bagaimana strategi pada Baznas Kabupaten Cirebon dalam pengelolaan
zakat sebagai upaya pengentasan kemiskinan periode 2018-2020?
2. Bagaimana efisiensi dan produktivitas pengelolaan zakat pada Baznas
Kabupaten Cirebon Periode 2018-2020 ditinjau melalui metode Data
Envelopment Analysis?
3. Bagaimana pengaruh efisiensi dan produktivitas pengelolaan zakat pada
Baznas Kabupaten Cirebon terhadap taraf kehidupan mustahik?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan
tujuan penelitian, yaitu:
1. Menganalisis strategi pada Baznas Kabupaten Cirebon dalam
pengelolaan zakat sebagai upaya pengentasan kemiskinan Periode
2018-2020.
2. Menganalisis efisiensi dan produktivitas pengelolaan zakat pada Baznas
Kabupaten Cirebon Periode 2018-2020 ditinjau Melalui Metode Data
Envelopment Analysis.
3. Menganalisis pengaruh efisiensi dan produktivitas pengelolaan zakat
pada Baznas Kabupaten Cirebon terhadap taraf kehidupan mustahik.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan keilmuan bagi peneliti mengenai
ekonomi islam, khususnya peran zakat sebagai instrumen dalam upaya
pengentasan kemiskinan di Kabupaten Cirebon pada periode 2018-2020,
dan mengukur tingkat efisiensi dan produktivitas Organisasi Pengelola

7
Zakat yang ada di Kabupaten Cirebon, yakni Baznas Kabupaten Cirebon
yang diukur melalui Metode Data Envelopment Analysis serta mengukur
pengaruh efisiensi dan produktivitas pengelolaan zakat terhadap taraf
kehidupan mustahik. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi
referensi serta pedoman bagi peneliti yang akan melakukan penelitian
pada periode selanjutnya serta dapat menjadi khasanah kepustakaan
khususnya di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Al-Ishlah Cirebon.
2. Aspek Praktis
Pada tatanan praktis, penelitian ini berguna untuk memberikan evaluasi
terhadap pengelolaan dana zakat dan realisasi terhadap mustahik dalam
upaya pengentasan kemiskinan serta diharapkan kepada lembaga
pengelola zakat dapat meningkatkan kontribusi dan efisiensi pengelolaan
zakat secara menyeluruh.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan dan penulisan skripsi, maka disusunlah
sistematika penulisan yang kemudian dapat dijadikan sebagai gambaran
secara sederhana ada lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab 1 Pendahuluan yang akan disusun berisi tentang latar belakang masalah
yang menjadi acuan dasar dalam penelitian ini, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TELAAH PUSTAKA
Bab 2 Telaah Pustaka yaitu berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan
zakat, kemiskinan, dan pengentasan kemiskinan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab 3 Metodologi Penelitian yaitu berisi tentang desain penelitian, variabel
penelitian dan definisi operasional variabel, instrumen penelitian, prosedur
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai hasil penelitian, sekilas
gambaran umum objek penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil
analisis data.

8
BAB V KESIMPULAN
Dalam bab ini di dalamnya mencakup kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan yang telah di uraikan pada bab-bab sebelumnya serta implikasi
yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.

9
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Telaah Teori
2.1.1 Zakat
2.1.1.1 Pengertian Zakat
Kata zakat berasal dari bahasa Arab “az-Zakaah”, kata tersebut adalah
bentuk Masdar dari Fi’il Madhi “Zakaa”, yang artinya bertambah, tumbuh dan
berkembang. Dasar hukum zakat menurut pemerintah adalah Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat menyebutkan bahwa. Zakat adalah harta yang wajib muslim sesuai dengan
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimannya. Menurut
(Mufraini, 2006) menyatakan bahwa zakat memiliki arti lain berupa pembinaan,
pemurnian, pemurnian, perbaikan dan pembersihan diri, yang diperoleh setelah
pembayaran zakat.

Sedangkan menurut istilah adalah sejumlah harta kekayaan yang harus


dikeluarkan oleh umat Islam dan diberikan kepada kelompok yang berhak
menerimanya sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh Islam. Oleh karena itu,
siapa pun yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh agama wajib
membayar zakat. Zakat dalam Alquran dan hadis terkadang disebut dengan
sedekah, seperti firman Allah SWT:

ّ ٰ ‫ك َسك ٌَن لَّهُ ْۗ ْم َو‬


١٠٣ – ‫للاُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ َ َ‫ص ٰلوت‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu bersihkan
dan mensucikan mereka “ (Q.S. At-taubah, 103).
Zakat yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima itu diartikan
sebagai “tumbuh dan bertambah”. Selain itu, juga bisa berarti berkah, bersih, suci,
subur dan berkembang maju. Dapat disimpulkan bahwa kita selaku muslim untuk
telah diwajibkan oleh Allah Subhaanahu Waata’ala untuk mengeluarkan zakat,
seperti firman Allah SWT :

٥٦ – َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬

10
“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul, supaya
kamu diberi rahmat“. (Surat An Nur, 56).

Sedangkan menurut (Qardawi, 2013) menjelaskan bahwa zakat penting


artinya dengan harta zakat orang yang membayar zakat harus bersih dan suci.
Pengertian zakat secara terminologi berarti sejumlah harta yang diwajibkan oleh
Allah SWT untuk menerima mustahik yang disebutkan dalam Alquran. Jadi,
dapat disimpulkan zakat adalah pemindahan sebagian harta umat dari salah satu
tangan umat yang dipercayai oleh Allah untuk mengurus dan mengendalikan
seluruh harta pemberian yang diserahkan oleh orang-orang kaya (Muzakki)
ketangan orang lain yang berhak menerimanya (Mustahik).

2.1.1.2 Macam-Macam Zakat


Menurut (Tho’in, 2017) menjelaskan bahwa zakat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:

1. Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki
seseorang atau lemabaga dengan syarat-syarat dan ketentuanketentuan yang
telah ditetapkan. Dalam klasifikasi mal (harta), semua yang termasuk harta,
apapun bentuknya,merupakan objek harta. Terdapat beberapa jenis zakat mal,
yaitu:
a. Zakat Pertanian dan Ternak
Zakat pertanian dan ternak sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW. Zakat
hasil pertanian dan ternak dapat berupa suatu hal yang halal sesuai Islam.
Zakat pertanian dengan sistem irigasi dikeluarkan sebesar 5 % dan dengan
sistem tadah hujan sebesar 10% dari hasil tiap panen dengan ketentuan
telah mencapai nishob yaitu 652,8 kilogram gandum. Contoh zakat
pertanian adalah gandum, biji gandum, kurma, anggur dan lain-lain. Zakat
peternakan diberikan pada ternak yang memberi manfaat. Contoh: unta,
sapi kambing dan lain-lain.
b. Zakat Emas dan Perak
Dalam bentuk zakat ini dapat berupa emas dan perak, baik berupa koin,
koin emas maupun emas mentah. Jika masing-masing benda tersebut

11
sudah mencapai nishab, maka akan memakan waktu satu tahun, dan
pemiliknya tidak memiliki hutang dan kebutuhan lain yang lebih
mendasar.
c. Zakat Perdagangan
Dalam zakat bentuk ini yang termasuk kategori harta perdagangan adalah
sesuatu yang sejak awal diniatkan diperdagangkan untuk memperoleh
keuntungan. Contoh zakat kekayaan dagang adalah mobil, obat-obatan,
peternakan, emas dan perak dan lain-lain.
2. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat (sedekah) jiwa. Istilah tersebut diambil dari
kata fitrah yang merupakan asal dari kejadian. Zakat fitrah adalah Zakat yang
harus dibayar oleh seorang Muslim, baik anak-anak maupun orang dewasa,
baik budak maupun laki-laki dan perempuan, adalah 1 sha atau 2.176 kg beras
(atau dibudidayakan 2,5 kg) atau 3,5 liter beras sebelum lebaran.
Zakat fitrah sesuai dengan namanya berguna untuk membersihkan
jiwa seorang Muslim. Setelah berpuasa satu bulan penuh, Allah mewajibkan
umat Islam untuk membayar zakat fitrah sebagai penyempurna puasanya.
Membersihkan jiwa manusia dan kesalahan yang diperbuat selama bulan
Ramadhan.
Selain itu, zakat fitrah juga dimaksudkan untuk membantu orang-
orang yang kekurangan atau fakir miskin sehingga sama-sama ikut merasakan
kegembiraan pada hari raya Idul Fitri. Hari raya Idul Fitri adalah hari
kemenangan untuk seluruh umat Islam yang telah menahan nafsunya dengan
berpuasa selama satu bulan penuh. Dan hari kemenangan sudah sewajarnya
dirayakan dengan kegembiraan dan keceriaan.

2.1.1.3 Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat


Dalam al-Qur’an orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat
mal ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, ada delapan Golongan yaitu:

ِ ّ ٰ ‫َار ِميْنَ َو ِف ْي َس ِبي ِْل‬


‫للا َواب ِْن‬ ِ ‫ت ِل ْلفُقَ َر ۤا ِء َوا ْل َم ٰس ِك ْي ِن َوا ْل َعا ِم ِليْنَ َعلَ ْيهَا َوا ْل ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوْ بُهُ ْم َو ِفى ال ِّرقَا‬
ِ ‫ب َوا ْلغ‬ ُ ‫صد َٰق‬
َّ ‫ِانَّ َما ال‬
٦٠ – ‫للاُ َع ِل ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ّ ٰ ‫للا ْۗ َو‬
ِ ّ ٰ َ‫ض ًة ِّمن‬ َ ‫ال َّس ِب ْي ْۗ ِل َف ِر ْي‬

12
“Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat) itu hanya untuk orang-orang Fakir,
Miskin, Pengurus zakat (amil), orang–orang yang telah dibujuk hatinya (muallaf),
Untuk memerdekakan budak-budak yang telah dijanjikan akan dimerdekakan,
orang yang berhutang (gharim) untuk dijalan Allah (sabilillah) dan untuk orang
musafir (orang yang dalam perjalanan). Yang demikian ketentuan Allah” (Q.S.
At taubah: 60).

Delapan golongan tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

1. Fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai harta atau usaha terjamin 50%
kebutuhan kehidupannya untuk sehari-hari
2. Miskin, yaitu orang yang memiliki aset dan bisnis yang dapat menghasilkan
lebih dari 50% untuk kebutuhan sehari-hari mereka, tetapi tidak cukup.
3. Amil, yaitu panitia zakat yang dapat dipercayakan untuk mengumpulkan dan
membagi-bagikan kepada akan dapat berhak menerimanya dengan syarat
seuai dengan hukum islas.
4. Mua’allaf, yaitu orang yang baru masuk Islam dan belum kuat imamnya dan
jiwanya perlu dibina agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan
Islam.
5. Hamba sahaya, yaitu hamba yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan
oleh tuannya dengan jalan menebus dirinya.
6. Gharim, yaitu orang yang berutang untuk sesuatu kepentingan yang tidak
maksiat dan mereka yang tidak sanggup untuk melunasinya.
7. Sabilillah, yaitu orang yang membela suka rela untuk menegakkan agama
Allah.
8. Ibnu Sabil adalah bahasa lain dari musafir. Musafir disebut demikian, karena
ia selalu berada dijalan Allah SWT. Adapun syarat pemberian zakat kepada
ibnu sabil antara lain, yaitu ia sangat membutuhkan dan kehabisan bekal di
tengah perjalanan sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanannya ke
negerinya dan perjalanannya bukan dalam rangka maksiat, misalnya haji,
dagang, dan lain sebagainya. Jika memang demikian kondisinya ia berhak
diberi bagian zakat.

13
2.1.1.4 Tujuan dan Hikmah Zakat
1. Tujuan Zakat
Terdapat beberapa tujuan dari Zakat, yaitu:
a. Mengangkat derajat fakir miskin serta membantunya keluar dari kesulitan
dan penderitaan hidup.
b. Membantu menyelesaikan permasalahan orang yang berutang, Ibnu Sabil
dan mustahik lainnya.
c. Membina tali persaudaraan dengan sesama umat Islam
d. Menghilangkan sifat kikir dari pemilik harta.
e. Membersihkan sifat dengki dan iri hati dengan dari orang-orang miskin.
f. Memberikan jalan untuk menghindari jurang pemisah antara yang kaya
dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.
g. Membangkan rasa tanggung jawab sosial pada seseorang, terutama mereka
yang memiliki harta benda.
h. Mendidik orang untuk mendisiplinkan, memenuhi kewajibannya, dan
melepaskan hak orang lain yang mereka miliki.
2. Hikmah Zakat
Terdapat beberapa hikmah dari dilakukanya zakat, yaitu:
a. Menyucikan manusia dari sikap keji, kikir, pelit, rakus, dan tamak.
b. Membantu fakir miskin serta meringankan beban orang yang kesusahan
dan kesulitan.
c. Akan dibiyai kepentingan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan
umat dan kebahagiaan mereka.
d. Membatasi bertumpuknya kekayaan pada orang-orang kaya sehingga
kekayaan tidak terkumpul pada golongan tertentu saja atau kekayaan hanya
milik orang kaya saja

2.1.2 Zakat Produktif

2.1.2.1 Pengertian Zakat Produktif


Menurut (Asnaini, 2005) Zakat Produktif adalah Zakat dimana aset atau
dana zakat yang diberikan kepada konsumen tidak dibelanjakan melainkan
dikembangkan dan digunakan untuk membantu usahanya, sehingga melalui upaya
tersebut mereka dapat terus menerus memenuhi kebutuhannya.. Dengan demikian,

14
zakat yang dihasilkan merupakan pembayaran zakat yang dapat menyebabkan
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan aset zakat yang
diterima, misalnya seperti bisnis atau bisnis.

Menurut (Hafidhuddin, 2002) Dinyatakan bahwa zakat produktif adalah


zakat yang diberikan kepada dermawan sebagai modal untuk menjalankan suatu
kegiatan ekonomi, khususnya untuk mengembangkan taraf ekonomi dan potensi
produktivitas konsumen. Seperti yang kita pahami bersama, komunitas Muslim
sejauh ini masih berada dalam perekonomian yang terbelakang. Artinya, masalah
pengentasan kemiskinan dan ketimpangan sosial dimiliki oleh banyak negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Oleh karena itu untuk bisa
mengatasi permasalahan tersebut timbullah pemikiran inovatif dari para ahli
ekonomi islam untuk mengembangkan sistem baru dalam pendstribusian zakat,
dan salah satunya adalah pola pendistribusian dengan cara produktif.

2.1.2.2 Pendistribusian Zakat Secara Produktif


Secara umum pendistribusian zakat tentu memiliki sasaran dan tujuan
yang sebelumnya telah ditetapkan. Pendistribusian zakat memiliki makna sebagai
suatu proses penyaluran atau pembagian dana zakat kepada seseorang yang
berhak diberi zakat. Sasaran pendistribusian zakat adalah orang-orang yang dalam
Islam telah disebutkan berhak menerima zakat. Sedangkan tujuan dari
pendistribusian zakat adalah untuk membantu meringkankan beban penerima
zakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang perekonomian.
Sehingga hal tersebut dapat membantu meminimalisir kelompok masyarakat yang
kurang mampu.

Dana zakat yang telah dikumpulkan oleh lembaga amil zakat harus
segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan program kerja lembaga
amil zakat. Zakat tersebut harus didistribusikan kepada para mustahik
sebagaimana tergambar dalam surat At-Taubah ayat 60, yang dijelaskan sebagai
berikut:

15
1. Pendekatan parsial dalam hal ini menyasar masyarakat miskin dan
rentan, serta dilaksanakan secara langsung dan santai. Dengan cara ini,
masalah kemiskinan mereka dapat teratasi untuk sementara.
2. Pendekatan Struktural Metode ini mengutamakan bantuan berkelanjutan
yang bertujuan agar zakat para obligor mengatasi masalah kemiskinan,
dan diharapkan nantinya menjadi seorang bankir.
Penggunaan Zakat dan penggunaannya semaksimal mungkin
memerlukan kebijakan dari Perusahaan / Otoritas Pengelola Zakat. Zakat tidak
hanya dibagikan kepada mereka yang berhak atas penggunaan konsumen, tetapi
dapat diberikan dalam bentuk lain yang dapat digunakan secara produktif. Dengan
sistem pendistribusian zakat yang dilakukan dengan baik, maka akan dapat
tercapai tujuan zakat yaitu membantu mengurangi tingkat kemiskinan.
Pola pendistribusian zakat produktif haruslah diatur sedemikian rupa
sehingga jangan sampai sasaran dari program ini tidak tercapai. Menurut Armiadi
dalam (Nasrullah, 2015) terdapat beberapa langkah yang menjadi acuan dalam
pendistribusian zakat produktif diantaranya yaitu:
1. Forecasting/ Meramalkan
Yaitu meramalkan, memproyeksikan dan mengadakan taksiran dana sebelum
pemberian zakat.
2. Planning/ Rencana
Yaitu merumuskan dan merencanakan suatu tindakan tentang apa saja yang
akan dilaksanakan untuk tercapainya program, seperti penentuan pihak-pihak
yang akan mendapatkan zakat produktif, menentukan tujuan yang ingin
dicapai, dan lain-lain.
3. Organizing dan Leading
Yaitu mengumpulkan berbagai elemen yang akan membawa kesuksesan
program termasuk di dalamnya membuat peraturan yang baku yang harus
ditaati.
4. Controlling/ Pengawasan
Yaitu pengawasan terhadap jalannya program sehingga jika ada masalah atau
penyimpangan dari program yang dijalankan akan segera terdeteksi.

16
Pada awalnya pola penyaluran konsumsi mendominasi dana zakat,
namun pada penerapannya saat ini perkembangan zakat diawali dengan pola
penyaluran dana zakat yang produktif. Untuk efektivitas penggunaan dana zakat,
bentuk inovasi dalam penyaluran diklasifikasikan menjadi empat bentuk
(Mufraini, 2006), yaitu :

1. Distribusi bersifat konsumtif tradisional, yaitu zakat dibagikan kepada


mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
2. Distribusi bersifat konsumtif kreatif, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk
lain dari barangnya semula, seperti diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah.
3. Distribusi bersifat produktif tradisional, dimana dana zakat dana zakat
diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti alat cukur dan
sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan dapat menciptakan suatu usaha
yang membuka lapangan kerja bagi fakir miskin.
4. Distribusi dalam bentuk produktif kreatif, yaitu zakat diwujudkan dalam
bentuk permodalan baik untuk membangun proyek atau menambah modal
pedagang kecil

2.1.2.3 Hukum Zakat Produktif


Produktif berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil serta
menghasilkan barang-barang berharga dengan mempunya hasil yang baik.
Menurut (Nafiah, 2015) zakat produktif berarti pendistribusian zakat yang
membuat mustahik menghasilkan sesuatu secara terus menerus dengan harta zakat
sebagai modal yang diterima dari muzakki dengan cara dikembangkan dalam
bentuk usaha yang produktif.

Zakat produktif merupakan zakat yang didistribusikan kepada mustahik


yang dimanfaatkan sebagai modal yang diharapkan dapat meningkatkan taraf
ekonomi orang-orang yang membutuhkan. Zakat produktif juga termasuk jika
harta orang yang berzakat tersebut dikembangkan dan dikelola oleh amil yang
setelah itu hasilnya disalurkan kepada mustahik Jadi zakat produktif adalah zakat
yang disalurkan kepada mustahik (orang-orang yang membutuhkan) dengan cara

17
yang tepat efektif, dengan manfaat sistem serba guna dan produktif dengan sesuai
pesan syariat dan peran serta fungsi sosial ekonomis dari zakat tersebut.

Idealnya dari zakat yaitu dengan menjadikan zakat sebagai sumber dana
umat bukan hanya konsumtif. Zakat konsumtif dilakukan ketika terdapat mustahik
yang tidak mungkin dibimbing untuk mempunyai usaha mandiri atau memang
untuk kepentingan masyarakat. Maka dari itu, penggunaan zakat konsumtif untuk
hal-hal yang bersifat darurat saja. Menurut (Nafiah, 2015) Yusuf Al-Qardhawi
dalam fiqh zakat menyatakan bahwa pemerintah Islam dapat diperbolehkan
membangun perusahaan atau membuka usaha yang digunakan bagi kepentingan
fakir miskin, sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi sepanjang masa.

Dengan zakat produktif diharapkan para penerimanya menghasilkan


sesuatu secara berkesinambungan dengan harta zakat yang diterimanya.
Pendistribusian zakat secara produktif terbagi dua bentuk. Pertama, dengan zakat
diserahkan langsung kepada mustahik untuk dikembangkan dengan bentuk berupa
uang tunai atau zakat diberikan berupa barang-barang yang bisa dikembangkan
untuk mengembangkan usaha. Kedua, pendistribusian zakat secara produktif yang
dikembangkan dalam bentuk investasi dengan zakat tidak langsung diserahkan
kepada mustahik.

2.1.2.4 Indikator Pemanfaatan Zakat Produktif


Pemanfaat zakat produktif tidak terdapat di Al-Qur’an, Hadits dan Ijma’
bagaimana zakat diberikan secara produktif atau konsumtif serta tidak adanya
dalil naqli yang mengatur tentang bagaimana cara pemberian zakat itu kepada
para mustahik. Pada Ayat 60 surat At-taubah (9) para ulama menjadikan dasar
hukum tentang zakat, tetapi ayat ini tidak menyebutkan cara pemberian zakat
namun hanya menyebutkan golongan yang berhak menerima zakat.

Ketika Al-Qur'an dan hadits tidak menemukan bagaimana zakat


disalurkan, maka ulama berinisiatif melakukan ijtihad tentang bagaimana
penyaluran zakat produktif, karena mereka melihat kondisi saat ini dan zakat ini
bisa berkembang. Dengan itu bagian dari masalah muamalah (hukum-hukum
syara’yang berkaitan dengan urusan dunia) dengan hukumnya tersebut tidak

18
ditunjukkan secara langsung oleh ayat Al-Qur’an, khususnya tentang
pendistribusian dan teknik penyaluran zakat.

Hukum muamalah diperbolehkan selama tidak ada teks yang melarang


amalan muamalah dilakukan. Namun terdapat kondisi atau indikator yang berbeda
jika ingin melakukan muamalah dengan membagikan zakat yaitu dilakukan
dengan cara yang produktif. Ini merupakan keputusan yang dihasilkan melalui
pertemuan ulama di Kuwait pada tahun 1413 H-1992 M, yang disponsori oleh
lembaga zakat internasional Kuwait. Syarat-syarat tersebut diantaranya :

a. Penyaluran dana zakat untuk usaha produktif dalam bentuk investasi harus
sesuai dengan ketentuan syara’.
b. Tidak adanya keperluan mendesak yang harus menggunakan dana
secepatnya.
c. Terdapat jaminan keamanan untuk utuhnya dana zakat.
d. Terdapat jaminan bahwa modal dana tersebut dapat diambil atau ditarik
jika terdapat keperluan yang mendesak dari mustahik zakat.
e. Terdapat jaminan bahwa usaha zakat produktif dilakukan dengan sungguh-
sungguh, profesional, amanah serta dilakukan secara matang agar terus
berkembang.
f. Terdapat keputusan dan pertimbangan pemerintah terhadap lembaga amil.

2.1.3 Kemiskinan

2.1.3.1 Pengertian Kemiskinan


Kemiskinan merupakan ketidakmampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar minimal sehari hari untuk hidup yang layak. Menurut
(Rejekiningsih, 2011) menyatakan bahwa kemiskinan merupakan kondisi individu
yang berada dibawah garis yang ditetapkan pemerintah mengenai standar
kehidupan dengan kebutuhan minimum, baik untuk non pangan dan pangan itu
sendiri. Kemiskinan dipandang sebagai individu yang memiliki batas kemampuan
dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita perbulan yaitu dianggap penduduk miskin.

19
Suatu yang ukuran pasti untuk menentukan batas kemiskinan tidaklah
mudah, tetapi para fuqaha mazhab seperti Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah
mendefinsikan miskin adalah :

“Orang yang masih mampu berusaha memperoleh harta secara halal,


tetapi hasilnya tidak mencukupi bagi dirinya dan keluarganya.”

Penyebab mereka menjadi fakir miskin yaitu dengan akibat tidak


berjalannya sistem dan norma-norma keadilan yang berpangkal dari orang-orang
kaya, bukan hanya faktor internal maupun kesalahan mereka sendiri. Namun
terdapat faktor eksternal yang dominan, yaitu sebagai akibat tidak berjalannya
sistem dan norma-norma keadilan, yang berpangkal dari orang-orang kaya yang
menekankan hak dari golongan dhuafa (orang yang dianggap lemah dalam
ekonomi dan fisiknya) ini terdapat dalam harta mereka tanpa menjalankan fungsi
harta dan pemilikan melalui berbagai institusi ekonomi Islam seperti Zakat.

Terdapat kesimpulan, bahwa kemiskinan itu terjadi dimana keadaan


seseorang sudah berusaha tetapi hasilnya belum dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya. Ketika keadaan cacat fisik mengakibatkan ketidakmampuan
mencari nafkah juga dapat dikatakan miskin. Kemiskinan salah satu yang terdapat
dalam masyarakat sampai sekarang, kemiskinan menimpa masyarakat sebagian
yang akan menimbulkan masyarakat menjalankan peran dan partsipasi dalam
membangun masyarakat menjadi lemah.

2.1.3.2 Indikator Kemiskinan


Terdapat jenis kemiskinan dengan dimensi dan ukuran yang berbeda-beda
tergantung dengan sudut pandang melihatnya. Seseorang dikatakan miskin dalam
usia produktif atau di usia di atas 17 tahum memiliki usaha tetapi masih
kekurangan modal dan kekurangan pendapatan masih tergolong miskin. Serta
sesorang yang tidak mempunyai makanan sehari semalam juga dikategorikan
miskin.

Ketika sebuah keluarga dikatakan miskin apabila tidak dapat memenuhi


kebutuhan dasar minimalnya. Ketidakmampuan kebutuhan memenuhi salah satu
kebutuhan sandang, pangan, spiritual, papan dan kesehatan. Maka dari itu terdapat

20
indikator keluarga sejahtera yang disusun untuk menilai taraf masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan keluarga yang dimulai dari kebutuhan pokok sampai
kebutuhan untuk pengembangan keluarga. Terdapat tiga ukuran taraf pemenuhan
dibagi dalam tiga kelompok sebagai kumpulan dari indikator keluarga sejahtera
sebagai berikut :

1. Adanya Basic Needs atau kebutuhan dasar, yang terdiri dari variabel
pangan, sandang, papan, dan kesehatan suatu keluarga.
2. Adanya Social Psychological Needs atau kebutuhan sosial psikologis,
yang terdapat dari variabel pendidikan, rekreasi, transportasi dan interaksi
sosial internal dan eksternal keluarga.
3. Adanya Development Needs atau kebutuhan pengembangan, yang terdiri
dari variabel tabungan, akses terhadap infomasi dan pendidikan khusus.
(Puspita, 2008)

Indikator kemiskinan setiap daerah berbeda terdapat ciri yang melekat


pada penduduk miskin yaitu apabila pendapatan masih rendah atau malah tidak
berpendapatan, tidak memiliki pekerjaan tetap, pendidikan rendah bahkan ada
yang tidak berpendidikan. Masing-masing orang memiliki ukuran yang berbeda.
Sebagai contoh ukuran miskin seorang petani akan sangat berbeda dengan ukuran
miskin seorang pengusaha. Perbedaan ukuran ini terutama jika kemiskinan itu
dipandang berdasarkan subyeknya. Akan tetapi, jika kemiskinan tersebut
dipandang dari obyeknya, ukurannya menjadi relatif sama yaitu ukuran yang
mendasarkan pada terpenuhinya kebutuhan dasar minimum manusia.

2.1.3.3 Pengentasan Kemiskinan


Penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam menjadikan instrumen
zakat untuk memastikan keseimbangan pendapatan di masyarakat. Ini berarti,
tidak semua masyarakat mampu berjuang dalam bidang ekonomi, karena beberapa
dari mereka tidak mampu membayar baik yang membutuhkan maupun yang
miskin. Pengeluaran zakat merupakan pengeluaran yang minimal untuk membuat
distribusi pendapatan lebih seragam. Dengan zakat, orang yang membutuhkan dan
miskin dapat berperan dalam hidup dan memenuhi kewajiban umat kepada Allah.
Dengan zakat, bahkan orang yang tidak memiliki harta pun merasa menjadi

21
bagian dari masyarakat. Orang miskin juga merasa dihargai karena ada empati
dari orang yang mampu (Atabik, 2015).

Didalam bidang ekonomi dan sosial, zakat bisa berperan dalam


pencegahan terhadap penumpukan kekayaan pada segelintir orang saja dan
mewajibkan orang yang lebih mampu untuk mendistribusikan harta kekayaannya
pada sekelompok orang yang tidak mampu atau fakir miskin. Zakat juga berperan
sebagai sumber dana yang potensial untuk mengentaskan kemiskinan dan menjadi
modal kerja bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan, sehingga dapat
memperoleh penghasilan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Al-Qardhawi
menyatakan pandangannya bagi upaya pengentasan kemiskinan melalui enam
solusi, diantaranya (Qadir, 2001) :

a. Setiap orang islam harus bekerja keras dan meningkatkan etos kerja.
b. Orang-orang kaya atau yang berkecukupan menyantuni dan menjamin
kehidupan keluarga dekatnya yang masih belum berkecukupan atau
miskin.
c. Meningkatkan dan mengintensifkan pelaksanaan zakat secara profesional.
d. Mengintensifkan pengumpulan bantuan dari sumber, baik dari swadaya
masyarakat maupun dari pemerintah.
e. Mendorong orang-orang kaya untuk mengeluarkan sedekah kepada orang-
orang yang sangat membutuhkannya.
f. Bantuan-bantuan sukarela dan kebaikan hati secara individual dan
insidental.

Jadi dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan Islam dalam


pengentasan kemiskinan yaitu Islam menginginkan agar setiap manusia
mempersiapkan kehidupan terbaiknya serta mampu mendayagunakan segala apa
yang ada di dalamnya dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, manusia pun
akan mampu beribadah kepada Allah SWT dengan penuh kekhusyukan dan juga
dengan persiapan yang sangat baik dan akan lebih mampu mengkonsentrasikan
diri untuk lebih mengenal Allah SWT dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya,
serta lebih mengenal kehidupan lain kehidupan akhirat yang lebih baik dan lebih
kekal.

22
2.1.3.4 Peranan Zakat dalam Mengentas Kemiskinan
Zakat menjadi salah satu instrumen pengentasan kemiskinan yang sangat
efektif karena zakat memiliki berbagai keunggulan. Pertama, yang memperoleh
dana zakat telah ditentukan secara jelas dalam syariat, zakat hanya diperuntukkan
bagi delapan golongan yaitu orang-orang fakir, miskin, amil zakat, muallaf,
memerdekakan budak, orang-orang yang berutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil.
Kedua, karna zakat sudah dijelaskan dalam syariat maka tarifnya rendah dan tetap
serta tidak pernah berubah-ubah. Ketiga, zakat memiliki tarif berbeda untuk jenis
harta yang berbeda, dan memberikan keringanan bagi usaha yang memiliki
tingkat kesulitan produksi yang lebih tinggi. Keempat, zakat dikenakan pada basis
yang luas meliputi berbagai aktivitas perekonomian. Kelima, zakat adalah pajak
spiritual yang harus dibayar setiap orang Umat Islam tunduk pada kewajiban
memberikan zakat dalam keadaan apapun. Karena itu, penerimaan zakat
cenderung stabil dan berkelanjutan. Ini akan memastikan kontinuitas program
pengentasan kemiskinan jangka panjang (El-Batanie, 2009).

Jadi, dengan zakat memungkinkan fakir miskin untuk dapat berperan serta
dalam kehidupan sosial dan juga memenuhi kewajibannya dalam beribadah
kepada Allah SWT, serta membantu membangun ketertiban masyarakat. Selain
itu, mereka pun merasa menjadi bagian dari masyarakat dan bukan menjadi
komunitas yang tersingkirkan atau sampah masyarakat. Sehingga satu sama lain
saling menjaga dan saling menaungi.

2.2 Telaah Penelitian Terdahulu


Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang mendasari peneliti
untuk melakukan penelitian serta menjadi rujukan, yaitu:

Tabel 2.1

Telaah Penelitian Terdahulu

Nama Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
1. (Nurhasanah Efisiensi Kuantitatif Hasil penelitian Badan
& Lubis, Kinerja Baznas dengan Amil Zakat Nasional
2017) Bogor Dan pendekatan Kota Bogor mengalami

23
Nama Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Sukabumi: non parametrik penurunan skor efisiensi
Pendekatan pada asumsi CRS dan
Data efisien 100 persen
Envelopment dengan asumsi CRS dan
Analysis VRS. Penyebab belum
efisien didasarkan pada
penyebab inefisiensi
lembaga. Pada
pendekatan intermediasi
penyebab inefisiensi
yaitu biaya operasional
dan dana yang
tersalurkan.
2. (Harahap, Peranan Unit Kualitatif Unit Pengumpulan
2020) Pengumpulan Deskriptif Zakat Al-Hijrah kota
Zakat Al-Hijrah Binjai dalam
Kota Binjai melaksanakan tugas dan
sebagai fungsinya dalam
Pengelola Zakat pengumpulan
dalam Upaya dan pendistribusian
Pengentasan zakat, infak dan
Kemiskinan sedekah sudah berjalan.
(Studi Di UPZ lembaga amil zakat
Al-Hijrah Kota telah mendistribusikan
Binjai) dana zakat, infak dan
sedekah sesuai dengan
syari’at Islam dan
amanat Undang-
undang, yaitu dengan
mendistribusikan
kepada mustahik sesuai

24
Nama Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
dengan syariat Islam
dengan berdasarkan
skala prioritas

3. (Aqbar & Kontekstualisasi Penelitian zakat memiliki


Azwar, Ekonomi Zakat studi implikasi dari aspek
2019) Dalam kepustakaan mikroekonomi dan
Mengentaskan dengan aspek makro ekonomi.
Kemiskinan: pendekatan Kebijakan Umar bin
Studi Kebijakan multidisipliner, Khattab dan Umar bin
Zakat Umar Bin yuridis, Abdul Aziz dalam
Khattab filosofis dan pengelolaan zakat dapat
Dan Perzakatan sosiologis diklasifikasikan
Di Indonesia menjadi tiga bagian.
Pertama, kebijakan
tentang perluasan objek
zakat. Kedua,
pandangan seputar
penghimpunan zakat.
Ketiga, pendapat dalam
pendistribusian dan
pemberdayaan zakat.
4. (Zahra, Pengukuran Kuantitatif Kinerja Organisasi
Harto, & Efisiensi dengan Pengelola Zakat (OPZ)
Bisyri, Organisasi pendekatan pada tahun 2013 lebih
2016) Pengelola Zakat non- efisien dari pada tahun
dengan Metode parametrik 2012 dan tahun 2014
Data Data karena disebabkan oleh
Envelopment Envelopment terjadinya penurunan
Analysis Analysis biaya personalia.

25
Nama Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
5. (Makhrus, Pengelolaan Metode Multi Pengelolaan zakat
2019) zakat produktif Stage produktif dilakukan
dalam upaya Weighted dibeberapa sektor
pengentasan Index seperti pendidikan
kemiskinan di ekonomi, dakwah,
Indonesia kesehatan dan sosial
keagamaan dengan
menyusun program
pemberdayaan
masyarakat dikelima
sektor tersebut.
6. (Andriyanto, Strategi Metode Model pengelolaan dan
2011) Pengelolaan kualitatif pendistribusian ZIS
zakat dalam yang amanah,
pengentasan transparan, dan
kemiskinana profesional telah
dilakukan oleh Rumah
Zakat Indonesia (RZI),
sehingga RZI
merupakan salah satu
badan pengelola ZIS
yang mendapatkan
kepercayaan
masyarakat.

26
2.3 Kerangka Berpikir

Baznas Kabupaten Pengentasan


Zakat
Cirebon Kemiskinan
Mengelola Tujuan

Efisiensi dan Strategi


produktivitas Baznas pengelolaan
dalam mengelola zakat dalam
zakat upaya
pengentasan
kemiskinan

Dengan menggunakan
Kesimpulan Hasil Analisis metode Data
Envelopment Analysis

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan
penelitian yang dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif atau metode penelitian campuran (mixed methods). Penelitian ini
juga bagian dari metode deskriptif yang hendak mendalami suatu kasus
tertentu secara mendalam dengan melibatkan pengumpulan beberapa
sumber informasi. Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penelitian ilmiah
dimana teknik analisisnya menggunakan uji statistik maupun matematik,
sedangkan pendekatan kualitatif merupakan metode yang mengutamakan
pada penalaran logis serta pemahaman interprestasi terhadap objek
penelitian. Untuk mencapai tujuan penelitian, penulis mengumpulkan
informasi melalui studi literatur, wawancara, dan kajian terhadap
pengelolaan zakat sebagai upaya pengentasan kemiskinan yang kemudian
dianalisis dan diolah menjadi satu hasil yang berupa presentase efisiensi dan
produktivitas pengelolaan zakat pada Baznas Kabupaten Cirebon yang
diukur melalui metode Data Envelopment Analysis.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditentukan oleh
peneliti untuk dipelajari guna mendapatkan informasi tentangnya, kemudian
ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah pengelolaan
Zakat produktif dan kemiskinan serta variabel untuk mengukur tingkat
efisiensi dan produktivitas pada Baznas Kabupaten Cirebon.
Definisi operasional yang dilakukan bertujuan untuk melihat sejauh
mana perubahan pada satu atau lebih faktor lain yang didasarkan pada
kedekatan hubungan dan juga untuk memfasilitasi pemahaman antar
variabel. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Zakat
Zakat memiliki pengertian menurut istilah fiqh Islam, zakat berarti harta

28
yang wajib dikeluarkan dari kekayaan orang-orang kaya untuk
disampaikan kepada mereka yang berhak menerimanya, dengan aturan-
aturan yang telah ditentukan di dalam syara’ (Anshori, 2006). Sedangkan
zakat produktif adalah zakat yang didistribusikan kepada mustahik
dengan dikelola dan dikembangkan melalui perilaku-perilaku bisnis.
Indikasinya adalah harta tersebut dimanfaatkan sebagai modal yang
diharapkan dapat meningkatkan taraf ekonomi mustahik.
2. Kemiskinan
Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu dalam
memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Lebih lanjut
disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah
garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non
makanan yang disebut garis kemiskinan atau batas kemiskinan
(Rejekiningsih, 2011).
Sedangkan definisi operasional variabel untuk mengukur tingkat efisiensi
dan produktivitas dalam penelitian ini, yaitu:
Variabel input :
1. Biaya Personalia (X1) adalah biaya yang dikeluarkan oleh Baznas
Kabupaten Cirebon untuk kepentingan personal/ sumber daya
manusia.
2. Biaya Operasional Rutin (X2) adalah biaya yang dikeluarkan oleh
Baznas Kabupaten Cirebon untuk kepentingan operasional pada tahun
2018-2020.
3. Biaya Sosialisasi (X3) adalah biaya yang dikeluarkan oleh Baznas
Kabupaten Cirebon untuk keperluan sosialisasi kepada masyarakat
pada tahun 2018-2020.
Variabel output:
1. Dana zakat yang terkumpul (Y1) adalah seluruh jumlah dari dana
zakat yang terkumpul di Baznas Kabupaten Cirebon pada tahun 2018-
2020.
2. Dana zakat yang tersalurkan (Y2) adalah seluruh jumlah dari dana
zakat yang telah disalurkan oleh Baznas Kabupaten Cirebon pada

29
tahun 2018-2020.
3.3 Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Baznas yang berlokasi di Kecamatan
Sumber, Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Dalam hal objek, penelitian ini
mengambil data dari Baznas Kabupaten Cirebon dan mustahik miskin di
Kabupaten Cirebon melalui Baznas tersebut.
3.4 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Bungin (2010: 99) populasi penelitian adalah keseluruhan
dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan dan
sebagainya sehingga objek ini dapat menjadi sumber data. Dalam
penelitian ini akan mengambil populasi dari Baznas Kabupaten Cirebon
yaitu mustahik yang aktif menjalankan modal usaha zakat produktif.
Adapun jumlah populasi mustahik Baznas Kabupaten Cirebon tahun 2020
adalah 40 mustahik di Baznas Kabupaten Cirebon yang menerima zakat
produktif.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016: 120) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penarikan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik Non Probability Sampling
dimana teknik pengambilan sampel ini tidak memberi kesempatan atau
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Untuk penentuan jumlah atau ukuran sampel dari suatu populasi
dalam penelitian ini menggunakan Sampling jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014).
Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Berdasarkan teori tersebut, maka dalam penelitian ini jumlah
sampel yang diambil sebanyak 40 responden dari keseluruhan total
populasi atau dengan istilah lain disebut dengan sensus.

30
3.5 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara atau
hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti dari sumber
pertama perseorangan. Sumber data primer pada penelitian ini didapatkan
dari kuesioner yang diberikan kepada mustahik miskin di Kabupaten
Cirebon, selain itu juga observasi dan wawancara langsung dengan
lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang zakat di Baznas Kabupaten
Cirebon.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain yang tanpa
penelitian data tersebut sudah ada. Artinya, bahwa data tersebut tidak
secara langsung diperoleh dari subjek penelitian, dan biasanya data
sekunder ini merupakan data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.
Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang peneliti dapatkan dari
arsip Baznas Kabupaten Cirebon.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:
1. Kuesioner (Angket)
Menurut (Bugin, 2010:123) Kuesioner atau angket merupakan proses
serta daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis dengan tujuan diisi
oleh responden. Setelah diisi kemudian dikirim kembali atau
dikembalikan kepada peneliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang ditujukan pada masalah tertentu dan
merupakan pertanyaan verbal dari dua orang atau lebih yang saling
berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data
atau informasi sebanyak mungkin atau sejelas mungkin bagi subjek
penelitian. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada praktisi atau
akademisi Islam serta lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang zakat
di Baznas Kabupaten Cirebon.
3. Dokumentasi

31
Dokumentasi adalah mencari sederet fakta dan data yang tersimpan
dalam bahan berupa dokumentasi. Biasanya berbentuk surat-surat,
catatan harian, laporan, foto, dan sebagainya. Untuk melengkapi data
penelitian, selanjutnya penulis mencari dokumen penting dari Baznas
Kabupaten Cirebon. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data
berupa laporan hasil pengelolaan dan data berupa tulisan-tulisan penting
seperti struktur organisasi, keberadaan amil, muzaki dan mustahik.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif menggunakan data sekunder dan data primer, menggunakan
dokumentasi beberapa teori dan kajian literatur yang dilakukan secara
berkala. Mengumpulkan dan memilah data yang relevan dan sesuai dengan
kebutuhan penelitian serta melakukan penyebaran angket kuesioner kepada
sampel yang sudah ditentukan. Kemudian setelah dipilah dokumen apa saja
yang dianggap penting, peneliti melakukan olah data sesuai dengan
prosedur penelitian dan menganalisis nya dengan melihat hasil olah data
penelitian.

3.8 Teknik analisis data


Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Data Envelopment Analysis (DEA). DEA adalah suatu metode
optimasi program matematis yang mengukur efisiensi teknis suatu unit
kegiatan ekonomi (UKE)/DMU dan membandingkan secara relatif terhadap
DMU yang lain. Metode Data Envelopment Analysis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Malmquist Productivity Index. Metode Data
Envelopment Analisis maupun metode Malmquist Productivity Index dipilih
untuk penelitian ini karena dapat mengatasi keterbatasan metode rasio dan
regresi yang tidak dapat menggunakan banyak input dan output.

Sebuah pengukuran tingkat efisiensi yang membandingkan antara


jumlah variabel input dengan jumlah variabel output dengan menggunakan
metode Data Envelopment Analysis dan Malmquist Productivity Index
dengan menggunakan pendekatan produksi dalam sebuah lembaga Badan

32
Amil Zakat di Kabupaten Cirebon yang mana Badan Amil Zakat sendiri
adalah sebuah lembaga perantara antara donatur (muzakki) yang memiliki
dana kepada penerima manfaat (mustahiq) yang membutuhkan bantuan
dimana dipilih untuk mengukur bagaimana kinerja Badan Amil Zakat dalam
mengelola biaya, guna menghasilkan pengelolaan dana Zakat dan Infaq
serta pendistribusian dana Zakat dan Infaq yang efisien guna mampu
mengentaskan kemiskinan.

Penelitian ini menggunakan asumsi CRS atau Constant Return to


Scale pada DEA, ketika ada penambahan input sebesar n kali akan
meningkatkan output sebesar n kali. Dan penggunaan asumsi VRS atau
Variable Return of Scale bahwa jika ada penambahan input sebesar n kali,
maka tidak menyebabkan output meningkat sebesar n kali. Perhitungan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah linier programming dengan
fungsi tujuan memaksimalkan.

∑𝑚
𝑡=1 𝑈𝑖 𝑌𝑠
𝐸𝑆 = 𝑛𝑚
∑𝑗=1 𝑉𝑗 𝑌𝑠

Keterangan:

Es = Efisiensi OPZ s

M = Output OPZ s yang diamati

N = Input OPZ s yang diamati

Yis = Jumlah output ke i yang dihasilkan

xjs = Jumlah input ke j yang digunakan

Ui = s x 1 jumlah bobot output

Vj = s x 1 jumlah bobot input


Semua variabel input dan output diatas diolah dengan menggunakan
software Banxia Frontier Analyst 4, sehingga diketahui tingkat efisiensi dan
produktivitas Organisasi Pengelola Zakat baik dengan metode Data
Envelopment Analysis maupun metode Malmquist Productivity Index.

33
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto, I. (2011). Strategi Pengelolaan Zakat dalam Pengentasan
Kemiskinan. Jurnal Walisongo, 19(1), 25–46.

Anshori, A. G. (2006). Hukum dan Pemberdayaan Zakat: Upaya Sinergis, Wajib


Pajak di Indonesia. Yogyakarta: Pilar Media.

Aqbar, K., & Azwar, I. (2019). Kata Kunci : Zakat; Kebijakan; Umar bin Khattab.
Laa Maisyir, 6(2), 226–245.

Asnaini, S. (2005). Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Atabik, A. (2015). Peranan Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Zakat


Dan Wakaf, 2(2).

El-Batanie, M. . (2009). Zakat, Infak dan Sedekah. Bandung: Salamadani Pustaka


Semesta.

Hafidhuddin, D. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema


Insani.

Harahap, S. (2020). Peranan Unit Pengumpulan Zakat Al-Hijrah Kota Binjai


Sebagai Pengelola Zakat Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan (Studi
Kasus di UPZ Al-Hijrah Kota Binjai). Wahana Inovasi, 9(1).

Makhrus. (2019). Pengelolaan Zakat Produktif dalam Upaya Pengentasan


Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 2(1), 37–50.

Mufraini, M. A. (2006). Akuntansi dan Manajemen Zakat (Cetak ke-1). Jakarta:


Prenada Media Grup.

Nafiah, L. (2015). Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap


Kesejahteraan Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir Baznas Kabupaten
Gresik. El-Qist, 05(01), 929–942.

34
Nasrullah. (2015). Regulasi Zakat dan Penerapan Zakat Produktif Sebagai
Penunjang Pemberdayaan Masyarakat ( Studi Kasus pada Baitul Mal
Kabupaten Aceh Utara ). Lhokseumawe, Stain Malikussaleh, 9(1), 1–24.

Nurhasanah, S., & Lubis, D. (2017). Efisien Kinerja Baznas Bogor dan
Sukabumi : Pendekatan Data Envelopment Analysis. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan Islam, 5(2), 101–120.

Puspita, D. (2008). Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Keberdayaan dan


Pengentasan Kemiskinan Rumah Tangga. Institut Pertanian Bogor.

Qadir, A. (2001). Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Prasada.

Qardawi, Y. (2013). Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan


Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadits. Bogor: Pustaka Litera Antar
Nursa.

Rejekiningsih, T. W. (2011). Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan di Kota


Semarang dari Dimensi Kultural. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 72(1), 28–
44.

Tho’in, M. (2017). Pembiyaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat. Al-Amwal, 9(2).

Zahra, A., Harto, P. P., & Bisyri, A. (2016). Pengukuran Efisiensi Organisasi
Pengelola Zakat dengan Metode Data Envelopment Analysis. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan Islam, 4(1).

Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

35

Anda mungkin juga menyukai